NovelToon NovelToon

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Episode 01

Di sebuah lembah tersembunyi di kaki gunung, terhampar pemandangan yang membuat jiwa manusia membeku, kuburan raksasa bagi ribuan mayat yang menjadi korban keganasan perang. Tempat pembuangan ini adalah luka terbuka di peta benua, wilayah yang bahkan para pemburu paling nekat enggan mendekatinya.

Bau busuk menusuk hingga ke tulang, seolah udara itu sendiri telah membusuk. Di antara kabut tipis, ular-ular dan binatang melata menjalar di sela-sela tulang belulang, menjadikan tempat ini seperti pintu masuk neraka.

Malam itu, cahaya bulan pucat menyinari iring-iringan prajurit kerajaan yang membawa gerobak penuh mayat. Roda berderit di atas tanah bebatuan, memecah keheningan malam.

"Apa kita benar-benar akan membuang mereka di tempat terlarang itu?" tanya salah satu prajurit, suaranya berat menahan rasa mual.

"Tidak ada pilihan lain. Kita hanya menjalankan perintah," jawab temannya datar, sambil melempar sepotong kain. "Tutup hidungmu. Kita hampir sampai."

Udara semakin tebal oleh bau kematian. Wajah para prajurit menegang, langkah mereka dipercepat.

Tak lama, mereka tiba di puncak bukit. Dari sana, jurang menganga gelap, dalam, dan dipenuhi bayang-bayang yang bergoyang di bawah cahaya rembulan.

"Cepat! Angkat mayat-mayat itu dan buang ke bawah!" seru salah satu prajurit dengan nada panik.

Beberapa dari mereka muntah di tempat, ada yang menyerah pada rasa ngeri.

"Buang saja bersama gerobaknya! Aku tak sanggup lagi!" teriak salah satu, suaranya bergetar.

Gerobak pun didorong sekaligus, meluncur menuruni bukit dengan dentuman kayu pecah menghantam batu di bawah.

"Kita sudah selesai! Cepat, pergi!" seru prajurit itu sambil berlari.

Mereka semua kabur seperti dikejar iblis, tak berani menoleh ke belakang.

Namun, di tengah tumpukan tubuh yang membusuk di dasar lembah, sepasang jari kecil bergerak. Perlahan, di antara lengan-lengan dingin dan wajah-wajah tak bernyawa, seorang anak laki-laki berusia lima tahun membuka matanya.

Anak itu, Rudy Hosten, menarik napas tajam. Udara yang ia hirup membuat perutnya bergejolak.

"Bau apa ini? Arrgh… busuk sekali. Di mana aku.?"

Pandangan matanya membeku ketika menyadari tubuh-tubuh di sekitarnya. Darah yang sudah menghitam, mata-mata kosong yang menatap tanpa nyawa, tangan-tangan kaku menyentuh kulitnya.

Dengan gemetar, ia berusaha merangkak keluar. Setiap mayat yang ia singkirkan meninggalkan bekas dingin dan basah di tangannya. Ketika akhirnya ia berdiri di atas tumpukan itu, pemandangan di hadapannya merobek hatinya, ribuan tubuh tak bernyawa terbentang sejauh mata memandang.

"Eeeh…? Di mana aku sekarang…?"

Kakinya lemas. Ia mundur beberapa langkah, napasnya memburu, hingga teriakan nyaring keluar dari tenggorokannya, mengiris keheningan malam.

"HAAAAAAAAA"

Suara itu terdengar hingga ke telinga para prajurit yang masih berlari. Mereka saling berpandangan dengan wajah pucat pasi.

"Itu, roh jahat…" bisik salah satu dengan suara pecah.

"Jangan menoleh! Lari!"

Sementara itu, Rudy berlari tanpa arah, melintasi lautan mayat. Tubuhnya bergidik saat ular-ular melata muncul dari balik perut yang robek, menyusuri tulang-tulang terbuka.

"Di mana ini…?! Hiiii… DIMANA AKU SEKARANG?!"

Kepalanya menabrak sesuatu yang dingin, Brak. sebuah mayat bergelantungan di pohon. Ia terjatuh menimpa bangkai yang sudah dipenuhi larva putih. Bau busuk yang pekat menghantam wajahnya, memaksanya untuk memuntahkan air dari mulutnya.

Ular-ular mendekat. Gerakan mereka cepat, lidah bercabang mencambuk udara. Rudy terdiam, tubuhnya lumpuh oleh rasa takut yang membekukan darah.

"Apa… aku akan mati…?"

Saat itu, cahaya tiba-tiba memancar dari tubuhnya. Dalam sekejap, seluruh lembah diterangi sinar hangat yang menusuk kegelapan. Tubuhnya lenyap dari sana.

TIIING

Dan ia muncul di atas udara, tepat di atas sungai deras.

"Hee…?!"

Angin malam mencambuk wajahnya sebelum ia jatuh.

Air menyambutnya dengan hantaman keras, menenggelamkan tubuh kecil itu ke dalam arus yang menggila. Rudy terhuyung-huyung melawan arus, namun arus lebih kuat. Dari kejauhan, suara gemuruh air terjun mendekat.

"Tidak… ini bahaya…"

Ia berenang sekuat tenaga, namun tubuhnya tetap terbawa arus. Air terjun itu menelannya bulat-bulat, membantingnya ke batu di bawah. Darah pun mengalir dari kepalanya.

Arus masih menyeretnya. Napasnya semakin pendek. Saat ia melihat akar pohon menjulur ke air, ia meraihnya seperti memegang harapan terakhir.

"Hahaha! Aku berhasil!"

Tapi sebatang kayu besar datang menghantamnya, merenggut harapan itu.

"Kenapa aku tersiksa di sini…?"

"TOLOOONG."

Satu jam kemudian, tubuh Rudy terdampar di tepi sungai. Nafasnya terputus-putus, matanya setengah terpejam. Saat melihat tangannya, ia terpaku. Tangannya kecil. Tubuhnya menjadi tubuh seorang anak.

Kebingungan memenuhi kepalanya. Dunia ini terasa asing, seperti mimpi buruk yang tak berakhir atau mungkin awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

 

Rudy berdiri terpaku di tepi sungai, matanya tak lepas menatap kedua tangannya yang mungil. Jemari itu bukan miliknya atau setidaknya bukan seperti yang ia kenal. Perlahan ia menyentuh wajahnya, meraba pipi, dagu, bahkan tubuhnya. Semua terasa kecil dan rapuh.

 "Apa ini? Kenapa tubuhku jadi sekecil ini?"

Langkahnya goyah saat ia bangkit. Kaki mungil itu menapak di tanah basah, dan ia menyadari betapa tinggi pepohonan di sekelilingnya atau mungkin betapa rendah dirinya sekarang.

 "Apa yang sudah terjadi padaku? Kenapa aku bisa jadi sekecil ini.?"

Pertanyaan itu berputar-putar di kepalanya, menghantam pikirannya seperti gelombang tanpa henti.

"Lalu, di mana aku sekarang.? Apa aku sudah mati waktu itu.?"

Matanya menatap sekeliling. Sungai yang menderu di belakangnya, hutan lebat yang seakan menutup dunia di depannya. Tidak ada jejak manusia. Tidak ada suara selain burung malam dan desir angin.

"Tempat ini seperti dunia fantasi, apa aku sudah bereinkarnasi?"

Suara itu terdengar asing bahkan untuk dirinya sendiri. Dia mencoba menertawakan kemungkinan itu, tapi dadanya justru terasa sesak.

"Ini seperti tempat primitif, bahkan aku belum menyelesaikan kuliahku."

Ia menunduk, menatap tanah basah di bawah kakinya.

"Di mana aku ini.? Tolong… tolonglah aku… Aku tidak tahu harus kemana, atau bagaimana."

Kata-katanya pecah menjadi gumaman putus asa. Matanya mulai panas, seolah menangis adalah satu-satunya jalan keluar dari kebingungan ini.

Lalu…

TRIING

Sebuah bunyi aneh, jernih, bergema di dalam kepalanya. Rudy menegakkan tubuh, jantungnya berdegup kencang.

"Eeh? Suara apa itu barusan.? Apa kepalaku sudah rusak.?"

Ia memijat pelipisnya, mengingat benturan keras di dasar air terjun. Mungkin… itu sebabnya ia mendengar hal aneh.

Tiba-tiba, suara itu kembali—kali ini lebih jelas, seperti seseorang berbicara tepat di dalam pikirannya.

[Sistem terhubung, system Leveling dimulai]

Rudy membeku. Matanya membesar.

"Eh.? Apa itu? Suara apa itu…?"

[Halo, Rudy Hosten. Aku adalah sistem yang ditanamkan oleh Dewa Kebangkitan untuk membantumu. Namaku adalah Emma, dan aku akan mendampingimu seumur hidup.]

Kepalanya terasa berputar. Kata-kata itu terlalu absurd untuk diterima.

"Aa… Emma…? Sistem…? Dewa Kebangkitan…?"

[Itu benar, Rudy. Beritahu aku, apa yang bisa kubantu.?]

Rudy terdiam beberapa saat, matanya kosong, napasnya berat. Semua yang ia alami sejak membuka mata di lembah mayat bau busuk, ular, air terjun, tubuh kecilnya sekarang terasa terlalu gila untuk menjadi nyata.

"Sepertinya… aku sudah gila sekarang…"

....

Episode 02

Rudy berdiri terpaku di tengah hutan yang asing, pikirannya kacau. Segalanya terasa seperti mimpi yang sulit dipahami, kejadian aneh, tempat yang asing, dan kini suara perempuan yang tiba-tiba menggema di kepalanya.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencoba mencari sumber suara.

"Apa mungkin disini ada orang.?" kata Rudy sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, matanya menyapu tiap bayangan di balik pepohonan.

Namun yang terdengar hanya gemericik air sungai dan kicauan burung di kejauhan. Angin bertiup lembut, membuat dedaunan bergoyang, tapi tak ada tanda-tanda kehidupan manusia. Rudy mengerutkan kening.

"Tidak ada orang, hanya terdengar suara air sungai. Lalu dari mana suara tadi berasal.?" pikirnya dalam hati, berusaha menebak-nebak.

[Aku ada di dalam tubuhmu Rudy]

Rudy terperanjat, matanya membelalak. "HEEE, Mengejutkan sekali. Bahkan dia bisa mendengarkan isi hatiku," serunya dengan suara gemetar, napasnya tercekat.

"Siapa kamu.? Dan kenapa kamu ada didalam tubuhku.?" tanyanya sambil melangkah mundur, refleks menjaga jarak dari sesuatu yang tak kasat mata.

[Namaku adalah Emma dan aku adalah sistem yang dibuat dari ingatan sang Dewa. Mungkin ingatanmu sudah dihapus setelah bertemu denganya, dan kau sendiri yang meminta untuk dibuatkan program AI seperti yang ada di duniamu dulu]

Rudy membeku sejenak, berusaha mencerna kata-kata itu. "Benarkah.?" tanyanya masih dengan nada tak percaya.

[Itu benar]

"Apa aku sudah mati dan di reinkarnasi ke tubuh ini.?"

[Itu benar]

Rudy menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya berat. "Tidak mungkin, jadi kecelakaan itu membuatku mati ya."

[Itu benar]

"Bisakah kau berhenti berkata seperti itu.?" teriak Rudy, suaranya bercampur kesal dan panik.

[Baiklah, kau bisa menonaktifkan sistem ini jika kau mau, dan kau juga bisa mengaktifkan kembali sistem ini]

"Apa itu bisa dilakukan.?" tanyanya, kali ini rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya.

[Kau bisa melakukannya sesukamu. Aku hanya sebuah program yang dirancang langsung oleh sang Dewa untuk membantumu]

Rudy menghela napas, matanya menatap kosong ke tanah. "Aah, begitu yaa. Jika kau hanya sebuah program seperti yang ada di duniaku dulu, sudah pasti kau tidak memiliki perasaan sepertiku."

[Itu benar. Aku di rancang tanpa emosi dan perasaan, tapi aku mempunyai semua data yang ada di dunia ini]

"Sudah kuduga. Kau hanya seperti robot, Emma," sahut Rudy, mencoba terdengar tenang meski pikirannya masih berkecamuk.

[Kau terlihat gelisah Rudy]

Rudy terdiam. Kenangan masa lalu perlahan menyeruak, menusuk hatinya. "Tidak habis pikir, kenapa setelah aku mati tidak bisa bertemu dengan kedua orang tuaku. Kau tau Emma, kedua orang tuaku meninggal saat aku masih berusia 5 tahun. Tubuh ini mengingatkanku." Suaranya merendah, nyaris seperti bisikan yang penuh duka.

[Itu adalah pilihanmu sendiri Rudy. Kau menginginkan untuk hidup kembali ke dunia lain yang penuh dengan kekuatan sihir]

"Eh.? Apa itu benar.?" tanya Rudy terkejut, matanya membesar.

[Itu benar]

"Hem. Aku hidup sebatang kara di duniaku dulu, tidak ada yang peduli denganku apalagi yang membantu. Bahkan aku sudah membenci dunia itu, rasanya ingin mati." ucapnya dengan nada getir, menunduk dalam kesunyian.

[Kau sudah berada di dunia yang kau inginkan, beri tau aku apa yang kau mau]

Rudy mengangkat kepalanya, sorot matanya mulai mengeras. "Sepertinya aku harus memulainya dari awal. Bisakah kau memberikanku informasi tentang dunia ini.?"

[Baiklah. Emma akan menampilkan informasi pada layar di depanmu]

"Layar.? Apa maksudmu.?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.

ZIIING—sebuah cahaya biru berpendar, dan tiba-tiba layar hologram transparan muncul di udara, tepat di depan matanya.

"Ini, ini benar-benar seperti layar komputer. Bahkan terdapat informasi karakter disini. Status bar, item, dan inventory penyimpanan," kata Rudy, matanya berbinar sekaligus terkejut.

[Aku akan menjelaskannya padamu. Dunia ini memiliki 5 benua yang sangat besar, lebih besar dari dunia asalmu. 5 Benua di dunia ini adalah Albion, Deltora, Iceland, Floren, dan Terison. Kau sekarang berada di benua Albion dan berada di teritori kerajaan Alden]

"Hoo, seperti itu ya. Jadi aku ada di kerajaan Alden. Lalu, dimana tempat ibu kotanya.?" tanya Rudy, penuh rasa ingin tahu.

[Itu sangat jauh sekali dari sini, jika kau menempuh dengan berjalan kaki, mungkin membutuhkan waktu 1 tahun untuk sampai disana]

"Apa kau bercanda.? Lama sekali, apa kerajaan Alden sangat luas.?"

[Dunia ini 3x lipat lebih luas dari dunia asalmu. Kau bisa membayangkannya sendiri, betapa jauhnya jika kau berjalan kaki dari kota A ke kota E di duniamu dulu, itu akan membutuhkan waktu 1 tahun lebih]

"Hem. Kau benar, tapi di dunia asalku masih ada alat transportasi seperti kereta, mobil, pesawat, dan lainnya. Apa disini tidak ada hal semacam itu.?"

[Disini hanya ada kuda dan kekuatan sihir. Kekuatan sihir itu berada di dalam tubuh setiap orang yang hidup di dunia ini. Kau bisa berteleportasi seperti yang kau lakukan tadi]

"Hmm.? Apa aku sendiri yang berpindah dari tempat kuburan itu.?"

[Itu benar. Mungkin kau belum menyadarinya, tapi kau sudah mengunakan kekuatan sihir ini]

"Beritahu aku lebih banyak Emma."

[Baik. Apa kau bisa melihat status bar mu.?]

"Ah, disini tertulis seperti dalam game yang sering aku mainkan. Tapi aku masih level 1, bagaimana caranya untuk menaikkan level.?"

[Kau hanya perlu mencari pengalaman, disini banyak sekali dungeon dan hewan iblis yang berkeliaran. Jika kau membunuh mereka, kau akan mendapatkan EXP untuk naik level. Sistem di dunia ini sudah di rancang untukmu agar kau bisa memahaminya dengan mudah]

"Jadi seperti itu. Lalu, apa level disini menggunakan angka.? Kenapa ada simbol Rank di sini.?"

[Kau bisa melihatnya di status barmu. Didunia ini terbagi menjadi 7 tingkat kekuatan. Rank D->C->B->A->S->M->L. Setiap tingkatan itu, terbagi menjadi 3 bagian lagi. Dasar->Menengah->Tinggi. Dan setiap tingkat itu memiliki simbol yang berbeda. Rank D adalah dasar, Rank D+ adalah menengah, dan Rank DD adalah Tinggi]

"Hoo begitu. Sepertinya aku paham. Tapi untuk apa angka-angka ini.?"

[Untuk merubah simbol dari Rank D ke D+, kau harus naik ke level 10. Dan untuk mencapai setiap simbol itu, kau hanya perlu menghitung setiap kelipatan 10 level]

"Hem, tunggu sebentar. Aku akan menghitungnya," kata Rudy sambil menggerakkan bibirnya, menghitung dengan serius.

"Ini benar-benar sangat jauh. Untuk mencapai simbol Legendary, dibutuhkan minimal level 190. Dan untuk mencapai simbol Immortal harus mencapai level 210," ujarnya dengan nada kaget.

[Kau bisa berburu di dalam dungeon atau di hutan untuk meningkatkan level]

"Apa tugasmu disini hanya sekedar memberikan informasi padaku.?"

[Aku mempunyai semua data di dunia ini. Bahkan semua orang tidak bisa melihat status bar seperti yang kau miliki saat ini. Hanya kau yang bisa melakukannya]

"Benarkah.? ini seperti bermain curang. Tapi aku sangat menyukainya. Lalu, dimana kita akan memulainya, menaikkan level.?"

[Kau masih butuh persenjataan dan perlengkapan bertempur, bahkan skill yang kau aktifkan sekarang hanyalah teleportasi]

"Lalu dimana aku bisa menemukan perlengkapan.?"

[Untuk sementara, kau harus mengunakan tanganmu sendiri atau kau bisa membuat senjatamu sendiri. Setiap hewan iblis yang kau bunuh akan mengeluarkan drop item yang sudah di setting oleh sang Dewa. Kau bisa memanfaatkan itu]

Rudy tersenyum tipis, matanya berbinar penuh semangat. "Ini benar-benar seperti berada di dunia game dari pada dunia fantasi, dan aku menjadi salah satu karakter yang aku mainkan sendiri secara nyata."

"Baiklah kalau begitu, aku mulai petualanganku sekarang," ucapnya penuh tekad.

[Kau bisa berjalan sesuai petunjuk peta disini. Aku sudah menyiapkan peta untukmu]

"Kau benar-benar sangat membantu Emma. Terimakasih," kata Rudy sambil tersenyum tulus.

Dan seperti itu, langkah pertamanya di dunia baru pun dimulai.

...

Episode 03

{Di Hutan}

Rudy terlihat sedang mengumpulkan ranting-ranting kering dan beberapa batu di tepi sungai.

“Sepertinya ini sudah cukup untuk membuat senjata,” gumamnya sambil mulai merakit.

Beberapa menit kemudian, senjata sederhana itu pun jadi. Sebuah tongkat kayu yang ujungnya diruncingkan dengan batu, sementara sebagian bajunya ia sobek untuk dijadikan pembungkus beberapa batu yang ia ambil dari sungai.

“Aku sudah siap, Emma. Lalu kemana kita akan pergi?” tanyanya.

[Kau bisa pergi ke arah utara. Di peta sudah ada petunjuk untuk menemukan hewan iblis. Beberapa titik di peta menandakan lokasi mereka, titik merah adalah hewan iblis yang harus kau bunuh, sedangkan titik hijau adalah manusia. Kau juga bisa membunuh mereka.]

“Hem, untuk apa aku membunuh manusia?” tanyanya heran.

[Dunia ini adalah tempat yang dipenuhi tragedi peperangan. Mungkin kau bisa menggunakan kekuatanmu untuk membantu kerajaan yang ingin kau bantu.]

“Apa keuntunganku untuk membantu mereka?”

[Demi hidup berkelompok,kau tidak bisa hidup sendirian selamanya, Rudy. Sang Dewa juga tidak memberikan mu quest. Keinginanmu adalah misi mu. Kau hanya akan mendapatkan hadiah dari Sang Dewa jika membunuh hewan iblis di dunia ini.]

“Emm… ini tidak seperti dunia game. Mungkin tidak ada GM yang mengatur semuanya. Baiklah,” kata Rudy sambil melangkah mencari target.

> Catatan: GM (Game Master) biasa disebut developer atau pembuat game yang bisa mengatur player, seperti membuat event, dsb.

Beberapa menit kemudian, sebuah titik merah muncul di petanya.

“Akhirnya aku menemukan hewan iblis!” serunya, lalu berlari menuju titik tersebut.

[Itu adalah hewan iblis level 3. Kau harus berhati-hati.]

“Apa aku juga bisa melihat level di atas kepalanya?” tanya Rudy sambil terus berlari.

[Kau belum mengaktifkan skill itu. Minimal kau sudah mencapai level 50, itu dibutuhkan untuk mengaktifkannya.]

“Ternyata tidak semudah yang kupikirkan,” gumamnya.

[Kau masih butuh pengalaman, Rudy. Kau harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang kau inginkan.]

“Aku tahu itu, Emma.”

Ia pun berhenti. Di depannya, seekor kelinci putih dengan mata merah sedang mengendus-endus tanah.

“Hem, seekor kelinci yang lucu… kenapa dia bisa menjadi hewan iblis?” tanyanya sambil bersembunyi di balik pohon.

[Mereka diciptakan Sang Dewa untuk hidup berdampingan dengan manusia, tapi kekuatan mereka membuat hewan iblis selalu mendominasi wilayah.]

“Apa mereka berbahaya bagi manusia?”

[Mereka sangat berbahaya. Insting mereka hanya untuk memburu manusia.]

“Emm, begitu ya… baiklah, aku akan membunuhnya,” kata Rudy sambil maju.

“GREERGR!” suara kelinci itu menggeram ketika melihat Rudy.

“Sepertinya ini berbahaya,” gumam Rudy yang mulai gelisah.

Tanpa peringatan, kelinci itu melompat cepat ke arahnya.

“Eeeh?!” Rudy terkejut.

[Bunuh hewan itu dengan senjatamu, Rudy.]

“Aku sudah tahu itu, Emma. Tapi…” ia panik, melompat menghindar.

“Ini tidak semudah yang kupikirkan… lakukan sesuatu, Emma!”

[Aku tidak bisa membantumu bertarung.]

“Hem… tidak ada pilihan lain!” Rudy mengayunkan tongkatnya keras-keras. Ujungnya menghantam tubuh kelinci itu.

“Cekiitt!” kelinci itu mengerang kesakitan.

“Dia tidak bergerak…” Rudy cepat mengambil batu-batu dari kain pembungkus, lalu melemparinya bertubi-tubi.

“Ora ora ora ora ora!” teriaknya sambil menghujani kelinci itu.

“Sepertinya dia tidak merasakan apa pun,” gumamnya.

“Herrrrg!” kelinci itu meloncat, mencakar wajah Rudy.

“Eeee?!” Rudy terkejut. Spontan, ia menusukkan tongkat ke tubuh kelinci.

Jleb!

“Huh… huh… aku berhasil, Emma. Aku sudah membunuhnya,” katanya terengah-engah sambil terduduk.

[Level Up] [Level Up]

[Kau berhasil mendapatkan dagger Rank D dan potion merah.]

“Benarkah? Mana senjata itu?”

[Dia ada di dalam perut hewan iblis yang kau bunuh itu.]

“Apa kau bercanda? Mana mungkin aku merobeknya dengan kayu.”

[Kau belum mengaktifkan skill pengambilan instan. Itu butuh level 20.]

“Huh…” Rudy menghela napas. “Jadi setiap kali aku membunuh hewan iblis, aku harus merobek perutnya?”

[Itu benar.]

“Hem… apa boleh buat,” katanya sambil menarik bangkai kelinci.

Ia menusuk perutnya berkali-kali. Jleb! Jleb! Jleb!

“Ini susah sekali…” gerutunya sambil merobeknya dengan tangan.

“Iiiih… menjijikkan!”

Klang! sebuah dagger jatuh ke tanah, disusul lima botol potion merah dan beberapa koin emas.

“Eem… apa ini?”

[Itu adalah dagger Rank D, lima botol potion penyembuh, dan koin emas yang merupakan mata uang di dunia ini. Kau bisa menggunakannya untuk bertransaksi.]

“Hoo, jadi aku juga dapat uang dari membunuh hewan iblis ini?”

[Itu hadiah dari Sang Dewa.]

“Ini semakin menarik. Apa dagingnya bisa dimakan?”

[Dia bisa dimakan setelah dipanggang. Karena banyak jiwa iblis di tubuhnya, kau harus membersihkannya dengan api.]

“Lalu bagaimana aku membuat api?”

[Kau bisa menambahkan skill-mu: Fire Bolt. Skill itu sudah bisa diaktifkan. Mau ku aktifkan?]

“Ah, lakukan itu, Emma. Lalu tambahkan poin levelku ke kekuatan (STR).”

[Baik] [Poin berhasil ditambahkan] [Skill Fire Bolt berhasil diaktifkan]

Pancaran cahaya muncul di sekeliling tubuh Rudy.

“Hooo… aku bisa merasakan kekuatan ini. Aku tidak percaya…”

[Kau bisa menggunakannya sekarang.]

“Ah Bagaimana caranya?”

[Rasakan kekuatan api yang ada di dalam tubuhmu. Bayangkan, lalu keluarkan.]

“Baiklah, akan kucoba,” katanya sambil berkonsentrasi.

Blarsss! Bredoom! Api menyembur dari tangannya, menghantam pohon.

“HEEE?!” Rudy terkejut.

“Ini berhasil! Menarik sekali, aku semakin penasaran.”

[Kau bisa mengontrol kekuatannya. Cukup tahan energi sihirmu.]

“Ah, akan kucoba.” Ia mengarahkan tangan ke bangkai kelinci.

Blerss! Api membakar daging itu.

“Aku berhasil, Emma. Jadi begini cara kerjanya. Tapi kenapa pohon itu tidak terbakar? Padahal aku mengeluarkan Fire Bolt dengan kekuatan penuh.”

[Point Magic Power-mu hanya 2. Itu tidak memberikan damage besar. Hanya bisa membakar yang mudah terbakar.]

“Itu malah seperti korek api… Tapi, Emma, apa tidak ada job class di sini? Status bar ini mirip MMORPG, tapi di sana ada job class yang harus dipilih.”

[Di sini tidak ada job class. Semuanya tergantung padamu. Kau bisa menggunakan semua skill dan senjata.]

“Apa? Benarkah?”

[Itu benar.]

“Mungkin aku akan menaikkan STR dulu. Magic Power nanti saja. Aku hanya punya dagger. Apa aku perlu tambah Agility juga?”

[Itu terserah padamu.]

“Senjata ini juga butuh STR. Baiklah, aku tambah poin STR saja,” katanya.

[Poin berhasil ditambahkan]

Lalu Ia kembali melihat peta. Titik-titik merah lain masih bertebaran.

“Hem… ini semakin menarik. Dengan dagger ini aku bisa membunuh mereka semua. Mari lanjutkan perburuannya,” katanya sambil tersenyum.

....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!