NovelToon NovelToon

Elementalist

Prolog

Mmm..... baiklah semuanya kali ini aku akan menceritakan sebuah kisah yang menarik.

Kisah ini berawal mula dulu sekali saat dimana semua dimensi di dunia ini masih menjadi satu, saat itu di dunia ini mengenal 5 ras makhluk hidup yaitu, Elf, Witch, Demon, Demi-human, dan tentu saja Manusia.

Kelima ras tersebut saling berebut kekuasaan yang ada di dunia, tentu saja hal itu mudah bagi 4 ras yang dianugerahi kelebihan oleh Tuhan seperti Elf, Witch, Demon, dan Demi-human. Tapi, tidak bagi Manusia, Manusia menjadi ras yang paling terpuruk diantara kelima ras lainya. Mereka dijadikan budak dan dipandang rendah oleh 4 ras tersebut. Dan menurut kalian apa yang dilakukan oleh para petinggi ataupun pemimpin manusia?

Mereka hanya melindungi diri mereka sendiri dan memanfaatkan kekayaan yang mereka punyai untuk menjadi penjilat sepatu 4 ras lainya agar mereka diberikan perlindungan dan bisa hidup tenang, tapi itu sama saja dengan menjual ras mereka sendiri.

" Kakak!? " kata salah satu dari para pendengar itu memotong cerita Si Pendongeng.

" Mmm...? iya ada apa? Apa kau ingin bertanya? " jawab Si Pendongeng.

" Iya, apa maksud kakak tentang 4 ras yang diberikan anugerah oleh Tuhan? " katanya dengan ekspresi bingung.

" Ahh iya iya, aku lupa bagian itu. Baiklah akan kujelaskan " jawab Si pendongeng sambil menggaruk kepalanya.

Kenapa mereka dikatakan dianugerahi kelebihan oleh tuhan? Itu karena setangguh apapun manusia yang melawan mereka, manusia pasti akan kalah walaupun mereka hanya melawan orang terlemah dari 4 ras lainya. Kenapa mereka kalah?

Baiklah dimulai dari ras dengan wilayah kekuasaan terluas, para Elf. Kalian tentu tau apa itu Elf? Dari cerita-cerita fantasy yang pernah kalian dengar? Yap benar sekali mereka adalah ras dengan telinga panj......!!!.

" Kenapa berhenti kak? " tanya salah satu anak.

" Ahh..... tidak apa-apa, hanya saja sepertinya aku tadi merasakan ada hawa membunuh " jawabnya sambil bergidik seperti kedinginan.

Baiklah kita lanjutkan, mereka adalah ras dengan wajah yang rupawan, para Elf dikenal memiliki wajah tampan dan cantik.

Tapi bukan hanya itu saja, mereka juga punya kemampuan fisik yang hebat, mungkin hanya kalah dengan para Demi-human. Hal itu membuat mereka hebat dalam bela diri dan tak terkalahkan dalam perang, tapi bukan hanya itu saja, mereka juga dianugerahi kekuatan untuk menggunakan sihir.

Sangat tidak adil bukan? Kenapa ras ini sangat Over Power? Tidak perlu ditanyakan lagi kenapa mereka menjadi pemilik wilayah terluas, tapi tentu saja kemampuan sihir mereka tidak sehebat para Witch.

Mereka juga memiliki sifat yang sangat angkuh, karena mereka menganggap diri mereka lebih tinggi derajatnya dari 4 ras lainya. Entah mengapa mereka menganggap diri mereka lebih baik, mungkin karena mereka adalah ras dengan sejarah dan umur yang sangat panjang. Kalian tau bahwa bangsa Elf adalah salah satu ras yang paling awal ada di dunia ini? Dan apakah kalian juga tau bahwa rata-rata umur mereka lebih dari satu abad? Tidak heran mereka sedikit angkuh, hal ini pun mempengaruhi jumlah mereka. Karena memiliki umur yang panjang para Elf enggan untuk menikah dan mempunyai keturunan, sehingga populasi mereka semakin sedikit akibat perang. Tapi itu bukan hambatan bagi mereka yang mempunyai kemampuan bertarung yang tinggi.

Selanjutnya adalah para Demon, kalian tau apa itu Demon? Demon yang dimaksudkan disini mmm.....bagaimana yaa?. Bisa dibilang para " Monster ".

" Monster? " kata mereka saling menatap dalam bingung

Yap " Monster ", mereka adalah para makhluk berbahaya yang ada dalam berbagai mitologi di dunia ini. Seperti Vampir, Mumi, Banshee, Zombie, dan Werewolf. Mmm...... tapi aku tidak yakin Werewolf itu masuk dalam ras Demon atau Demi-Human, bukankah Demi-Human adalah manusia dengan campuran gen hewan? Mmm...... sepertinya tidak, pasti Werewolf termasuk dalam ras Demon karena para Demi-Human adalah manusia dengan campuran gen hewan, sedangkan Werewolf adalah manusia yang terkena kutukan dan dapat berubah menjadi serigala pada saat bulan purnama. Tapi......ah sudahlah itu tidak penting, intinya mereka adalah para penghisap darah yang sangat susah dibasmi.

Gelak tawa pun pecah karena Si Pendongeng bingung dengan penjelasanya sendiri dan mengatakan pernyataan yang terdengar sangat konyol.

" Lalu, apa kelebihan yang mereka miliki? " tanya salah seorang anak.

Mereka bisa dikatakan lebih khusus dibanding 4 ras lainya, kemampuan mereka bermacam-macam tergantung mereka Demon jenis apa, contohnya saja para Vampir. Mereka memiliki kemampuan tersendiri seperti menghisap darah dan dapat berubah menjadi kelelawar, itu berlaku pada Demon jenis berbeda. Mereka memiliki kemampuanya tersendiri masing-masing, mereka bahkan memiliki sihir khusus milik mereka sendiri yang mungkin para Witch sekalipun tidak bisa lakukan. Sebenarya ras ini masih penuh dengan misteri, karena mereka menghabiskan waktu mereka pada sisi tergelap dari dunia ini.

"Jika mereka memiliki kekuatan seperti itu, bukankah mereka bisa mengalahkan ras lainya dengan mudah? " kata salah satu pendengar.

Tettot.......!!! salah besar, tentu saja Ras Elf dengan wawasan luas yang mereka miliki berkat sejarah panjang dan kemampuan sihir mereka, dengan mudah menemukan cara membunuh para Demon, bahkan para Witch pun demikian, mereka yang dikenal karena memiliki rasa ingin tau yang besar dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan. Tentu saja ditunjang dengan kemampuan sihir yang mereka miliki, bukan hal sulit membasmi para Demon. Bangsa Demi-human juga seperti itu, walaupun mereka tidak memiliki kemampuan sihir, dengan kemampuan fisik mereka yang dikenal paling tinggi dari 5 ras lainya mereka dapat memukul mundur para Demon. Bisa dikatakan mereka seimbang, jangan tanyakan bagaimana dengan Manusia? Karena itu sudah jelas.

Salah seorang anak yang ingin mengangkat tangan untuk bertanya mengurungkan niatnya mendengar kata-kata Si Pendongeng.

Oke, berikutnya adalah para Demi-human. Para Demi-human adalah ras yang memiliki kemiripan ciri fisik dengan manusia dan hewan, bisakah kalian membayangkanya? Mereka adalah wanita-wanita cantik dan imut yang memiliki telinga kuc......aahhh itu tidak penting. Yang ku maksudkan adalah mereka adalah makhluk setengah manusia setengah hewan, mereka bisa berupa hewan apa saja tergantung jenis mereka. Dan tentu saja mereka memiliki kemampuan-kemampuan khas sesuai binatang jenis apa mereka.

" Apakah mereka bisa terbang seperti burung? " tanya salah seorang anak.

Jawabanya adalah iya, mereka bisa terbang jika jenis binatang yang mereka miliki adalah burung. Tentu saja mereka memiliki sayap dan bulu burung pada tubuh mereka. Mereka juga dapat bernafas dalam air, berlari dengan kecepatan tinggi, memiliki penciuman yang tajam, dan masih banyak lagi. Tapi menurutku mereka adalah makhluk yang sangat menakjubkan. Apalagi jika kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri sensasinya sangat luar biasa, para wanita dengan telinga dan ekor kuci....... Ehem hem e.... maksudku mereka adalah makhluk yang luar biasa hahaha.

" Kak? Apakah aku bisa bertemu dengan salah satu dari mereka? " tanya seorang anak yang terlihat tertarik.

" Tentu saja, tapi apakah kalian yakin ingin bertemu mereka? Mereka menjadikan kita para manusia sebagai budak loo. " kata Si Pendongen sambil mengusap kepala anak yang bertanya tadi. Sekilas terlihat senyuman dibalik kerudung jubah yang dikenakanya.

" Apakah mereka jahat kak? " tanya si anak.

" Mmm bagaimana yaa? Yahh... mereka juga berusaha untuk melindungi apa yang penting untuk mereka, tapi aku tidak mengatakan mereka semua tidak jahat yaa, karena dimanapun itu pasti ada yang baik dan jahat. Bisa dikatakan kedua hal ini saling melengkapi, jika ada yang namanya jahat pasti ada yang namanya baik begitu pula sebaliknya. Kita pun sebagai manusia tidak bisa mengatakan semua manusia itu baik kan? " jawab Si Pendongeng.

Para pendengar terlihat muram mendengar perkataan Si pendongeng.

" Hahahaha maaf ya, sepertinya pembahasan ini terlalu berat untuk kalian, mari kita lanjutkan ceritanya " kata Si Pendongeng berusaha menghibur anak-anak itu.

Baiklah ras yang terakhir adalah Witch. Kalian tau apa itu Witch? Orang-orang yang mampu mewujudkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Keren..........banget kan kalo bisa kaya gitu? Kita bisa melawan Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut seperti di cerita Harry Po..... 'ehem ehem' maksudku, kita bisa menjadi anak berkacamata dengan luka sambaran kilat di dahinya dan menyelamatkan dunia kan?.

Gelak tawa pun kembali terdengar dari para anak-anak itu. Wajah murung mereka terlihat kembali ceria bercampur dengan ekspresi tertarik dengan cerita yang diceritakan.

" Tapi sebenarnya aku sangat berharap para Witch itu sebaik yang ada pada cerita si anak berkacamata itu. " kata Si Pendongeng.

" Memangnya kenapa kak? " kata mereka serempak.

Aku membenci para Witch yang ada di dunia ini. Kenapa? Karena mereka sangat menganggap rendah kita sebagai manusia yang tidak bisa melakukan sihir, mereka menganggap para Manusia yang tidak bisa menggukanan sihir lebih rendah dari binatang dan hanya dijadikan budak semata oleh mereka. Mereka berpendapat bahwa martabat mereka lebih tinggi dari Manusia biasa. Hanya karena mereka bisa menggunakan sedikit sihir.

Entah mengapa tiba-tiba atmosfer yang berada disekitar mereka mejadi lebih dingin. Para anak merapatkan jaket yang mereka kenakan agar lebih hangat, beberapa dari mereka bahkan menggigil karena perubahan suhu yang tiba-tiba.

" Ehhh apakah kalian kedinginan? Maaf-maaf hahaha sepertinya aku terbawa suasana " kata Si Pendongeng.

Dan seperti kedatanganya yang tiba-tiba, udara dingin tersebut pun hilang secara tiba-tiba. Sehingga anak-anak mulai agak melonggarkan jaket mereka.

Tapi tidak semua Witch seperti itu, banyak diantara mereka juga menganggap Manusia sama derajatnya dengan Witch, karena pada dasarnya Manusia dengan para Witch adalah satu ras yang sama yaitu Manusia. Tetapi karena keangkuhanya para Witch, mereka membuat ras sendiri yang terdiri dari semua Witch yang ada di dunia, dan meninggalkan para Manusia.

Meskipun begitu apakah kalian tau? Sebenernya masih banyak Witch-Witch yang tidak bergabung dengan ras Witch dan lebih memilih tinggal bersama ras Manusia. Kebanyakan dari mereka memang adalah para darah campuran, tau kan darah campuran? Orang tua mereka adalah Witch yang menikah dengan manusia biasa sehingga anak-anak mereka mendapatkan kemampuan sihir dari orang tuanya. Dan kebanyakan Witch yang ikut dalam ras Witch adalah mereka yang menyebut diri mereka Witch Darah Murni, yaitu Witch yang terlahir dari kedua orang tua Witch. Itulah yang menyebabkan mereka sedikit angkuh, tapi menurutku populasi mereka akan semakin menipis karena hanya boleh menikah dengan sesama Witch Darah Murni. Bahkan aku pun juga mempunyai teman seorang Witch berdarah campuran.

" Benarkah kak? " tanya seorang anak perempuan dengan wajah takjup

" Iya walaupun dia adalah orang yang menyebalkan " jawab Si Pendongeng

" Apakah kau juga bisa sihir? " tanya salah seorang anak penasaran

" Tentu saja tidak, aku hanya seorang pendongeng biasa hahahaha " jawab Si Pendongeng sambil tersenyum.

" Kak? Bukankah itu tidak adil? " kata seorang anak laki-laki.

" Mmm apanya? " kata Si Pendongeng

" Kenapa tuhan tidak meberikan anugerahnya juga terhadap manusia? Bukankah itu sedikit tidak adil karena ras lainya mendapatkanya? " kata anak itu.

" Begitukah menurutmu? " tanya Si Pendongeng sambil melirik si anak dengan wajah tertarik.

" Iya, jika seperti itu terus bukankah ras Manusia akan terus tertindas? " jawab si anak.

" Hohoho kau salah anak muda, aku kan tidak pernah bilang bahwa manusia akan terus tertindas " kata Si Pendongeng.

" Maksudnya? " tanya si anak. Anak-anak yang lain mulai mendengarkan.

Ada sebuah kejadian yang mengubah nasib seluruh umat manusia, kejadian ini dinamakan dengan Titik Balik Umat Manusia.

" Titik Balik Umat Manusia? " kata mereka sambil saling melihat satu sama lain.

" Benar sekali, Titik Balik Umat Manusia. " kata Si Pendongeng sambil tersenyum.

" Apa itu Titik Balik Umat Manusia? " tanya mereka bersama.

" Apakah kalian ingin mengetahuinya? " balas Si Pendongeng.

" Iyaaaaa!!! " kata mereka bersamaan.

" Sungguh? " tanya Si pendongeng

" Sungguh!!! " jawab mereka bersamaan.

" Apakah kalian yakin? " tanya Si Pendongeng.

" Yakinn!!! " jawab mereka lagi dengan semangat.

" Miapa? " tanya Si Pendongeng nakal.

" Mie ayam!!! " jawab mereka kesal.

" Hahahahaha baiklah kalau begitu kita lanjutkan ceritanya lain kali yaa? " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

Terdengar suara keluhan dari kerumunan anak-anak itu, dan mereka mulai memohon-mohon pada Si Pendongen untuk melanjutkan ceritanya sedikit saja.

" Tidak boleh ini sudah larut, nanti orang tua kalian repot mencari kalian " kata Si Pendongeng tegas.

Dengan wajah murung anak-anak itu pun membenarkan kata-kata Si Pendongeng.

Merasa kasihan dengan anak-anak tersebut, Si Pendongeng pun mempunyai sebuah ide untuk menghibur mereka.

" Hei anak-anak apakah kalian ingat kalau tadi bilang aku memiliki teman Witch? " tanya Si Pendongeng.

Mereka pun mengangguk, masih dengan wajah kecewa.

" Akan ku perlihatkan sedikit trik sulap pada kalian, walaupun bukan sihir sih hehehe " kata Si Pendongeng.

Anak-anak itu pun terlihat mulai tertarik, dan kembali berkumpul di sekeliling Si Pendongeng.

Si Pendongeng pun mengibarkan jubahnya, dan dengan satu kali ayunan jubah, Si Pendongeng pun menghilang dari tempat tersebut seakan-akan ia memang tidak pernah berada disitu sama sekali. Diikuti oleh tepuk tangan meriah dan tawa dari anak-anak yang menonton.

Prolog 0,5

Sore itu anak-anak sudah mulai berkumpul kembali di tempat biasanya, beberapa dari mereka asyik membicarakan tentang cerita yang mereka dengarkan kemarin dan merasa tidak sabar untuk mengetahui kelanjutannya, tetapi ada juga beberapa anak yang menatap jalan setapak yang menuju ke hutan seperti sedang menunggu seseorang. Sampai menjelang senja, masih belum ada tanda-tanda kedatangan orang yang mereka tunggu.

" Apa hari ini kakak tidak datang yaa? " kata salah seorang anak yang menunggu.

" Tenang saja dia pasti akan datang " kata seorang anak dengan penuh keyakinan.

" Bagaimana kau bisa yakin? " tanya anak itu dengan wajah meremehkan.

" Karena..............." kata anak itu menjawab. Tapi sebelum anak itu menyelesaikan kata-katanya mereka mendengar suara yang sangat familiar ditelinga mereka.

" Apa kalian sedang menunggu seseorang? " tanya suara itu.

" Wakhhhhh...............!!!!????? " kata mereka kaget secara bersamaan.

Sesosok orang dengan jubah bertudung yang mereka tunggu-tunggu telah berdiri dibelakang mereka sambil ikut menatap ke jalan setapak yang biasa ia lewati untuk datang ke desa itu. Anak-anak yang kaget itu kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Si Pendongeng, tapi selalu dipotong sebelum mereka menyelesaikan pertanyaan mereka.

" Sejak kapan..................!!! "

" Hahaha apa kalian menugguku? " potong Si Pendongeng

" Bagaimana cara kakak bisa.............!!! "

" Sudah sampai mana cerita kita kemarin? " potong Si Pendongeng lagi.

" Tapi bagaimana......................!!! "

" Mmm...............apanya? " potong Si Pendongeng sambil bertanya dengan senyuman diwajahnya.

" Ahhhh........... sudahlah lupakan " kata mereka mengalah.

" Ada apa ? " tanya Si Pendongeng dengan ekspresi bingung.

" Sudahlah lupakan saja, lebih baik kakak lanjutkan ceritanya " kata mereka dengan kesal.

" Hehehehe bukankah kalian berkumpul disini karena hal itu?, itulah sebabnya aku bertanya kemarin itu sudah sampai mana? " katanya sambil tersenyum.

" Titik Balik Umat Manusia kak " jawab salah satu dari mereka.

" Ohhhhh sudah sejauh itukah? Baiklah jadi begini....." kata Si Pendongeng mulai bercerita, anak-anak pun mulai mendegarkan dengan wajah serius. Tapi Si Pendongeng terdiam selama 10 menit.

" Jadi.....gimana kak? " tanya mereka bingung karena Si Pendongeng.

" Oaahhhh maaf-maaf aku lupa kelanjutanya, berikan aku waktu mengingat sebentar " kata Si Pendongeng sambil menggaruk kepalanya.

" Hahhh............????!!!! " teriak mereka kesal sambil terjatuh dari tempat duduk mereka.

" Hahahaha aku hanya ingin merusak wajah serius kalian itu, kenapa kalian serius sekali? " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Kakak jangan bercanda seperti itu dong, kami sudah serius tau??? " kata mereka dengan kesal.

" Hahahaha baiklah maaf-maaf hanya saja kalian mengingatkanku pada teman-temanku, oke jadi begini ceritanya " kata Si Pendongeng.

Titik Balik Umat Manusia terjadi saat Perang Besar Antar Ras Pertama, pada perang ini terjadi perselisihan antar 4 ras besar, kenapa aku tidak memasukan ras Manusia dalam perang ini karena kita para Manusia ikut dalam perang ini bukan karena kita ingin, tetapi karena kita semua terjebak dalam perang ini sebagai bala bantuan bagi 4 ras lainya. Waktu itu banyak Manusia yang diikutsertakan dalam perang tersebut sebagai bala tentara dari 4 ras lainya.

" Kenapa bisa seperti itu kak? " tanya seorang anak.

" Bukankah sudah kubilang sebelumnya? Kita ini hanya sebagai budak 4 ras lainya, jadi terserah mereka memerintahkan kita untuk melakukan apa. Dan para pemimpin, bangsawan, dan orang-orang kaya dari ras Manusia memberikan harta benda mereka untuk bantuan perang agar mereka tidak dikirim untuk ikut dalam perang, sungguh menyedihkan bukan? " kata Si Pendongeng sambil menghela nafas.

Di dalam perang ini kita para manusia berperang antar sesama ras kita demi kepentingan ras lainya, miris bukan? Tapi mau bagaimana lagi? Kita tidak memiliki kemampuan untuk melawan, karena kita hanya ras yang terlupakan oleh Tuhan. Itulah pikir semua orang pada saat itu. Lalu saat semuanya telah menjadi kacau dan berantakan disitulah manusia menemukan sebuah harapan yang nantinya akan dikenal dengan nama Titik Balik Umat Manusia.

" Dari tadi kakak berbicara bertele-tele terus, kami ingin tau apa itu Titik Balik Umat Manusia itu dari kemarin tau? " kata salah seorang anak laki-laki.

" Iya-iya sabar napa? Ini juga ceritanya mau masuk kesitu " kata Si Pendongeng sambil cemberut.

Anak-anak pun tertawa karena melihat tingkah laku Si Pendongeng yang kekanak-kanakan.

" Pada saat perang itu, terdapat 10 orang ras Manusia yang mengalami kehilangan terbesar dalam hidup mereka yang membuat mereka seakan mati dan tanpa pegangan hidup, kalian tau? Rasa kehilangan yang sangat besar, seperti saat Kapten Bajak Laut Topi Jerami kehilangan Si Tinju Api dalam anime One..... ehem.......ehem..........ee....... maksudku adalah rasa kehilangan yang sampai membuat kalian ingin mati seperti itu. " kata Si Pendongeng sambil menyeka ingusnya yang keluar karena sedih, entah karena ceritanya atau karena scene anime yang dia ingat itu. Anak-anak menatapnya dengan wajah datar.

" Kehilangan seperti apa itu kak? Apakah kehilangan orang yang berharga seperti di anime tersebut? " tanya seorang anak.

" Wallahualam bishawab, tidak ada yang tau pasti kehilangan seperti apa itu. Hanya mereka sendiri dan Tuhan yang tau " jawab Si Pendongeng.

Kemudian 10 orang tersebut berdoa kepada Tuhan dengan bersungguh-sungguh, mereka melepaskan semua keluh kesah mereka dan berdoa dengan sepenuh hati agar Tuhan memberikan bantuan kepada mereka, mereka hanya tidak ingin kehilangan lagi hal yang penting bagi mereka. Karena kehilangan yang mereka terima sudah cukup menghapuskan semua alasan mereka untuk tetap hidup. Lalu, mereka pun bertemu dengan-Nya.

" Bertemu dengan siapa? " tanya mereka bersamaan bingung.

" Siapa lagi? Tentu saja Tuhan. Tapi bukan bertemu secara harfiah sih.....Mmmm bagaimana ya cara menjelaskanya?, mereka seperti diberikan petunjuk oleh Tuhan " jawab Si Pendongeng.

Dan doa mereka dijawab oleh Tuhan, Tuhan pun bertanya pada mereka. Apakah kau ingin melindungi hal yang berharga bagimu? Melindungi ras Manusia dan melepaskan mereka dari perbudakan dan penganiayaan dari ras lainya agar tidak ada lagi orang yang merasakan kehilangan yang sama seperti yang kau rasakan. Dan menjadi penjaga perdamaian antara 5 ras yang ada, mereka pun bertanya kepada Tuhan, bukankah hal tersebut membutuhkan sebuah kekuatan yang besar? Tentu saja membutuhkan kekuatan yang besar untuk membuat perdamaian antar ras. Kemudian Tuhan menjanjikan kekuatan tersebut kepada kesepuluh orang tersebut, tapi dengan syarat.........

" Dengan syarat.......? " kata anak-anak itu dengan wajah serius.

" Dengan syarat........... apa ayo penasaran kan? " kata Si Pendongeng sambil menggoda mereka.

" Ahhh... ayolah kak, nanti keburu larut terus ceritanya gak selesei lagi " kata seorang anak.

" Hahaha iya-iya pasti ku selesaikan kok, tidak akan sampai larut malam " katanya sambil tersenyum misterius.

" Maksudnya? " kata mereka.

" Baiklah kita lanjutkan " kata Si Pendongeng tanpa memerdulikan pertanyaan tersebut.

Syarat yang diberikan kepada sepuluh orang tersebut terbilang berat, karena memiliki tanggung jawab yang besar, bahkan hal ini bisa disebut anugerah sekaligus kutukan. Tapi kesepuluh orang tersebut menyetujui syarat tersebut, dan mereka mendapatkan kekuatan luar biasa yang membuat 4 ras lainya tidak memandang sebelah mata lagi kepada para Manusia.

Kesepuluh orang tersebut dianugerahi Kekuatan Element oleh Tuhan, kekuatan yang belum pernah ada di dunia dan kekuatan yang bahkan para Elf yang notabenenya adalah ras tertua tidak tahu apapun akan hal tersebut. Hal ini membuat gempar seluruh ras yang ada. Kesepuluh orang tersebut menghapuskan perbudakan Manusia dan melindungi umat Manusia dari 4 ras lainya, apakah 4 ras lainya diam saja? Tentu saja tidak!

Mereka berusaha melawan kesepuluh Manusia tersebut. Tapi apa daya, mereka tidak bisa mengalahkannya karena mereka bersepuluh diberikan kekuatan untuk menjaga perdamaian di dunia ini. Satu orang dari kesepuluh Manusia tersebut saja dapat menghancurkan 1 batalion tentara ras manapun yang berusaha melawan mereka, kesepuluh orang inilah yang nantinya akan dikenal dengan nama Elementalist.

" Tunggu sebentar kak, apa maksudnya dengan anugerah sekaligus kutukan itu? " potong seorang anak.

" Ehhhh kau malah baru bertanya saat ceritanya sejauh ini? " tanya Si Pendongeng sambil menghela nafas.

" Eheheheh habisnya ceritanya terlalu seru untuk dipotong " katanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

" Hahhh........ baiklah, jadi maksud dari kekuatan anugerah sekaligus kutukan adalah mereka akan diberikan kekuatan yang besar oleh Tuhan tetapi sebagai gantinya mereka harus menjaga perdamaian dan kealamian masing-masing elemen yang mereka pegang, ohh iya aku lupa memberitahu masing-masing Elementalist hanya bisa menggunakan 1 Elemen saja lo, mereka menguasai Elemen yang berbeda-beda satu sama lain, dan........salah satu kutukanya juga adalah......semua keturunan dari para Elementalist akan mendapatkan Kekuatan Elemen juga dan meneruskan tugas para pendahulunya, seperti siklus reinkarnasi begitu. Itulah penyebabnya dikatakan kutukan " jelas Si Pendongeng.

" Tapi kak? Jika seperti itu bukankah Elementalist akan berjumlah banyak? " tanya seorang anak perempuan.

" Maksudmu? " Si pendongeng balik bertanya.

" Tadi kakak bilang semua keturunan dari Elementalist akan mendapatkan Kekuatan Elemen? " jawab anak perempuan itu.

" Ohhh kalian salah paham, hahahahaha maksud kalian adalah jika para Elementalist mempunyai anak lebih dari satu maka semuanya akan mendapat Kekuatan Elemen begitu? " tanya Si Pendongeng.

Si anak perempuan yang bertanya pun mengangguk dengan bersungguh-sungguh.

" Bukan seperti itu, hanya salah satu dari keturunan Elementalist yang akan mendapatkan Kekuatan Elemen, keturunan anak yang mendapatkan Kekuatan Elemen itulah yang akan mempunyai anak yang juga memiliki kekuatan Elemen, jadi selain anak yang mendapatkan kekuatan tersebut tetap menjadi anak Manusia biasa tanpa Kekuatan Elemen, dan ingat bahwa Semua keturunan dari para Elementalist tersebut hanya mewarisi Elemen milik orang tua mereka " jelas Si Pendongeng.

" Ohhhhh seperti itu " kata mereka dengan wajah paham.

" Ada satu kutukan lagi yang didapatkan oleh para Elementalist. " kata Si Pendongeng.

" Apa itu? " tanya mereka bersamaan.

" Mereka memiliki ciri fisik yang melambangkan Elemen mereka " jawab Si Pendongeng.

" Maksud kakak? " tanya mereka.

" Kalian akan tau jika melihatnya dengan mata kepala kalian sendiri " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Yaahhhh...... " kata mereka kecewa.

" Baiklah kita lanjutkan kisahnya " lanjut Si Pendongeng.

Setelah para Elementalist muncul tidak ada ras yang berani terhadap mereka, para Elf yang terkenal angkuh menundukan kepala mereka kepada para Elementalist, Witch yang selalu menganggap remeh orang yang tidak bisa menggunakan sihir berusaha mendapat bantuan mereka, para Demon menggunakan semua tipu muslihat mereka untuk dapat menjilati para Elementalist dengan kata-kata manis mereka. Para Demi-Human berusaha mendapatkan simpati mereka.

Para Elementalist pun membuat sebuah perjanjian perdamaian antara 5 ras yang akhirnya disetujui oleh semua pihak dan menciptakan perdamaian yang belum pernah dirasakan oleh Manusia dalam waktu yang sangat lama.

Tetapi pada akhirnya para Elementalist merasakan bahwa para ras lainya hanya mennghormati mereka bersepuluh dan masih tetap saja memandang rendah kepada ras Manusia selain para Elemaentalist, dengan kata lain mereka hanya takut terhadap para Elementalist sehingga tidak menyentuh para Manusia.

Setelah mempertimbangkan hal tersebut para Elementalist pun setuju untuk memisahkan dimensi dari ke 5 ras tersebut pada dimensi mereka masing-masing. Hal ini ditentang oleh 4 ras lainya, karena mereka menganggap jika hal ini terjadi mereka tidak dapat memanfaatkan manusia lagi. Tapi para Elementalist telah membulatkan tekad mereka untuk menjaga perdamaian dunia ini dan pada akhirnya kelima ras tersebut ditempatkan di dimensi mereka masing-masing. Tamatt......

" Bagaimana menurut kalian dengan ceritanya? " tanya Si Pendongeng.

" Kerenn.......kak jadi itulah awal mula semuanya ya? " jawab mereka.

" Bisa dibilang begitu hahahaha " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Ohhh begitu yaa, tapi apakah kakak pernah mendengar tentang hancurnya Pemisah Dimensi 50 tahun yang lalu? " kata seorang anak laki-laki.

" Mmmm dari mana kau mendengar cerita itu? " tanya Si Pendongeng tertarik.

" Dari para pedagang yang datang dari kota kak, hal ini sedang menjadi buah bibir di desa. Benar kan? " kata anak laki-laki itu pada teman-temanya.

Mereka semua membenarkan perkataan anak laki-laki itu.

" Ehhhh tidak kusangka kabar itu sudah sampai disini " kata Si Pendongeng tersenyum.

" Apakah itu benar kak? " tanya seorang anak perempuan dengan wajah takut.

" Hahaha aku tidak tau pasti ya, apakah aku terlihat seperti orang yang berumur diatas 50 tahun dimatamu? " tanya Si Pendongeng.

" Tentu saja tidak, tapi kakak kan punya pengetahuan yang luas. " kata anak perempuan itu.

" Hahahaha kalian tenang saja semuanya pasti akan baik-baik saja, terutama dimensi kalian. " kata Si Pendongeng.

" Hah? Dimensi kami? Maksud kakak? " tanya mereka bersamaan.

" Hahahaha jangan pikirkan hal sepele itu, sepertinya ini adalah pertemuan terakhir kita semuanya " kata Si Pendongeng sambil tertawa.

" Memangnya kakak mau pergi ke mana? " tanya seorang ianak perempuan.

" Aku ingin bertemu dengan teman-temanku " katanya sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan melewati jalan setapak yang biasa ia lewati.

" Sampai jumpa, semoga kita bisa bertemu kembali yaa " katanya sambil menoleh dan melambaikan tangan kepada anak-anak itu.

Anak-anak pun berkumpul bersama sambil melihat Si Pendongeng yang akan pergi. Mereka melambaikan tangan kepadanya, tiba-tiba angin bertiup cukup kencang sehingga menerbangkan tudung jubah milik Si Pendongeng. Tapi sebelum tudung itu terbuka sepenuhnya Si Pendongeng menangkap dan memasangnya kembali. Dia pun menoleh kepada anak-anak yang telihat kaget akan apa yang mereka lihat, kemudian ia memberikan isyarat dengan cara menempelkan jarinya dibibir seperti meminta jangan membertitahu siapapun tentang apa yang mereka lihat. Lalu dengan satu ayunan jubahnya ia menghilang seperti pertemuan mereka sebelumnya.

" Hei, apakah kalian melihat warna rambut kakak it........."

kata seorang anak laki-laki sambil masih melihat tempat Si Pendongeng menghilang lalu menoleh secara perlahan-lahan kepada teman-temanya.

Belum selesai berbicara dia melihat teman-teman perempuanya dengan wajah merah merona seperti telah melihat sesuatu yang luar biasa.

" Kakak itu, TAMPAN SEKALI KYAaAAA..........!!! " teriak para perempuan.

" Hahhhhhh............!!!!!! " kata si anak laki-laki kebingungan sambil memegang kepalanya.

Di tempat lain. Di sebuah tanah lapang yang dikelilingi oleh hutan yang berada dekat dengan desa itu, terdapat sosok dengan jubah bertudung yang tidak lain dan tidak bukan adalah Si Pendongeng, ia duduk disebuah batu besar pada tanah lapang tersebut sambil melihat bulan dan memakan buah plum, dia duduk ditempat itu seperti menunggu seseorang.

Benar saja beberapa saat kemudian terdengar suara lirih yang memecahkan kesunyian ditempat itu.

" Cerita yang sangat menarik, kau tau? Aku sampai bisa membayangkan semua kejadian itu dikepalaku " kata suara itu.

Kemudian dari balik pepohonan-pepohonan hutan yang rimbun munculah sesosok orang dengan jubah bertudung yang sama dengan Si Pendongeng tapi dengan corak yang berbeda, sosok itu berjalan mendekati Si Pendongeng dan berhenti tepat di belakangnya.

" Benarkah? Kau terlalu memujiku, kau tau? " jawab Si Pendongeng tanpa menoleh kepada pendatang baru tersebut.

" Tidak juga, aku bersungguh-sungguh mengatakan ceritamu itu bagus sekali, untuk seorang anak yang selalu tidur di kelas sih. " jawab usil Si Pendatang Baru sambil melepaskan tudung jubah yang ada dikepalanya.

Saat itulah wajah Si Pendatang baru terlihat, dia adalah seorang perempuan yang sangat cantik dengan rambut panjang berwarna hitam, dikedua sisi kepalanya ada beberapa helai rambut yang diikatkan kebelakang kepalanya,. Tapi yang paling menarik dari penampilanya adalah warna matanya yang merah seperti buah apel yang matang pada pohonya.

"Ehhh..... ku kira tadi kau mau memujiku? " jawab Si Pendongeng masih tanpa menoleh kepada Si Perempuan.

" Itu memang pujian bukan? Jadi sekarang kau mau apa? Apakah kau akan melanjutkan ceritanya? Arya? " tanya Si Perempuan.

" Tentu saja aku akan melanjutkan ceritanya, tapi apakah menurutmu........" kata Si Pendongeng sambil melepaskan tudung jubahnya dari kepala.

Disitulah untuk pertama kali sosok Si Pendongeng terlihat, dia adalah seorang pria dengan wajah yang tampan, dia memiliki rambut berantakan yang berwarna putih seputih salju, dan bola matanya yang berwarna biru seperti batu saphire.

" Bukankah Cerita tadi itu agak terlalu panjang untuk sebuah prolog, Asuna? " tanyanya sambil menoleh dengan wajah tersenyum kepada perempuan bernama Asuna tersebut.

Chapter 01 - Elemental City

Tik.....tik........tik kringg.....kring.........krinngg........!!!!

Suara alarm jam weker itu memecah kesunyian di dalam kamar tersebut, sang pemilik kamar pun terbangun dari tidurnya. Tapi ia enggan bergerak dari tempat tidurnya untuk mematikan jam weker yang telah ia setting sendiri pada jam setengah 7 pagi seperti biasanya, entah kenapa kenyamanan dari kasurnya itu membuat tubuhnya menjadi berat. Seolah-olah gaya gravitasi di tempat itu lebih besar dari tempat lainya.

Kring.....kring....kring......kring.......kring.....kring.......!!!

Ia pun mulai terganggu dengan bunyi menyebalkan itu, lalu ia menutupi kepalanya dengan bantal sehingga suara yang mengganggu itu berkurang, kenapa jam weker itu tidak bisa mengerti? Pikirnya.

Kring.....kring....kring......kring.......kring.....kring.......!!!

"Ahhh..........berisik................!!!" teriaknya.

Seketika jam tersebut berhenti berdering, tiba-tiba saja mekanisme dalam jam tersebut tidak berfungsi karna bagian dalam dari jam itu membeku begitu saja.

setelah suasananya kembali sunyi ia melanjutkan tidurnya. Tapi, belum 5 menit ia terlelap suara yang sangat dia kenal membangunkanya.

"Tuan Muda? Tuan Muda? Bangunlan tuan, jika anda tidak bangun anda akan terlambat masuk sekolah. Anda ingat? Hari ini adalah hari pertama semester baru" kata suara tersebut sambil mengetuk pintu kamarnya.

Ia pun langsung tersadar dan segera bangun dari ditempat tidurnya, ia pun melihat jam weker yang membeku. Terlihat jam itu menunjukan pukul 6.40, benar juga, hari adalah hari pertama masuk sekolah, pikirnya.

"Tuan Muda? Apa anda sudah bangun?" tanya suara itu lagi.

"Iyaa....iya aku sudah bangun" jawabnya serak.

"Baguslah kalau begitu, sarapan segera siap" sahut suara dari luar pintu kamar tidurnya.

Kemudian sang pemilik kamar berdiri dari tempat tidurnya dengan sekuat tenaga, saat ia berhasil berdiri dari kasurnya.

Akhirnya aku bisa lepas dari tempat itu, katanya dalam hati. lalu ia pun melangkah ke depan cermin yang berada diseberang kamar tidurnya tersebut. Dan melihat pantulan bayanganya pada cermin.

Namanya adalah Arya, hanya Arya tanpa marga dan tambahan sedikit pun. Sampai terkadang ia ingin menambahkan kata Just pada depan namanya yang berarti hanya. Hanya Arya pikirnya.

Di depan cermin itu Arya melihat remaja laki-laki pada umumnya. Dia mengenakan piyama berwarna putih dan menatap dengan tatapan bodoh pada cermin, tapi yang menarik dari anak itu adalah rambut berantakannya yang berwarna putih seperti salju serta matanya yang berwarna biru seperti batu saphire.

Setelah melihat dirinya pada cermin dan merasa jijik kepada dirinya sendiri karena penampilanya yang berantakan. Ia pun mengambil handuk dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Tapi sebelum itu ia perlu membuang protein yang ada dalam badannya, hal ini lebih lama dari pada mandi pikirnya sambil duduk menunggu proteinya keluar. Kalian paham maksdunya membuang protein? Jika kalian mempunyai sistem pencernaan yang baik kalian pasti mengerti, Benar sekali! Ia sedang BAB.

Setelah selesai mandi ia pun langsung mengenakan seragamnya, rompi sekolahnya yang tidak pernah tersentuh selama liburan itu pun masih terasa sama pikirnya. Lalu ia keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan sambil menenteng tas sekolahnya. Di meja makan, sarapan sudah tersedia seperti biasanya, ia langsung duduk dan memakan sarapan tersebut tanpa bersuara sambil berpikir dimana gerangan orang yang membuat sarapan.

"Tuan Muda..........." kata suara dari belakangnya.

Disitu berdiri seorang pria paruh baya mengenakan pakaian pelayan yang biasa ia kenakan, rambutnya yang panjang dan beruban itu terurai di wajahnya. Dia adalah pelayan pribadi Arya, namanya adalah Pak Tora. Dia adalah mantan pelayan Presiden, tapi sekarang menjadi pelayan pribadi Arya.

"Ada apa pak?" tanya Arya padanya.

"Tuan Muda saya mohon berhenti melakukan ini" kata Pak Tora sambil menunjuk jam weker beku yang sedang ia pegang.

"Ini sudah yang ketiga kalinya dalam minggu ini tuan Muda, apa saya harus membelikan anda jam dua hari sekali?" tanyanya lagi sambil menghela nafas.

"Hahahaha maafkan aku hanya saja gravitasi pada kasurku itu terasa lebih besar dari pada tempat lainya" sahut Arya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Hah......anda hanya mencari alasan, padahal anda hanya malas bergerak saat baru bangun tidur kan?" kata Pak Tora.

"Hahahaha mungkin saja" jawab Arya sambil tertawa.

"Baiklah saya akan merapikan kamar anda, jadi berangkatlah tanpa perlu mencari saya. Nanti bisa-bisa anda terlambat dihari pertama ini" kata Pak Tora sambil berjalan menuju lorong yang mengarah ke kamar Arya.

"Baik........." sahut Arya sambil masih mengunyah sarapanya.

"Ohhh iyaaa Tuan Muda? Saya lupa memberitahu bahwa Tuan ingin bertemu dengan anda" kata Pak Tora sambil menjulurkan kepalanya dari pintu masuk ruang makan.

"Tuan Presiden?" tanya Arya berpaling dari makananya untuk sementara.

"Benar, Tuan meminta anda datang ke Rumah Utama sepulang anda dari sekolah" jawab Pak Tora.

"Oke, apa kau tidak ikut bersama ku?" tanya Arya lagi.

"Maafkan saya Tuan Muda, saya tidak bisa ikut karena masih banyak kerjaan yang menumpuk"

"Kalau begitu bisakah kau mengembalikan beberapa buku yang aku pinjam di perpustakaan kemarin?"

"Tentu Tuan Muda"

"Baiklah, aku berangkat dulu pak" kata Arya sambil berdiri dari kursinya.

"Hati-hati dijalan Tuan Muda" sahut Pak Tora.

Setelah keluar dari gerbang rumahnya, Arya berjalan menuju jalan utama yang sudah dipadati orang yang memiliki kepentingan masing-masing. Ia berjalan menuju stasiun kereta seperti yang biasa dia lakukan saat berangkat ke sekolah, setelah membeli tiket kereta api dan berdesak-desakan akhirnya ia berhasil masuk ke dalam kereta dan mencari tempat duduk favoritnya.

"Ramai sekali, jam berangkat kerja memang seperti ini bukan?" kata Arya berbicara pada dirinya sendiri.

Akhirnya dia berhasil menemukan tempat duduknya yang biasa, kenapa dia suka duduk di tempat itu? Alasanya sederhana, ia dapat melihat pemandangan kota melalui tempat itu. Kereta pun mulai berangkat. Arya melihatnya, pemandangan kota yang padat akan penduduk itu.

Kota Elemental atau lebih dikenal dengan nama Elemental City, biasanya juga disingkat menjadi EC. Menurut Arya nama ini kurang cocok untuk tempat ini, kenapa? Kata City berarti kota bukan? Tapi tempat ini terlalu luas untuk diberi nama seperti itu. Elemental City adalah wilayah terakhir yang dimiliki oleh umat Manusia, ia tidak tahu pasti luasnya berapa. Tapi, yang ia tahu pasti membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menampung seluruh umat Manusia dari berbagai negara di dunia ini.

Kemudian ia melihat ke langit, di langit samar-samar terlihat lapisan yang melindungi Elemental City. Lapisan itu seperti membran tipis yang transparan, tapi sebenarnya sangat berguna untuk melindungi kota ini. Lapisan itu dibuat oleh para Ilmuan-ilmuan dari seluruh negara di dunia dengan bantuan para Witch yang pro kepada Manusia, sehingga Manusia bisa berlindung di kota ini. Arya tidak tau pasti apa fungsi Kubah Pelindung itu, itulah kata semua orang yang menyebutnya. Tapi dari yang ia baca disalah satu buku di perpustakaan bahwa lapisan itu melindungi Elemental City sehingga tidak dapat di deteksi oleh ras lainya dan dari yang ia baca juga katanya dapat melindungi kota dari serangan-serangan ras lain.

Dia tidak tahu apa yang ada diluar Kubah Pelindung, sejak dia lahir dia sudah berada di Elemental City. Arya ingin melihat ras-ras lainya seperti Elf, apalagi Demi-Human. Ia sangat ingin melihat perempuan-perempuan dengan telinga dan ekor kucing itu, hanya dengan memikirkanya saja bisa membuatnya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Tapi ia tidak terlalu ingin bertemu dengan ras Demon, ia benci hantu.

Elemental City dibagi menjadi 3 Distrik. Emas, Perak, dan Perunggu. Ketiga Distrik dipisahkan oleh dinding-dinding pembatas, Distrik-distrik ini memiliki perbedaan kelas sosial yang sangat terlihat jelas, hal inilah yang sangat dibenci oleh Arya. Distrik Perunggu berada di wilayah paling luar dari Elemental City, artinya mereka adalah wilayah yang paling dekat dengan Kubah Pelindung. Dan secara otomatis pasti yang pertama kali diserang jika Kubah Pelindung menghilang.

Mayoritas penduduk pada Distrik Perunggu bekerja sebagai petani dan peternak seperti di game Harvest Moo.......Mmmm bukan itu masalahnya, hal ini bukan tanpa sebab karena wilayah dari Distrik Perunggu sebagian besar adalah lahan-lahan pertanian yang luas dan hutan-hutan. Sehingga sangat cocok untuk profesi seperti itu.

Tapi fasilitas pada Distrik Perunggu sangat terbatas, disana bahkan tidak ada Rumah Sakit maupun Sekolah, jadi para penduduk Distrik Perunggu harus berobat dan menyekolahkan anak-anak mereka di Distrik Perak. Hal inilah yang menurut Arya perlakuan pemerintah pusat tidak adil, mereka pikir bahan makanan yang mereka makan setiap hari berasal dari mana? Jika para penduduk Distrik Perunggu tidak ingin menjual hasil panen mereka kepada kedua Distrik yang lain pasti kita semua akan mati kelaparan bukan? Itulah pikir Arya.

Distrik berikutnya adalah Distrik Perak, Distrik ini ditempati oleh orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah keatas, disini adalah tempat dengan fasilitas terlengkap yang ada di Elemental City dan juga Distrik dengan penduduk terpadat, karena disini adalah tempat para pekerja kantoran bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga mereka, disinilah tempat adanya kantor-kantor yang membuat perekonomian dan kehidupan yang ada Elemental City tetap berjalan.

Di Distrik ini jugalah tempat Arya tinggal, sebenarnya ia ingin tinggal di Distrik Perunggu seperti orang-orang lain yang ingin mencari udara yang bersih disana, sudah banyak orang dari Distrik Emas maupun Perak yang bosan dengan suasana kota pindah ke sana. Tapi jika dia pindah ke Distrik Perunggu maka ia akan kesusahan untuk pergi Perpustakaan Kota, jadi ia mengurungkan niatnya itu.

Yang terakhir adalah Distrik termewah, yaitu Distrik Emas. Disini adalah tempat tinggal orang-orang yang mempunyai uang pikir Arya, orang-orang yang tinggal di Distrik ini adalah orang-orang yang memiliki pengaruh penting bagi Elemental City. Para pemimpin negara yang berjasa pada Elemental City, para Bangsawan, orang-orang kaya, dan para aktor dan aktris terkenal di Elemental City.

Tempat ini dipenuhi dengan fasilitas-fasilitas yang amat mewah, pusat-pusat perbelanjaan, sekolah orang kaya, rumah sakit terbaik, restaurant-restaurant mahal yang bisa bikin orang telanjang karena keenakan makananya, kenapa tidak sekalian saja tantang kokinya buat Shokugeki? Intinya adalah tempat-tempat yang bisa menghamburkan uang mu dengan sia-sia pikir Arya. Dan yang lebih parahnya lagi, kalian tau apa? Mereka tidak punya perpustakaan.

Arya merasakan laju kereta yang semakin melambat yang menandakan bahwa ia sudah sampai tujuan, ia pun berdiri dari tempat duduknya. Tapi tiba-tiba ia merasakan tatapan tajam dari seseorang dibelakang punggungnya, seketika itu juga ia berbalik, tapi karena kereta yang padat akan penumpang yang ia lihat hanya kilatan berwarna merah, apa itu tadi? Ahh sudahlah lupakan saja.

Ia keluar dari kereta sambil berdesak-desakan dan akhirnya berhasil melepaskan diri dari kerumunan itu saat keluar dari stasiun kereta api, untung saja jalan menuju sekolah tidak seramai pusat kota. Dan akhirnya ia sampai di Gerbang sekolahnya, disamping gerbang yang tinggi itu (agar tidak ada yang berusaha menaiki pagar jika mereka terlambat) terdapat plat nama sekolahnya yang bertuliskan Sekolah Menengah Atas 1 Perak. Entah mengapa melihat nama sekolah itu ia merasa bahwa sekolah ini adalah sekolah murahan, padahal bisa dikatakan sekolah ini adalah salah satu sekolah terbaik di Distrik Perak bahkan Elemental City sekalipun.

Dia belum terlambat, ia sampai jam 7 tepat. 10 menit sebelum bel pertama berbunyi, dia langsung berjalan cepat melewati gerbang, mengacuhkan orang-orang yang mencoba menyapanya dan hanya memberikan senyuman kecil pada mereka. Dia langsung menuju kelas, dan seperti dugaanya beberapa anak sudah ada di dalam kelas, harusnya aku bangun lebih cepat tadi pikirnya sambil menghela nafas, ia pun masuk ke ruang kelas dan langsung menuju ke tempat duduknya setelah mengucapkan selamat pagi kepada semuanya. Ia merasakan pandangan mereka semua seperti menusuk badanya, hehh pandangan seperti biasa pikirnya.

Bagaimana tidak dipandang coba? Seorang anak laki-laki dengan rambut berantakan berwarna putih? Kurang aneh apa lagi itu? Bukankah dia sangat cocok menjadi bahan tontonan sirkus?, ia sudah mencoba beberapa kali memotong habis rambutnya dan mengecatnya juga, tapi selalu tidak membuahkan hasil, pasti keesokan harinya rambutnya kembali seperti semula. Seperti sebuah kutukan saja. Kemudian ia mendengar sapaan paling menyebalkan yang berasal dari orang yang menyebalkan pula.

"Hey Uban-san" kata suara itu menyapa dengan nada riang

"Sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu Wibu sialan, dan jangan menggunakan akhiran san, itu menjijikan" jawab Arya sambil menoleh.

Disitu berdiri seorang anak laki-laki dengan rambut berwarna kemerah-merahan, dan hidung yang mancung, dia lebih tinggi sedikit dari Arya. Mungkin sekitar 165, dia adalah sahabat dan orang paling menyebalkan yang pernah Arya kenal, dia juga yang sering memberikan recomend-recomend anime pada Arya yang membuatnya menjadi menyukai anime. Ryan Gerrow.

"Ohh ayolah, jangan panggil aku seperti itu. Kau juga suka menonton anime kan? Berarti kau dan aku sama saja" kata Ryan.

"Dan sudah kubilangkan, rambut ku ini berwarna putih bukan beruban, uban itu warnanya lebih kusam bukan putih seperti salju. Jangan samakan aku dengan mu dasar Wibu, aku hanya seorang Anime Lovers bukan Wibu sepertimu." sahut Arya.

"Apa bedanya? Sama saja bukan?"

"Jelas berbeda, aku tidak menyebalkan sepertimu"

"Itukan hanya pendapatmu? Shiro-san"

"Jangan panggil aku seperti itu juga, itu terdengar seperti kau sedang berbicara dengan anjingnya Shin-chan kau tau?"

Perdebatan mereka akhirnya berhenti saat guru mereka masuk ruangan, dan Ryan duduk kembali di tempat duduknya, dan Arya melakukan hal yang selalu dilakukanya disekolah, tidur. Didalam mimpinya ia bertemu dengan seorang perempuan tanpa wajah yang menggenggam api ditanganya, lalu kemudian melemparkanya kepada Arya.

Arya........Arya........oi.........Aryaa.......bangun.

Seketika itu Arya langsung bangun, dan teman-teman sekelas beserta gurunya melihatnya dengan tatapan tajam.

"Berhentilah tidur dan mengigau di kelas Arya" kata Ibu gurunya yang bernama Ibu Rust

Seketika wajah Arya memerah karena malu. Apa aku menginggau ya? Hanya saja Mimpi tadi terasa sangat nyata.

Orang yang membangunkanya tadi ternyata adalah Ryan, Ryan memberi isyarat dengan tangan, apa kau baik-baik saja? tanya Ryan dengan bahasa isyarat, Arya memberikan satu anggukan padanya, dia terlihat cemas jadi sebaiknya Arya menenangkanya terlebih dahulu.

"Arya jawablah pertanyaan berikutnya" kata Ibu Rust.

"Uji kemampuan 1 halaman 72 nomer 39, Apa sisi negatif Sistem Ekonomi Merkantilisme?" jawab Arya cepat.

"Hehh bagaimana kau......."

"Masyarakat dan faktor produksi yang lain cenderung dieksploitasi, contohnya seperti di Elemental City ini"

"Kenapa kau bisa? Bukankah kau........"

"Tertidur? Ohh ayolah bu, ibu seperti tidak mengenal ku saja, aku hanya tertidur, bukanya tidak mendengarkan"

Ibu Rust terlihat sangat kaget akan jawaban yang diberikan Arya, tapi agar tidak malu dihadapan murid-murid nya ia berusaha bersikap tenang, tapi ia masih mencoba memancing Arya dengan kata-katanya.

"Kalau kau sehebat itu Arya, kau seharusnya mendapatkan nilai sempurna disemua mata pelajaran bukan? Tapi kenapa matematika mu selalu mendapat.......kau tau nilai yang kurang memuaskan" katanya dengan seringai licik diwajahnya.

"Ibu tau aku tidak suka pelajaran mati-matian itu kan? Jadi maaf saja kalau nilaiku seperti itu" jawab Arya tanpa ekspresi.

"Tapi seharusnya........"

"Sudahlah bu, apa kau pikir aku ini robot? Aku hanya Manusia biasa seperti ibu, ada hal yang ku suka dan aku tidak suka. Apakah ibu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diluar mata pelajaran yang ibu ajarkan? Tentu saja tidak, jadi jangan salahkan kami para murid jika kami memiliki pelajaran tidak kami kuasai" jawab Arya sambil tersenyum.

Mendengar kata-kata itu Ibu Rust naik pitam, dia sangat kesal melihat kelakuan Arya, dia memang salah satu anak yang cerdas, tapi sifatnya dan penampilanya itu selalu membuatnya kesal, urat saraf terlihat di dahi Ibu Rust.

"Ibu jika ibu terus memasang ekspresi itu, bisa-bisa keriput diwajah ibu semakin bertambah lo" kata Arya sambil menahan tawa.

Kemudian Ibu Rust pun tersadar akan ekspresi yang dibuatnya, dia melihat murid-muridnya yang lain juga sedang menahan tawa, wajahnya pun memerah karena malu, lalu dia menunjuk Arya. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya, dan pergi meninggalkan kelas dengan membawa tasnya. Saat pintu kelas menutup, tepuk tangan dan sorak sorai menyambut kepergian guru itu.

"Hahahahahah kau lihat wajahnya? Kau melakukanya lagi kawan" kata Ryan kepada Arya.

"Good job Arya"

"Kita selalu mendapatkan banyak jam kosong kalau Arya berdebat dengan guru bukan?"

"Hahahaha aku tidak tahan melihat ekspresinya tadi, sungguh"

Tapi Arya tidak memerhatikan kata-kata teman sekelasnya, dia hanya ingin tidur kembali. Lalu ia bersandar pada kursinya sambil memegang kepalanya.

"Ada apa pahlawan matematika?" tanya Ryan.

"Berhentilah membuat panggilan-panggilan aneh Wibu, aku mengantuk" jawab Arya.

"Apa kau menggunakan kekuatan mu lagi?"

"Iya hanya sedikit"

"Untuk apa?"

"Mematikan jam weker"

Ryan pun tertawa, tidak adakah hal penting lain yang bisa kau lakukan? entah sejak kapan dan darimana Ryan tau aku memiliki kekuatan, dia seperti tau begitu saja.

"Apa kau mau ikut pergi menonton sepulang sekolah?'

"Mmm......sepertinya tidak bisa, aku harus bertemu Pak Presiden"

"Ohh berarti kau akan ke Distrik Emas ya?"

"Begitulah"

Saat bel pulang berbunyi siang itu, Arya pun langsung berdiri sambil menenteng tasnya untuk pergi menuju Distrik Emas, dia melambai kepada orang-orang yang menyapanya. Dia berjalan menuju stasiun yang menuju Distrik Emas, membeli tiket dan masuk ke dalam kereta api tanpa hambatan yang berarti, karena ini masih jam kantor. Jadi tidak seramai saat berangkat ke sekolah.

Ia berhenti di Stasiun yang berada tepat disebelah Dinding Pembatas, Dinding Pembatas berwarna emas yang tingginya entah berapa? Arya tidak peduli, bukankah sudah ia bilang bahwa dia benci menghitung. Arya berjalan menuju Post penjaga gerbang, disitu berdiri seorang penjaga gerbang dengan seragam berwarna emas, dia adalah seorang laki-laki dengan wajah tirus seperti kuda, namanya dalah John, dia adalah penjaga gerbang yang biasa Arya lewati jika ingin masuk ke Distrik Emas.

"Yo what's up? Lihat siapa yang datang? Arya? Beri aku high five bro" sapa John riang seperti biasa.

"Yo what's up John" jawab Arya dengan wajah datar sambil menepuk tangan John.

"Jadi ada keperluan apa kau datang ke Distrik Emas kawan?"

"Aku harus bertemu Pak Presiden"

"Ohhh menarik jadi ada apa? Apa kau akan bertunangan?"

"Aku masih anak SMA John" jawab Arya sambil menghela nafas.

"Apa salahnya? Tidak apa kan?"

"Terserah kau saja, aku pergi dulu"

"Baiklah, sampaikan salamku pada adikmu yang manis itu!!!" teriak John.

"Teruslah bermimpi kawan" bisik Arya.

Arya berjalan melewati beberapa pusat perbelanjaan dan berbelok kearah perumahan-perumahan yang ada Distrik Emas, satu kata untuk tempat ini, sangat glamour, terlalu mewah dan terlalu membuang banyak uang pikir Arya. Ia akhirnya melihatnya diujung perumahan itu, Rumah besar dengan halaman luas. Saat memasuki gerbang, beberapa pelayan sudah menunggu untuk menyambutnya.

"Selamat datang di Rumah Utama Tuan Muda" kata para pelayan bersamaan

Arya hanya melambaikan tangan yang menandakan ia mendengar kata sambutan mereka dan mengizinkan mereka untuk pergi, dia masuk kedalam rumah, naik ke lantai paling atas dan mencari ruangan yang ada diujung lorong lantai tersebut, setelah ketemu ia mengetuk pintunya.

Tok......tok.....tok

"Siapa?" suara yang sangat Arya kenal menyahut dari dalam.

"Ini saya, Tuan Presiden" jawab Arya.

"Ohh silahkan masuk, aku sudah menunggumu" sahut suara itu.

Kemudia Arya membuka pintu ruangan, itu adalah ruang kerja yang sama dan tidak berubah sama sekali diingatan Arya, tidak sedikitpun pikir Arya. Dibelakang meja duduk seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang mulai memutih, dia mengenakan jas kerja yang biasa ia kenakan dia juga mengenakan kopiah berwarnah hitam dikepalanya. Dia tersenyum pada Arya. Nama Pria itu adalah Hartoso. Dia adalah Ayah angkat sekaligus wali dari Arya. Dan, Presiden dari Republik Indonesia.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!