Malam itu, hujan deras mengguyur Ibu kota. Aku baru saja menutup laptop sehabis menyelesaikan naskah untuk novel terbaruku. Hari ini aku sangat senang karena Novel yang aku buat ternyata sukses dan telah berhasil di posisi tertinggi rating pembaca di salah satu aplikasi Novel online. Aku memutuskan untuk beristirahat dan membiarkan otakku ini rehat sejenak.
Ding dong!
Sebuah suara kembali menarikku dari lelap yang hampir aku dapatkan, namun betapa terkejutnya aku melihat dekorasi kamar ini sungguh jauh berbeda dari kamar kecil ku, yang berisi ranjang kecil dan deretan buku di lemari, dimana ini? Apa aku sedang bermimpi?
Tes tes tes!
Suara itu kembali terdengar, Aku menoleh kesana kemari mencari keberadaannya.
“Ehem ehem, selamat datang di games sistem novel! Data pemain, emh...”
Nama: Lily Ana.
Usia: 22 tahun.
Pekerjaan: Penulis.
Anak ke: 2 dari dua bersaudara.
Hobi: Membaca dan menulis.
Status: Jomblo.
Aku terperangah, saat tiba-tiba ada sebuah tulisan muncul di depan mataku dan yang tak kalah mengejutkan ada seekor hamster memakai jas hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu dan dia bisa bicara, What? Ini sudah pasti aku sedang bermimpi. Ku tepuk-tepuk pipiku berusaha membuat diriku kembali sadar, namun semuanya tetap sama, sebenarnya ini nyata atau mimpi?
“K-kau ini apa?” aku memberanikan diri bertanya.
“Aku adalah pemandu sistem, namaku Sammy, ehem... Nama panggilanku si Imut,” ucapnya.
“Pemandu Sistem?” belum sempat aku mendapat jawaban seseorang sudah datang lebih dulu.
“Nyonya, anda harus segera bangun. Ini hari pertama anda di harem anda harus memberi salam kepada Permaisuri dan Ibu Suri.”
Aku termangu, aku masih belum bisa mencerna semua yang terjadi, Nyonya? Sistem Game Novel, apa semua ini?
“Baiklah, aku akan bersiap dulu,” sahutku, bodolah aku ikuti saja dulu permainannya, setelah itu aku akan meminta penjelasan dari makhluk itu, dia tampak melayang-layang di dekat lemari sepertinya orang lain tak bisa melihatnya, hanya aku yang bisa melihat makhluk kecil ini.
“Kami akan membantu Nyonya berganti pakaian,” sahutnya, beberapa orang masuk sambil membawa nampan berisi pakaian dan perhiasan.
“A-apa? Tidak usah, tidak usah, aku bisa berganti pakaian sendiri,” tolakku seketika. Masa ia aku di gantiin baju oleh orang lain, malu lah.
“Tidak Nyonya, itu sudah menjadi tugas kami. Ayo!” ucapnya memberi komando pada temannya.
Aku memijat keningku sambil duduk di depan meja rias, aku tak bisa menolak dan pada akhirnya membiarkan mereka mendandaniku sesuai keinginan mereka.
Aku menatap pantulan wajahku di cermin, ternyata ini bukan wajahku, wajah ini sangat cantik dan terutama tak ada kaca mata yang membingkai diantara kedua mataku.
“Sudah selesai Nyonya, anda sudah bisa menemui Yang Mulia Permaisuri dan Ibu Suri,” ujarnya.
Sial, aku belum mengerti dengan arah permainan ini. Fix, aku harus bertanya dulu pada si Imut.
“Baiklah, tapi aku ingin ke kamar kecil dulu sebentar,” aku pergi melipir ke sisi ruangan tempat aku mandi tadi, disini tak seperti kamar mandi pada umumnya airnya pun harus diisi dari luar.
“Si Imut! Kau ada disini, aku butuh penjelasan tentang game ini aku tidak mengerti,” ucapku pada udara kosong.
Pop...
Dia pun tiba-tiba hadir dengan sendirinya seperti semula, dia ini semacam makhluk gaib atau apa sebenarnya?
“Nona butuh bantuan?” tanyanya, dia tampak tengah menyedot susu kotak.
“Aku ingin kamu menjelaskan permainan ini, aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan.”
“Baiklah, kita hentikan dulu waktunya,” klik... Dia menekan tombol pause yang tiba-tiba ada muncul di hadapannya.
Aku mengerutkan kening, banyak yang aku tidak mengerti dari semua yang terjadi, “kau bisa menghentikan waktu?”
“Ya, hanya untuk beberapa menit, setelah itu waktu akan kembali berjalan seperti biasa, Nona juga bisa melakukannya, itu salah satu kelebihan dari game ini.”
“Oh oke.”
“Nona ingin profil lengkap pemain, baiklah.
Nama lengkap: Su Ying, putri bungsu dari negeri Lembah Hijau, Nona dikirim sebagai Puteri perdamaian agar Raja Han tidak lagi menyerang negri mereka. Tapi, Nona sama sekali tidak disukai dan misi Nona disini adalah, merubah sifat Raja dan membantu dia mendapat keturunan.”
“Apa aku harus tidur dengannya dan hamil anaknya?”
“Emh, sebenarnya tidak harus Nona yang hamil, wanita mana pun juga bisa, disini Nona hanya jadi perantara.”
Tunggu, mengapa aku merasa familiar dengan semua ini, Su Ying, Raja Han? Apa ini Novel buatanku sendiri, yang dimana Su Ying ini berakhir di bunuh oleh Raja Han karena ketahuan selingkuh dan di anggap sebagai pengkhianat negara.
“Apa judul Novel ini?”
“Raja Iblis Impoten.”
Ah sial, ternyata benar ini novelku sendiri. Aku berdecak kesal.
“Si Imut itu nama panggilanmu kan. Emh begini, aku adalah penulis Novel ini aku hanya perlu merevisi cerita ini lalu semuanya selesai,” pikirku, mengapa aku harus repot-repot bermain dalam games ini jika aku bisa merubah alurnya sendiri.
“Maaf Nona, akses Nona ke Novel ini untuk sementara telah di bekukan otomatis oleh Sistem, jadi Nona tidak bisa merevisinya secara manual,” jelasnya.
“Apa? Ini benar-benar tidak adil, kalian telah mengambil alih hak ciptaku?”
“Tidak hak cipta masih milik Nona, tapi Novel yang telah masuk games sistem tidak bisa dikendalikan oleh pemain. Karena disini Nona adalah pemain, jadi Nona tidak bisa merevisinya sekarang.”
“Apa aku bisa mundur dari permainan ini?”
“Maaf Nona, untuk sementara ini sistem kami belum bisa melakukan itu, pemain harus menyelesaikan permainannya dulu baru bisa keluar. Permainan ini di desain untuk diselesaikan, jadi tidak bisa keluar di tengah permainan,” jelasnya.
“Apa, kau benar-benar gila. Siapa yang mengembangkan permainan seperti ini, aku tidak ingin melakukannya,” tolakku keras.
“Maaf, tapi Nona harus melakukannya jika Nona ingin keluar dari sini. Selain untuk merubah nasib Nona di Novel ini, Nona juga bisa mendapatkan poin sebagai hadiah dan Nona bisa menukarnya di pasar poin ada banyak barang berguna disana.”
“Tetap saja aku tidak mau, ini tidak adil aku tetap ingin keluar dari permainan ini.”
“Kalau Nona tetap bersikukuh, Nona akan mendapat hukuman dan kemungkinan besar jiwa Nona tidak akan bisa kembali ke tubuh Nona. Lihatlah, saat ini tubuh Nona sedang tertidur pulas disana, waktu disana tetap sama tidak ada yang berubah, Nona telah terpilih oleh sistem saya sebagai pemandu juga tidak bisa berbuat apa-apa,” Lirihnya, sambil menggulir layar tak kasat mata di hadapannya.
“Selain Nona, saya sebagai pemandu juga akan mendapat hukuman, misi ini akan di anggap gagal dan mungkin saya akan diasingkan ke sistem terdalam untuk waktu yang lama.”
“Astaga, hal gila apa yang aku alami ini,” aku menepuk dahi ku pelan.
Satu...dua...tiga, ‘batas waktu menghentikan permainan akan segera selesai, silahkan pemain kembali ke permainan.’
“Nona, batas menghentikan waktu hampir habis, Nona harus kembali menjadi Nona Su Ying.”
“Baiklah, jika tidak bisa mundur maka bantu aku untuk menyelesaikan permainan ini.”
Si Imut tersenyum cerah, wajah yang semula tampak sedih kini kembali bersemangat seperti sebelumnya, “baik Nona, mari kita berjuang bersama.”
“Oke!” dia menyalami jari telunjukku.
Aku kembali keluar, para dayang itu masih setia menungguku di tempat yang sama. Jika menurut cerita, hari ini selir Lian yakni selir agung akan di permalukan, sebenarnya itu tak terlalu berdampak pada posisku saat ini karena mereka tidak suka padaku, aku hanya tidak perlu menonjolkan diri di hadapan mereka.
Sebenarnya ada bagusnya aku menjadi Su Ying, aku membuat karakter figuran ini tak terlalu berpengaruh, karakter utama di Novel ini adalah Raja Han, Permaisuri dan Selir Agung Lian, sedang Su Ying ini bisa mati karena keteledorannya sendiri, dia selingkuh dengan pria dari negeri tetangga yang membujuknya untuk mengkhianati Raja dan lari bersamanya, sebetulnya perannya tidak terlalu menonjol jadi aku cukup aman, hanya perlu menghindar dari masalah perebutan kekuasaan dan kasih sayang Raja aku termasuk aman, serta melakukan misi untuk mendekatkan selir lain pada Raja, tapi masalahnya Raja ini Impoten, haish aku harus mencari cara untuk menyembuhkannya.
Ya sudahlah, nanti aku pikirkan lagi cara untuk menyembuhkannya, untuk sementara ini kita hadapi dulu Permaisuri dan Ibu Suri yang sudah pasti akan memarahiku karena datang terlambat. Meski sudah menggunakan tombol pause untuk menghentikan waktu, tetap saja aku terlambat karena jarak dari istanaku ke ruang pertemuan ternyata cukup jauh.
“Salam Permaisuri dan Ibu Suri,” aku menunduk memberi hormat seperti yang biasa aku lihat di drama-drama kolosal setelah aku sampai disana.
“Selir Ying, kau baru pertama masuk harem tapi kau datang terlambat, benar-benar tidak sopan,” komentar Permaisuri dengan nada sinis.
“Mohon maaf Permaisuri, lain kali hamba tidak akan melakukannya lagi,” sahutku masih dalam posisi yang sama.
“Baiklah, duduklah di posisimu,” pungkas Ibu Suri tak ingin memperpanjang masalah.
“Terimakasih atas kebaikan yang Mulia Ibu Suri, semoga Ibu Suri dianugerahi umur panjang.” Aku langsung pergi ke tempat duduk selir biasa yang terletak di ujung ruangan.
Meski Su Ying ini seorang putri, dia hanya Puteri dari negara kecil statusnya hanya anak selir di kirim ke negara ini pun hanya sebagai alat penukar kebebasan, untuk negeri mereka. Haish, memang malang nasib Su Ying ini.
“Para Adik sekalian, aku sebagai pemimpin tertinggi di Harem ini ingin mengingatkan tentang tugas-tugas kalian di tempat ini, terutama untuk Selir Su yang baru saja bergabung di tempat ini,” ucapnya di tujukan padaku.
“Kita sebagai wanita memang tidak bisa berperang, tapi peran kita tak kalah penting dari para Pria. Disini kita bertugas untuk melayani yang Mulia, menjaga kehormatan kita sama dengan menjaga kehormatan yang Mulia, kita adalah wanita-wanita miliknya, rawat dan jaga diri kalian dengan baik,” ucap Permaisuri.
Setelah cukup lama Ibu Suri pun pergi lebih dulu, kini tinggal hanya aku dan selir-selir yang lain di tempat ini, termasuk Permaisuri.
Mungkin inilah saatnya, dimana Selir Lian akan dipermalukan yang menjadi awal kebenciannya terhadap Permaisuri.
“Selir Lian, aku dengar seseorang dari keluargamu terlibat dengan kasus korupsi, apa kau tahu itu?” Permaisuri membuka pembicaraan.
“Hamba tidak tahu yang Mulia, sudah lama hamba tidak pulang ke kediaman orang tua hamba. Hamba juga tidak pernah ingin terlibat dengan politik,” sahut Selir Lian tenang, dia bahkan sempat menyesap cangkir teh di hadapannya.
“Oh benarkah, tapi pelayanku bilang dia pernah melihat kalian bertemu diluar istana, apa mungkin dia salah lihat.”
Selir Lian tersenyum lembut, “sepertinya begitu yang Mulia, sudah lama hamba juga tak keluar dari istana.”
Selir Lian satu marga dengan Raja, yakni sepupu Raja itu sendiri. Dulu dia yang menjadi salah satu kandidat Permaisuri tapi karena pengaruhnya kurang jadi dia kalah, tapi setelah itu dia di angkat jadi selir agung yang sebenarnya posisinya hampir setara dengan Permaisuri.
Adu argumen masih berlangsung, sedang aku sendiri hanya duduk menyimak sindir menyindir di antara mereka, karena endingnya sudah tahu aku jadi tidak penasaran lagi, aku penulisnya jadi aku tahu segalanya.
Perang suara itu pun terpotong oleh kedatangan yang Mulia, ‘hah? Kenapa Raja bisa datang kesini, di naskah bukannya aku tidak menulis ini kan?’
“Yang Mulia,” Permaisuri memberi hormat, begitu pun dengan aku dan yang lain dia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban, setelah itu dia pun duduk.
Ada lima Selir di tempat ini dan aku yang ke lima, ‘Ck ck, Pria jaman kuno memang banyak istrinya, kalau saja ini terjadi di dunia nyata dan suamiku yang melakukannya sudah ku gorok pasti.’
“Silahkan di minum yang Mulia,” Permaisuri menuangkan teh ke cangkir di hadapan Raja.
Raja itu memang tampan, dia juga masih muda, tubuhnya kekar garis wajahnya juga tampak sempurna, hampir sama dengan gambaran yang aku buat, tapi dalam versi nyatanya ternyata lebih tampan, tapi sayangnya dia Impoten. Haish, kenapa pula aku harus membuat cerita seperti itu.
“Siapa dia?” tiba-tiba Raja itu bersuara.
“Itu Selir Su, putri perdamaian dari negeri lembah hijau yang baru saja di angkat jadi Selir Istana,” jelas Permaisuri memperkenalkanku, dengan terpaksa aku berdiri dan memberi penghormatan kembali padanya.
“Selir Su, tuangkan minuman untukku,” tiba-tiba namaku di panggil.
Sial, bukan kah harusnya Raja tak peduli padaku kan, di naskah tidak ada ini, sepertinya cerita ini sudah keluar jalur. Semua pasang mata menyorotiku dengan tajam, sepertinya ini bukan hal baik untukku, kecemburuan mereka bisa membuat nyawaku dalam bahaya.
“Yang Mulia, Selir Su baru di Istana dia belum terbiasa melayani anda, biar saya yang menuangkan minuman untuk anda” Ucap Selir Lian.
Dia sudah bangkit, namun ucapan Permaisuri membuatnya mengurungkan niatnya, “justru karena dia baru disini, dia harus banyak belajar. Selir Su, tuangkan minuman untuk yang Mulia,” tegas Permaisuri.
“M-mohon maaf yang Mulia, tangan hamba sedang sakit hamba menggunakan salep oles yang aromanya cukup menyengat, hamba takut aromanya mengganggu anda,” alasanku Random.
“Sebaiknya selir Agung yang menuangkan minuman untuk Anda,” ucapku sopan, sumpah aku hanya ingin hidup tenang, aku tidak ingin berebut kasih sayang dengan kalian, jadi jangan menatapku seperti itu.
“Ya sudah Selir Agung tuangkan minuman untukku,” titahnya.
***
Huft! Akhirnya pertemuan pun selesai. Aku harap Raja tak lagi melihat keberadaanku, aku takut dengan kecemburuan wanita-wanita yang ada di Harem.
“Si Imut, munculah. Aku ingin bicara denganmu.”
Seperti biasa dia akan muncul di udara terbuka dan aku sudah mulai terbiasa akan hal itu.
“Silahkan Nona, anda ingin bicara apa,” ucapnya santai.
“Apa ada cara untuk menyembuhkan Raja, aku lupa kau dia itu Impoten.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!