Aku duduk termenung di kursi taman kampus sambil menunggu kekasihku, Geovan. Ia masih memiliki satu jam pelajaran lagi, sedangkan aku sudah selesai dari setengah jam lalu. Sebenarnya dari kemarin sore ada yang menggangu pikiran ku, yaitu sebuah pesan dari ibu bahwa Pak Subroto, orang yang pernah meminjamkan kami uang datang ke rumah untuk menagihnya.
Saat itu kami terpaksa meminjam uang untuk biaya operasi ayah, yang sayangnya operasi ayah gagal dan kami harus mengikhlaskan kepergiannya. Penghasilan ibuku hanya bergantung pada toko sembako peninggalan ayah dulu, itupun hasilnya tidak seberapa, hanya cukup untuk biaya sehari-hari ibu dan aku.
"Hei!" Aku tersentak ketika ada yang menyadarkan ku dari lamunan. Dibelakang ku ada Freya, orang yang mengagetkan ku.
"Melamun saja, kesurupan baru tau rasa kamu. Ada masalah apa sih? Tidak biasanya kamu melamun seperti ini."
Aku mencebik mendengar penuturannya. "Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang memikirkan ibu ku."
"Kenapa dengan ibu mu?"
"Semalam dia menelepon dan memberitahu ku kalau ada orang yang menagih hutang ke rumah."
"Lalu masalah?"
"Ya kau pikir sendiri saja bodoh. Tentu saja kami sedang tidak punya uang untuk melunasi hutang itu."
"Memang berapa banyak hutangnya? Sampai kamu jadi melamun begitu."
"Kurang lebih 100 juta dan itu belum termasuk bunganya."
"Huh?! Kenapa banyak sekali? Dipakai untuk apa uang sebanyak itu?"
"Untuk operasi ayahku dulu." Aku menghela nafas sambil menunduk menatap hamparan rumput yang ada di taman.
Apakah aku harus mencari kerja paruh waktu untuk membantu ibu melunasi hutang? Tapi aku ingat, dulu ibu dan ayah tidak mengizinkan ku kerja, mereka menyuruhku untuk fokus menimba ilmu.
"Sebenarnya aku ada pekerjaan yang bisa kamu coba dan menghasilkan uang yang banyak dalam waktu dekat, tapi aku tidak yakin kamu akan mau."
Aku menoleh ke arah Freya sambil mengangkat satu alis tanda ingin tahu. "Perkerjaan apa emangnya?"
"Menjadi wanita malam." Sepontan aku melotot ke arahnya, yang benar saja?
"Kamu pasti tidak mau kan? Sudah aku duga sih, tapi jika kamu berubah pikiran langsung beritahu aku saja ya."
"Kalau begitu aku duluan, pacarku sudah menjemput. Bye Amira!"
Setelah kepergian Freya aku kembali berpikir, apakah aku harus mencobanya? Tidak ada cara lain selain itu, aku sangat butuh uang yang banyak dalam waktu cepat.
"Hai sayang! Sudah menunggu lama?" Ah itu dia suara yang sangat aku kenal, Geovan Pramuja kekasih ku selama satu setengah tahun ini.
"Halo, menurut mu saja bagaimana? Apakah satu jam pelajaran itu sebentar?" Aku menjawab nya dengan merenggut pura-pura kesal walaupun sebenarnya aku memang sedikit kesal menunggu.
"Astaga! Pacar ku lucu sekali ketika kesal seperti ini, jadi ingin membawanya pulang." Karena gemas Geovan mencubit kedua pipiku.
Aku memukul ringan tangannya. "Ish sakit tau.. memang kamu pikir pipiku ini apaan kamu cubit seperti itu."
"Udah dong ngambek nya, nanti cantiknya luntur. Ayo kita pulang, tapi sebelumnya kita makan siang dulu. Pasti kamu belum makan kan?"
Lelaki ini sangat tahu kebiasaan ku, yaitu selalu malas untuk sekedar mengisi perut yang kosong. "Ya udah, ayo! Di tempat biasa ya."
"Siap tuan putri!"
Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya, dia selalu saja berhasil membuatku melupakan semua masalah yang ada dan selalu tahu cara agar aku tetap tersenyum.
__________________________________________
"Sudah sampai tuan putri, silahkan turun dengan hati-hati."
Aku memukul bahu Geovan dengan pelan karena kesel dengan tingkahnya sedari tadi, mulai dari tingkahnya di taman kampus dan juga tingkahnya di restoran tempat kami makan tadi.
Aku turun dari motor kesayangannya yang tinggi itu. "Terima kasih pangeran atas perhatian dan makan siangnya."
"Sama-sama tuan putri, kalo gitu aku mau langsung pulang aja ya? Ini kayaknya mau hujan, udah mendung gini."
"Hati-hati dijalan, jangan ngebut! Kalo udah sampai rumah jangan lupa untuk kabarin aku."
"Siap! Laksanakan." Kemudian dia menyalakan mesin motornya dan berjalan membelah jalanan dengan langit yang sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.
Ah aku jadi teringat perkataan Freya, aku sudah memikirkan ini tadi dan seperti tidak ada pilihan lain kecuali menerima tawarannya itu.
Geovan belum tahu tentang ini karena aku belum menceritakannya dan mungkin tidak akan menceritakannya, aku takut dia ikut kepikiran. Sebenarnya aku berpikir untuk meminjam uang kepada Geovan mengingat ayahnya adalah seorang pengusaha siapa tahu dia bisa membantu, tapi aku tidak enak karena sudah terlalu sering meminta bantuannya.
Setelah pertimbangan yang menurutku sudah matang ini, aku memutuskan menelpon Freya untuk memberitahu keputusanku. "Halo Frey?"
"Oh, hai Mir! Ada apa? Apa ini tentang perkataan ku di taman kampus tadi?"
"Iya. Aku sudah memutuskan untuk mencobanya karena aku benar-benar lagi butuh banget sekarang."
"Bagus deh kalo kamu mau, maaf ya aku belum bisa memberikan solusi yang baik untuk kamu."
"Tidak apa-apa Frey, seharusnya aku yang minta maaf karena sudah merepotkan mu. Oh iya, kapan aku bisa berkerja?"
"Aku tidak merasa direpotkan kok, aku senang bisa membantu mu. Eum malam ini kalau kamu bisa, aku bisa langsung mengantar mu ke tempatnya."
"Malam ini ya.. aku bisa."
"Oke, nanti kita bertemu di tempat yang aku kasih ya."
"Baiklah, Frey. Sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama Mir. Udah dulu ya, aku masih ada urusan."
Semoga saja aku tidak salah mengambil keputusan dan tidak menyesal dikemudian hari. Lagipula aku hanya perlu menemani pelanggan tidak dengan urusan ranjangnya walaupun aku tahu jika gajinya mungkin tidak sebesar pegawai yang lainnya.
Aku langsung membersihkan diri ke kamar mandi, setelah memilih pakaian yang menurutku cocok dengan perkerjaan yang akan aku lakoni nanti. Sembari menunggu waktu malam tiba, aku berbaring di atas kasur ku dan membuka ponsel ku. Ada notifikasi chat dari Freya dan juga Geovan dan tentu saja dengan isi yang berbeda.
Freya mengirimi aku chat sebuah lokasi dimana kita akan bertemu nanti dan sesuau dugaan ku, sebuah club malam. Sedangkan Geovan mengirimi aku chat untuk memberi aku kabar jika dia sudah sampai di rumahnya.
"Huft." Aku merasa sangat lelah hari ini walaupun baru setengah hari aku beraktivitas, belum lagi nanti malam pasti akan lebih melelahkan. Tiba-tiba aku kepikiran bagaimana jika Geovan tahu tentang ini? Pasti pemuda itu akan marah, tapi aku mencoba sebisa mungkin menyembunyikan ini dari dia.
"Ayah, tolong maafkan keputusanku ini. Aku terpaksa harus melakukan ini karena memang ini cara tercepat untuk melunasi hutang kita, dan jika hutang-hutang itu sudah lunas aku akan berhenti dari perkerjaan ini." Monolog ku seakan-akan tengah berbicara dengan ayahku.
Kerlap kerlip lampu khas tempat hiburan malam menyorot mataku, apakah aku akan betah kerja di tempat seperti ini? Ya, ini tempat yang Freya kirim kepada ku untuk menemui nya. Sorot mataku menyelidik mencari sosok teman ku itu, setelah aku menemukannya di salah satu kursi yang ada, aku langsung menghampirinya.
"Aduh sorry ya Frey, kamu pasti udah nunggu lama."
"Santai aja Amira, kayak sama siapa aja deh." Dia menyuruh aku duduk di kursi yang ada di meja itu. "Ngomong-ngomong kamu udah yakin mau kerja di tempat seperti ini?"
"Aku yakin Frey, tapi hanya sekedar menemani pelanggan untuk minum-minum saja. Aku masih belum bisa untuk hal lebih semacamnya."
"Itu bisa diatur, tapi upahmu tidak akan sebanyak karyawan lainnya yang menemani pelanggan sepanjang malam termasuk untuk urusan ranjang."
"Tidak apa-apa, yang penting aku mempunyai penghasilan untuk membantu ibu."
"Baiklah kalau begitu ikut denganku untuk menemui mommy Gita, dia adalah bos disini."
_____________________________________________
"Malam mom, aku membawa teman ku yang aku ceritakan tadi."
Aku menyapanya dengan senyuman setelah Freya memperkenalkan ku.
"Oh, jadi kamu orangnya. Cantik juga teman mu ini Frey."
"Tentu dong mom, masih segel juga nih."
"Wow bagus dong, siapa tau bisa jadi primadona disini."
"Tapi untuk sekarang dia hanya bisa menemani pelanggan untuk minum-minum saja tidak untuk yang lainnya karena masih takut."
"Oh begitu ya. Tidak apa-apa, mungkin nanti dia akan terbiasa dan ingin mencoba hal lain. Ngomong-ngomong apa alasan kamu ingin berkerja di tempat seperti ini?"
"A-aku ingin membantu ibuku untuk melunasi hutang-hutangnya dan juga untuk menambah-nambah uang jajan ku."
"Baiklah, semoga kamu bisa berkerja dengan baik. Ah ya, kamu bisa mulai berkerja sekarang. Di room 183 ada tamu VIP yang sudah menunggu. Freya kamu bisa mengantarnya."
Freya menuntun ku menuju ke ruangan tersebut, dia juga sesekali memberitahu ku setiap inci bagian-bagian yang ada di gedung ini.
Sampailah kita di depan pintu ruangan yang dimaksud, aku sedikit deg-degan dan ragu untuk melakukannya tapi suara Freya menginterupsi ku. "Tidak apa-apa, kamu hanya menemani mereka minum."
Aku mengetuk ruangan itu dengan pelan dan membukanya sendiri, Freya sudah pergi meninggalkanku tadi. Cahaya di ruangan ini terbatas, hanya pencahayaan dari lampu tidur yang ada dinakas sebagai sumber cahaya satu-satunya dan aku dapat melihat siluet tubuh lelaki yang sedang berdiri menghadap jendela.
"Permisi." Aku mencoba untuk meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Lelaki itu berbalik dan membuat aku terkejut dengan apa yang aku lihat, lelaki itupun sama terkejutnya melihat orang yang cukup dikenalnya memakai pakaian yang minim. Dia adalah Javari Pramuja, ayah dari Geovan Pramuja, kekasihku.
Jantung ku rasanya ingin copot, keringat mulai keluar dari pelipis ku. Aku takut Om Javar akan melaporkannya kepada Geovan tentang ini. Namun, suara lelaki dewasa itu langsung mengalihkan kegugupan dan ketakutan ku.
"Wow, aku tidak menyangka kekasih anakku yang akan menemani ku malam ini."
Aku semakin takut dan gugup mendengar suaranya, tapi aku berusaha tenang dan ingat kepada tujuan awal ku kesini.
"Lupakan tentang itu Om dan tolong jangan ceritakan pada Geovan tentang hal ini, aku mohon," Dengan rasa gugup aku melanjutkan perkataan ku. "Anggap saja aku disini orang yang berbeda dan bukan kekasih dari anakmu."
"Baiklah-baiklah, lagipula aku hanya mencari ketenangan disini dan ingin merasakan kehangatan wanita-wanita malam yang ada disini."
"Tapi, aku hanya sekedar menemanimu minum tidak lebih."
"Jangan sok jual mahal, aku bisa berbicara kepada bos mu dan membuat kau mendesahkan namaku."
Aku berusaha mengusir pikiran ku yang tidak-tidak dan berusaha mengabaikan ucapan Om Javar tadi. Berjalan duduk menuju sofa yang ada disana dan menyiapkan minuman untuk pelanggan ku ini.
Om Javar ikut menyusul ku duduk dan duduk menghimpit diriku. "Layani aku dengan baik, aku sudah membayar mahal untuk ini."
"Tentu Om, aku akan memberikan servis terbaikku untukmu." Walaupun sebenarnya aku mati-matian menahan rasa takut.
Aku memberikan segelas kecil alkohol yang sudah dipesannya dan dia langsung menegak habis dalam sekali tegukkan.
"Ahh.." Ucapnya setelah menegak habis alkohol tadi sambil membuka dasi dan dua kancing kemeja teratas miliknya. Namun, karena dia kesusahan untuk membuka kancing kedua, aku berinisiatif untuk membantu. Toh, ini memang sudah seharusnya aku lakukan asalkan tidak melewati batas.
Mata kami beradu tatap selama beberapa detik, aku terpaku dengan mata tajamnya itu sampai kemudian aku memutuskan tatapan itu secara sepihak. Dia terkekeh, aku dapat mendengarnya. Ya ampun kenapa jantungku sangat berdebar seperti ini.
"Cantik."
"Huh?"
"Kamu cantik Amira, tidak salah anakku menjadikanmu sebagai kekasih."
Pipiku bersemu mendengar perkataan ayah dari kekasihku ini. Ada apa denganku? Tidak seharusnya aku seperti ini. Aku kembali menuangkan alkohol pada gelas yang telah kosong tadi.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, aku bisa menebak jika Om Javar sudah mabuk berat karena menghabiskan satu botol alkohol dengan seorang diri.
"Ahh.. leph-phass.. Om Javhh.." Tanpa aba-aba Om Javar langsung mencumbu leherku dengan kasarnya, membuat aku terkejut dengan perbuatannya.
Tanganku berusaha mendorong bahu tegak Om Javar untuk menjauh dari diriku, ini perbuatan yang salah.
Om Javar menahan kedua tangan ku dan mendorong ku sampai bersandar pada tepi sofa. Ia terus mencumbu leherku dengan rakus.
Cumbuannya merambat sampai ke rahang ku kemudian dia mencium bibirku, ah lebih tepatnya ini sebuah lumatan. Om Javar melumat bibirku dengan lembut dan tanpa aku sadari tangannya sudah mulai berani menjelajahi sekitar dadaku, aku bisa merasakannya.
Dia menurunkan dress bagian dada yang aku pakai sampai payudaraku yang masih dilapisi bra terpampang jelas di depannya. Aku berusaha untuk memberontak tapi tidak berdampak apapun karena kedua tanganku dipegang erat olehnya dan tubuhku yang berada dibawahnya.
"Emhh.. eunghh..." Aku melenguh dalam lumatan karena dada ku diremas olehnya dengan kasar.
Om Javar melepas ciuman kami berdua sehingga benang saliva tergantung diantara kita, nafas ku terengah-engah karena ciuman tadi. Lelaki itu menunduk dan mata kami pun saling bertubrukan, bibirku kelu tidak bisa mengatakan apapun saat ini.
Sedetik kemudian, tanpa aku sadari ayah dari kekasihku ini telah berhasil melepas bra yang aku pakai. Dia menampar ku.
Plak!
"Ahh.. shhh... Omnghh.. berhenhh-ti.." ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
"Ahh..shhtoppp.. om.. eunghh..."
"Shutt.. panggil namaku cantik."
"Ininghh..gak bener om." Ucapku dengan penuh perjuangan karena payudara ku yang masih diremas dan dilumat kencang oleh Om Javar.
Plak!
"Apanya yang tidak benar? Bukankah ini memang perkerjaan mu? Jangan sok jual mahal."
Aku hanya bisa menangis diselingi oleh rintihan kecil karena rasa sakit di payudara ku karena ulahnya.
_____________________________________
Jangan lupa kasih komentar kalian buat bab ini yaa
Sinar matahari mengintip lewat celah jendela yang menggangu tidur nyenyak ku. Tubuh ku menggeliat tanda tak nyaman dengan sorotan dari sang surya itu, kemudian menarik selimut sampai menutup seluruh tubuh serta wajah ku. Huh? Kenapa aku tidak merasakan adanya kain lain yang membatasi ku dengan selimut?
Aku langsung cepat-cepat tersadar walaupun dengan sedikit rasa pening di kepala. Setelah berhasil mencerna segala sesuatu yang terjadi, jantung ku langsung berdebar kencang tak karuan. Aku mengingat semuanya, bagaimana kami saling menikmati dan bersatu.
"Arghh!!" Aku memukul kesal kasur yang sedang aku duduki. Kemudian melirik ke arah kamar mandi yang aku yakini didalamnya ada seseorang yang telah menghancurkan ku dalam semalam.
"Shh.. awhh." Aku melupakan jika semalam aku telah digempur habis-habisan dan pastinya bagian bawahku sakit karenanya.
Dengan langkah pelan penuh hati-hati aku mencoba untuk memunguti pakaian ku yang berceceran dan memakainya, aku akan langsung pulang tidak ingin melihat wajah lelaki semalam.
Tapi nasib baik belum datang kepada ku. "Kau sudah bangun?"
Pertanyaan itu hanya aku anggap angin lalu, aku melanjutkan merapikan pakaian ku agar aku bisa cepat-cepat pergi dari ruangan mengerikan ini.
"Wah wah dimana sopan santun calon menantu ku ini? Dan kemana hilangnya suara merdu mu semalam itu sampai-sampai tidak bisa menjawab pertanyaanku."
Aku hanya mencebik kesal. "Aku ingin pulang."
"Apa kau yakin bisa pulang sendiri dengan keadaan mu yang seperti itu?"
Keadaan seperti itu apa maksudnya? Apakah aku seperti orang gila sekarang? Kembali aku mengacuhkan perkataannya dan berjalan menuju pintu keluar namun ternyata aku tidak sanggup untuk melangkah karena rasa sakit di vagina ku.
"Shh.. awhh sialan." Aku meringis merasakan vagina ku yang sangat perih.
Terdengar kekehan dari lelaki yang berada di depannya itu. "Kan sudah aku tebak kau pasti tidak akan sanggup untuk pulang sendiri, lagipula kenapa buru-buru sekali? Kau ada jam kampus?"
Benar-benar bajingan lelaki ini, setelah mengambil keperawanan dari kekasih anaknya dia bahkan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
Aku hanya menghela nafas dan kembali duduk di tepi ranjang yang mana dapat aku lihat masih terdapat bercak darah di atas nya. Tidak sanggup untuk menahan air mata yang sedari tadi aku tahan, akhirnya air mata itu turun juga, aku menangis.
Dapat aku dengar suara langkah kaki mendekati ku dan aku merasakan sebuah pergerakan di tempat aku terduduk.
"Hei, kenapa kau menangis sampai segitunya padahal semalam kau juga ikut menikmati."
"Aku mohon om diam dulu sebentar, aku sedang sangat kesal."
Wajahku dialihkan paksa olehnya untuk menatap dirinya dan tanpa aba-aba ia kembali melumat bibir ku.
"Mmmhpp... Lephhass om.." dia pun melepaskan lumatannya dan kembali menatap mata ku.
"Sudah jangan menangis seperti itu, aku akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu padamu nanti karena kegiatan semalam."
Enak sekali lelaki ini berbicara! Apakah dia melupakan status ku sebagai kekasih dari anaknya? Yang benar saja jika aku harus menerima pertanggungjawaban darinya.
"Lebih baik kau bersihkan diri kemudian setelah itu baru pulang, atau mau aku yang memandikan?"
Aku memukul lengan nya dengan brutal melampiaskan kekesalanku padanya.
"Hei hei hei aku hanya bercanda, bisa sakit semua lengan ku karena ulahmu."
"Padahal badan ku yang sakit semua karena ulahnya semalam." Ucapku dengan suara kecil yang ternyata dapat didengar oleh Om Javar
"Aku bisa mendengarnya. Sekarang kau ingin mandi atau aku akan mengulangi apa yang kita lakukan semalam."
Aku langsung berdiri dan berjalan pelan ke kamar mandi karena bagian bawahku yang masih terasa begitu sakit.
_________________________________________
"Ini tip untukmu dari ku."
Terlihat sebuah amplop coklat yang cukup tebal ditaruh lelaki itu disamping ku. Aku menatap dengan tanda tanya kepada karena tip yang dia berikan kepada ku.
Seakan paham dengan pertanyaan yang ada dibenak ku, dia menjawab. "Itu bonus karena semalam aku mendapat perawan super ketat. Aku tahu itu masih kurang, karena aku hanya membawa uang cash sedikit jadi kau bisa memberitahuku jika tip nya kurang."
"Seingatku kita sempat bertukar nomor dulu, nomorku masih sama." Lanjutnya.
"T-terima kasih om. Tapi.."
"Untuk soal Geovan, aku tidak akan bawel kepada anak itu." Ucapnya memotong ucapan ku.
"Aku harus segera kembali ke kantor karena banyak perkerjaan yang harus aku kerjakan. Jangan lupa untuk menghubungi aku jika kau butuh sesuatu, sampai bertemu kembali."
Sebelum lelaki itu keluar dari ruangan ini, dia menyempatkan diri untuk mengecup bibirku dan mengusak rambutku.
Setelah tubuhnya tidak lagi terlihat dihadapan ku, aku menatap amplop coklat yang ada di tangan ku. Perasaan ku sedikit senang karena berhasil mendapatkan uang untuk membantu ibunya.
_________________________________________
Siang ini aku sudah meminta izin kepada dosen yang ada mata pelajarannya hari ini karena aku merasa tubuhku tidak enak mungkin karena kegiatan semalam yang cukup menguras energi ku ini. Aku beranjak dari tempat tidur milikku, berjalan ke arah dapur kosan untuk mengambil air minum, karena tenggorokan kan ku terasa cukup kering. Namun, saat di tengah perjalanan ku ke arah dapur, ponsel milikku yang ada dalam genggaman ku berbunyi tanda ada seseorang yang memanggil.
Tringg.. tringg..
"Halo?"
"Sayang, kenapa kamu tidak masuk hari ini? Sebenarnya kamu sakit apa? Mau aku bawakan sesuatu ke kosan mu?"
"Aku tidak apa-apa, hanya merasa kurang enak badan. Kamu enggak perlu repot-repot bawain sesuatu buat aku kesini."
"Tidak apa-apa bagaimana? Kau bahkan sampai tidak masuk kuliah."
"Ya itu karena aku merasa lemas dan malas juga sih untuk ke kampus."
"Dasar pemalas! Tunggu aku disana, sebentar lagi aku akan datang dengan membawa makanan untuk tuan putri."
Tidak berselang lama pintu kamar ku ada yang mengetuk. "Amira itu ada pacarmu di teras."
"Oh iya aku akan segera keluar sebentar."
Aku berjalan dengan pelan karena dibawah ku masih terasa perih walaupun tidak separah tadi.
Dapat aku lihat di kursi teras kosan sudah ada Geovan yang duduk celingak-celinguk seperti orang hilang, aku hanya dapat tersenyum geli melihat tingkahnya yang menurutku menggemaskan itu dan memilih untuk menghampiri dirinya yang ada disana
"Geovan sayang kan udah aku bilang enggak usah repot-repot kayak gini lho."
"Aku nya yang pengen kamu repotin, lagipula aku rindu melihat wajahmu yang cantik ini."
Anak ini memang pandai sekali dalam memberikan kata-kata manis pada ku, dia memang sering membuat aku tersipu malu mendengar perkataannya dan juga membuat kedua pipiku memanas ketika mendengar setiap perkataan manis darinya.
__________________________________________
Gimana nih pendapat kalian tentang bab kali ini?? Jangan lupa buat tinggalin jejak
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!