NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Suami Kakakku

Eps 1. Menikah

Aku tidak menyangka akan menikah secepat ini diusiaku yang baru menginjak 22 tahun dan baru saja menyelesaikan kuliahku. Sejujurnya aku punya impian menikah diusia 25 atau 26 tahun setelah aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku dengan uang hasil kerjaku.

Aku diangkat sebagai anak oleh keluarga sederhana, aku juga mendapat gelar sarjana karna beasiswa. Jika aku tidak mendapat beasiswa, mungkin pendidikanku hanya sampai SMA saja.

Aku menatap diriku dicermin berukuran besar yang ada dikamarku. Aku tersenyum getir menatap wajahku yang terlihat semakin cantik karna riasan makeup. Ditambah dengan kebaya warna putih yang sangat elegant, membuat penampilanku semakin sempurna. Harusnya aku bahagia saat ini karna akan menikah, tapi wanita mana yang bisa bahagia jika menikah dengan pria yang tidak dia cintai. Terlebih pria itu adalah kakak iparku sendiri, dia suami dari kakak ku yang saat ini sedang berbaring dirumah sakit.

Sudah 6 bulan mba Ditha koma dan tidak ada kemajuan yang berarti pada kondisinya.

Mba Ditha koma setelah melahirkan anak pertamanya yang bernama Alea.

Jika tidak menggunakan alat bantu detak jantung, mungkin sudah dari 5 bulan yang lalu mba Ditha menghembuskan nafas terakhirnya. Mas Bram lah yang meminta kepada dokter untuk memasangkan alat bantu itu, dia tidak rela jika harus kehilangan orang yang sangat dia cintai.

Selama 6 bulan itu hidup mas Bram tak terurus, dia selalu memikirkan mba Ditha hingga tidak memikirkan dirinya sendiri. Aku pun tidak tega melihatnya, badan yang dulu besar kekar kini terlihat semakin kurus. Sinar kebahagiaan yang dulu terpancar diwajahnya sudah tidak terlihat lagi. Mas Bram terlihat murung dan tidak bersemangat menjalani hidup tanpa mba Ditha disisinya. Hanya Alea lah yang bisa membuat mas Bram tersenyum saat ini.

"Delia,,," Suara mama dari arah pintu membuatku tersadar dari lamuman, aku segera menghapus air mata dipipiku yang entah sejak kapan mulai menetes. Aku menatap wajah mama yang juga tidak sebahagia dulu semenjak mba Ditha koma. Orang tua mana yang tidak sedih melihat kondisi anaknya tidak berdaya saat ini. Aku sering memergokinya menangis diam - diam, aku sudah bisa menebak saat itu mama sedang menangisi mba Ditha.

Mama menghampiriku, beliau memeluku dengan sangat erat. Aku tau beliau tidak tega padaku karna harus merelakanku menikah dengan mas Bram. Saat itu kedua orang tua mas Bram yang meminta kepada orang tua ku untuk menikahkanku dengan mas Bram. Mereka tidak tega melihat anak semata wayangnya semakin menderita setiap harinya.

Aku sempat menolak dan memohon dikaki ibuku saat beliau memintaku untuk menikah dengan mas Bram. Tapi beliau dan orang tua mas Bram juga tidak punya pilihan lain. Mereka ingin melihat mas Bram dan Alea bahagia, mas Bram butuh sosok seorang istri dan Alea butuh sosok seorang ibu. Jika menunggu mba Ditha sadar dari komanya, entah berapa lama lagi Alea harus tumbuh tanpa sosok seorang ibu. Sedangkan dokter sudah mengatakan jika kemungkinan mba Ditha bangun dari komanya sangat kecil, hanya sebesar 10%.

"Berbahagialah nak, ini takdirmu. Mama akan selalu berdo'a agar kamu bahagia,," Suara mama bergetar, aku rasa mama sedang menangis saat ini. Aku memejamkan mata, berusaha menahan air mataku yang akan menetes. Aku tidak mau melihat mama semakin sedih karna melihatku menangis dihari pernikahanku.

Aku mengusap - usap punggung mama untuk memberinya ketenangan.

"Mamah tidak usah khawatir, Delia pasti akan bahagia,,," Kataku untuk membuat mama tidak mencemaskanku lagi. Padahal aku sendiri tidak yakin dengan ucapanku.

Mama menuntunku dengan hati - hati, mengantarkanku keruang tengah yang sudah ramai disana. Ada orang tua mas Bram dan keluarga besarnya, juga keluarga ku yang hanya beberapa orang. Aku menatap mas Bram yang sedang duduk didepan penghulu dengan kepala yang tertunduk. Kesedihan jelas terlihat diwajahnya, tapi aku tidak tau kenapa mas Bram mau menyetujui pernikahan ini.

Mas Bram melafalkan ijab qabul dengan lantang, jantungku berdetak kencang saat mendengarnya. Aku tidak pernah menyangka laki - laki dewasa yang telah menjadi kakak iparku salama 3 tahun sekarang menjadi suamiku. Aku tidak tau harus bagaimana menjalani pernikahan ini.

Ku ulurkan tanganku untuk meraih tangan mas Bram saat ada suara yang memberikan perintah padaku untuk mencium tangannya.

Rasanya sangat canggung menyentuh tangannya, padahal sebelumnya aku sudah biasa mencium tangan mas Bram kala dia dan mba Ditha datang berkunjung kerumah mama.

Sambil memejamkan mata, aku membawa tangan mas Bram semakin dekat ke wajahku.

Aku menepelkan sekilas punggung tangan mas Bram dikeningku. Aku tidak berani untuk menciumnya.

Acara sudah selesai satu jam lalu, keluarga besar mas Bram juga sudah pulang. Tinggal mama dan papa mas Bran yang kini sudah menjadi mertuaku. Mereka dari keluarga kaya, bisa dibilang konglomerat. Tapi mereka sangat merestui saat mas Bram mau menikah dangan mba Ditha. Bahkan pernikahan mereka dulu digelar sangat mewah di hotel bintang lima.

Tak lama kedua orang tua mas Bram berpamitan kepada orang tua ku, setelah itu mama mas Bram menghampiriku.

"Delia, mama titip Bram sama kamu. Tolong buat Bram kembali seperti dulu, rawat dan cintai mas Bram dengan tulus." Permohon dari seorang itu untuk anaknya dari hati yang terdalam. Aku bisa merasakan bagaimana perasaan mama mertuaku saat ini, mas Bram sudah berubah total. Dia seperti robot yang hidup.

"Iya mah, Delia akan merawat mas Bram dengan baik." Lagi - lagi aku mencoba menenangkan dan menguatkan hati orang lain, padahal aku sendiri juga butuh kekuatan.

Mama mas Bram sangat baik padaku sejak dulu, hingga aku sudah biasa memanggilnya dengan sebutan mamah sejak dulu.

Selang satu jam kepulangan orang tua mas Bram, aku dan mas Bram juga pamit pulang untuk kembali ke jakarta. Tentu saja kerumah mas Bram yang dulu ditempatinya bersama mba Ditha. Tidak ada obrolan sedikitpun selama perjalanan, aku dan mas Bram sama - sama sibuk dengan pikiran masing - masing.

Setelah menempuh perjalanan dua jam, kami sampai dirumah yang mewah dan besar. Aku sudah sering datang kemari, tapi kali ini aku merasa canggung untuk menginjakan kakiku disini.

"Kamu tidak mau turun." Suara serak dan datar itu mengagetkanku yang sejak tadi melamum memandangi rumah mas Bram.

Aku yang salah tingkah pura - pura merapikan rambutku yang tidak berantakan, lalu segea turun dari mobil.

Mas Bram membuka bagasi, aku berdiri disampingnya untuk mengambil koper besarku. Aku baru saja akan mengambil koper itu, tapi tangan mas Bram lebih dulu meraihnya.

"Kamu tidak akan kuat membawanya." Ujarnya datar. Dia menutup bagasi, lalu masuk kedalam rumah membawa koper itu dan meninggalkanku yang masih mematung ditempat.

Aku mempercepat langkahku untuk menyusul mas Bram, aku mengikuti langkahnya dibelakang. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, rumah sudah sepi. Mungkin asisten, babysiter dan Alea sudah tertidur.

Aku dan mas Bram sudah berada dilantai dua, mas Bram membukakan pintu kamar disamping kamar utama.

"Ini kamar mu," Katanya sambil membawa koper itu kedalam kamar lalu segera keluar dan melewatiku begitu saja yang sedang berdiri didepan pintu.

"Makasih,," Ucapku. Tapi mas Bram tidak mendengarnya, karna tubuh tingginya sudah menghilang dibalik pintu kamarnya. Aku menghela nafas, lalu masuk kekamar.

...****"****...

Novel Author yang judulnya "I Love My Sugar Daddy" Pindah ke akun satunya ( Clarissa icha ) dan ganti judul jadi "My Sugar (Jenifer Alexandra)".

Langsung mampir yah😊 Jangan lupa tinggalkan like dan komen di setiap babnya.

Semoga di akun yang itu bisa lulus kontrak setelah ganti judul dan di revisi lagi.

Makasih,,,

Eps 2. Malam pertama.?

Aku membereskan baju ku dan menatanya didalam lemari. Mulai hari ini aku akan tinggal disini dan entah sampai kapan. Aku bersyukur karna mas Bram membiarkanku untuk tidur dikamar terpisah. Padahal saat diperjalanan tadi, aku memikirkan bagaimana caranya untuk bilang pada mas Bram jika aku belum siap tidur satu kamar dengannya. Tapi ternyata aku terlalu percaya diri, untung saja aku belum mengatakannya pada mas Bram. Mau ditaruh dimana muka ku jika aku mengatakannya.

Ternyata baju dan barang - barang yang aku bawa cukup banyak, membuatku lelah dan tengorokan terasa kering setelah merapikannya. Aku keluar kamar untuk pergi kedapur, langkahku terhenti saat melihat mas Bram yang juga baru saja keluar kamar.

Dia sudah mengganti pakaiannya dengan baju santai tapi sangat rapih. Di usianya yang sudah menginjak 30 tahun, mas Bram masih terliha sangat muda.

"Mau kemana mas.?" Tanya ku basa - basi untuk memecah keheningan, karna kami hanya saling pandang.

"Ke rumah sakit." Jawabnya singkat, dia menutup pintu lalu turun kebawah. Aku merasa sikap mas Bram pada ku jadi berubah, dia sangat cuek dan terlihat canggung. Mungkin sama dengan yang aku rasakan saat ini.

Setiap malam mas Bram selalu kerumah sakit, dia akan tidur disana untuk menemani istri tercintanya dan akan pulang kerumah jam 5 subuh. Sejak dulu orang tuanya dan orang tua ku sudah melarang mas Bram agar tidak setiap hari tidur dirumah sakit, tapi keinginannya tidak mau dibantah oleh siapapun.

Padahal disana sudah ada dua perawat yang sengaja mas Bram bayar khusus untuk menjaga mb Ditha secara bergantian. Tapi mas Bram memilih untuk menemani mba Ditha setiap malam, sepertinya dia tidak bisa tidur jika tanpa mba Ditha disisinya.

Melihat mas Bram yang begitu setia menemani mba Ditha disaat kondisinya yang sedang koma, aku jadi merasa iri padanya. Andai saja aku bisa menikah dengan orang yang mencintaiku dan setia padaku, seperti yang mas Bram lakukan pada mba Ditha, pasti aku akan sangat bersyukur dan bahagia.

Aah,,, khayalanku terlalu tinggi. Sekarang aku sudah menikah, dan tidak tau akan seperti apa nasibku nanti.

Aku pergi ke kamar Alea setelah meneguk air mineral didapur. Saat pernikahan tadi sore Alea memang tidak dibawa, karna Alea baru saja sembuh dari demamnya. Kubuka pintu kamar dengan perlahan, dia sedang tidur bersama baby sitternya. Ponakan cantikku yang malang,,,

Lagi - lagi aku meneteskan air mata saat melihat Alea yang tidur terlelap. Sejak dia lahir kedunia ini, dia belum bernah digendong oleh ibunya. Setelah mengecup kening Alea sekilas, aku kembali lagi kekamar. Aku takut tidur pulas Alea terganggu karna kedatanganku.

Bagaimana dengan malam pertama kami.? Jangan ditanya lagi, mas Bram bahkan tidak tidur dirumah. Lagipula aku juga tidak mengharapkan itu terjadi.

**//**

Jam sudah menunjukan pukul 04.30, aku bangun dan segera mandi lalu melaksanakan sholat subuh. Tak lupa aku menyematkan do'a untuk kebahagiaanku juga kebahagiaan kedua orang tuaku, serta untuk kesembuhan mba Ditha. Aku turun kebawah untuk membuat sarapan, aku menuruni tangga dengan menundukan kepalaku karna aku sedang mengikat rambut.

Aku menghentikan langkah karna tubuhku terhalang oleh badan tinggi dan dada bidang mas Bram. Aku mengangkat kepala, begitu juga dengan mas Bram. Mata kita saling bertemu dan beradu, aku menjadi kikuk saat mata mas Bram begitu dalam menatapku.

"Maaf mas,," Kataku. Aku bergeser ke sebelah kanan agar tidak menghalangi jalan mas Bram.

Tidak ada kata - kata yang keluar dari bibir seksinya, dia hanya melemparkan senyum tipis kearahku lalu naik ke atas.

Aku menghela nafas saat mas Bram sudah menjauh, rasanya sangat lega setelah beberapa saat jantungku berdetak kencang dan gugup karna sangat canggung. Aku melanjutkan kembali langkahku menuju dapur.

Satu jam setengah aku berkutat didapur untuk membuat sarapan. ART sudah ku suruh untuk mengerjakan perjaaan yang lain saat dia ingin membatuku memasak. Alea sedang dimandikan oleh baby sitter, aku sedang membuat MPAsi untuk Alea yang saat ini genap berusia 6 bulan. Aku mencari resep MPAsi di youtube karna aku belum pernah membuat MPAsi sebelumnya.

"Alea sayang sudah cantik dan wangi,,," Aku mengambil Alea yang sedang berada digendongan baby sitter.

"Sekarang Alea makan dulu,," Ujarku lagi sambil berjalan kearah dapur. Alea tersenyum, pipinya yang cubby sangat menggemaskan. Tangan gembulnya berusaha meraih wajahku. Aku tertawa gemas dibuatnya, tanpa aku sadari mas Bram sedang berjalan dibelakangku. Suara dehemannya membuat aku menoleh kebelakang.

"Eh,, mas Bram." Aku sedikit kaget.

"Alea cantik, gendong papa dulu yah," Aku mendekat kearah mas Bram dan memberikan Alea padanya. Aku sudah tau kebiasaan mas Bram jika setiap pagi dia akan menggendong Alea sebelum berangkat ke kantor.

Aku melihat mas Bram memperhatikanku saat aku memberikan Alea padanya, tapi aku segera mengalihkan pandanganku dan fokus memberikan Alea padanya. Mas Bram duduk didepan meja makan sambil memangku Alea, mas Bram sedang mengajak Alea berbicara.

Pemandangan itu membuat hatiku tersayat, sungguh kasihan Alea dan mas Bram harus menjalani hidupnya tanpa mba Ditha.

"Sarapan dulu mas,," Aku meletakan mangkuk berisi MPAsi Alea di atas meja. Lalu mengambilkan makanan untuk mas Bram.

Dia sangat cuek, tidak memberikan respon apapun. Padahal aku sedang berusaha menghilangkan kecanggungan diantara kami dengan bersikap santai seperti saat kami masih berstatus ipar.

Dulu mas Bram dan aku sering bercanda, aku menganggapnya seperti kakak kandungku sendiri. Tapi sikap mas Bram berubah saat mulai ada pembicaraan mengenai pernikahan kami. Dia seolah menganggapku orang asing, aku juga jadi merasa canggung dengannya.

Aku mengambil Alea dari gendongan mas Bram.

"Alea makan dulu yah,,," Bicaraku aku buat seperti anak kecil. Mas Bram melirikku dengan dahi yang mengkerut.

"Makan.?" Mas Bram terlihat bingun.

"Hari ini Alea genap 6 bulan mas, sudah boleh dikasih makan." Jelasku. Aku duduk disebelah mas Bram dengan jarak satu kursi.

"Delia.!" Suara mas Bram terdengar ketus ditelingaku. "Jangan sembarangan memberinya makan, kamu belum pengalaman dalam mengurus anak. Jangan sok tau.!" Aku menghela nafas, entah kenapa kata - katanya membuat dadaku sesak.

Tenang Delia,, kamu harus sabar,,

"Mas Bram bisa cari tahu di google. Bayi usia 6 bulan sudah boleh diberi makanan pendamping asi. Lagi pula aku bukan memberi Alea nasi, ini bubur yang sudah aku blender dengan sangat halus." Jelasku sambil menyodorkan mangkuk itu didepan mas Bram.

"Mas Bram tidak perlu mempertegas jika aku tidak berpengalaman dalam mengurus anak. Aku bahkan masih anak - anak.!" Jawabku kesal. Aku sengaja menyindir mas Bram, karna dulu dia sering meledekku anak kecil.

"Asal mas Bram tau, aku sudah belajar lewat google dan youtube cara mengurus bayi yang benar." Aku bangkit dari dudukku sambil menggendong Alea dan membawa mangkuk makan milik Alea.

...****"****...

Mampir ke Novel baru othor yuk,, jadiin favorit aja dulu, karna baru up 9 bab. Cusss langsung,,😁

Jalan ceritanya dijamin bikin greget.

Eps 3. 6 Bulan yang lalu

Pov Bram

Sudah 6 bulan Ditha koma sejak melahirkan anak pertama kami. Sejak saat itu duniaku terasa gelap, aku seperti kehilangan arah dan setengah jiwaku. Aku sudah lupa bagaimana rasanya bahagia, aku sudah lupa bagaimana rasanya tertawa lepas. Meskipun saat ini sudah ada Alea di hidupku, tapi aku merasa hampa tanpa Ditha. Aku sangat mencintainya, Ditha wanita yang sempurna dimataku. Sampai kapanpun dia akan selalu ada dihatiku.

Aku tidak menyangka jika koma yang dialami istriku selama 6 bulan ini membuatku harus menikah dengan adik iparku sendiri.

Orang tuaku yang sudah memintaku untuk menikah dengannya. Awalnya aku menolak dengan rencana orang tuaku yang tidak masuk akal itu. Bagaimana mungkin aku menikahi adik angkat istriku, sedangkan istriku masih hidup. Tapi akhirnya aku menyetujuinya, semua itu aku lakukan demi anak dan orang tuaku. Lagi pula aku menganggap pernikahan ini hanya sebatas status, aku tidak akan menyentuhnya sedikitpun.

Sore itu hari pernikahanku dan Delia, adik iparku. Sebenarnya aku merasa bersalah pada Ditha karna harus menikah lagi. Tapi aku tidak punya pilihan lain, karna orang tuaku terus mendesakku. Dia ingin aku dan Alea hidup normal layaknya keluarga yang utuh.

Beliau juga ingin Alea tumbuh dengan sosok ibu disampingnya. Orang tua ku dan orang tua Ditha tidak bisa setiap hari kerumahku untuk merawat Alea, karna jarak rumah kami yang lumayan jauh.

Aku melihat Delia keluar di dampingi mamah mertuaku. Aku hanya meliriknya sekilas kala itu, lalu kembali menundukan kepalaku.

Delia gadis cantik, sama seperti Ditha. Bahkan tinggi dan postur tubuhnya pun hampir mirip. Aku dan Delia cukup akrab, dia gadis yang ceria dan kekanakan. Aku bisa memakluminya karna usianya baru menginjak 22 tahun, lebih muda 8 tahun dari usiaku.

Pernikahan kami berjalan lancar, aku tidak punya kendala dalam melafalkan ijab qabul. Nama Delia dan Ditha sama dibagian belakangnya, sama - sama menggunakan Larasaty. Hanya saja nama bin nya beda, bukan nama bapak mertuaku. Karna Delia bukan anak kandung mereka.

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, keluarga besar dan orang tuaku sudah meninggalkan kediaman mertuaku satu jam yang lalu. Aku dan Delia pun pamit untuk kembali kejakarta.

"Mama titip Delia sama nak Bram, semoga Delia tidak menyusahkan nak Bram. Delia masih sangat manja dan seperti anak kecil, semoga nak Bram bisa memakluminya,," Tutur ibu mertuaku dengan raut wajah penuh kecemasan. Aku menganggukan kepala.

"Mama tengan saja, Delia tidak akan menyusahkan saya." Jawabku sekenanya. Tapi selama ini Delia memang tidak pernah menyusahkan ku, hanya saja dia selalu membuatku kesal dengan mulutnya yang cerewet.

Selama perjalanan pulang, aku dan Delia hanya diam. Sesekali aku meliriknya dari kaca sepion tanpa dia sadari. Delia terlihat canggung, sama dengan yang aku rasakan.

Padahal jika kita berada dalam satu mobil, suasa kita akan pecah karna saling meledek satu sama lain. Terlebih Delia yang susah diam saat sudah bicara. Tapi kali ini Delia diam seeibu bahasa.

Aku sudah memarkirkan mobilku di halaman rumah, tapi Delia masih diam melamun.

"Kamu tidak mau turun.!" Aku berusaha membuyarkan lamunan Delia dengan suara datarku. Delia sedikit tersentak, dia merapikan rambutnya yang menurutku tidak berantakan, lalu keluar dari mobil tanpa melihat kearahku.

Aku turun dan membuka bagasi mobil, sedangkan Delia bersiri disampingku.

"Kamu tidak akan kuat membawanya." Ujarku saat Delia berusaha mengambil kopernya yang sangat besar itu. Aku segera menutup bagasi lalu masuk kedalam tanpa melihat Delia.

Aku mengantar Delia dikamar atas, tepat disebalah kamarku.

"Ini kamar mu,," Ujarku setelah membuka pintu, aku memasukan koper besar itu kedalam kamar, lalu segera pergi meninggalkan Delia dan masuk kekamarku.

Aku sengaja menempatkan Delia dikamar terpisah, aku tidak mau kamar tempat aku dan Ditha memadukasih harus ditempati wanita lain sekalipun dia sudah menjadi istriku. Aku juga tidak ada niat untuk tidur atau meniduri Delia, dia sudah aku anggap seperti adik kandungku sendiri.

Aku merebahkan tubuhku diranjang, perjalan dari bandung ke jakarta membuatku sangat lelah. Aku menerawang langit - langit kamar. Aku tidak pernah memikirkan akan memiliki dua istri, apa lagi hubungan kedua istriku kakak beradik. Aku menggelengkan kepala tidak percaya, takdir seperti apa yang sedang aku jalani saat ini.

Setelah mengistirahatkan tubuhku selama 30 menit, aku menganti baju dan bergegas untuk kerumah sakit. Selama 6 bulan terakhir, aku selalu tidur dirumah sakit menemani Ditha.

Saat baru keluar dari kamar, aku mendapati Delia juga keluar dari kamarnya. Dia menanyakan kemana aku akan pergi, aku hanya menjawabnya singkat lalu segera pergi.

Sebenarnya aku merasa kasihan padanya, malam ini adalah malam pertama pernikahan kami, tapi aku meninggalkannya dan lebih memilih untuk tidur dengan kakaknya. Tapi lagipula kami juga tidak tidur satu kamar, jadi tidak akan ada malam pertama untuk ku dan Delia.

Aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tak butuh waktu lama aku sudah sampai dirumah sakit tempat Ditha selama ini dirawat. Aku membuka pintu sambil tersenyum karna akan bertemu Ditha, meskipun Ditha tidak pernah membalas senyumku. Aku duduk dikursi yang ada disebelah ranjang Ditha. Ku pandangi wajah pucatnya yang masih terlihat cantik, aku menggenggam tangannya lalu meberikan kecupan disana.

Air mataku kembali tumpah saat mengingat kejadian 6 bulan yang lalu. Semua ini salahku, aku yang sudah membuat Ditha jadi seperti ini.

**//**

Flashback On

Siang itu aku sedang melakukan pertemuan dengan Klien disalah satu restoran besar di jakarta. Selesai bertemu dengan Klien, aku bergegas untuk kembali lagi kekantor.

Tapi langkahku terhenti saat aku melihat Ditha sedang makan siang bersama laki - laki di restoran itu. Tanganku seketika mengepal kuat, hatiku sangat sakit melihat Ditha bersama laki - laki lain.

Aku yang sudah dikuasai amarah segera menghampiri keduanya, tanpa bertanya kepada Ditha aku langsung menghajar laki - laki itu sampai berlumuran darah dan tersungkur di lantai. Aku tidak memperdulikan jeritan orang - orang yang ada disana, aku jutga tidak memperdulikan ucapan Ditha yang memintaku untuk untuk berhenti.

Aku menghajar laki - laki itu dengan membabi buta karna cemburu.

Laki - laki itu sudah tak sadarkan diri, Ditha menjerit sangat kencang tapi kemudian tubuh Ditha ambruk ke arahku. Aku segera mengangkat Ditha yang sangat berat karna kehamilannya yang sudah besar. Aku segera membawa Ditha kerumah sakit.

Ditha membuka matanya saat akan dibawa keruang UGD, tiba - tiba dia menjerit kesakitan dan memegangi perutnya. Saat itu aku sangat takut dan panik, bayi yang ada diperut Ditha belum waktunya lahir. Perkiraan lahir masih 3 minggu lagi.

Setelah mendapat pertolongan pertama dari dokter dan perawat, aku dipanggil untuk menghadap dokter keruangannya.

Dia menyanrankan untuk melakukan oprasi caesar pada Ditha karna dia sudah mengalami kontraksi dan ketubannya sudah pecah. Dokter tidak menyarankan untuk melahirkan normal karna kondisi Ditha sedang lemah saat ini.

****"****

Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.

Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊

Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏

Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊

Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!