NovelToon NovelToon

I Choose To Love You

1

Dinda Gandis (25) kembali mendapatkan kesempatan kedua setelah 5 tahun yang lalu ia menjalani operasi donor jantung. Dinda yang sedari kecil menderita sakit jantung bawaan membuat ia tak banyak mendapatkan pengalaman berkesan karena seringnya keluar masuk rumah sakit. Namun ia merasa puas dengan hobinya kini menjadi kenyataan yaitu Desainer baju pengantin.

Butik kecil-kecilan itu berdiri 3 tahun yang lalu setelah mendapatkan lampu hijau dari mama dan mas Danil kakak laki-lakinya yang seorang pilot.

Namun semenjak jantung baru itu tersemat ditubuhnya, ada banyak hal yang berubah dari sifat Dinda yang lebih kalem. Entah itu suatu kebetulan atau hanya mitos belaka namun Dinda bersyukur dengan kesempatan yang ia dapatkan, saat ini bisa kembali menjalani hari-harinya jauh lebih baik.

Johan B. Bastian (34) pengacara muda yang karirnya tengah cermerlang seiring kasus yang ia tangani sukses dimeja hijau sebagai pemenang. Ia bukan pria tampan namun karismanya membuat wanita-wanita disekitaran tergoda untuk menjadi pendamping hidupnya.

Namun ada kisah sedih dibalik karisma Johan. Ada luka disanubarinya yang membuat ia menutup pintu hatinya.

🍃🍃🍃🍃

Pagi itu Dinda melajukan mobil HR-V merahnya untuk mencari sarapan pagi. Semalam ia melewatkan makan malamnya lagi karena di kejar oleh pelanggan yang mempercepat pernikahan tanpa ada konfirmasi padanya yang hanya memberi waktu 2 minggu untuk mempersiapan dress.

Tiba-tiba suara deringan handphonenya membuat ia melirik sekilas untuk meraih benda itu dan melihat nama mas Danil disana.

"hallo mas??"ucapnya senang.

"aku ada kabar bahagia untuk mu!!" seru mas Danil semangat.

"apa??" tanya Dinda cepat seraya sekilas melihat pada kaca spion untuk mengambil jalur kiri.

"kau akan segera menjadi tante!!!" ucapnya senang dan di ikutin oleh suara wanita dibelakang mas Danil yang ikut bersorak. "cieee,,hallo tante Dinda!!" ucapnya kaka iparnya Sonya.

Dinda yang terkaget tiba-tiba menjerit senang, dan sedikit memelankan lajunya.

"Waaaah, yang bener mas?? mana kak Sonya??" pinta Dinda ingin berbicara langsung dengan iparnya Sonya.

"hey tante Dinda??" sapa Sonya dengan gelak tawa.

"kau benar-benar hebat Sonya" puji Dinda dengan sahabat sekaligus dokter muda yang dulu pernah merawatnya dirumah sakit. Kisah cinta mas Danil terbilang unik, bagaimana tidak Sonya adalah dokter muda yang tengah Koas di rumah sakit itu dan karena sering bertemu dengan mas Danil yang hampir 8 bulan merawat Dinda membuat Sonya jatuh hati pada Pilot tersebut.

Usia yang sebaya membuat Dinda dan Sonya terkadang lupa memanggilnya dengan sebutan "kakak". Dan hari ini hari bahagia setelah penantian 3 tahun pernikahan mereka Sonya hamil buah cinta pertamanya.

"apakah mama tau??" tanya Dinda kembali dengan kembali fokus pada jalan yang iya lewati.

"itu sudah pasti , gak mungkin kan mama gak tau duluan, makanya baru telfon kamu!!" seru Sonya yang bahagia.

"hahaha, ya baiklah kakak ipar.. aku a...

Tiba-tiba suara tabrakan terdengar didepan mobil Dinda yang melihat dengan jerit histeris.

"Aaaaaaaa" dengan mata terpejam dan kakinya dengan kuat menginjak rem.

Brraaaak.. sesosok tubuh terbentur dengan pamper depan mobilnya.

"APA yang terjadi???" ujarnya panik mendengar suara jeritan Dinda disebrang telfonya.

"aaa.. aku men.. menabrak orang!!!" ujarnya gugup

"APA??"

"sudah dulu" dan komunikasi itu pun terputus, Dinda turun segera dengan wajah panik melihat apa yang terjadi. Dan matanya melebar ketika melihat seorang pria dengan helmnya terbuka meringis kesakitan menahan motor besar menimpanya.

"ya Tuhan!!!" pekiknya panik seraya berhamburan mencoba membantu pemotor yang berusaha untuk berdiri.

"KAU!!!! apa kau tak punya mata??" bentaknya marah dengan helm masih berada dikepalanya dan menahan lengannya yang sepertinya cidera.

Dinda dengan gugup tak bisa berkata-kata. Disekelilingnya tiba-tiba ramai orang-orang yang menghampiri tempat kejadian.

"saya minta maaf pak" ucap gugup takut di amuk massa karena mobilnya menabrak seorang pemotor. Ia mencoba melihat dengan seksama pemotor yang terlihat marah dengan sorot mata tajam.

" maaf??? aahh!!!" pekiknya tertahan menahan sakit dibahu kirinya.

"apa?? apa sebaiknya kita kerumah sakit terdekat pak?? saya akan bertanggung jawab". Ujarnya gusar melihat orang-orang sekitarnya mulai terlihat membulllynya.

"tanggung jawab mbak?? mas ini kayaknya tangannya patah" ujar orang 1 kasar.

"bawa mbak bawa kerumah sakit segera!!!" dengan orang 2 marah.

"panggil polisi aja!!!" seru orang 3.

Dan tiba-tiba seorang pria dengan baju seragam kepolisian sampai di tempat kejadian dengan wajah tegasnya mererai kerumunan massa yang membully Dinda yang terlihat ketakutan.

"sudah..sudah!!! bubar.. bubar!!!"perintah seorang Polisi tegas.

Dan perlahan kerumunan masa itu berangsur-angsur bubar dan menyisakan Dinda, pria pemotor dan Polisi yang meneliti kejadian.

"sebaiknya mas ke rumah sakit terdekat Pertamedika, dan mbak juga ikut, mobil dan motor biar teman saya yang urus" ujar sang Polisi menegahi.

Dinda hanya mengangguk paham. Dinda gusar melihat polisi itu tengah mengontek teman seprofesinya untuk tiba dilokasi kejadian segera. Dan tanpa sengaja Dinda melihat kearah pria pemotor yang kini telah membuka helm hitamnya yang terlihat wajah kesal menahan sakit terduduk di badan jalan.

Dinda berjalan mendekat.

"maafkan saya pak!! sungguh saya minta maaf!!" ucapnya tulus dan prihatin melihat bahu pria pemotor itu.

"kita liat dikantor polisi nanti" ujarnya mengancam.

Dinda terhenyak sesaat melihat sorot mata pria pemotor itu. Ia seperti terhipnotis oleh tajamnya mata pria itu. Namun hal itu disadarkan oleh sebuah mobil polisi yang berhenti tepat berhenti di tempat kejadian.

"mas dan mbak naik mobil ini, segera menuju rumah sakit" perintahnya sang Polisi.

Dinda yang mengerti seketika meraih pintu mobilnya dan mengambil tas dan beberapa hal penting untuk ia bawa. Dan sisanya ia menyerahkan HR-V merahnya itu kepada teman pak polisi. Dan ia pun harus duduk dalam satu mobil dengan pria pemotor yang menahan sakit dibahunya.

2

Dan sesampai dirumah sakit Pertamedika, para perawat menyambut Pria pemotor itu dengan sigap membawanya ke bad pasien dan mencoba mencopot jaket kulit hitam dan membuka kemeja biru itu dengan hati-hati.

Dinda yang melihat itu, reflek berbalik badan untuk tak melihat badan pria pemotor itu. Ia memilih berdiri diluar tirai bad. Dengan gusar ia berdoa semoga tidak ada hal fatal yang menimpa si pria pemotor itu.

Setelah beberapa saat Dokter dan perawat melakukan tindakan pada pria pemotor itu, kini tirai itu dibuka dan terlihat pria itu badannya diperban sampai bahu kiri. Dinda melihat dengan cemas. Dan buru-buru menghampiri Dokter jaga itu.

" Dokter??? apa ada yang patah??" tanya Dinda cemas.

"ah tidak ada, hanya benturan itu membuat bahu kirinya sedikit memar, namun akan pulih sekitar 3 bulan dengan tidak melakukan aktifitas berat untuk sementara waktu," ujarnya jelas.

" Huuufftt syukurlah, terima kasih Dokter" ujar Dinda lega.

Dokter itu pun berlalu dan Dinda mencoba untuk mendekat pada pria pemotor yang tengah berusaha memakian baju kemejanya sendiri dengan gerak baju kirinya terbatas.

" Biar saya bantu" tawar Dinda ragu. Namun menolong baju lengan panjang itu masuk ke tangan kiri pria pemotor yang terlihat kesal.

" Saya benar-benar minta maaf pak, berapa pun biayanya akan saya tanggung hingga anda pulih".

Pria pemotor itu tertawa seraya mengejek.

" Kau pikir aku bodoh?? biaya ini tak seberapa dengan rusaknya lengan ku!!"ujarnya kesal.

" Tapi kan saya bertanggung jawab Pak, baik fisik anda dan motor anda akan saya biayai perbaikannya," sahut Dinda yang jadi terpancing kesal karena tak di hargai niat baiknya.

" Tempuh saja jalur hukum!!!" ucapnya ketus.

Dinda seakan terserang syok berat, betapa bengalnya pria ini." Sedikit-sedikit mau kejalur hukum, dia pikir siapa??? apa dia tidak tau kalo jalur hukum akan menelan biaya tak sedikit dengan kasus remeh temeh ini??" gumannya kesal.

" Okeh!!! yang penting saya sudah tawarkan jalur terbaik, kalo anda tetap ingin menempuh jalur hukum akan saya ladenin," ucap Dinda tegas. Tak pantas rasanya dia khawatir dengan tipikal pria sombong ini.

" Oke!!"

" Hubungi saya dinomor ini, jika anda sudah siap, maka pengacara saya Bastian akan menghubugi anda!! " ucapnya seraya mengeluarkan kartu namanya dan memberikan kepada pria sombong itu.

Dan pria pemotor itu menerima dengan bengong. Dan ia melihat sekilas kartu nama Wanita yang menabraknya. "Dinda Gandis" desainer.

" Permisi!!" ujarnya pamit dengan ketus dan berlalu meninggal pria pemotor yang terlihat menahan tawa.

" Apa aku tidak salah dengarkan??, dia ingin menyewa jasa ku?? "' ujarnya tak percaya dengan ucapan wanita tadi yang mengatakan pengacara Bastian akan menghubunginya. Sesaat ia tertawa lucu dan mencoba meraih handphonenya yang berada dibalik jaket kulitnya. Dan menelfon Dodi asistennya untuk menjemput.

" Jemput aku dirumah sakit Pertamedika, dan alihkan jadwal ku hari ini serta gantikan beberapa jadwal dengan rika dan vito" perintahnya tegas.

Dan komunikasi itu pun terputus, namun sedetik kemudian ia tawa kecil. Pikirannya masih tak percaya seraya membaca kembali kartu nama Wanita tadi "Dinda Gandis" .

Tiba-tiba seorang perawat masuk dengan papan daftar pasien UGD.

"maaf mas, namanya siapa??," tanya sang perawat yang bersiap mencatat.

"Johan. Johan B. Bastian" jawabnya jelas.

Dan perawat itu paham seraya mencatatnya langsung. Lalu ia memberikan kertas resep kepada pria itu.

🍃🍃🍃🍃

Diluar gedung rumah sakit, Dinda terlihat lesu. "Hari aneh apa ini???" gerutunya dalam hati seraya menunggu taksi di pinggir jalan.

Dan tiba satu taksi yang berhenti karena menerima panggilan Dinda.

"jalan Xxx pak, Blok X" ujarnya lesu.

"baik" sahut supir taksi paham dan mulai melajukan mobil taksinya.

Pikiran dinda terbang entah kemana. Ia gelisa memikirkan hal yang baru saja menimpanya.

"sial!!!" pekiknya kesal.

"bagaimana bisa ada pria sesombong itu!! ck, bikin kesal aja" gumamnya dalam hati yang mengerutkan dahi sehingga memilih meraih handphonenya untuk melihat panggilan masuk yang sepertinya sedari tadi mencoba menghubungi. Dan betapa terkejutnya ia ada 40 panggilan dari mas Danil dan mama.

Dan ia berinisiatif untuk menelfon mas Danil.

Dan ia pun mulai bercerita disepanjang jalan menuju butiknya, bagaimana kejadian tadi yang menbuatnya berurusan dengan pria sombong.

" Trus sekarang gimana donk mas?? tadi tuh dinda kesel banget, dinda sebut aja tuh pengacara Bastian."

"kamu tuh yaa cepet banget kepancing, kamu pikir gampang apa ketemu pengacara ternar itu?? mana mau dia urus kasus remeh temeh gini, bisa jatuh dia punya reputasi." jelas mas Danil.

" Pak..pak didepan itu yang toko butik house of Dinda saya turun disitu." seru Dinda yang masih dengan memegang telfon. Setelah bayar sejumlah uang ia pun turun berlahan dan berjalan dengan masih berkomunikasi sama mas Danil.

" Jadi??" ujarnya yang pusing.

" Ya kamu selesaikan gimana perjanjian tadi"

"yaaaaah.. mas danil, baiklaah" sahut Dinda kecewa.

"jangan lupa telfon mama, dia panik karena Sonya yang beritau," perintah mas Danil mengingatkan Dinda.

"iyya" komunikasi itu pun terputus dan dinda kini pun berada diruang butiknya yang terlihat mbak nopa dan mbak feli tengah mengurus kain-kain yang baru sampai.

"huuuuffft..aku harus mulai dari mana??" ucapnya lesu menatap ruangan itu.

3

Selang beberapa hari, diruang kerjanya Johan terlihat dengan serius melihat berkas-berkas kasus yang ia tangani. Ada 4 kasus besar dalam tahun ini yang menyita perhatian. Perusahaan-perusahaan besar yang memiliki miliaran dollar aset tengah bersengketa dengan perusahaan sejenisnya memperebutkan hak saham yang bernilai fantastis.

Dengan gerak terbatas ia memencet tombol yang terhubung pada ruang Dodi asistennya yang berada diluar ruang.

Asistenya Dodi pun masuk berlahan menghadap atasannya Johan yang terlihat tidak ramah.

"Perlihatkan jadwal sidang minggu depan??"

" Ah baik, sebentar pak, " ujarnya seraya kembali pada meja kerjanya dan mengambil tab yang kemudian ia membuka fitur agenda sidang. Lalu ia kembali masuk dan meyerahkan pada Johan.

Johan menyambut dengan sigap tab tersebut dan melihat dengan seksama. Ia menghela nafas panjang. Akan jadi perkara yang panjang dimeja hijau. Lalu ia mengembalikan tab itu kepada Dodi.

" Pak?? tadi saya dapat email dari ikatan Advokat, mereka ingin mengkonfirmasi kehadiran jika bapak jadi ikut dalam rapat tahunan kali ini"

"kapan??"

" Tanggal 20 Februari mendatang"

Johan kembali meraih handphonenya dan membuka jadwal pribadinya. Dan ia melihat ditanggal itu jadwalnya kosong.

" Oke, konfirmasi bahwa aku akan datang pada rapat tahun ini, oh dan tolong untuk pesankan stelan jas lengkap lagi"ujanya tegas.

" Baik, apa ada lagi pak??"

Johan meletakkan pulpennya diatas meja seraya memegang bahunya yang terlihat tidak nyaman.

" Tidak!!"

Dodi paham dan ia kembali berbalik keluar ruang dingin itu. Dan meraih handphonenya untuk menelfon Nopa pegawai House of Dinda yang selama ini menjadi langganan tetap bosnya dalam menjahit stelan jas.

🍃🍃🍃🍃🍃

Disisi lain meja kerja Dinda terlihat berserakan kertas-kertas sketsa desain gaun-gaun yang entah berapa kali gagal ia selesaikan. Otaknya tak bisa menyelesaikan imajinasi desain gaun yang ingin ia buat untuk pelanggan.

" Sial!!! kemana perginya ide-ide itu??" gumanya sendiri.

Dengan menghela nafas panjang ia mengambil tasnya dan ia keluar begitu saja dari butiknya meninggalkan mbak Nopa dan mbak Feli yang tengah sibuk nyulam payet-payet mewah di baju pengantin.

" Apa kau lihat?? beberapa hari ini Dinda gelisah," tanya Feli.

Mbak Nopa hanya mengangguk pelan.

" Aku rasa pikirannya tegah susah memikirkan masalah tabrakan waktu lalu."

" Kasian Dinda," sahut Feli.

Dan mbak Nopa hanya mengangguk saja mendengar perkataan Feli.

Tiba-tiba suara deringan telfon butik pun berdering, mengagetkan keduanya.

Dan dengan cepat Feli yang duduk tak jauh dari meja kerja Dinda pun mengangkat telfon itu.

" Hallo??" sahut Feli.

" Hallo mbak?? saya Dodi..

"Ah, pak Dodi, ada yang bisa saya bantu??" ucapnya yang teringat pak Dodi adalah pelanggan yang hampir 1 tahun setengah ini menjadi pelanggan setia.

" Bisakah saya pesan stelan jas lengkap??"

" Bisa pak" jawab Feli cepat dengan telah mengambil buku orderan diatas meja Dinda.

" Saya perlu untuk tanggal 20 Februari, jadi kemungkinan akan saya ambil ditanggal 18 februari," jelas Dodi.

" Ah begitu, baik pak, untuk ukurangnya??"

" Seperti biasa, ukurannya seperti stelan jas yang telah saya simpan disana"

" Baik pak, soal kain Anda ingin merek apa??"

" Saya tidak tau, tapi tolong beri kain terbaik karena ini acara penting"ucapnya jelas.

" Oke, ada yang lain??, " tanya Feli yang telah menulis catatan pada orderan pak Dodi.

" Tidak, hanya itu saja"

" Baik, terima kasih pak, " ucapnya seraya terdengar suara telfon itu terputus begitu saja.

Dan Feli pun kembali menghela nafas panjangnya.

" Dari siapa??" tanya Nopa penasaran seraya hendak mementulkan bagian yang akan dia jahit.

" Pak Dodi, itu pelanggan yang bajunya tergantung di lemari Dinda"

" Ohh!!," sahutnya paham. Paham karena pelanggan yang ini tergolong unik, ia hanya datang sekali dengan membawa stelan jas lengkap tanpa mau mengukur secara langsung. Dan anehnya lagi Dinda entah bagaimana bisa begitu menyukai parfum yang tertinggal di jas itu sehingga ia memindahkan jas itu khsusu dilemari miliknya.

" Akhir-akhir ini pelanggan kita semakain banyak," ujar Nopa.

" Yaa, dan itu membuat ku senang, jadi gaji kita pun semakin besar dibayar oleh Dinda, " Feli seraya tertawa.

" Kamu benar!!, " sahut Nopa setuju. Dan keduanya pun kembali sibuk fokus pada jahitan mereka masing-masing.

🍃🍃🍃

Didalam taksi, Dinda duduk dengan pikiran mumentnya. Tujuannya kali ini untuk langsung menuju kantor polisi. Ia ingin segera mengeluarkan mobilnya yang telah ditahan beberapa hari disana tanpa ada perkembangan disana.

Dan mobil taksi itu pun terhenti di kantor polisi dan Dinda turun dengan sedikit ragu. "Ini tidak mudah pasti, tapi harus dicoba!!" pikirnya.

Dinda masuk dan mencoba mencari-cari info ruangan yang menangani kasus pelanggaran lalulintas. Dan akhirnya ia mendapatkan ruangan yang terlihat agak sibuk melayanin beberapa orang disana. Dinda menghampri seorang polwan yang terlihat baru masuk.

" Permisi mbak??"

" Ya, ada yang bisa saya bantu??," sambut seorang Polwan ramah.

" Beberapa hari yang lalu saya mengalami kasus tabrakkan, " jelas Dinda ragu

" Didaerah mana??"

" Dii jalan xxx dengan seorang pemotor," jelas Dinda.

" Jadi anda penabrak??" tebaknya sang Polwan.

" Benar, mobil saya dibawa kesini waktu itu."

" Apa anda membawa sim dan STNK??"

" Ya!! ah sebentar, " sahut Dinda cepat lalu merogoh isi tasnya dan mendapat kan dompet berwarna merah, lalu segera mengeluarkan sim dan STNK seraya meyerahkan ke hadapan Polwan itu.

Polwan itu mengambil dengan sigap dan membacanya seketika dan mulai melihat dibuku besarnya.

" Ah, anda pemilik mobil HR-V merah itu yaa"

" Iya"

" Pihak korban menuntut anda dihari kejadian"

" Apa??," sahut Dinda terkaget.

" Tapi, tapi saya tidak mendapatkan pemberitahuan beberapa hari ini."

" Yakarena kami tak mendapat data diri anda. Disini hanya tertulis pihak Johan menuntut balik pemilik mobil HR-V merah bernopol D Xxxx A atas tabrakan itu sehingga mencederai bahu korban Johan," jelas sang Polwan tegas.

Dinda mendengar dengan tidak percaya.

" Bisa saya mendapatkan alamat pak Johan??"

Polwan itu hanya mengangguk dan memperlihatkan buku besarnya kepada Dinda. Dan Dinda dengan segera mengeluarkan notesnya yang selalu tersedia didalam tasnya.

Setelah mendapatkan info alamat. Dinda keluar dari kantor polisi dengan wajah kesal.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!