Rumah sederhana berpagar papan adalah ciri khas orang desa meskipun papan rumah itu terlihat sangat kokoh dari tahun ke tahun . Tidak ada yang berubah sedikitpun dari rumah itu .
Banyak tetangga yang sering main di rumah tersebut mulai anak-anak sampai orang dewasa bahkan tua muda . Di rumah itu Seorang anak kecil dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang seorang ibu sejak ditinggalkan seorang ayah .
Rumah dengan banyak ruang sebagai sarana tempat tinggal seorang janda dengan keempat anaknya menjadikanya tulang punggung yang bekerja sebagai buruh tani untuk bertahan hidup .
Setiap sore selesai maghrib semua anak-anak belajar mengaji di rumah guru ngaji . Seorang gadis kecil berjalan memakai jilbab instan berjalan menuju rumah guru ngaji bernama Bu Aisyah ..
Gadis itu dengan semangat mengaji agar bisa khatam Alquran , tidak hanya dia banyak anak-anak yang lain mengaji dengan Bu Aisyah . Mereka mengaji dengan bergiliran , jika satu sedang mengaji yang lain diam menyimak , tidak ada yang berisik .
Malam hari di rumah Ira belajar sendirian , setelah belajar ia menonton televisi bersama dengan kedua kakaknya , satu kakak perempuan sudah berkeluarga dan tinggal bersama suaminya di kampung sebelah .
"Sudah malam sana tidur ," Kakak ketiga cowok bernama Yaman mengusir Ira dan merebut remot di tangannya sambil tersenyum jahil . "Aku mau nonton televisi itu filmnya bagus , Kak , jangan di ganti ," rengek Ira kesal pada kakaknya yang dengan santai rebahan disampingnya .
"Dah sana tidur besok sekolah ," katanya memberi peringatan pada Ira . Dengan terpaksa Ira beranjak dan masuk kamar matanya pedih ingin menangis namun di tahan .
Beberapa tetangga pada nonton televisi di rumah Ira ada ibu-ibu dan anak muda seumuran Ira juga remaja . Mereka menonton di rumah Ira karena belum mempunyai televisi .
Di dalam kamar Ira mendengar banyak orang sedang menonton televisi , saling menyahut acara televisi entah acara apa Ira sudah tidak lagi peduli karena sudah di usir kakaknya .
Kakak pertama sudah menikah namun ia tinggal bersama mereka sedangkan istrinya tinggal di rumah bersama ibu dan anaknya keduanya tidak bercerai . Hanya tinggal Ira dan Kakak ke tiga yang belum menikah .
Ira pergi keluar dan duduk di teras sendirian . Tetangga depan rumah mempunyai usaha bengkel ada beberapa karyawan yang menginap di sana . Ira tidak mengenal mereka hanya sekedar tahu saja .
Di usia sekolah dasar Ira tidak banyak berteman , ia hanya sekedar bermain selesai pulang . Begitu seterusnya . Semenjak ada pendatang baru di kampungnya semua remaja heboh , mereka para remaja gencar mendekati orang baru tersebut ada yang pacaran juga ada yang putus bahkan ada yang menikah .
Sejak usia belia Ira dijuluki orang yang pendiam . Ia sangat pemalu jika berteman dengan lawan jenis . Diam-diam Ira menyimpan rasa pada salah satu pemuda di kampungnya , orangnya berkulit putih tinggi hidung mancung . Pemuda itu bernama Ruli kedua orang tuanya bekerja sebagai buruh tani juga sama dengan ibunya Ira .
Waktu Ruli jatuh di sungai Ira menangis namun tidak ia tampakkan di depan umum karena waktu itu banyak sekali orang yang berdatangan menengok Ruli yang terbaring lemah di tempat tidur .
Ira berdiri di samping Ruli menahan tangis , hatinya sedih melihat orang yang dicintai sakit . Ruli tidak tahu kalau Ira menyukainya , bahkan mereka bermain ya sekedar bermain tanpa melibatkan perasaan , sampai mereka pernah tidur bersama dengan ayahnya Ruli dan berebut pelukan seorang ayah .
Setiap malam Ruli menonton televisi di rumah Ira bersama teman lainnya , Ira sangat senang karena ada Ruli , keduanya duduk bersampingan sambil bercanda . Ira semakin jatuh cinta bila melihat dan bisa duduk berdekatan dengannya . Tapi entah dengan Ruli sepertinya hanya menganggap teman saja bagi Ira itu tidak masalah asalkan ia bisa berdekatan dengan Ruli .
_________________
Hari berganti hari sudah hal biasa bagi Ira dan Ruli semakin dekat , kadang mereka berjauhan , ya begitulah cinta monyet .
Setial hari Ibu Ira bernama Haryati pergi ke sawah ikut para petani menanam padi , kadang ikut mengambil padi ( istilah jawa derep) , pulang membawa hasil padinya dan di jemur di bawah terik matahari di terpal yang terbuat dari bambu .
Setiap pulang sekolah Ira di suruh menjemur padi , dan kalau sudah kering di angkat lalu dimasukkan ke dalam karung kemudian di bawa ke lumbung padi untuk di giling jadi beras .
Sebenarnya Ira anak yang penurut tapi kadang rasa kesal dalam hatinya ketika di suruh menjemur padi dan membawa ke lumbung , karena sangat berat . Jika tidak nurut nanti jadi anak durhaka pikir Ira .
Ada saudara dari ayahnya yang menjadi sopir grab Ia selalu di ajak bareng kalau berangkat ke sekolah . Ira sangat senang menikmati momen itu , saudaranya bernama Mukhlis selalu memberi uang jajan kepada Ira karena ia belum dikaruniai seorang anak .
Waktu kecil Ira sering main ke rumahnya bahkan setiap lebaran selalu pergi ke tempat saudaranya bersama teman sebayanya .
Hari hari Ira banyak sekali kejutan dari saudara ataupun teman , badannya yang bergerak lincah membuat orang yang melihatnya senang , banyak orang mengagumi banyak juga yang merasa kasihan karena di tinggal oleh ayahnya .
"Ira ayo kita main ," ajak Desi datang ke rumah Ira sambil membawa mainan alat masak . "Ayo , kita main dimana ?" tanya Ira dengan antusias .
Desi berpikir mencari ide . "Bagaimana kalau bermain di samping rumahmu itu kan kebun , kita masak-masakn di sana ," kata Desi berjalan mendahuluinya menunjuk tempat bermain . "Oke ," sahut Ira berjalan mengikuti Desi .
Keduanya main masak-masakan di samping rumah Ira , sedangkan Ibu Ira sedang menjemur padi d samping rumahnya tidak mempermasalahkannya .
Tidak hanya Desi yang ajak Ira bermain , kadang bermain dengan Nina dan Lusi yang rumahnya jauh .Mereka berteman sebagai teman bermain bukan saling memusuhi atau membenci satu sama lain . Tidak pernah terlihat mereka saling membenci atau dendam .
Di sekolah pun demikian Ira tidak banyak bergaul , dia selalu bermain di depan kelas bersama teman-temannya jika ada yang mengajak .
Hari itu ia pulang sekolah sendirian , teman-temannya ada yang pulang lebih dulu ada yang paling belakang .
Sepulang sekolah ia langsung nonton televisi acara kesukaannya sambil rebahan sendirian . Karena ia sudah hapal dengan tayangan harian . Kadang kala Ira kemana-mana sendiri main sama teman saja bila ada yang mengajak .
Sore harinya ia pergi mandi di sungai di bawah air pancuran ia sirami seluruh tubuhnya , tidak lupa memakai sabun mandi . Sejak usia belia ia sudah di biasakan mandi sendiri , tidak pernah manja pada ibu dan saudara lainnya .
Seiring berjalannya waktu Ira tumbuh menjadi gadis cantik , rambut panjang selalu di kucir kuda setiap hari . Di usia yang masih belia meskipun tidak ada sosok seorang ayah namun tidak kurang perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu dan kakak -kakaknya .
Saat ini ia bersekolah di sekolah dasar kelas lima , di sekolah mengadakan acara perpisahan kelas enam dengan menggelar sebuah pentas seni . Mukai kelas empat menyumbangkan sebuah seni , ada gerak dan lagu ,ada menyanyi , ada tarian dan satu yang dipersembahkan oleh kelas enam yaitu sebuah pentas drama ketoprak.
Banyak sekali penonton yang menghadiri acara tersebut , acaranya sangat meriah . Ira ikut mempersembahkan tarian dari berbagai daerah dan juga menyanyi lagu genre pop .
Waktu Ira tampil perasannya gugup karena baru pertama kali tampil dan disaksikan banyak orang . Setelah menari ia tampil lagi menyanyikan lagu , waktu di tangga lagu ada lirik yang lupa tapi ia bisa mengikuti irama musiknya padahal latihan hanya sekali .
Setelah acara selesai semua siswa yang mengikuti acara pentas seni berbaris memberi ucapan terimakasih kepada guru dan para penonton , disertai sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan.
Acara selesai tengah malam semua pulang ke rumah masing-masing. Ira pulang bersama teman juga ibunya yang menunggunya pulang bersama . "Tadi tarianmu ada yang salah ya , Ra ?" tanya ibunya tersenyum bangga melihat anaknya tampil di panggung .
"Iya Bu , mungkin grogi padahal sudah latihan tetap saja ada yang salah ,“ kata Ira cemberut . " Tapi bagus kok gerakkannya meskipun ada yang salah ," sahut ibunya .
Mereka berjalan sampai di rumah , Ira masuk kamar dan mengganti pakaiannya lalu tidur . Ibunya pun demikian mereka sudah lelah . "Kok sampai malam Bu , memangnya acaranya banyak sekali ya ?" tanya Yaman sedang menonton televisi .
"Iya , kenapa kamu belum tidur ini sudah malam besok terlambat masuk kerja gara-gara kesiangan ," kata ibunya mengingatkan . " Iya Bu , tanggung nih acaranya sebentar lagi selesai kok ," sahut Yaman fokus dengan acara televisi .
Haryati masuk kamar merebahkan tubuh , hari ini ia sangat capek . Haryati tidak pernah mengeluh apapun kepada anak-anaknya , ia sangat menyayangi anak-anaknya dan tidak mau membebani tanggung jawabnya kepada anak-anaknya .
Apapun yang Haryati lakukan demi anak-anaknya agar anak-anaknya sehat dan bahagia . Kakak pertama bernama Mulyadi pulang dari rumah temannya tengah malam , ia melihat Yaman sedang menonton televisi duduk di sampingnya dan merebut remot di tangan Yaman .
"Pulang-pulang main rebut aja , kembalikan remotnya filmnya belum selesai itu , Kak kembalikan cepetan ," teriak Yaman merebut kembali remot di tangan Mulyadi dengan paksa .
"Kamu itu sudah nonton dari tadi sekarang gantian dong sama kakak ," Sewot Mulyadi tertawa puas menghalangi Yaman mengambil remot ditangannya .
Yaman merasa sangat kesal ia pun nurut saja sambil menggerutu karena tidak bisa merebut kembali remot di tangan kakaknya .Mulyadi mengganti canel televisi dengan acara sepak bola .
Kegemaran Mulyadi dan Yaman adalah sepak bola , berhubung tadi acara film aksi yang disukai Yaman memilih film daripada sepak bola di saat iklan Yaman mengganti dengan film tadi ia tonton tapi sudah selesai , akhirnya ia sangat kesal pada Mulyadi .
Yaman tidak biasa tidur di kamar ia lebih memilih tidur di depan televisi . Sedangkan Mulyadi tidurnya di kamar setelah acara sepak bola selesai .
_____________
Keesokan paginya Ira bangun agak pagi , ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan sarapan . "Bu , uang jajan ," Ira mendekati ibunya meminta uang saku buat beli jajan di sekolah. " Ini uangnya , awas jatuh simpan di dalam tas ," Haryati mengingatkan .
“Terimaksih ibu , " Ira berpamitan kepada ibunya dan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki . Ira berangkat sendirian menuju sekolah semua teman-temannya di antar sama orang tuanya atau saudaranya tapi tidak dengan Ira , ia selalu berjalan kaki .
"Ira ," teriak seorang anak dari arah belakang . Ira menoleh dan tersenyum manis . "Tumben kamu jalan kaki biasanya di antar ," kata Ira sambil berjalan . “Soalnya motor di bawa sama Kakakku ," jawab Desi .
Ira dn Desi berangkat ke sekolah bersama dengan berjalan kaki yang berjarak hanya lima belas menit dari rumah . Sampai di sekolah pintu gerbang belum di tutup karena masih banyak siswa belum datang ,
Sebelum kelas dimulai semua siswa mulai dari kelas satu sampai kelas enam melakukan senam di halaman depan kelas masing-masing. Senam itu dilakukan setiap hari oleh seluruh siswa dan guru .
Setelah selesai semua siswa berbaris di depan kelas masing-masing dan bergantian masuk kelas sambil menjabat tangan guru wali kelas masing-masing.
Waktu pelajaran segera di mulai semua siswa menyiapkan buku pelajaran dan mengikuti pelaran dengan baik . Di dalam kelas siswa berdoa terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran .
Bel berbunyi waktunya istirahat pertama , semua siswa keluar dari kelas masing-masing,, ada yang bermain di halaman , ada yang membeli jajan di kantin , ada yang bermain di teras kelas masing-masing, ada juga yang mengobrol saja .
Ira bermain lompat tali bersama teman perempuan satu kelas di halaman depan kelas . Ia bergantian jaga tali dengan temannya karena kalah selesai bermain Ira membeli jajan di kantin sekolah .
Bel berbunyi tanda masuk kelas , semua siswa masuk ke dalam kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya .
Sekolah bagi siswa adalah untuk mencari ilmu , ada yang IQ tinggi , ada IQ rendah , ada juga yang EQ tinggi dan EQ rendah , setiap siswa mempunyai tingkat kecerdasan berbeda-beda .
Tidak semua siswa menerima pelajaran dengan mudah , ada kalanya siswa malas dengan mata pelajaran ada juga yang menyukai mata pelajaran tertentu , ada yang mengikuti semua mata pelajaran dan mempunyai nilai terbaik . Tapi semua kembali pada siswa itu sendiri rajin atau tidak dalam tahap belajarnya .
Bel terakhir sangat panjang sekali tanda waktu pulang sekolah . Semua siswa berhamburan keluar kelas masing-masing dengan ceria , ada yang berlarian , ada yang berjalan santai , ada yang kejar-kejaran .
Semua siswa sangat antusias jika sudah waktunya pulang sekolah . Ira pulang bersama teman-temannya berjalan kaki . Ia dan teman-temannya saling bercanda tawa lepas .
Anak sekolah dasar memang sangat belia dan masa senang karena yang ada di otaknya kebanyakan adalah berteman dan bermain saja .
Sampai di rumah Ira mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa , ia langsung menonton televisi sambil makan siang . Semua orang di rumah sedang bekerja hanya Ira di rumah sendirian .
Ruli main di rumah Ira bersama teman-temannya nonton televisi . Ira terkejut ketika ada orang duduk disampingnya menoleh . Jantungnya berdegup kencang wajahnya tersenyum senang Ruli datang .
Di kelas enam Ira mulai menunjukkan sikap dewasa , ia tidak lagi bermain seperti kebanyakan adik kelasnya yang bermain lompat tali , rumah-rumahan, main koin dan sebagainya .
"Ira , kamu tidak mau ikut main sama kita ?" tanya Heni teman satu kelasnya menghampiri Ira yang sedang duduk di bangku depan sekolah sambil melihat anak-anak lainnya sedang bermain .
"Tidak , aku mau lihat saja ," katanya sambil tersenyum tanpa bermaksud menjauhi temannya . "Baiklah kalau begitu aku ke sana dulu ya ," Heni pamit lalu bergabung dengan teman lainnya . Ira mengangguk .
Bel masuk berbunyi semua siswa masuk kelas bersamaan . Seorang guru bernama Eli masuk kelas sambil membawa buku materi pembelajaran .
“Anak-anak , ibu mau umumkan besok hari Senin mulai ujian semester pertama , persiapkan belajarnya ya ," kata Bu guru kemudian membuka buku dan menulis di papan tulis .
"Baik Bu ," jawab siswa kompak . "Kalian tulis lalu jawab pertanyaan di papan tulis setelah itu kumpulkan ," kata Bu Eli kemudian . Semua siswa menyalin tulisan di papan tulis pada buku mereka masing-masing.
Semua siswa di dalam kelas saling berbisik mencari jawaban pada pertanyaan tersebut . Ira dengan serius mencari jawaban melalui buku bercetak tebal setelah ketemu baru ia isi jawabannya di bagian bawah .
"Ira , jawaban nomor tiga apa , sudah cari tidak ketemu ?' tanya Heni menyenggol tangan Ira .
Ira menunjukkan jawaban pada buku bercetak tebal kepada Heni . Heni melongo tak percaya melihat jawaban dari Ira .
" Padahal tadi aku sudah buka bagian ini tapi kok aku tidak tahu ya ," kata Heni sambil menggaruk kepalanya dengan ballpoint. Ira tersenyum melihat ekspresi Heni .
"Buruan di tulis ," sahut Ira melanjutkan mencari jawaban nomor berikutnya .
Seseorang menendang bangku Ira tanpa memanggil nama . Ira menoleh ke belakang dengan mengerutkan dahi .
"Jawaban nomor enam ," katanya dengan tatapan datar . Ira mendengus kesal , ia bukannya tidak mau membantu teman di belakangnya karena temannya ini juga tergolong pintar , dia hanya menggertak Ira saja bahkan sering membuat Ira marah dengan sikap jahilnya .
"Cari di nomor halaman dua puluh ," jawab Ira kemudian kembali fokus dengan pertanyaan berikutnya .
Teman di belakang kembali menendang bangku Ira kali ini agak keras membuat Ira menjerit karena terkejut . Semua siswa menoleh ke sumber suara , Ira mendapat sorot mata dari seisi ruangan sangat malu .
"Maaf ," katanya dengan menangkupkan kedua tangannya kemudian menoleh ke belakang dengan wajah menahan marah .
" Kenapa tidak cari sendiri sih , bikin orang malu saat ," bentak Ira
Teman satu ini memang agak lain sikapnya terhadap Ira namun Ira selalu cuek , namun ia tidak diam saja ketika mendapat perlawanan dari temannya.
"Apa jawabannya ?" tanya temanya dengan menatap tajam wajah Ira tanpa rasa kasihan .
"Lihat di halaman tiga belas ," jawab Ira kesal sambil menghentakkan kakinya di bawah meja .
Temannya tersenyum tipis melihat Ira sangat kesal padanya , hatinya sangat puas mengerjain Ira padahal ia sudah selesai dari tadi . Ia sengaja mengulur waktu agar bisa ngerjain Ira .
Setelah selesai semua siswa mengumpulkan tugasnya di meja guru .Ruangan menjadi gaduh dengan suara langkah kaki dan kertas serta percakapan semua siswa .
"Semoga saja jawabannya benar semua ," kata salah satu siswa .
"Pasti benar kan jawabannya sudah ada ," sahut yang lainnya .
"Pulang nanti kita belajar kelompok yuk !" ajak Heni kepada Ira .
"Boleh , di rumah siapa ?" tanya Ira dengan antusias .
"Bagaimana kalau di rumah Wiryo ?" kata Fika memberi ide .
"Setuju ," kata Ira langsung mengacungkan jempolnya ke atas . Sedangkan yang lain nampak berpikir .
"Kenapa , apa kalian tidak setuju ?" tanya Ira merasa heran dengan teman-temannya .
" Bukan itu , tapi orang tuanya dia kan galak apalagi kalau ada teman datang selalu mendapat ancaman bila membuat gaduh di rumahnya ," jawab Heni melirik Wiryo .
Wiryo merasa bersalah dengan teman-temannya ." Maafkan kedua orang tuaku , kalian tidak usah belajar kelompok di rumahku lebih baik cari tempat lain yang lebih aman saja ," kata Wiryo menatap wajah teman-temannya.
"Sama-sama, maafkan kita-kita ya Wir ... Baiklah kalau begitu kita belajar kelompoknya di rumah Kamu saja Fik , rumahmu kan luas tuh kita bisa duduk di teras depan atau teras belakang , gimana setuju gak ?" kata Heni .
"Setuju ," jawab mereka dengan kompak . Akhirnya sepakat belajar kelompok di rumah Fika .
Sepasang mata mengawasi gerak gerik Ira dengan tatapan sulit diartikan membuatnya kesal karena dicuekin dari tadi .
"Kamu mau ikut apa tidak belajar kelompok bersama kita-kita ?' tanya Fika melihat teman cowok di belakang mereka duduk santai . Ia hanya mengangguk saja tanpa menjawab dengan kata-kata.
Jadi mereka ada enam orang diantaranya Ira , Heni Fika , Wiryo ,Doni dan Zaen . Saat pulang sekolah Ira jalan sendiri karena paling belakang , tadi waktu jam pulang ia membantu guru di kantor merapikan kantor .
Ira terkenal rajin dan selalu membantu kegiatan di sekolah meskipun lelah , ia pantang mengeluh dengan orang lain .
Saat berada di jalan ia melihat Zaen sedang duduk di sebuah bangunan di pinggir jalan dengan santai seorang diri . Ira berjalan tanpa menyapa seolah tidak ada orang di sana .
Melihat sikap Ira yang cuek Zaen kesal ia berjalan menyusul Ira di belakang tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya . Ira merasa diikuti menoleh ke belakang saat berhenti keduanya terkejut karena hampir saja bertabrakan karena Zaen berjalan tepat di belakang Ira membuat ia hampir jatuh .
“Kamu itu bisa gak sih kalau jalan tuh jangan di belakangku setidaknya agak jauhan ," bentak Ira dengan kesal . Ia sangat marah kepada Zaen yang terus mengikutinya dan selalu membuatnya marah setiap hari .
"Ini jalan umum , bukan jalan nenek moyangmu ," sahut Zaen dengan wajah datar menatap wajah Ira . "Kamu memang dasar muka datar , jauh sana ," Ira mendorong Zaen agar menjauh dan menjaga jarak lalu ia berlari sekuat tenaga .
Sementara Zaen tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah Ira yang terkesan lucu dimatanya . Ira kembali menoleh ke belakang kali ini ia sudah jauh dan hampir sampai rumah . Ia melihat Zaen sedang menertawakan dirinya .
“Dasar orang gak waras ," gumam Ira berjalan masuk ke dalam rumah sambil menggerutu .
Ira langsung mengganti pakaian kemudian makan siang dan istirahat di depan televisi sambil menonton acara yang ia sukai yaitu acara musik .
Menjelang pukul dua siang Ira berkemas dan mempersiapkan buku untuk belajar kelompok. Ia berjalan santai ke rumah Fika .
Sampai di rumah Fika sudah ada Heni dan Wiryo tidak lama kemudian datang Doni dan Zaen bersamaan karena rumah mereka berdekatan .
"Wah sudah kumpul semua mulai yuk ," kata Fika .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!