NovelToon NovelToon

Missing You : David

Prolog

Prolog

"Zeze, please wait!" pangil David sambil berlari.

" I'm sorry, I'm so sorry" ucap David memelas.

Hiks hiks...

"Why..., hiks.."

"Maaf sayang maafin aku," lagi lagi David memohon.

David memohon sambil berlutut di samping Zeze yang duduk termenung sambil menangis terisak.

Sekejap kepala Zeze buram, semua tidak terlihat jelas. Hatinya sakit, dadanya sesak merasakan itu.

"A..aku udah ngga bisa, maaf David kita sampai disini aja."

Zeze bangkit meninggalkan David yang masih berlutut di taman.

Drap drap....

David berlari mengejar Zeze yang tinggal selangkah lagi akan meninggalkan halaman rumah David.

David meraih tangan Zeze dan berkata ," Aku tau aku salah, tapi aku bakal buktiin ke kamu aku ngga pantas buat kamu ze."

"Udah?" tanya Zeze ketus tanpa menoleh.

Hati David seperti runtuh mendengar wanita yang dicintainya menjawab dirinya dingin bahkan dia tidak mau menoleh. Sejenak hati David pasrah, ia melepas tangannya yang tadi menggenggam tangan Zeze erat.

"Sory, aku sayang kamu aku bakal buktiin ke kamu. Jadi tunggu aku, sampai aku bisa jadi lelaki yang pantas berdiri di sisimu."

Tanpa suara Zeze memilih meninggalkan halaman rumah David.

Semenjak hari itu, dia ingin menjadi wanita yang tangguh dan jauh lebih baik. Dia bertekad demi diri sendiri.

*****

Zeana Mufshin

Zea atau Zeze itu nama panggilannya. Zea adalah putri bungsu dari pasangan Adam Mufshin dan Namima Shiva. Zea memiliki dua orang kakak laki laki. Kakak pertama bernama Fadlan Mufshin dan kakak keduanya bernama Aslan Mufshin. Kakak pertamanya adalah seorang dosen di Universitas G sementara kakak keduanya adalah mahasiswa semester tiga jurusan Arsitektur. Zea sendiri merupakan murid baru SMA FIX Kota Y.

Keluarga Zea tergolong cukup. Bapak dan ibu bertani untuk membiayai sekolah anak anaknya sekaligus menunggu warung kelontong milik keluarga. Zea bersaudara cenderung anak yang rajin belajar. Mereka selalu memperoleh beasiswa untuk bersekolah, bahkan kakak pertamanya mendapatkan gelar Master di usia yang sangat mudah yaitu 23 tahun.

"Dik, udah siap belum?" tanya Aslan di depan pintu kamar Zea.

"Udah kak, bentar lagi adik keluar."

"Yaudah ditunggu di ruang makan ya."

"Siap kak."

*****

Di ruang makan

Bapak duduk di kursi utama sementara ibu di samping kanan dan Fadlan di samping kiri.

"Pagi Pak, Buk," sapa Aslan.

"Pagi nak sini duduk," sapa Mima.

"Adikmu mana?" tanya bapak.

"Ini adik," sapa Zea dari kejauhan.

"Sini nduk duduk kita sarapan."

"Iya pak."

Mereka menikmati sarapan pagi dengan tenang. Tanpa mengeluarkan suara, mereka makan dengan lahap. Setelah selesai, Fadlan dan kedua adiknya berpamitan.

"Bapak, kami berangkat dulu."

"Iya, jaga adikmu ya."

"Siapp pak," jawab Aslan bersemangat.

"Adek berangkat," seru Zea sambil tersenyum dan mencium kedua tangan orang tuanya.

"Jangan pulang malam ya le, jangan lupa jemput adik-adikmu."

"Siap pak."

Fadlan melajukan mobil sedan hitam tua milik bapaknya yang diberikan kepada Fadlan. Pertama kali, Fadlan menghentikan mobilnya di depan gerbang SMA Zea.

"Makasih ya kak," ucap Zea turun dari mobil.

"Iya dik, jangan nakal ya. Nanti kalau pulangnya cepet naik bis dulu ya, jangan nunggu sendirian," jelas Fadlan.

"Siap pak boss," jawab Zea sambil hormat dan tersenyum meninggalkan kedua kakaknya di mobil.

"Hhh, gemes banget dia tu kaya anak kecil," jelas Aslan.

"Adikmu udah gede as, bukan lagi anak TK yang nangis minta telur goreng."

"Iya kak, udah ayo ke kampus."

Zea terburu buru berlari menuju kelas dan tanpa sadar dia menabrak seorang laki laki yang mematung di depannya.

Bruk

" Maaf saya tidak sengaja," jelas Zea.

" Hmm," jawab David berlalu meninggalkan Zea.

Zea masih termangu dengan sikap dingin sekaligus baik hati laki laki tersebut yang tidak mempermasalahkan kecerobohannya.

"Lo gapapa Vid?" tanya Alvin.

"Ya jelas ngga sakit lah Vin, orang badan David keker gini hehe," goda Kelson.

"Apaan sih lo berdua ayo ke kelas," pinta David.

"Astaga mimpi apasih ada cogan yang baik terus cool gitu kaya es krim deh manis tapi dingin," gumam Zea cengar cenggir dalam hati.

*****

David Zhien Soetardjho

Putra bungsu dari Ariangga Soetardjho dan Shafina Zhien. Keluarga David merupakan salah satu dari 3 orang pengusaha terkaya di Negara K. Perusahaan keluarga David diturunkan secara turun temurun.

David adalah pribadi yang dingin dan pendiam. Dia cenderung menutup dirinya sendiri semenjak kematian adik kecilnya 7 tahun yang lalu. Kedua orang tuanya melalukan berbagai cara agar David mulai membuka dirinya, namun nihil. David tetap saja menutup diri. Bahkan, semenjak adiknya tiada David meninta untuk melanjutkan sekolahnya di negara asal ibunya di Ing*ris.

Semua itu berubah ketika dia bertemu dengan Zea.

"Cewek tadi cantik ya vid," tanya Kelson.

"Iya, manis banget," timbal Alvin.

"Cantik tapi ceroboh," jawab Kevin dingin.

Namun, tanpa disadari untuk pertama kalinya David mau memuji seseorang terkhusus wanita.

"Wihhh peningkatan luu bro, pertama kali semenjak pulang dari Ing**is lu baru kali ini muji cewek," oceh Kelson.

David terdiam menyadari apa yang dikatakan Kelson benar.

01 Hari Pertama

Hari pertama masuk sekolah, Zeana terlihat sangat bahagia karena pertemuan tanpa terduga yang di alaminya dengan David memberinya semangat pagi penuh dengan senyuman cerah sumringah.

"Zea," panggil Caca dari kejauhan.

"Uy," jawab Zeana.

"Lu ngapain sih berdiri di sini, mau gantiin tembok?" tanya Caca meledek.

"Haha, sembarangan ah ca. Yuk kelas"

"Gassin."

Di kelas mereka melakukan ritual pertama dan wajib yang akan dilakukan oleh seorang murid baru yaitu berkenalan.

"Halo, perkenalkan nama saya Fathia Cathiela Sharon. Biasa dipanggil Caca, hobi saya membaca, makan dan berbicara."

"Hahaha," gelak tawa seluruh isi kelas menggema di ruangan kelas mendengar perkenalan Caca yang menggemaskan.

"Sudah cukup, mbak Caca silahkan duduk," pinta Bu Nisa.

"Baik Bu."

Selanjutnya, giliran Zeana yang memperkenalkan diri.

"Perkenalkan nama saya Zeana Mufshin. Boleh panggil Zea saja. Hobi saya menulis dan menyanyi. Sekian," Zea langsung menundukkan kepala dan masih berdiri mematung.

Beberapa murid laki laki terpana melihat Zea yang memperkenalkan diri sambil tersenyum. Sebuah look yang benar benar manis, biasa tidak banyak aksesoris dan bergaya. Namun sangat terlihat cantik dan anggun.

"Halo Zea," Alex.

"Hai Ze," Rehan.

"Halo mbak Zea," sapa Bu Nisa.

"Hai Bu, hai semuanya," sambil tersenyum manis.

"Duh mbak Zea masih malu malu rupanya, silahkan duduk kembali mba," pinta Bu Nisa.

Perkenalkan dimulai dan di akhiri lebih awal. Kemudian dilanjutkan dengan mata pelajaran pertama yaitu Fisika. Setelah seharian bergelut dengan buku di hari pertama masuk sekolah. Kelas berakhir pada pukul 4 sore.

Kring

Semua murid berhamburan keluar kelas. Zea dan Caca pulang bersama.

"Benar benar hari yang melelahkan, baru masuk pertama udah disuruh mikir banyak huft," keluh Caca.

"Sabar Ca."

"Hari ini kamu pulang naik apa Ze?"

"Naik bus, kamu?"

"Aku juga ngga dijemput, barengan aja yuk,"

"Ayuk."

Mereka berdua berjalan melewati koridor. Ketika melewati lapangan basket, nampak beberapa laki laki sedang bermain basket. Mereka tampak sangat gagah dan tampan dengan keringat bercucuran.

"Ze, lihat deh yang itu ganteng banget," sambil menunjuk David.

"Oh yang itu," jawab Zea ketus.

"Ih, lihat dulu," pinta Caca sambil menyeret Zea.

"Iya, iya yang mana?"

"Itu lhu, yang itu" sambil menujuk David yang hanya kelihatan punggungnya saja.

"Oh itu, iya"

"Iya apa?" tanya Caca sambil memancungkan bibirnya kedepan.

"Iya ganteng Caca," jawab Zea pasrah.

"Dah ayo pulang, nanti kita ketinggalan bus lhu harus nunggu lagi 10 menit. Mau?"

"Iya iyaa bawel, ayoo."

"Sipdehh, ayoo."

Mereka berdua berjalan berlalu meninggalkan halaman sekolah menunggu di halte bus. Caca dan Zea merupakan teman karib sejak SMP. Sejak saat itu mereka berteman dekat.

******

Fathia Cathiela Sharon

Caca begitu panggilannya. Ia merupakan putri satu satunya dari pasangan Adam Shift dan Adela Sharon. Adam merupakan anak dari pengusaha sukses di kota J, namun dia menentang keluarganya untuk menikah dengan Adela. Adam dan Adela memilih pergi meninggalkan keluarga Adam dan membangun keluarga mereka di kota Y. Maka dari itu, Caca mendapatkan nama ibunya buka dari ayahnya.

Adam adalah seorang laki laki yang cerdas, meskipun diusir oleh keluarga besarnya. Adam bertanggung jawab penuh atas Adela dan anaknya dengan bekerja di salah satu perusahaan sebagai manajer. Semula, ia bekerja sebagai staff biasa sampai akhirnya bisa seperti sekarang. Caca tumbuh dengan penuh kasih dari kedua orang tuanya. Dia menjadi pribadi yang baik dan ceria. Dengan begitu Caca mampu meluluhkan hati Zea yang keras untuk berteman.

*****

"Ze, kasih satu kata buat aku. First impression gituhh?" tanya Caca sembari menunggu di halte.

"Kalau dua boleh ngga?"

"Yaudah deh boleh dua kata."

"Banyak Ngomong."

"Ihh Ze jahat banget," jawab Caca cemberut.

"Haha bercanda cantik."

"Kalau dulu first impression, ceria kalau sekarang satu katanya keluarga," jawab Zea sambil tersenyum ke arah Caca.

"Hiks, aku terharu Ze."

"Jadi baik yang bener bener baik ya Cathiela Sharon," pinta Zeana.

"Siapp incess, kamu juga jangan bosen ya punya temen berisik kaya aku."

"Okedehh."

Hanya selang beberapa detik, kemudian bus tujuan mereka tiba di halte.

"Tuh udah ada busnya, ayo naik ca."

"Ayo," jawab Caca mengandeng lengan Zea.

Caca turun di halte selanjutnya, sementara Zea akan turun dua halte berikutnya.

Sesampainya di rumah, Zea membantu ibu memasak malam sembari menunggu bapak pulang dari ladang dan kedua kakaknya pulang.

*****

Pukul 17.37

Bapak tiba di rumah dengan motor bebek hijau milik bapak dengan keranjang di belakang penuh dengan sayur dan buah.

Worwoor

"Assalamualaikum," sapa bapak dari depan

"Itu sepertinya bapak Ze," ucap Mima.

"Iya Bu," jawab Zea sambil berlari ke arah halaman depan menghampiri ayahnya.

"Waaalaikumsalam," jawab Zea dan ibu.

"Bapak," sapa Zea bersemangat menghampiri bapak yang baru pulang dari ladang.

"Adik, jangan lari nanti jatuh kamu tu gadis bukan anak TK lagi," jawab bapak sambil menggelengkan kepala gemas dengan tingkah anak perempuannya itu.

"Iya bapak, sini adek bantu."

"Iya pelan pelan ya nduk, jangan sampai kamu capek."

"Segini mah kecil," jawab Zea tersenyum manis.

Ibu datang membawa nampan berisi tiga cangkir teh dan roti lapis buatan Zea tadi pulang sekolah.

"Diminum pak tehnya, biar ibu yang beresin sama adik ke warung."

"Ndak papa Bu, kasihan kalian perempuan bawa kol sama semangkanya kan berat."

"Ngga pak, bapak minum dulu tehnya."

"Yasudah kalau begitu, jangan berat berat ya Bu,"

"Iya pak."

Zea dan Ibu Mima memindahkan sayuran dan buah buahan itu ke warung kelontong miliknya. Hasil kebun bapak biasanya di jual kepada pengepul sayuran dan buah kemudian sisanya di jual di warung kelontong miliknya. Ibu bertugas menunggu warung. Saat akhir pekan, Zea yang menjaga warung sementara Ibu akan membantu bapak di ladang.

Tiga menit kemudian, Kedua anak laki laki bapak Mufshin tiba dengan mobil sedan hitam terparkir di halaman depan.

Aslan turun dengan membawa tasnya menghampiri adik kecilnya yang mendorong gerobak memindahkan kol dan semangka.

"Adik sini kakak bantu."

"Ngga usah kak, ada ibu. Mending kakak cuci tangan terus mandi aja."

"Ngga sini, Kakak bantuin dek."

"Jangan ngeyel deh kak sana, mandi dah bauk tau."

"Yaudah iyaa Kakak mandi," jawab Aslan berlalu meninggalkan adiknya.

Fadlan turun dari mobil sambil menenteng kresek plastik berisikan makanan.

"Jangan berantem kenapa sih kalian."

"Dihh, siapa juga yang berantem. Mas dirimu ngasal," jawab Aslan.

"Pak," sapa Aslan mencuim telapak tangan milik bapak.

"Iya, bapak baru dari ladang nak kotor," jawab Bapak yang seperti menolak di cium telapak tangannya.

"Tidak pak, sudah sewajibnya."

"Ya sudah sana mandi."

Fadlan menghampiri ibu yang ada di warung menata sayur.

"Bu, aku beli makanan tak taruh dapur ya bu."

"Kamu kok boros to nak, kenapa ngga disimpan saja uangnya. Ibu sudah masak dan lagipula kamu sudah besar, sudah waktunya memikirkan kebutuhan mu sendiri."

"Ini tidak banyak kok Bu, tidak akan menghabiskan seluruh uangku, dan lagi pula ini tidak akan sebanding dengan yang bapak dan ibu berikan."

"Astaga, baik sekali hatimu nak. Semoga kamu selalu dalam perlindungan-Nya dan hal baik selalu menyertai mu ya nak,"

"Aamiin Bu."

02 Mimpi Apa Aku tadi Malam

Setelah semua Anggota keluarga selesai mandi. Bapak dan Ibu sudah siap menunggu untuk makan malam di ruang makan. Aslan datang menyusul setelah beberapa saat mengetuk pintu kamar Fadlan. Mereka berdua turun bersama menuju ruang makan.

"Adik mana As, kok ngga bareng?" tanya bapak.

"Tadi sudah dipanggil pak, mungkin sebentar lagi turun."

"Paling lagi main game kalau ngga turun turun," sela Ibu.

"Heem Bu, adik emang ngga bisa jauh jauh dari Hp."

"Adikmu kan gitu lan, cewek tapi ya gituh ini pasti gara gara kakaknya yang ngajarin dianya jadi pinter," sambil menoleh ke arah Aslan.

"Ibu tu yaaa, yang jatah jelek Aslan terus."

"Haha, baper dia Bu," ledek Fadlan.

"Bercanda nak, toh adikmu tu beda dari yang lain."

"Hayooo, ngomongin adik ya. Ngaku?" tanya Zea yang sedang berjalan menuju ruang makan.

"Sini dik duduk dekat kakak," pinta Fadlan

"Iya kak."

Dengan cepat Zea berjalan menuju kursi di samping Fadlan. Momen makan merupakan momen di mana keluarga dapat berkumpul, namun ada aturan untuk tidak berbicara selama makan.

Setelah makan malam selesai, Fadlan membantu ibu membereskan piring kotor. Semula Zea yang hendak mencuci piring, namun Fadlan mengambil alih tugas tersebut.

Kini Bapak, Aslan dan Zea tengah duduk di ruang keluarga menyantap donat yang dibelikan oleh Fadlan. Beberapa saat kemudian, Ibu dan Fadlan bergabung di ruang tamu. Mereka berbincang mengenai aktivitas seharian tadi. Sementara Zea dia hanya tertunduk menahan kantuk. Seperti dalam ayunan, mendengar percakapan kakak dan kedua orang tuanya Zea justru tertidur pulas sambil meringkuk di atas sofa.

Tanpa sadar pukul 21.00. Ibu meminta Zea untuk segera tidur, namun tidak ada jawaban.

"Ze, cepet tidur sana udah jam 9 besuk sekolah lhu."

Tidak ada jawaban dari Zea, posisi sofa yang Zea gunakan memang lurus ke depan dengan kedua sisi sisi sehingga tidak ada yang menyadari posisi meringkuk Zea sudah tertidur pulas.

"Lah kok diam sih dik," ucap Fadlan menyenggol lengan adiknya.

Masih tidak ada respon, akhirnya Aslan pun sadar.

"Kayaknya udah tidur deh mas, coba lihat dia meringkuk gitu. Kalau dia bangun dah pasti ngomong terus dari tadi."

"Bener," jawab Fadlan cepat.

"Kedua kakak tersebut kemudian menghampiri adiknya untuk memastikan dan rupanya benar. Aslan menggendong Zea menuju kamarnya setelah sebelumnya kalah suit dengan Fadlan. Zea tergolong kurus dengan tubuh tingginya, namun menaiki anak tangga dengan menggendong seorang gadis remaja tetaplah cobaan bagi Aslan. Meskipun mereka berusaha keras membangunkan adiknya tetap saja nihil. Zea hanya menggeliat kecil dan kembali meringkuk.

"Selamat tidur dik," ucap Aslan sembari membaringkan tubuh adiknya di atas kasur.

Fadlan di belakang memperhatikan pun tersenyum melihat tingkah adiknya yang sangat menggemaskan. Dia seperti tidak ingin meninggalkan keluarga itu. Dalam benak, Fadlan sudah merasa cukup dengan adanya keluarga ini. Tapi ibu selalu menuntut untuk Fadlan memiliki kehidupannya sendiri, seorang kekasih dan apa yang akan dicapai nya nanti.

"Apa mas ngga usah nikah aja ya?" tanya Fadlan kepada Aslan.

"Apaan sih mas nikah tu penyempurnaan agama."

"Iyadeh iya."

"Wess sana, kasihan mbak Desi kalau dengar."

"Iya juga ya."

Fadlan dan Aslan kemudian menuju kamar mereka sendiri sendiri.

Hari berlalu begitu cepat, hari ini hari ketiga Zea bersekolah. Kebetulan sekali pagi ini ada mata pelajaran Kesehatan Jasmani. Zea dan Caca berganti pakaian di kamar mandi dan menyimpan kembali seragam mereka di loker.

Ketika hendak memasuki lapangan tanpa sengaja Zea yang tidak begitu memperhatikan jalan karena berlari terburu-buru menabrak seseorang di depannya.

Brukk

"Aduh," kelas Zea merasakan nyeri di kepalanya.

"Lain kali jalan lihat lihat dong."

"Maaf saya buru-buru tanpa sadar jadi ceroboh dan tidak memperhatikan jalan."

"Dasar, kamu murid baru ya."

"Iya kak," jawab Zea yang menyadari sosok sadis di depan matanya melihatnya lekat seperti tidak mau memberinya ampun

"Ohh," jawab wanita itu sembari mendorong Zea tersungkur ke lantai.

"Ups, maaf" ucapnya.

Zea hanya terdiam merasakan sakit di pantatnya akibat terjatuh. Dia berusaha menahan amarah dan berdiri. Namun, sebuah uluran tangan seseorang berada lekat di depan wajahnya sembari berkata, "ayo bangun."

Zea mengambil uluran tangan tersebut dan berusaha berdiri tegap. Namun, siapa sangka jika tangan yang menjulur tersebut merupakan milik David. David tersenyum lebar ketika tahu Zea malu dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Jangan ganggu dia," ucap David ketus.

"Aku hanya memberinya pelajaran," jawab Lisa.

"Memangnya kamu guru," potong Kelson.

"Haha anes si Lisa," timbal Alvin.

"Well, oke. Tapi kalau sampai sekali lagi lu ganggu gue apa sampai berani nabrak gua lagi. Jangan harap deh bakal bisa senyum senyum," ancam Lisa.

Lisa kemudian pergi meninggalkan Zea bersama David dan kedua temannya.

"Jangan di dengerin," pinta David.

"Heh? I...iya kak, terimakasih," jawab Zea sedikit terbata.

"David!"

"Iya?"

"David, panggil aja David jangan kak."

"Oh maaf, iya kak eh David maksudnya."

"Kamu kelas berapa?" tanya Kelson

"10 MIPA 1 kak."

"Ohh anak MIPA, bakal sering ketemu dong," ucap Kelson sambil mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan.

Dengan cepat David menampik tangan Kelson.

"Wihh, kalem bro."

"Jangan diganggu nanti takut," pinta Alvin.

"Heem," tambah David.

"Kamu ngga ada kelas?" tanya David.

"Oh iya, maaf ya kak. Aku duluan dulu, permisi dan terimakasih."

Zea berlari menuju lapangan menyadari dia sudah beberapa saat disana.

"Huft, pasti aku sudah telat," gumam Zea

"Zea," panggil Caca dari dalam lapangan.

Menoleh ke arah yang memanggilnya, Zea berlari cepat menghampiri Caca dan Andin yang sedang duduk berdua. Beberapa laki laki sedang bermain bola di lapangan.

"Kenapa lama?" tanya Caca

"Tadi aku jatuh."

"Ha?"

"Terus gimana? Ada yang luka? Mana yang sakit mana?"

"Ngga ada Caca."

"Kok bisa jatuh Ze?" tanya Andin.

"Aku ngga lihat jalan terus ada tugu gede di tengah koridor eh nabrak deh," jelas Zea kesal.

"Ha?" respon Andin dan Caca bersamaan.

"Tugu mana ada Ze di koridor, jangan ngada ngada dehh," timpal Caca heran dengan jawaban Zea.

"Haha kamu lucu ya Ze, jujur deh kamu kenapa?" tanya Andin sabar.

"Gapapa kok, oh iya kok gurunya ngga ada?"

"Oh jadi pak Irwan ada rapat, makannya kita disuruh olahraga sendiri dulu di pimpin ketua kelas," jelas Andin.

"Oh gitu," jawabnya polos tanpa sadar.

"Haaa??? Kann tahu gitu aku ngga buru-buru kesini. Astaga mimpi apa aku semalam," keluh Zea.

Caca dan Andin heran dengan tingkah Zea. Keduanya memilih diam tanpa bertanya lagi dan mengajak Zea bermain bola basket.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!