HAPPY READING ❤️
⚠️This story's adult romance and action⚠️
- Hanya boleh dibaca oleh 17 tahun ke atas!
- Setting tempat di Jepang (so, jangan sangkut pautkan sama cerita Indo)
- Tidak diperkenankan komen yang memakai bahasa kasar, vulgar, nama binatang dan serta SARA.
- Mengandung adegan kekerasan, kata-kata umpatan yang tidak layak ditiru.
- Tidak menoleransi segala macam bentuk plagiarisme.
- Jika ada cerita/cerpen/chat story yang memiliki kesamaan dengan cerita ini di platform manapun, bisa DM ke IG @i_kadewa
...◉✿🦋✿◉...
“Nghh …”
Suara lenguhan keluar dari bibir tipis milik gadis bernama Elva. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali melihat tempat yang belum pernah ia temui.
Sangat silau.
Itulah hal yang gadis bermata cokelat itu tangkap ketika ruangan itu penuh dengan cahaya terang dan bunga-bunga di sekitarnya.
“Huh, aku tidak tahu kapan gadis itu bangun. Kita sudah susah payah mencari pengganti Nona muda. Aku tidak mau mendapat hukuman dari Tuan nantinya,”
“Kau benar, kita harus cepat-cepat mempersiapkannya. Jangan sampai gadis itu membuat ulah setelah sadar.Jika tidak kita berdua yang akan tamat.”
Elva mengernyit melihat dua sosok perempuan berbaju pelayan di depannya.
“Di mana aku?”
Dua perempuan itu menoleh ke arah Elva bersamaan. Mendadak Elva merasakan sakit yang amat luar biasa di kepalanya saat dia hendak bangun.
“Hei, kau sudah bangun? Bagus lah kalau begitu. Sebaiknya cepat siapkan dirimu, pernikahanmu akan segera dimulai. Jangan membuat para tamu menunggumu lebih lama lagi.”
“Pernikahan?” tanya Elva kaget sekaligus bingung.
Matanya membulat sempurna saat melihat tubuhnya sudah terbalut sempurna dengan sebuah gaun putih pengantin yang cantik. “Aku … apa-apaan ini? Kenapa aku memakai gaun pengantin? Dan kenapa aku harus menikah?”
Elva benar-benar bingung dengan keadaan sekarang. Bukannyatadi dia sedang pergi ke apotik untuk membeli obat? Lalu kenapa saat dia terbangun sudah berada di sini?
Tidak, ini tidak benar.
Elva ingat ada seseorang yang memukul kepalanya dari belakang. Apa dua orang wanita ini yang melakukannya?
“Kalian! Apa kalian yang telah memukul ku dan membawa ku ke sini?!” tanyanya marah.
“Memangnya kenapa jika itu kami? Kau juga hanya seorang perempuan desa yang lemah dan miskin. Apa yang bisa kau perbuat untuk melaporkan kami?” Pelayan wanita itu tersenyum remeh.
“Kalian-!”
“Sudah cepat jangan banyak bicara dan membuang waktu kami. Meskipun calon suamimu cacat tapi dia sangat kaya. Kami tidak mau Nona muda kami menikah dengan lelaki yang tidak sempurna. Kau sudah beruntung karena kami memilihmu untuk menggantikan Nona kami menikah. Setidaknya kau tidak perlu memakai pakaian gembel seperti terakhir kali kami membawamu.” Dua pelayan itu tertawa kecil setelah mengatakannya.
“Tapi aku masih punya seorang ibu yang membutuhkanku. Bagaimana bisa kalian tega menculikku dan memaksaku untuk menikah?” Air mata Elva langsung turun membasahi pipinya mengingat bagaimana ibunya khawatir nanti. Bisa-bisanya dia ceroboh sampai diculik dan dipaksa menikah begini oleh orang asing.
“Tidak, ibuku pasti cemas. Aku tidak mau menikah! Aku mau pulang bertemu ibuku!” teriak Elva beranjak dari tempat tidur.
“Kau tidak tidak akan pernah bisa kabur dari tempat ini!” tegas pelayan itu sambil mencekal lengan Elva dengan kuat. “Dan ingat! Jangan menangis saat di pernikahan nanti. Kau mengerti?”
Elva menggeleng. Dia berusaha melepaskan cekalan di tangannya dan berteriak kencang.
“Tunggu! Aku tidak mau!” Elva memberontak dengan memukul lengan si pelayan. Namun salah satu pelayan lainnya menahan tangan Elva yang satunya. “Kalian tidak bisa memaksaku! Ini namanya melanggar hukum! Aku tidak mau menuruti keinginan kalian! Tolongggg!!”
“Diam!”
Elva terperanjat ketika pelayan itu membentaknya. Dan satu pelayan yang lain menahan Elva sambil merogoh sakunya, lalu setelah itu menunjukkan sebuah foto.
“Bukankah ini foto ibumu?” Mereka menyeringai melihat reaksinya yang terkejut.
Mulut Elva tidak bisa berkata-kata. Foto itu memang benar ibunya. Dia selalu membawa foto itu kemanapun ia pergi. Tapi sepertinya dua pelayan itu mengambilnya saat mengganti pakaiannya.
“Kalian … apa yang kalian inginkan? Apakah aku mempunyai salah pada kalian? Kenapa melakukan ini padaku?
Sekuat tenaga Elva mencoba melepaskan cekalan mereka. Namun lagi-lagi dia gagal karena kalah tenaga dari dua pelayan itu.
“Kau tahu apa yang akan terjadi pada ibumu jika kau menolak menikah, bukan?” ancam maid itu sambil mencengkeram kedua pipi Elva kuat. Elva menahan perih di pipinya karena kuku-kuku dari pelayan itu menusuk pipinya.
“Apa yang akan kalian lakukan kepada ibuku?” suara Elva bergetar.
Kedua pelayan itu tersenyum miring sambil bertatapan bergantian.
“Kau pasti tidak akan pernah melihat ibumu di dunia ini lagi,” ucap pelayan tersebut.
Demi apapun Elva tidak bisa membayangkan jika ibunya tiada. Apa yang harus dia lakukan? Sementara Elva sama sekali tidak tahu di mana tempat dia sekarang.
Apakah tidak ada pilihan lain?
Elva mengepalkan tangannya dan menatap tajam mereka berdua. “Kalau aku setuju untuk menikah, apa kalian tidak akan melukai ibuku?”
“Tentu saja!” jawab pelayan kemudian, lalu menambahkan, “Dan ingat satu hal lagi, namamu sekarang adalah Deeva. Camkan itu baik-baik!”
Kepala Elva menunduk,“Baik,”
“Bagus! Kami akan mengantarmu pada Tuan. Sebentar lagi pernikahanmu akan segera dimulai. Ingat apa yang kami ucapkan jika kau berani mengacaukannya.” Lalu, kedua pelayan itu keluar dari ruangan dengan membawa Elva bersamanya.
Elva tidak bisa kabur. Kemana pun gadis itu melihat sudut ruangan untuk mencari kesempatan melarikan diri, tapi ternyata ada sekelompok pengawal yang berjaga. Dia juga dijaga ketat oleh kedua pelayan di sampingnya ini, sampai mereka berada di ruangan yang mana ada seorang pria berwajah keriput dengan kumis tipis.
“Tuan, kami sudah membawa pengganti Nona muda seperti yang kau minta.”
Pria yang dipanggil 'tuan' itu mengamati Elva dari ujung atas sampai ke bawah. Dia menghisap rokoknya lalu berkata,“Kalian mengerjakan tugas dengan baik. Kalian boleh pergi sekarang.”
Kedua pelayan itu menurut. Sekarang, Elva hanya ditinggalkan sendirian bersama pria paruh baya itu.
“Tuan, aku mohon tolong lepaskan aku. Aku masih memiliki ibu yang membutuhkanku. Dia sedang sakit, dan jika aku tidak bersamanya siapa yang akan merawatnya Tuan?” Elva berlutut di depan pria itu dengan air mata yang bercucuran.
“Kami hidup hanya berdua. Jika aku meninggalkannya, apa yang akan terjadi pada ibuku nanti? Asalakan Tuan bisa melepaskanku, kelak untuk membalas budi aku akan bersedia melakukan apapun untuk Tuan,” ujar Elva memohon.
Pria itu terkekeh, “Jika aku melepaskanmu lalu siapa yang akan menggantikan putriku, hm?” Kemudian menarik tangan Elva paksa. Mengusap air mata yang merusak riasan pengganti putrinya dengan tangan kasarnya.
“Tapi jika aku yang menikah, bukan kah lelaki yang akan menjadi suami putrimu akan sadar?”
“Kau cukup pintar juga rupanya," puji pria itu sembari menghisap rokoknya lagi. “Tapi sayangnya kekhawatiran mu itu tidak akan membuatmu pergi dari sini. Karena putri ku Deeva tidak pernah berjumpa dengan Tuan Zeyan Kai bahkan sekali pun.”
“Jadi turuti kemauanku, aku tidak mau putriku menikahi lelaki yang tidak sempurna. Orang cacat tidak pantas bersanding dengan mutiara seperti putriku. Dan jika kau menolak, kau akan tahu apa yang akan terjadi pada ibumu bukan?” ucapnya menepuk-nepuk kepala Elva.
...BERSAMBUNG...
Contact me : IG @i_kadewa
...Enjoy my story' and give me vote/gifts....
...SELAMAT MEMBACA ❤️🦋...
...◉✿🦋✿◉...
Elva benar-benar gugup saat menuju altar pernikahan bersama pria tua yang ia yakini adalah ayah dari mempelai wanita yang asli. Jantungnya berdegup kencang hanya dengan membayangkan bagaimana nasibnya ke depan.
Gadis yang memakai gaun pengantin putih polos serta kerudung tembus pandang dengan dihiasi mahkota mewah di kepalanya mengerutkan kening karena melihat mempelai pria tidak ada di sana. Seharusnya mempelai pria menunggu di altar pernikahan bukan? Tapi mengapa tidak ada. Apa pernikahannya tidak jadi diadakan?
“Jadi ini putri dari keluarga Surya?”
“Aku sangat kasihan padanya karena menikahi seorang lelaki cacat,”
“Bukan hanya itu, kudengar mempelai pria ini sangat kejam.”
“Kau benar, kudengar keluarga Surya menikahkan putrinya hanya untuk membayar hutang.”
“Ck ck ck, sayang sekali gadis secantik itu harus menikahi laki-laki yang cacat dan kejam.”
“Aku tidak mengerti kenapa tuan Surya setuju putri kesayangannya itu menikah dengan lelaki cacat.”
Berbagai macam bisikan dari para tamu undangan terdengar di telinga gadis itu. Tubuhnya bergetar mengingat ucapan mereka. Kejam? Apakah dia akan dinikahkan dengan seorang psikopat
“Kau tidak perlu terkejut. Calon suamimu memang tidak datang. Kau hanya perlu tanda tangan di altar pernikahan dengan saksi semua orang. Setelah itu kau sudah resmi menikah secara hukum,” bisik ayah Deeva ketika Elva mencapai altar pernikahan.
Sebenarnya Elva ingin sekali menangis. Dia tidak tahu kesalahan apa yang ia buat hingga Tuhan menghukumnya seperti ini. Namun Elva tidak ingin ibunya menderita. Gadis itu tidak mau membahayakan nyawa ibunya karena dirinya. Elva tidak punya siapa-siapa lagi jika ibunya meninggalkannya pergi.
Mengusap air matanya, Elva segera menandatangani surat pernikahan itu sampai upacara pernikahan selesai.
“Hei, cepat ikut denganku!”
Elva menoleh ke arah suara itu berasal. Ada salah satu pelayan yang bersamanya tadi pagi.
“Aku akan mengantarmu ke depan. Kau akan pergi ke rumah suamimu sekarang. Jadi bersiap-siap lah untuk itu,”
“Bisakah aku bertemu ibuku dulu? Aku khawatir dia akan cemas karena putrinya tiba-tiba menghilang.” pinta Elva memohon. Tetapi pelayan itu menolak dengan tegas.
“Tidak, kau akan kabur jika aku mengabulkan permintaanmu,”
“Kumohon …”
“Aku bilang tidak! Cepat naik! Mobilnya sudah sampai. Jangan terus-menerus menangis seperti anak kecil. Kau sudah besar dan jangan berlagak cengeng seperti itu!” Pelayan itu menarik paksa Elva ke depan.
Dia masuk ke dalam lamborgini mewah. Gadis itu memeluk tubuhnya saat berada di dalam mobil. Ruangan asing dan tempat yang asing, membuat perasaannya semakin gelisah dan campur aduk. Baru beberapa jam, dan Elva sudah menikah saja dengan orang yang tidak dia kenali.
Setibanya di sana, Elva disambut oleh banyak pelayan yang berjejer rapi didepannya. Manik cokelatnya terpana melihat sebuah rumah yang sangat besar dan mewah bak kastil kerajaan di negeri dongeng. Namun bedanya Elva bukanlah seorang putri bangsawan, melainkan seorang korban penculikan ilegal sebagai pengantin pengganti.
“Nyonya, silahkan ikuti aku.”
Seorang pelayan pria menuntun Elva ke dalam rumah.
“Di atas adalah kamar Tuan muda. Nyonya pergilah ke sana, Tuan sudah menunggumu dari tadi.”
“Anu, aku ingin mengatakan sesuatu.” ujar Elva. Pelayan itu pun menoleh. “Begini sebenarnya aku ada beberapa masalah dan kesalahpahaman yang terjadi, jadi aku ingin memintamu untuk—”
“Tuan kami memiliki segalanya, Nyonya. Jika kau membutuhkan sesuatu kau boleh memanggil pelayan manapun termasuk saya.” potong pelayan itu.
“Iya, tapi yang sebenarnya aku—”
“Tuan kami tidak suka menunggu. Maaf jika lancang, tetapi lebih baik Nyonya cepat temui Tuan. Dia orangnya sedikit tidak sabaran dan temperamental. Harap maklumi sifatnya jika Nyonya nantinya akan terganggu.”
Baru saja Elva hendak bicara, namun pelayan pria itu sudah pergi meninggalkannya. Elva merasa canggung sekaligus tidak tahu harus berbuat apa. Akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti ucapan pelayan tadi dan menyusuri anak tangga untuk mencari kamar dari pemilik rumah ini.
Kemudian Elva mengetuk pintubeberapa kali setelah sampai di depan kamar Tuan rumah ini yang ditunjukkan pelayan wanita yang di lewatinya tadi.
“Apa ada orang?” panggil Elva dari luar.
Elva mengusap kedua bahunya. Gaun pengantin tanpa lengan ini membuatnya sangat kedinginan. Ditambah lagi suhu ruangan di rumah ini benar-benar membuatnya menggigil.
“Apa ada orang?” sekali lagi Elva mengetuk pintu. Tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Dengan ragu, gadis itupun membuka pintunya perlahan.
Terdengar suara shower ketika ia memasuki kamar tersebut. Elva mengedarkan pandangannya menatap pintu berbahan seperti kaca namun buram yang mengeluarkan suara guyuran shower. Ia bisa melihat siluet seorang pria dengan tubuh atletis yang sedang menggosok tubuhnya.
“Apa … dia laki-laki yang suamiku?”
CKLEK
Perhatiannya segera tertuju ke arah pintu yang terbuka. Seorang lelaki dengan handuk yang melilit di pinggangnya berdiri tegap di depan Elva. Tubuh atasnya telanjang dengan beberapa bulir air yang mengalir. Sial! Laki-laki benar-benar membuatnya terpesona hanya dengan sesaat.
Sesaat manik mereka bertemu, Elva menelan ludahnya saat lelaki itu mengangkat satu alisnya sambil memberinya tatapan membunuh.
“Siapa kau?”
“Aku … aku …” mulut Elva rasanya terkunci tatkala lelaki itu mendekat padanya.
“Aku bilang siapa kau?” Suara bass lelaki itu terdengar berat dan mengintimidasi Elva sehingga ia menelan ludah gugup. Laki-laki yang memiliki wajah tampan dan rahang yang tegas serta hidung yang mancung itu semakin mendekat dan mengangkat dagu Elva.
Gadis itu pun tersentak dan tak bisa mengalihkan pandangannya dari manik kelam yang segelap malam itu menusuk indra penglihatannya.
“Maaf … Tuan. Mungkin, mungkin aku salah kamar,” Elva memejamkan matanya takut. Dia tidak tahu harus berbuat apa dalam keadaan tubuh yang sedekat ini. Hembusan napas lelaki itu seperti ombak yang menyapu permukaan wajahnya dengan halus.
Elva menelan ludah, “Aku … aku cuma diminta datang ke sini oleh pelayan tadi. Aku tidak bermaksud untuk mengganggumu.Sumpah.”
Alis lelaki itu kembali terangkat. Sedetik kemudian ia paham mengapa perempuan ini berada di dalam kamarnya.
“Jadi kau adalah istriku?” tanya lelaki itu dingin.
“Hah?” Elva menatap lelaki itu cengo.
Bukankah suaminya orang yang cacat? Tapi kenapa tiba-tiba berubah menjadi lelaki sempurna bak pangeran kerajaan seperti ini? Bahkan tidak ada bekas luka atau semacam kaki lumpuh padanya. Melainkan tubuh yang atletis dan paras tampan dengan pahatan yang sangat sempurna. Seolah-olah lelaki di depannya ini adalah sebuah mahakarya dari seniman terkenal. Sempurna dan enak dipandang.
“Kau … suamiku?”
“Hm?” Bibir lelaki itu membentuk senyuman tipis.
Elva hampir saja terpesona jika pria itu tidak memegang tangannya tiba-tiba. Kemudian menarik pinggangnya sampai tubuh mereka berdekatan.
“Karena kau adalah istriku, sekarang, penuhilah kewajibanmu sebagai istri.”
...BERSAMBUNG...
Contact me : IG @i_kadewa
...KOMEN, LIKE, VOTE, SHARE JUGA YA YEOROBUN🦋❤️...
...•••...
...Elva 21 tahun...
...(Cute mode)...
...Zeyan Kai 27 tahun...
...(Cool CEO mode)...
...◉✿🦋✿◉...
“Penuhilah kewajibanmu sebagai istri.”
Kalimat itu terus berputar di kepala Elva. Apakah yang lelaki ini maksudkan adalah hubungan suami-istri yang hiya-hiya? Jika itu benar, maka Elva belum siap. Dia hanya seorang pengantin pengganti yang tidak tahu apapun.
“Tuan, aku … aku mohon padamu. Aku tidak siap melakukannya sekarang.” Elva menangkupkan kedua tangannya memohon.
“Apa yang kau pikirkan?” Lelaki itu mengernyit heran. Lalu kemudian matanya menyipit ke arah gadis itu curiga. “Jangan bilang … kau berpikir aku memintamu untuk melakukan hubungan intim antara suami-istri?”
“Eh?” kepala Elva mendongak sambil menatap suaminya bingung. Memangnya bukan?
“Ingat lah, aku sama sekali tidak selera dengan tubuh kotormu itu!” sarkasnya seraya tersenyum dingin. “Aku hanya meminta padamu memakaikan pakaianku.”
“Tapi … tuan itu, aku kan—”
“Kau berani menyebutkan kata 'tapi' padaku?!” Elva langsung terkesiap mendengar bentakannya. “Cepat ambil pakaian di lemari dan pakaikan padaku!”
“B-baiklah, Tuan.”
Elva mengambil satu set pakaian dari dalam kemudian menghampiri suaminya. Pipinya merona secara tak sengaja saat mengambil celana dal*m milik pria itu. Ini pertama kali baginya melihat pakaian dal*m seorang pria dalam hidupnya. Tapi kenapa bagian depan celana dal*m pria sedikit menggelembung? Apa manfaatnya?
“Zeyan Kai,” ucap lelaki itu disela-sela Elva memasangkan pakaiannya. “Itu namaku. Kau boleh memanggilku dengan sebutan apapun.”
Elva hanya mengangguk singkat lalu melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai memasangkan pakaian bagian atas, Elva menyodorkan celana yang langsung membuat Zeyan menautkan alisnya.
“Pakaikan!”
“Apa?”
Ia tak salah dengar kan? Pakaikan? Yang benar saja! Pria ini bukan bayi besar sampai Elva harus mengurusnya seperti bocah.
“Maksudmu aku harus memasangkannya?”
“Memangnya kau tuli?Apa ada orang lain lagi di ruangan ini selain dirimu?” tanya Zeyan memutar bola matanya malas.
“Iya tapi … bagaimana aku—”
Zeyan melototkan matanya tajam. Tatapan yang menakutkan seolah tidak ingin dibantah siapa pun. Dengan sangat berat hati, tangan kecilnya meraih handuk yang melilit di pinggang Zeyan kemudian melepasnya.
“Apa kau bodoh?!” Zeyan mendorong Elva dan memakai handuknya lagi. Gadis itu malah melepas handuknya dan menampilkan cobra panjang kesayangannya.
“Kau pikir dengan menggodaku seperti itu aku akan menyet*buhimu?!”
“Tapi bukan kah Tuan sendiri yang memintaku,” ujar Elva membela diri.
“Kau tidak perlu melepasnya bodoh!” bentak Zeyan marah. “Bagaimana bisa seorang wanita dengan mudah membuka pakaian pria? Oh aku lupa, aku memang menikahi wanita rendahan yang amat kotor seperti dirimu!” ejek Zeyan lalu meludah sembarangan.
“Tidak, aku bukan Tuan..hiks.” Elva malah menangis tersedu. Lagi pula, siapa yang memakai celana dal*m tanpa melepas handuk? Pria ini sinting atau kurang waras, sih? Ada-ada saja!
“Sebenarnya aku bukan orang yang akan menikah denganmu. Aku cuma perempuan yang disuruh menggantikan pengantin wanita,” jelas Elva.
“Apa yang kau bicarakan?” Zeyan langsung memegang dagunya kuat. Tidak peduli ucapan tak masuk akal yang gadis ini lontarkan.
“Aku bukan lah putri dari keluarga yang mau kamu nikahi. Aku hanya lah gadis biasa dari desa yang diculik,” ujar Elva sambil menahan tangisnya.
“Kau pikir setelah mengatakan itu aku akan percaya?” Zeyan terkekeh sinis. Merasa ucapan yang dikatakan Elva hanya lah sebuah bualan semata. “Kau hanya lah perempuan rendah yang dinikahkan denganku karena hutang. Dengan adanya kau di sini, aku bisa melampiaskan amarah ku padamu.”
“Tidak, kumohon. Aku benar-benar berkata jujur.” Elva berusaha menjelaskan yang sebenarnya. Tapi dengan pergerakan tiba-tiba Zeyan mendorongnya ke kasur lalu menindih tubuh mungilnya dari atas membuat gadis itu tak leluasa untuk bergerak.
“Sekali lagi kau bicara omong kosong, aku akan melukaimu dengan tanganku sendiri,” ancam Zeyan sambil berusaha membuka resleting gaun Elva.
“Jangan, Tuan.” Elva mendadak panik. Namun seolah menulikan pendengarannya, Zeyan terus melanjutkan aksinya. Sampai Zeyan berhasil membuka setengah resleting itu, lalu dengan refleks Elva mendorong tubuh Zeyan sampai terjatuh.
“J*lang! Kau berani mendorongku!” Zeyan menatap Elva nyalang.
“Maaf, maafkan aku Tuan.” sesal Elva gemetar ketakutan. Gadis itu langsung pergi keluar dengan cepat. Beruntung Zeyan tidak mengejarnya sampai ke bawah.
“Nyonya, kenapa kau berlari?” Pelayan pria yang menyambut Elva tadi bertanya. Wajah Elva terlihat pucat, berantakan, dengan sedikit lebam di antara kedua pipinya karena cengkraman Zeyan tadi.
“Tolong … aku ingin pulang.”
Keadaan Elva sangat kacau sekali. Ia bisa gila jika diperlakukan seperti tadi dan seterusnya. Ini pertama kalinya ada orang yang memperlakukannya kasar dan sehina ini.
“Aku, aku tidak ingin ada di sini. Ini bukan tempatku, aku bukan pengantin wanita yang asli. Kumohon, bebaskan aku dan biarkan aku pulang.”
Pelayan pria itu tak tahu harus menjawab apa. Saat ia akan bicara, dia melihat Tuan mudanya---Zeyan di atas tangga. Zeyan menggelengkan kepalanya seolah memberitahu jangan membiarkan wanita itu pulang.
“Nyonya, kau harus tenang. Ikutlah dengan ku, aku akan menyuruh pelayan wanita mengurusmu.” bujuk pelayan pria tersebut. Elva akhirnya menurut, dia mengikuti saran pelayan tadi untuk menenangkan diri.
Sementara di sisi lain, Zeyan yang sedang di kamarnya berpikir sambil berpangku tangan. Menurut kabar yang beredar, putri keluarga Surya adalah wanita rendahan yang tidur dengan banyak pria. Tapi kenapa Zeyan merasa gadis itu tidak terlihat seperti yang ia dengar. Wanita itu malah bereaksi ketakutan ketika Zeyan ingin menyentuhnya.
Tapi Zeyan lebih memilih tidak peduli. Ia ingat seorang wanita malam selalu menampilkan wajah polosnya, dan itu adalah salah satu trik yang beracun dan sangat murahan.
...••🦋••...
Di ruang makan Zeyan terlihat khidmat dalam memakan sarapannya. Tidak ada satu pun orang yang bicara sampai Zeyan akhirnya membuka suara.
“Di mana dia?”
“Maksud Tuan adalah Nyonya?”
“Hum, kau kemarin mengurusnya. Lalu kenapa dia tidak ikut sarapan pak Zhang?”
Pelayan bernama Zhang itu menjawab, “Tuan, Nyonya menolak ikut sarapan. Dia memilih untuk tetap berada di kamarnya.”
“Menolak?” ulang Zeyan dengan nada tak suka.
“Iya, Tuan. Mungkin Nyonya kelelahan.”
“Kelelahan? Aku belum melakukan apapun kepadanya dan dia sudah kelelahan?” Zeyan berdecak kecil. “Cepat panggilkan dia!"
“Akan saya panggilkan,” Pak Zhang pergi memanggil Elva. Setelah beberapa menit kemudian dia kembali menghadap Zeyan. “Maaf Tuan, Nyonya tetap menolak.”
“Berani-beraninya dia!” Zeyan membanting sendoknya ke lantai. Semua pelayan menunduk takut melihat amarah tuan mudanya. “Dia pikir dia siapa? Sudah dijual oleh ayahnya sendiri masih bersikap sombong? Biar kuberi dia pelajaran karena berani menolak perintahku.”
Zeyan pergi menuju kamar tamu. Karena kejadian semalam, sepertinya gadis itu ketakutan sehingga memilih tidur di tempat lain.
BRAKK
Elva tersentak melihat Zeyan yang datang dengan menendang pintu. Pria itu menarik tangan Elva dan membawanya keluar dari kamar.
“Ke mana kau mau membawaku?!” Elva mencoba melepaskan tangannya dari cekalan Zeyan.
“Kau hanyalah perempuan rendahan yang tidur dengan banyak pria! Beraninya kau menolak datang atas perintah tuan mu, huh??!” Zeyan mempererat genggamannya, bahkan sampai pergelangan gadis itu memerah. “Kau pikir siapa dirimu sampai berani bersikap seperti itu padaku? Sadar! Ayahmu menikahkanmu sama saja dia menjualmu padaku!”
Zeyan mendorong tubuh Elva ke kamar mandi, lalu mengguyur tubuh Elva dengan shower. Membuat baju putih Elva yang dikenakan menjadi transparan. Sontak Elva langsung menutupi dadanya dengan kedua tangan.
“Kenapa kau menutupinya? Bukan kah kau sudah terbiasa menunjukkannya? Lalu untuk apa bersikap jual mahal dan sok suci di depanku?” tanya Zeyan dengan tatapan jijik.
“Aku bukan perempuan seperti itu, hiks.”
“Kau masih berusaha menyangkal?!” Zeyan semakin emosi. “Pura-pura menangis supaya aku mengasihanimu, begitu?”
“Aku bukanlah Deeva! Aku di suruh menggantikan pengantin wanita karena dia tidak ingin menikah dengan pria yang cacat. Aku berkata jujur, tolong lepaskan aku. Apa yang harus kulakukan agar kamu mempercayaiku?” Elva berteriak di bawah guyuran shower kamar mandi.
Zeyan yang melihat itu hanya tertegun sejenak. Berusaha mempercayai ucapan Elva karena terdengar masuk akal di telinganya. Ia mengamati Elva seksama, sangat jelas dia terlihat seperti wanita yang rapuh, polos dan butuh perlindungan. Karenanya, secara tak sadar Zeyan menyentuh kepala Elva. Namun tanpa sengaja gadis itu malah melayangkan tamparan keras di wajah tampannya.
Apa yang sudah aku lakukan? Elva menutup mulutnya terkejut.
“Kau … berani menampar wajahku?!”
Zeyan kembali ke mode iblisnya. Segala rasa kasihan yang mendadak datang langsung hilang karena panas di pipinya yang menjalar.
...BERSAMBUNG...
Contact me : IG @i_kadewa
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!