Aku adalah Yuki Arizawa. saat ini umurku genap menginjak dua puluh enam tahun. Aku adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan terkemuka di Negara Jepang dan jabatan ku adalah seorang sekertaris.
Setelah beberapa waktu telah lama bekerja tanpa adanya libur sehari pun, pada akhirnya dimana akhir pekan aku terbebas dari pekerjaan neraka itu yaitu mendapatkan hari libur. Tumpukan tugas-tugas kantor jadwal perencanaan serta sebagainya hari ini aku akhirnya terbebas dari itu semua.
Waktu libur ini yang sangat berharga aku pakai seharian untuk bermain game konsol di apartemen ku tinggali. Walaupun penampilanku cantik modis kekinian dan juga elegan menurut orang-orang yang kenal denganku di kantor, akan tetapi hanya beberapa orang saja yang mengetahui bahwa aku adalah seorang game akut.
Sebelum aku memainkan game milikku, aku seperti biasa di pagi hari membuat sarapan yang sederhana yaitu sebuah roti lapis berisikan daging serta sayur-sayuran atau makanan ini dengan bahasa umumnya disebut dengan sandwich.
Lepas dari sarapan ku yang telah selesai, barulah aku mulai main game konsol. Game yang ku mainkan saat ini adalah sebuah game simulasi kencan yang selalu ku suka mainkan di waktu luang ku ini.
walaupun aku telah menamatkan sekali game ini, namun kali ini aku ingin menamatkan nya dengan jalan cerita yang agak berbeda. Dan nama ame nya adalah CINTA DI KERAJAAN Tetangga.
Game yang berwujud kan visual novel ini memiliki layar jalan cerita di sebuah pertengahan abad. Aku bermain tak henti-henti, entah sudah berapa jam aku menghabiskan bermain game ini.
Akan tetapi cahaya matahari yang berwarna oranye menembus kaca apartemen ku yang telah ku lapisi kain gorden tipis ber model lubang-lubang kecil bahkan cahaya berwana oranye itu menembak ke arah mataku hingga sampai akhirnya aku tersadar bahwa waktu tengah menunjukkan sore hari.
aku melihat ke arah jam tergantung di tembok di atas televisi tengah menunjukkan jam setengah enam sore.
"Waduhh aku sampai lupa waktu seperti ini, tak seperti biasanya."
Gumamku sendiri.
Aku kemudian bangkit dari sofa dan entah mengapa tubuhku tiba-tiba lemas dan aku pun tersungkur jatuh hingga akhirnya aku pun tak sadar.
Dan saat aku sadar entah mengapa aku sudah berada di pangkuan seorang pria yang panik.
"Nona Lisa. Nona LISA! Aku mohon tetap sadarlah!"
Laki-laki tampan yang wajahnya nampak tidak terlalu asing olehku saat ini sedang menggendongku dengan raut wajah panik nampak jelas terlihat. Akan tetapi di pikiranku kenapa dia menyebutku dengan Nama Lisa ataukah aku salah mendengar.
tapi aku tidak peduli, karena saat ini aku sedang di gendong dengan seorang pria yang mempunyai wajah tampan dan rupawan serta tubuh yang begitu bagus.
Dengan nafas terengah-engah di berjalan tergesa-gesa entah kemana dia akan membawaku saat ini. Namun satu hal yang pasti saat ini tubuhku nampak sangat berat untuk menahan kesadaran ku tetap tersadar.
"Kumohon tetaplah sadar, sebentar lagi kita akan sampai di ruang perawatan Nona Lisa!, jadi tetaplah bertahan!"
Pria ini masih terus menenangkan ku dan memanggilku dengan nama Lisa juga, walaupun dirinya sendiri terlihat sangat panik. Akan tetapi entah mengapa aku samar samar mengenali orang yang memangku diriku ini namun entah mengapa karena kurasa tubuh ini lemas aku pun tak sadar kembali begitulah kejadian kemarin itu.
Setelah sehari aku tidak sasarkan diri, akhirnya aku terbangun. Untuk pertama kalinya aku terkejut terbangun di sebuah kamar yang begitu megah dengan luasnya tiga kali lebih besar tidak bahkan lima kali lebih besar dari apartemen yang ku tempati. Dan juga kamar ini memiliki dekorasi serba putih namun nampak elegan seperti kamar seorang bangsawan bukannya terbangun di apartemen sederhanaku yang ruangannya yang sempit.
Aku kira ini Adalah sebuah mimpi dan mencoba tertidur lagi. akan tetapi walaupun aku memejamkan mata memaksa diriku sendiri tertidur aku tidak bisa.
suara kicauan burung, suara nafas, rangsangan selimut ini yang menutupi badanku serta hembusan angin hangat musim semi ini serasa sangat-sangat nyata.
Aku lekas bangkit kembali beranjak dari tempat tidurku dan berjalan ke arah cermin yang berada tak jauh di sebelah kananku.
Disitu aku seketika benar-benar terkejut bukan main setelah melihat wajah dan tubuhku di cermin sangatlah berbeda dengan biasa yang ku pandang di cermin.
"!"
Rambut perak berkilau nan panjang. Wajah yang begitu cantik mulus dan putih tanpa adanya kerutan. memiliki hidung mancung. mata yang begitu bulat berwarna biru terang bagaikan warna samudera yang tenang. Dan juga tubuh tinggi bagaikan bangsawan kelas atas.
Untuk beberapa saat aku tidak bisa berkata-kata karena saking terkejutnya bahwa ini kenyataan atau kah bukan. Aku terus meraba sejengkal demi sejengkal tubuh ini dari ujung kepala sampai ujung kaki memastikan bahwa ini apakah kenyataan atau kah bukan.
Hingga aku pun tersadar akan tubuh ini wajah ini aku sangat mengenalnya. aku terkejut kembali setelah teringat siapa nama serta latar belakang tubuh ini.
"Kenapa mukaku berubah menjadi antagonis di dalam game yang ku mainkan!"
Begitulah gumamku sendiri.
Tok Tok Tok~
Suara ketikan pintu pelan terdengar.
"Nona Lisa saya izin masuk."
Suara seorang wanita yang berada di balik pintu meminta izin masuk dengan sopan.
Dengan panik aku langsung melompat ke kasur dan menarik, memakai selimut untuk menyelimuti seluruh tubuhku dan menjawab panggilan wanita yang berada di balik pintu.
"Iya silahkan."
Terdengar suara pintu yang terbuka dan wanita di balik pintu itu masuk.
Dia mengenakan seragam pelayan, nampaknya dia pelayan di rumah ini. Dia kedua tangannya dia membawa sebuah nampan yang berisikan segelas susu hangat handuk dan juga mangkuk besar yang berisikan air hangat.
Dia berjalan mendekat dan tepat berhenti di samping kasur.
"Aku taruh disini yah Nona Lisa." Dengan ramah sambil meletakan nampan yang berisikan susu hangat, handuk serta mangkuk putih besar yang berisikan air hangat di atas lemari kecil letaknya tak jauh di samping kasur.
"Nona apakah anda sudah baik-baik saja?"
Tanya pelayan ini dengan nada yang lembut yang masih belum ku ketahui siapakah namanya.
"Iya aku sekarang sudah baik-baik saja. anda tidak perlu cemas."
pelayan wanita yang ada di hadapanmu bernafas lega. Wajah cemas nya saat pertama kali masuk kedalam kamar ini pun seketika sekarang sudah tidak tan terlihat.
"Syukurlah nona. Namun nona sangat kebetulan sekali kemarin pagi di saat nona jatuh tidak sadarkan diri dengan sangat tiba-tiba, anda langsung di tolong oleh Pangeran Charles yang saat itu ingin menemui anda sewaktu di taman kemarin."
"Iya.Kemarin entah mengapa aku sedikit pusing waktu membaca buku di taman. Akan tetapi disaat dimana aku ingin berdiri, entah mengapa tiba-tiba badanku lemas dan seketika langsung aku terhuyung sampai tak sadarkan diri."
Aku membalas perkataan pelayan ini dengan berdalih agar terlihat natural dan juga tersenyum lembut.
"Yasudah nona istirahat saja sampai baikan."
Pamit pelayan wanita ini sambil membungkuk kemudian tersenyum kepadaku.
Aku balas tersenyum sambil memegang lembut tangan dan berkata, "Terima kasih telah mengkhawatirkan aku yah."
Pelayan wanita itu berbalik, berjalan meninggalkan ruanganku dan menutup kembali pintu kamar dengan perlahan.
Setelah cukup lama sampai pada pelayan wanita itu pergi jauh tak terdengar suara langkah kakinya lagi serta tidak ada suara apapun di luar kamar yang aku tempati saat ini.
Aku menghempaskan selimut yang menutupi seluruh badanku ini. Aku melamun bersamaan menatap langit-langit ruangan ini dan dalam hatiku yang masih bingung pun berkata, " Kenapa tiba-tiba aku berbicara seperti tadi yah?"
Serangan rasa sakit menyerang kepalaku secara sangat tidak terduga. Rasanya seperti ada sebuah setrum mengalir kuat ke dalam otakku ini.
Saking sakitnya aku memegangi kepalaku dengan kedua tangan.
"Arrhggg!!!~"
Teriak keras yang ku lakukan di dalam hati ini. Aku ingin berteriak dengan keras lewat mulutku untuk mengekspresikan sakit ini, namun entah mengapa tidak dapat ku lakukan nya.
Lalu sepintas ingatan terbayang di otak ku, yaitu ingatan Lisa Rosberg pemilik tubuh asli ini yang saat ini tubuhnya ku rasuki dan juga salah satu karakter game simulasi yang kumainkan muncul di kepalaku.
Lisa ini adalah Seorang Putri dari seorang Duke yaitu ayahnya bernama Jonathan Rosberg dan Ibunya Marie Rosberg. Ayahnya yang terkenal di Kerajaan Marsiey dengan bisnis yang gemilang dan juga menjadi pengurus keuangan di Kerajaan.
Lalu ibunya tokoh utama yang terkenal di Kerajaan ini juga akan keanggunan dan juga kesopanannya di kerajaan yang di beri gelar kehormatan oleh kerajaan yaitu Marie De Rose.
Lisa saat ini telah berumur delapan belas tahun dan juga dia adalah pewaris tunggal di keluarga Rorberg. Dirinya pun telah bertunangan dengan seorang Pangeran Negeri ini yang bernama Pabio Luckharm.
Akan tetapi yang ternyata Pangeran Pabio Luckharm ini hanya menganggap Lisa itu sebagai pertunangan politik saja dan juga Lisa selalu tersakiti oleh Pangeran Pabio Luckharm. Dirinya selalu di permainkan perasaanya oleh Pangeran Pabio Luckharm yang terang-terangan bermesraan dengan wanita lain yang dia anggap sekarang ini adalah pacarnya.
Namun apa daya Lisa hanya bisa tabah tanpa melawan perlakuan Pangeran Pabio Luckharm padanya. Karena dalam hati Lisa ini, dia tak ingin mencari keributan dan juga dirinya harus mempertahan kehormatan keluarganya sebagai bangsawan tinggi yang beretiket baik dan terhormat.
"Jadi ternyata seperti itu. Eehhh tunggu dulu! Apakah ini benar aku masuk ke dunia game dan jiwaku masuk ke dalam Lisa!"
kata hati kecilku berkata seperti itu dengan sangat terkejutnya setelah menerima ingatan dari Lisa yang tubuhnya aku gunakan saat ini.
Untuk memastikan kembali, aku beranjak kembali dari tempat tidurku ke arah cermin kembali melihat sosok tubuhku saat ini yang begitu cantik mempesona dan mencubit kedua pipiku sendiri dengan sangat keras.
"Aduh sakit!" Respon refleks ku merasakan sensasi rangsangan sakit saat aku cubit kulit pipiku sendiri dengan keras itu.
"Wah ternyata benar bahwa sekarang aku menjadi Lisa." Begitu gumam aku sendiri di depan cermin.
Dengan perasaan yang masih bingung aku beranjak dari cermin menuju ke lemari kecil di samping tempat tidur dimana handuk, mangkuk yang berisi air hangat tadi serta susu.
perlahan mengambil gelas yang berisi susu itu. Aku meminum susu yang telah disediakan pelayan wanita tadi sampai habis. Di lanjutkan setelahnya aku membasuh wajah ku dengan perlahan.
Sehabis selesai membasuh wajahku aku mengeringkan wajah dengan handuk putih di sana, handuknya lembut saat ku sentuh dan juga ringan namun daya serapnya begitu bagus saat aku mengelap wajahku dengan handuk ini.
Selesai akan semua itu. Aku berjalan keluar kamar dan berjalan menyusuri lorong rumah yang megah ini, karena hanya ada satu lorong, ini memudahkan ku dan yang pastinya aku tidak akan tersesat.
Tak lama sampailah dimana ada sebuah tangga. tangga yang begitu megah dan besar seperti ada di istana-istana yang ada di kastil Kerajaan di pameran eropa menuruni tangga.
Dan saat aku baru setengah jalan menuruni tangga, terlihat ada seorang pria tua menyapaku, yang tidak lain dia adalah ayah Lisa yaitu Duke Jonathan Rosberg. Langkah kakiku seketika terhenti dan menatap ke arahnya.
"Oh ternyata putriku Lisa. Bagaimana keadaanmu? apakah sekarang engkau sudah baik-baik saja."
Duke Jonathan Rosberg berkata seperti itu kepadaku dengan raut wajah yang gembira.
"Iyah ayahanda aku sudah baikan." Begitu balasku akan perkataanya.
"Syukurlah kalau kau sudah baikan. Aku kemarin sempat kaget mendapatkan laporan dari para pelayan bahwa kau tiba-tiba mendadak jatuh pingsan." Duke Rosberg bernafas lega setelah mendengar perkataanku.
Aku hanya bisa tersenyum sambil memiringkan kepalaku yang membalas perkataan Duke Rosberg.
Setelah itu dia berkata kembali, " Yasudah kalau begitu mari kita makan siang bersama Lisa."
"Baiklah ayahanda." Begitu balasku kembali dengan sopan.
Aku melanjutkan langkahku kembali menuruni tangga dan kemudian berjalan bersama ayahku menuju ruang makan.
***
Setibanya di ruang makan kami berdua segera duduk di kursi meja makan mewah yang sudah di set rapi.
Para pelayan pun telah menyediakan hidangan makan siangnya yang sangat mewah, dimulai dari roti, sup daging, berbagai macam masakan ikan, buah-buahan dan juga salad yang nampak sangat segar menyehatkan.
Di ruang makan ini terlihat jelas masih banyak bangku kosong, aku pun bertanya kepada ayahanda.
"Ayahanda. Ibunda kemana?"
"Ibunda mu sedang pergi menghadiri pesta minum teh yang diadakan oleh temannya dari keluarga Viscount" balas ayahku.
"Begitu yah."
"Lisa. Ayah ingin tahu bagaimana perkembangan percintaan kamu dengan Pangeran Pabio itu." Ayahku menyerang dengan kata kata itu.
Namun entah mengapa tiba-tiba hatiku merasa sakit sekaligus terkejut setelah mendengar ucapan dari ayahku.
Tanpa sadar aku menundukkan kepalaku terhenti dari makan dan berkata, "Hubunganku dengan Pangeran Pabio baik-baik saja kok ayahanda."
Duke Jonathan Rosberg tersenyum lembut akan perkataanku.
"Baguslah kalau begitu."
Kemudian ayahku berkata kembali, "Ohh iya Besok akan ada pertemuan dengan Pangeran Pabio di istana, apa kamu bisa hadir kesana bersamaku Lisa?"
"Ahhh ... Etto... kalau untuk itu ... nanti saya pikir-dulu ayahanda." Aku menjawab ku dengan ragu-ragu.
"Hmmm ..., baiklah. Yasudah kalau begitu bagaimana kalau kita mulai saja makan siang ini." Ucap Duke Rosberg seperti itu.
Aku pun menganggukkan kepalaku, dan kami berdua pun memulai makan siang kami tanpa adanya obrolan kembali.
Selepas Duke Jonathan Rosberg yaitu yang menjadi ayahku di dunia ini sekarang. Aku dan dirinya selesai makan siang.
Ayahku dengan bergegas telah pergi meninggalkan kediaman ini untuk memulai rutinitas kerja sehari-harinya seperti biasa.
Aku mengantar kepergiaan nya sampai ke depan rumah. Di perjalanan menuju keluar rumah kami tidak membicarakan tentang apa-apa lagi sampai akhirnya kami berdua telah berada di depan halaman rumah.
"Yasudah kalau begitu ayah pergi dahulu."
Ucapnya dengan senyuman seperti biasa.
"Baiklah ayah. Hati hati di perjalanan anda."
balas ku sambil tersenyum pula.
Ayahku berjalan memasuki kereta kuda. Tak lama kereta kuda yang dia tumpangi berangkat perlahan semakin lama semakin jauh dan telah melewati gerbang kediaman ini.
aku terus melambaikan tanganku mengantar kepergiannya sampai kereta kudanya tak terlihat lagi aku berjalan kembali ke dalam kediaman untuk melihat-lihat isi yang menjadi rumahku sekarang di kehidupan ini.
"Akan tetapi aku tidak percaya bahwa aku bisa masuk ke dalan game simulasi yang selalu ku mainkan, dan yang paling mengejutkannya aku pun bisa menjadi Lisa yang menjadi tokoh utama dan juga bangsawan besar di kerajaan ini."
Batinku bergumam seperti biasanya yang saat ini sedang berjalan-jalan mengelilingi seisi rumah yang sangat megah ini.
Beberapa puluh menit tak terasa waktu berlalu, Saking luas dan megahnya rumah ini sampai-sampai membuatku lelah stamina ku terkuras cukup banyak.
"Padahal ini belum semuanya aku jelajahi kediaman ini, namun sudah membuatku lelah seperti ini, memang luar biasa rumah seorang bangsawan kelas atas yah!"
Aku bergumam kembali di dalam hati.
aku berhenti sejenak duduk di sebuah bangku yang ada di lorong ini. Aku duduk terdiam dengan nafas yang sedikit terengah-engah memulihkan kembali tenagaku.
Tak lama terlintas dalam pikiranku kembali muncul sebuah ingatan yang tertinggal di tubuh ini akan tempat yang nyaman untuk bersantai.
Isi ingatan nya adalah kediaman ini ada sebuah taman yang indah tempat untuk bersantai yang letaknya ada di halaman belakang rumah. Setelah mengingat jalannya aku bergegas berjalan ke taman yang terletak di belakang bangunan rumah ini yang bagaikan istana.
Hingga sampailah aku di sebuah persimpangan lorong. Di dalam sini terlihat adanya cahaya matahari yang menembus dari sebuah pintu kaca besar.
Aku berjalan ke arah cahaya itu dan sampailah di depan pintu kaca yang menghubungkan diriku ke taman pribadi seperti yang ada di dalam ingatan tubuh ini.
Saat aku mendorong kedua gagang pintu, pintu pun terbuka. Seketika aku langsung melihat taman bunga dengan warnanya yang bermacam-macam.
Aku melangkah melewati pintu dan melepaskan genggaman kedua tanganku daei gagang pintu dan dengan seketika pintu tertutup secara alami dengan perlahan.
Setelah itu aku berjalan di jalan setapak batu sambil melihat ke kiri dan ke kanan banyak sekali bunga-bungan yang tertanam serta terawat dengan sangat baik. Sampai pada akhirnya setelah melewati lorong yang terbuat dari tamanan bunga yang merambat ke tiang-tiang dan kawat besi yang melengkung membuat setengah lingkaran.
Aku pun sampai di sebuah tempat dimana di sana ada sebuah panggung terbuka yang dimana tempat itu sangat nyaman dan cocok sekali untuk bersantai juga di sana ada beberapa rak buku tersusun rapi yang terbuat dari kayu serta sudah berisi banyak buku pula.
"Ahh ternyata buku-buku begini yang Lisa suka." Hatiku berkata seperti itu.
Buku-bukunya yaitu tentang kisah-kisah perkembangan zaman. Aku berjalan ke arah rak buku, kemudian mengambil salah satu buku, lalu aku duduk dengan anggun di sebuah kursi sangat mewah dan nyaman, setelah itu aku mulai membaca buku yang baru saja ku ambil.
***
Cuaca hari ini sudah ku kau terasa cukup sejuk, siang yang tadinya cukup panas kini hari telah sore. Disini aku sudah tidak terasa telah melewati banyak waktu atau bisa dikatakan aku telah tiga jam duduk sambil membaca beberapa buku-buku di rak kayu ini hingga pada akhirnya aku mulai merasa jenuh.
Aku menutup buku yang ku baca tanpa menandai halaman itu karena aku tengah selesai membaca bukunya lekas ku taruh dengan rapi kembali ke tempatnya sedia kala. Aku bangkit dari duduk dan melangkahkan kakiku berjalan untuk kembali ke dalam rumah.
Sesampainya di ruangan utama, aku diselimuti oleh rasa penasaran akan bagaimana suasana pusat kota disini.
Di dalam salah satu buku yang ku baca, di meja ada sebuah dokumen tentang pembangunan pusat ibukota duta tahun yang lalu dan sekarang telah usai penataan ulang pusat ibukota dan disana di terangkan juga bahwa penataan pusat Ibukota sudah jauh lebih baik dan bersih.
Namun bukan itu yang membuat aku penasaran. Aku saat ini hanya ingin membandingkan saja bahwa manakah yang paling unik pembangunan ibukota zaman modern dimana aku hidup dahulu ataukah zaman Pertengahan ini dimana teknologi masih mencari-cari dan membuat teknologi kebutuhan sehari-hari.
Di perjalanan menuju kamarku, aku bertemu dengan seorang pria yang sudah sedikit tua dengan pakaian pelayan nya yang rapi nanti elegan. Dia adalah Josept seorang kepala pelayan di kediaman Rosberg ini dan juga dia telah bekerja di kediaman ini di zaman saat ayahku masih seumuran denganku satu itu.
Kalian bertanya kenapa aku bisa mengetahui namanya? yah tentu saja karena saat ingatan Lisa yang pemilik tubuh ini mengalir dan menampakkan semua kenangan nya kepadaku, tentu saja aku tahu semuanya sekarang.
"Kepala pelayan Josept."
"Iya nona Lisa. Apakah ada yang bisa saya bantu."
Balas Josept sambil membungkuk memberi salam kepada saya dengan ramah.
"Aku ingin sesuatu."
"Apakah itu nona Lisa. jika ada sesuatu yang bisa saya kerjakan, akan saya kerjakan."
"Begini Josept. Bisakah anda menyiapkan kereta kuda untukku, saat ini aku ingin berjalan jalan di pusat ibukota kerajaan."
Josept memperlihatkan raut wajah terkejut setelah aku berkata demikian. Aku bisa melihat dari ekspresi nya saja di dalam pikiran nya itu pasti berkata seperti ini, "Ini sangat mengejutkan sekali nona muda yang biasa nya diam di kamarnya atau di ruangan pribadi yang ada di halaman belakang sekarang ini ingin berjalan-jalan di ibukota kerajaan."
Begitulah jika aku menebak isi pikiran Josept.
Dia tersenyum lembut melihatku.
"Maafkan saya nona. Namun ini sudah sore hari, sebentar lagi malam akan tiba, apakah anda yakin nona ingin ke pusat ibukota kerajaan?"
"Iya aku ingin berjalan-jalan disana Josept."
"Baiklah nona Lisa saya akan segera persiapkan."
Josept menerima permintaanku sambil membungkuk hormat setelah itu dia pergi untuk segera menyiapkan kereta kuda yang akan aku pakai untuk ke alun-alun ibukota kerajaan.
Sementara Josept menyiapkan kereta kuda untukku. Aku kembali ke kamar ku untuk mengganti pakaian.
Sampainya di kamarku sendiri membuka lemari pakaian.
"Wah apa-apaan rentetan pakaian mahal ini!"
Aku terkejut karena isi di dalam lemari pakaian itu banyak sekali pakaian mewah yang berkilauan.
tok tok~ suara ketika pintu terdengar.
"Masuk."
pintu pun di buka. Yang datang adalah Diana yang ku panggil sebelum aku sampai di kamar sesaat yang lalu. Diana menutup rapat kembali pintu kamar lalu menghadap ke arahku.
“Adakah yang bisa saya bantu nona Lisa?"
"Diana bisakah kamu membantuku untuk memilihkan gaun yang cocok untuk aku."
wajahnya Diana seketika gembira, namanya dia sangat senang menerima perintah dari ku ini.
"Dengan senang hati nona."
"Jadi gaun manakah yang ingin anda kenakan sekarang nona?"
Pelayan wanita pagi tadi yang memberiku susu, handuk serta air hangat untuk membasuh muka berkata begitu, dia adalah Diana pelayan wanita pribadiku.
"Bisakah kamu mengeluarkan pakaian nya dan menaruhnya di atas kasur."
"Baiklah nona."
Diana menuruti apa yang ku perintahkan. Dia menyusun satu per satu gaun dengan sangat rapi. Nampaknya dia melakukan itu agar tidak repot memilihnya.
"Gaunnya bagus sih. tapi terlalu banyak manik-manik yang berkilau itu sangatlah menggangu."
Gumam ku yang mengarah ke gaun merah muda.
"ini pula tidak cocok terlalu mencolok warnanya. ini juga tidak terlalu berat gaunnya untuk di pakai. ini tidak, tidak dan tidak."
Aku terus bergumam dan menyeleksi satu demi satu gaun yang ingin ku pakai. Namun itu tidak ada yang sesuai dengan seleraku dan semuanya nampak sangat kekanak-kanakan.
"Haaaaa.... kenapa memilih gaun saja rasanya sangat melelahkan seperti ini."
Dalam Hatiku bergumam sedemikian rupa.
"Jadi bagaimana nona, gaun manakah yang ingin anda pakai?"
"Aku tidak tahu Diana, namun semua ini nampak sudah sangat tidak cocok dengan seleraku."
Aku memegangi daguku masih ada beberapa tumpukkan lagi baju yang belum aku pilih.
"Bagaimana dengan gaun ini nona. Kurasa gaun ini sangat cocok untuk anda kenakan dan juga bahannya ringan."
Diana menunjukkan gaun yang dia pilih untukku, gaunnya berwarna putih dengan desain sederhana tidak banyak manik-manik berkilaunya.
"Hmm agak cocok sih. Tapi..., coba kamu pegang dulu saja Diana, aku masih ingin mencari yang menurutku sangat cocok di dalam tumpukan gaun-gaun ini."
Kurang lebih sudah dua puluh menit berlalu hanya untuk memilih sebuah gaun, akhirnya aku menyerah mencari gaun yang menurutku sangat cocok.
"Diana serahkan gaun itu, aku akan memakainya."
"Silahkan nona."
Diana menyerahkan gaun yang dia pegang. kemudian Diana membantuku memakaikan gaun.
Setelah aku kenakan gaun ini, memang gaun ini cocok dengan tubuh ini dan juga ini memiliki desain yang sederhana. Aku kemudian merias wajahku sesederhana mungkin.
"Wahhhh....!"
Suara terkagum dari Diana terdengar melihat ke arahku.
"Anda sudah sangat cantik dan setelah anda merias wajah aja dengan sederhana dengan riasan yang biasa anda gunakan selama ini, riasan anda sekarang nampak sangat natural dan kecantikan alami anda sangat menonjol sekali."
Pujian di lontarkan kepadaku. Aku sedikit malu mendengarnya.
"Oh iya Diana. Gaun-gaun menumpuk itu kurasa sudah tidak akan ku pakai lagi, jika ada beberapa yang kamu inginkan, kau boleh mengambilnya."
"Ehhhh!! "
Diana terkejut karena perkataan diriku ini.
"Apakah itu benar nona! Anda inginkan membuang semua gaun ini!? "
"Benar sekali Diana. Kurasa gaun-gaun ini sudah tidak bagus aku kenakan, walaupun gaun-gaun ini bagus, namun aku nampak seperti anak kecil saat memakainya."
"Apakah benar-benar ingin membuangnya nona? "
Diana menegaskan pertanyaannya kembali kepadaku.
"Iya aku sangat yakin."
"Baiklah jika memang anda sudah yakin nona."
"Yasudah urus ini yah Diana. Karena sekarang aku akan berangkat ke alun-alun ibukota kerajaan."
"Baiklah nona akan saya laksanakan."
Selesai berdandan. Aku meninggalkan Diana di kamarku untuk membersihkan kekacauan yang tengah aku buat. Kemudian disana ada Josept yang menjadi kusir baru saja tiba membawa kereta kuda bersamaan dengan kedua prajurit keluarga Rosberg.
Aku berjalan perlahan menuruni tangga sambil memegangi sebelah sisi rok gaun putih yang ku kenakan, bukan tanpa sebab aku menaikkan sebelah rok gaunku,, aku takut saat berjalan menuruni tangga menggunakan high heels yang tingginya lima centimeter.
"Nona silahkan masuk." Josept yang membukakan pintu gerbong kereta kuda.
Aku menaiki beberapa bilah tangga dan masuk ke dalam gerbong kereta kuda yang tertutup dan duduk di bangku. Selepas duduk di ikuti oleh Josept yang duduk di depanku lalu dirinya menutup pelan pintu gerbong kereta kuda.
"Jadi kenapa kamu ikut juga Josept?"
Aku heran kenapa dia ikut bersamaku. Josept tersenyum sambil membungkuk dengan tangan kanan di dada.
"Maafkan aku nona, aku terpaksa harus mengikuti anda karena ini adalah perintah dari tuan besar."
Tuan besar yang dimaksud disini adalah ayahku. Jika itu adalah perintahnya aku tidak bisa melawan karena ayahku adalah kepala keluarga Rosberg.
Pak kusir pun memecut kuda dan kereta yang di tarik oleh kuda pun berjalan. Sementara itu kedua prajurit pengawal ku duduk di belakang gerbong. Disana ada tempat duduk terbuka yang sama bahannya dengan yang akh duduki juga.
Setelah beberapa lama kereta kuda ini berjalan. Di dalam gerbong kereta kuda ini sudah merasa tidak nyaman. Kereta ini saat berjalan begitu sangat bergetar sehingga menimbulkan rasa sakit pantatku.
"Apakah di dunia ini tidak ada peredam untuk kendaraan. Nampaknya aku harus menciptakan sendiri di dunia ini hanya untuk kenyamanan ku sendiri."
Gumam hatiku sendiri.
Namun walaupun begitu, aku menikmati perjalanan ini, karena di setiap perjalanan aku melihat banyak sekali pemandangan dan juga hewan-hewan yang masih alami di balik kaca jendela.
"Nona kita akan kemana?" Josept memalingkan pandangaku saat melihat pemandangan indah ini.
"Hmm..., kita ke alun-alun Kerajaan saja Josept. Karena saat ini saya ingin melihat lihat dan berjalan-jalan karena bosan selalu saja di dalan rumah."
"Baiklah kalau begitu."
Tanpa adanya keluhan serta jawabannya yang lembut dia mematuhi apa yang aku perintahkan. Lalu Josept membuka dengan cara menggeser papan yang terhubung ke arah kusir.
"Bawa kita ke alun-alun kota."
"Baiklah kepala pelayan Josept."
ucap kusir yang terdengar suaranya dari celah ith membalas perkataan Josept.
Sang kusir memecut kereta kuda kembali dan kereta kuda sekarang bergerak lebih cepat dari sebelumnya.
Sekitar setengah jam perjalanan dari kediaman menuju alun-alun ibukota kerajaan ini yang ditempuh. Akhirnya kami pun telah sampai di alun-alun Kerajaan Marsiey.
"Josept tolong berhentikan lajunya. Aku akan turun disini." Perintah kepadanya.
"Baiklah nona Lisa."
Josept mengetuk papan yang tadi dia pakai untuk bicara kepada kusir.
Seperti telah mengerti dengan isyarat ketukan itu, sang kusir perlahan menghentikan laju kereta kuda sampai pada akhirnya berhenti.
Pintu kereta kuda terbuka disaat aku belum juga turun, yang membuka pintu itu adalah salah satu dari prajurit yang akan mengawalku yaitu dia bernama Carlo.
Carlo memiliki wajah yang cukup tampan menurutku.
"Hati-hati nona Lisa menuruni nya."
Carlo tampak pengertian.
Walaupun keadaan di sini sudah sore hari, namun di sekitar kami ini banyak sekali pedagang-pedagang yang membuka kios di pinggiran jalan.
banyak sekali aneka ragam jualan mereka dimulai dari makanan, buah-buahan, aksesoris, bahan-bahan kain serta masih banyak lainnya jika di gambarkan ini seperti sebuah pasar malam yang di kehidupan ku sebelumnya.
Aku di kawal oleh tiga orang laki-laki yaitu dua pengawal serta Josept berjalan melihat-lihat dagangan mereka itu satu per satu.
"Nona sate ayam nya nona, enak dan masih hangat."
Pedagang dari kedai sate menawarkan dagangan nya kepadaku. Aku tergiur akan aroma harumnya sate yang dibakar itu sehingga menggugah selera lapar ku.
"Paman aku beli lima belas tusuk yah."
"Baiklah."
Tak lama sate pesananku pun telah matang.
"Silahkan nona jadi satu setengah koin silver."
Paman pedagang sate itu menyerahkan bungkusan plastik yang berisi pesananku barusan. aku mengambil bungkusan itu lalu melirik kepada Josept.
Josept nampak mengerti arti tatapan ku padanya. dia merokok saku bajunya dan membayar sate yang telah aku beli.
"Terima kasih nona."
Di negara ini mata uang masih menggunakan koin dimana koin itu dibagi menjadi empat tingkatan yaitu koin perunggu, koin perak, Koin emas serta koin platinum.
Jika mencakup nominal harganya satu perunggu bisa di nilai sebanyak seribu yen jika ditukar ke mata uang Jepang negaraku berasal. dan setiap tingkat dan koin itu sepuluh kali lipat lebih besar dari nilai mata uang dibawahnya.
Lebih jelasnya adalah satu perunggu sama dengan seribu yen, satu koin silver sama dengan sepuluh ribu yen, lalu satu koin emas sebanding dengan seratus ribu yen serta yang terakhir yaitu satu platinum sama dengan satu juta yen.
Jadi jika kalian memiliki sepuluh koin perunggu itu sama dengan kalian mempunyai satu koin silver begitu pula jika kalian memiliki sepuluh koin silver itu sama dengan satu koin emas dan seterusnya.
"Hmmm ini sangat enak sekali."
Aku tidak bisa menahan wajah senangku akibat rasa enak dari dari daging sate yang baru matang ini. Potongan daging nya besar-besar. Daging nya begitu empuk dan juicy lalu rasa dari racikan bumbu yang kaya akan rempah serta rasa gurih asam dan sedikit manis ini membuat menari-nari di lidahku.
" Hahaha nona Kau tampak bahagia sekali."
Tawa Diaz salah satu pengawalku hari ini.
"Gimana aku tidak bahagian, sate ini begitu lezat Diaz. Ayo kalian semua coba."
aku memberikan mereka bertiga masing-masing satu tusuk sate.
Mereka nampaknya enggan menerima sate yang ku berikan ini.
"Ti-Tidak usah nona, cukup untuk anda saja."
ucap Diaz.
"Itu benar nona. Itu melanggar etiket kami."
"Ayolah kalian ini coba saja ini, ini enak sekali. lagi pula ini semua tidak akan habis olehku. Jika kalian tidak menerimanya aku akan marah nih."
Aku memaksa mereka serta sedikit mengancam mereka. Wajah dari mereka semua nampak terlihat sangat pasrah akibat aku mengancam mereka dengan cara seperti itu. mereka pun menerimanya dan memakan sate yang aku berikan.
Raut wajah mereka seketika berubah dari rasa tertekan itu akibat ancaman ku menjadi raut wajah yang luluh akibat setelah memakan sate itu.
"Benar menurut nona, sate ini lezat sekali sebanding dengan harganya yang cukup mahal sih." ucap Carlo.
Lepas itu aku berjalan kembali mengunjungi satu per satu pedagang disana.
Saking senang nya berbelanja. Aku sampai tak sadar baru di pasar pinggiran jalan ini saja sudah banyak yang aku beli, aku membeli beberapa aksesoris serta banyak sekali aku berbelanja.
Josept mendekat ke arahku dan berkata, "Nona apakah urusan kita disini sudah selesai, karena hari sebentar lagi mulai gelap dan harus bergegas pulang ke kediaman."
Aku berpikir untuk apa aku kesini yah. Aku lupa akan sesuatu ham yang penting akan ku lakukan disini.
"Tunggu sebentar yah Josept, sepertinya aku melupakan sesuatu hal yang penting."
Aku berpikir sejenak, mengingat apa yang ingin aku lakukan. Dan ternyata benar aku melupakannya yaitu untuk membeli pakaian baru milikku karena semua pakaian lama telah ku suruh Diana untuk membuangnya.
"Josept aku lupa bahwa aku kesini untuk membeli gaun serta pakaian sehari-hari ku."
"Seperti itukah nona. "
"Iya Josept. Maaf aku melupakan nya."
"Tidak apa-apaan nona."
Josept begitu tenang dan baik menghadapi yang lupa setelah melihat ramainya alun-alun ibukota kerajaan Marsiey ini.
"Oh iya Josept. Apa kamu tau dimana toko pakaian yang bagus di daerah sini? "
Aku bertanya ke Josept karena dia pasti sudah tahu dimana toko pakaian berkualitas di daerah sini karena dirinya sudah lama mengabdi dan menjadi pelayan kedua orang tuaku dan pasti sudah tidak asing lagi dengan lingkungan disini.
"Ada nona disini tempat dimana toko yang biasa keluarga Rosberg kunjungi."
"Ohhh boleh kamu tunjukkan jalannya Josept."
"Tentu saja nona."
Josept berjalan di depanku untuk menunjukkan toko butik yang biasa keluarga Rosberg beli disana. Aku mengikuti Josept dari belakang, sementara kedua pengawal berjalan di belakang samping kiri dan kananku melindungi bagian belakang tubuhku jika sewaktu-waktu ada yang berniat jahat kepadaku mereka bisa melindungi ku.
"Akan tetapi nona sangat aneh hari ini. Biasanya nona tidak seramah ini dan juga bukannya anda tahu mengenai jalan ke toko butik yang biasanya di kunjungi keluarga Rosberg."
Begitulah perkataan Josept dengan tawa kecilnya kepadaku.
"Aduh bagaimana aku harus menjawab perkataan Josept, bahwa sebenarnya aku adalah bukan nona nya ini. Nampaknya aku harus berdalih yang bagus."
Aku bergumam di dalam hatiku.
"A..., Ahh bukannya aku tidak tahu Josept, hanya saja aku sengaja membiarkanmu menunjukkan tempatnya. Ha-hanya sajaa... Eee a-aku sengaja membiarkanmu berjalan di depanku, agar aku terlindungi jika sewaktu-waktu ada orang jahat yang ingin menikam aku."
Aku hanya bisa berdalih mengatakannya demikian, entah terdengar nya aneh atau tidak yang pasti hanya dalih itu saja yang bisa aku lakukan kepada Josept.
Raut wajah Josept nampak sangat jelas sekali dirinya saat ini sedang memikirkan perkataanku yang baru saja katakan nya padanya. Walaupun dia sudah tua kira-kira sudah hampir lebih dari lima puluh tahunan, namun Josept masih tidak terlihat tua serta kondisi fisik nya pun masih bagus.
Josept dulunya adalah seorang anak korban pedang di Kekaisaran yang tidak di ketahui namanya. Setelah itu kakek Buyutku membawanya ken kediaman lalu melatihnya sampai menjadi seorang pelayan sekaligus kesatria keluarga Rosberg yang gagah berani.
Dan juga dia memiliki prestasi yang mumpuni dan salah satunya adalah dirinya mengikuti pedang kerajaan Marsiey dengan negara tetangga ini dengan kakek buyut serta kakek ku sampai akhirnya mendapatkan kemenangan.
"Hmm jadi seperti itukah nona. Nona memang terbaik jika urusan keselamatan yah."
Aku menghela nafas panjang. Akh merasa lega bahwa dia tidak mencurigai dalih ku ini.
"Ya..., yaaaah begitulah Josept, hahaha."
Aku canggung ku keluarkan.
"Baiklah nona kita sudah sampai di distrik perbelanjaan."
Tak terasa susah sampai saja di distrik perbelanjaan kalangan bangsawan. Tempatnya begitu beda sekali dengan pasar yang tadi ku kunjungi. Jika yang tadi seperti pasar malam, beda lagi dengan distrik perbelanjaan ini.
Distrik perbelanjaan ini sangat rapi serta dan tidak kumuh sama sekali. Mereka membuka sebuah toko-toko dengan jendela kaca yang besar-besar bagaian kan toko-toko elit brand ambassador yang sudah sangat terkenal kalau di bumi.
Josept membukakan pintu masuknya. Aku masuk ditemani mereka bertiga ke sebuah toko yang bernama Omorfia. Toko Omorfia ini biasa di kunjungi oleh keluarga Rosberg jika mereka ingin memesan baju atau membeli pakaian langsung.
"Selamat datang. Ara ternyata nona Rosberg."
Dengan sangat sopan wanita berpakaian gaun rapi disana menyambut aku. Dia adalah Bella pemilik toko butik ini yang sudah mengenalku.
Dia wanita ramah dengan penampilannya yang begitu anggun nanti sederhana dan juga dia adalah seorang bangsawan kelas menengah.
"Halo miss Bella."
Aku menyapa dengan senyum akrab kepadanya. Miss Bella pun berjalan mendekat.
"Jadi ada yang bisa saya bantu nona?"
"Saya ingin memesan beberapa gaun serta baju sehari-hari yang sederhana namun elegan, apakah anda bisa memenuhi keinginan ku itu."
Tanpa basa basi aku langsung bicara kepada pokok intinya.
"Kalau untuk masalah itu toko saya ini adalah ahlinya, serahkan saja kepada saya nona. Sebelum itu anda silahkan duduk dulu nona Rosberg."
Dengan percaya diri dirinya berkata begitu padaku bahwa dia adalah ahli dalam bidang pakaian, yah itu memang benar sih jika dilihat dari beberapa pakaian-pakaian yang dipajang disini dia bisa dikatakan desainer yang bagus.
Aku berjalan dan duduk di sofa yang telah disediakan.
"Kalian tolong bawakan semua gaun rancangan baru kita, nona Rosberg ingin melihatnya."
Dia berbicara kepada pegawai tokonya itu.
"Baik nyonya." Balas enam orang karyawan yang miss Bella miliki itu mengikuti perintah yang di terimanya.
Tidak memakan waktu lama para pegawai miss Bella membawa puluhan pakaian yang tergantung di gantungan beroda dan berhenti tepat di depan aku.
"Silahkan nona anda bisa memilih menurut anda yang cocok."
Dengan senyuman manis Miss Bella berkata seperti itu padaku.
Tidak seperti di mall-mall atau toko yang ada di bumi, disini begitu nyaman sekali karena para pegawai Miss Bella langsung yang menunjukkan Satu per satu gaun tanpa aku harus bingung memilih dan repot-repot berdiri.
Banyak pakaian yang tidak cocok menurut seleraku. Mereka terlalu membuat gaun yang begitu modal menurut ku sampai ini akan memakan waktu lama kayaknya.
Dan satu gaun di perlihatkan kepadaku. Gaun warna biru muda yang sederhana dengan mani-manik yang minim namun di tempatkan dengan rapi membuat daya pandangnya menjadi menawan.
"Aku suka dengan gaun itu."
"Baiklah nona."
Seterusnya aku membeli gaun serta baju sehari hariku terus sampai kurang lebih waktu sudah lama berlalu aku pun selesai berbelanja.
****
Hari sudah mulai gelap. Cahaya-cahaya lampu jalan yang indah pun menerangi jalanan ini. Setelah lamanya aku berkeliling dan belanja, tubuhku ini mulai terasa lelah.
"Sebelum kita kembali ke kediaman, alangkah baiknya kita beristirahat dulu sejenak di sebuah cafe."
"Jika itu keinginan anda nona, di dekat sini ada sebuah cafe sederhana yang nyaman untuk melepas rasa lelah."
"Benarkah itu Josept. Kalau begitu mari kita kesana."
Josept berbisik kepada sang kusir di sebuah celah yang biasa digunakan itu.
"Tolong berhenti dulu di sebuah kafe di ujung jalan sana."
"Baik kepala pelayan."
Balas sang kusir dan dia melaju menuju ke kafe. Nampaknya tidak memakan waktu lama kereta kuda yang aku tumpangi telah berhenti di depan sebuah kafe.
Seperti biasa salah satu pengawalku membukakan pintu dan membantuku turun dari kereta kuda.
Penampilan bangunan kafe nya memang seperti Josept bilang ini adalah kafe yang sederhana tidak besar ataupun tidak kecil. Desain depan kafe ini ada beberapa set meja dengan dilengkapi payung di tengah mejanya. Ini mengingatkanku seperti meja-meja outdoor pada umumnya yang selalu ada pada kafe yang terletak di pesisir pantai sewaktu aku di bumi.
Aku berjalan kearah bangku yang dekat dengan jendela kafe itu dan duduk disana. Namun disini yang membuatku aneh adalah ketiga laki-laki yang mengawalku ini, mereka bertiga berdiri tegap di belakangku.
Aku melihat ke arah mereka bertiga langsung berkata, "Apakah kalian tidak ingin duduk? "
"Maafkan saya nona itu sangat kab tidak sopan bagi kita pada pelayan anda untuk duduk di tempat yang sama dengan tuannya." Jawaban Josept dengan sopan padaku.
"Iya itu benar sekali nona." Keduanya kompak berkata begitu yaitu Carlo serta Diaz.
"Ano ne kalian ini. Jika kalian tidak duduk itu malah membuat reputasi ku buruk dimata orang-orang tau tidak. Lagi pula aku tidak mempermasalahkan jika kalian duduk disini semeja bersamaku atau pun kalian ingin beda meja denganku."
Aku dengan sedikit tegas berkata begitu kepada mereka sambil melihat di sekeliling kami ada orang-orang yang banyak melihat kearah kami.
"Maafkan saya nona. Kalau begitu kami akan duduk disana saja."
Josept membungkuk meminta maaf kepada ku kemudian diikuti oleh Carlo serta Diaz membungkuk meminta maaf pula dan setelah itu mereka duduk di kursi yang berbeda yaitu di meja lain tepat di belakangku.
"Permisi nona apakah anda ingin memesan sesuatu?"
Pegawai kafe yang baru saja datang menanyakan pesanan ku.
"Boleh aku melihat menu yang ada disini." Karena aku tidak tahu ada makanan dan minuman seperti apa di kafe ini jadi aku meminta buku menu nya.
"Silahkan nona." Balas pegawai kafe sambil menyerahkan buku menu padaku.
Berbagai macam makanan unik yang menurutku unik ada disini yaitu dimulai dari makanan cukup ringan yaitu roti croissant, soft cake, pancake, muffin, Churros, brownies dan masih banyak lagi jenis makanan lainnya.
Untuk minuman nya disini ada teh, kopi serta susu tidak ada yang terlalu aneh untuk minumannya menurutku. Aku memutuskan telah memilih apa yang ingin aku pesan.
"Permisi aku ingin pancake serta minumannya teh saja."
"Baiklah nona mohon tunggu sebentar."
Aku memesan pancake serta teh dan tidak memakan makanan berat bukan tanpa alasan. Karena aku takut terlalu kekenyangan sehingga nanti aku di perjalanan mengalami mabuk jalan serta aku juga harus menghadiri makan malam bersama keluarga ku.
Sambil menunggu pesanan ku, aku melihat sekeliling daerah sini nampak indah juga dimana tepatnya aku melihat ini ada sebuah jalan ke arah bukit yang diterangi oleh banyaknya lampu sampai ke puncaknya pun terlihat cahaya lampu itu.
"Maaf menunggu lama. Ini pesanan anda nona."
Pesananku telah sampai dan telah dia letakkan di atas meja. Pegawai kafe kemudian kembali masuk kedalam kafe setelah mengantarkan pesananku.
Pertama-tama aku mencicipi pancake nya terlebih dahulu, teksturnya lembut saat di potong oleh pisau makan ini serta aroma madu dan butter nya begitu wangi menaikkan selera makan ku.
Saat ku coba masukkan ke dalam mulut dan mengunyah pancake ini, rasanya begitu manis alami dari madu serta ada rasa sedikit asin dari rasa butter nya rasanya bercampur menari di dalam mulutku serasa aku akan meleleh.
Kemudian aku mencoba teh nya. Aromanya dari lon yang halus membuat rasa menenangkan dan cocok sekali menjadi perpaduan dari pancake ini. Aku terus melakukan langkah itu dengan perlahan karena tidak ingin kehilangan momentum enak ini, akan tetapi tidak terasa pancake serta teh aroma lemon yang aku cicipi pun telah habis tak tersisa tanpa sadar.
"Ah ini sangat menenangkan jiwaku yang tadinya lelah menjadi hangat lagi."
Gumamku sendiri.
Saat aku terdiam disana, Tiba-tiba ada seorang wanita mendekatiku dan berkata, "Waaah Lisa, kebetulan sekali kita bertemu disini."
Tentu saja itu membuat aku terkejut akan sapaannya yang tiba-tiba dari wanita yang tak ku kenal sama sekali di pinggiran jalan ini. Akan tetapi entah mengapa wanita itu tidak meningkatkan kewaspadaan pengawalku dan mereka bertiga bersikap biasa saja.
Aku memandangi wajahnya terus sambil mengingat-ingat apakah dia adalah kenalannya Lisa ataukah bukan. Kemudian dia pun berkata kembali, "Bagaimana kabarmu Lisa? Kamu baik-naik saja kan selama ini? "
Dia meraih kedua tanganku lalu menggenggam nya dengan lembut bersamaan dengan raut wajah cemas di tunjukkan kepadaku.
"... ahh, etto... aku baik-baik saja." Aku menjawab perkataannya dengan sedikit canggung karena aku masih belum mengingat siapakah wanita ini. Wajah cemas dari dirinya seketika hilang setelah mendengar kabarku baik-baik saja.
"Syukurlah jika kabar kamu baik-baik saja Lisa. Kau tahu aku sangat mencemaskan kamu tahu karena sudah lama tidak mendengar kabarmu."
"Bagaimana denganmu, a-apakah kabarmu juga baik?" Tanyaku tanpa menyebut namanya.
"Aku pun sama baiknya juga Lisa." Dia menjawab perkataan ku dengan senyuman riang, kemudian dia langsung duduk di kursi kosong tepat di depanku.
Sepintas ingatan pun tiba-tiba muncul kembali setelah memaksa mengingat wajah manis wanita yang duduk di depanku saat ini.
Ternyata dia adalah teman tidak bisa dikatakan mereka adalah sahabat dekat di sekolah yang bernama Melfina Belnova. Melfina Belnova seumuran dengan Lisa dan juga dirinya pun anak seorang bangsawan dari seorang Viscount keluarga Belnova dan saat ini dia ada di kelas tiga tahun ketiga bersama denganku di sekolah kerajaan terkenal bernama Leony Hight School.
"Ohh ternyata dia adalah temannya sahabatnya Lisa kah. Akan tetapi kenapa aku tak pernah melihat dia sewaktu aku memainkan game ini dulu yah? Atau jangan-jangan ada event tersembunyi."
Kata batinku seperti itu.
"Hmmm..." Melfina memiringkan kepalanya menatap ke arahku disaat aku sedang melamun melihatnya. Lalu di melanjutkan perkataanya.
"Lisa kenapa kamu memasang raut wajah seperti itu?"
Sontak aku terkejut dan dengan cekatan aku melambai-lambaikan kedua tanganku dan berkata, "Ahh tidak tidak Melfina. Tidak ada apa-apa kok."
"Benarkah? "
Melfina menegaskan kembali.
"Be-benar kok."
Kenapa aku gugup yah untuk membalas perkataan nya, kuharap dia percaya.
"Hmm begitu yah. Oh iya Lisa aku mendengar sebuah gosip dari pelayan ku, katanya kamu kemarin itu pingsan di taman sewaktu Pangeran Charles mengunjungi rumahmu. Apakah benar itu!?"
Entah secepat apa berita itu bisa sampai tersebar luas seperti ini, aku jadi takut jika akhirnya melakukan sesuatu hal yang sedikit saja menonjol bakal cepat tersebar luas.
"Iya itu benar. Entah mengapa waktu itu aku merasa pusing dan kurang enak badan." Aku menjawab apa adanya yang ada di pikiranku tanpa ada alasan yang di tutup tutupi.
"Ohh begitu yah? Kukira kamu pingsan karena terlalu gugup akan kedatangan Pangeran Harles."
Entah mengapa setelah mendengar ucapan dari Melfina wajahku tiba-tiba memerah terasa hangat serta jantungku berdebar cukup kencang.
"Ma-Mana mungkin aku gugup akan kedatangannya." Aku membalas perkataan Melfina dengan grogi akan tetapi di dalan hatiku aku merasa lain, entah mengapa aku bisa membalas perkataan Melfina dengan grogi seperti itu.
"Hmmm benarkah itu? Benarkah itu?"
Sikap Melfina saat ini sangat senang dan dia ingin sekali menggali apa rahasia di balik sikap grogi ku ini.
"Benar tau Melfina. Sudahlah jangan menjahili aku seperti ini! "Tugasku untuk Menghindari ke penasaran Melfina.
"Hahaha ..., baiklah-baiklah. Maafkan aku Lisa."
Kami tertawa bersama akan hal yang rak terduga dan pertemuan yang sangat kebetulan ini.
Kemudian kami berdua pun terdiam sejenak. Tidak lama Melfina membuka kembali pembicaraan denganku.
"Oh iya Lisa. Kamu kemari dengan siapa?"
"Aku kemari hanya sendiri dan hanya ditemani pelayan serta pengawalku saja, itu mereka disana."
Aku menunjuk ke arah mereka bertiga.
Melfina menganggukkan kepalanya dua kali, lalu aku berkata kembali,
"Lalu bagaimana denganmu Melfina? Apa yang kamu lakukan disini pula?"
"Aku sedang mencari parfum dan gaun untuk pesta yang diadakan dua hari lagi oleh Pangeran Pabio."
Melfina kemudian berkata lagi, "Lalu adanya acara yang diadakan Pangeran Pabio itu, apakah kamu akan hadir kesana Lisa?"
Sejenak aku terdiam tidak cepat membalas pertanyaan Melfina.
"... hmmn entahlah Melfina. Saat ini aku masih memikirkannya akan hadir atau tidak di acara yang dj selenggarakan Pangeran Pabio."
"Ehh! Kenapa kamu berpikir seperti itu? Kamu kan adalah tunangan Pangeran Pabio, Lisa."
"Sebenarnya saya tidak suka akan keramaian sih." balasku pada Melfina dengan wajah yang agak muram.
"Ehh ikut yah soalnya aku tak ada teman ngobrol, yah, yah." Melfina berkata seperti itu memegang kedua tanganku mencoba membujukku untuk ikut ke dalam pesta yang akan di adakan oleh Pangeran Pabio.
"... Bagaimana yah."
"Ayolah Lisaaaa ... demi sahabatmu ini?"
Melfina memasang raut wajah yang begitu menyedihkan, bagaikan seperti seekor anak anji*g yang memohon belas kasih kepada majikannya.
"Jika kamu memang wajah imut seperti itu aku tidak bisa menolaknya."
Batinku bergumam sendiri setelah melihat ekspresi Melfina.
Aku mengembuskan nafas dan dengan berat hati aku berkata, "Baiklah mungkin aku akan hadir. Akan tetapi aku tidak bisa menjanjikan ini kepadamu yah bahwa aku bisa hadir atau tidak."
Setelah itu kita pun terus mengobrol sampai akhirnya tidak terasa Josept pun menghampiri kami.
"Maafkan saya nona Lisa dan Nona Melfina, karena waktu semakin larut saya kira kita harus bergegas pulang ke kediaman."
"Begitulah Josept. "
"Yasudah kalau begitu jaga diri kamu baik-baik yah Lisa. "
"Sama kamu juga Melfina."
Kami saling berpelukan kemudian memberi salam perpisahan.
"Sampai ketemu di pesta yah Lisa."
Kata Melfina sambil melangkah masuk ke dalam kereta kuda miliknya.
"Emm."
Aku mengangguk mengiyakan perkataan itu.
Kereta kuda yang di tunggangi Melfina pun melaju. Dia mengeluarkan setengah badannya dan melambaikan tangannya dari jendela.
"Dadah Lisa."
Aku membalas lambaiannya sampai akhirnya kereta kuda miliknya tidak terlihat lagi dari pandanganku.
"Baiklah saatnya kita pulang."
Aku berkata kepada mereka bertiga. Aku masuk ke dalam kereta kuda dan kami semua pun berangkat untuk kembali ke kediaman.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!