NovelToon NovelToon

Om Duda Teman Papa

bab 1

Odelia sedang berjalan bersama dengan kedua sahabatnya, Cessa dan Zara. Ketiganya berjalan menuju kantin sekolah. Mereka merupakan siswa kelas 12 SMA Manggala jurusan IPS.

"Untuk merayakan ulang tahun gue yang ke 18, gue bakal traktir kalian berdua." ucap Zara.

"Wah, bagus tuh. Dimana?" tanya Odelia.

"Gimana kalo kita rayain di club?" usul Cessa.

"Wah ide bagus tuh, lo gimana Del? Ikut nggak?" tanya Zara.

Odelia mengangguk setuju, sudah lama juga mereka tak pergi ke tempat itu. Setelah pesanan mereka datang, ketiga sahabat itu kemudian menyantap makan siang mereka.

"Hai."

Odelia mendongak saat seseorang duduk tepat di depannya. Cowok itu tersenyum manis menatap Odelia.

"Boleh gabung?"

Dia adalah Brayden Aston, cowok yang sudah lama mengejar Odelia. Aston siswa kelas IPA, cowok pintar dalam hal akademik maupun non akademik.

"Lo udah duduk ya." ucap Zara.

Aston terkekeh pelan. "oke, sorry."

Cessa menyenggol lengan Odelia pelan. Odelia menoleh lalu menaikkan sebelah alisnya.

"apa?"

"pindah sana, kasian Aston duduk sediri."

Odelia membelakan matanya tak percaya. "apaan sih Ces." ucapnya malu-malu.

"eh, nggak usah pindah disitu aja." ucap Aston pelan.

Karena merasa tak enak, Odelia akhirnya memilih untuk pindah. Sudah bukan rahasia umum lagi jika Aston mendekati Odelia. Namun sampai sekarang hubungan mereka hanya sebatas teman saja.

Mereka melanjutkan makan siang mereka sambil sesekali becanda. Saat Odelia tertawa, Aston melirik gadis berambut panjang lurus itu. Lesung pipi yang menghiasi pipi Odelia membuat gadis itu terlihat sangat cantik dan terlihat manis.

"ehem, diperhatiin mulu pak." sindir Cessa.

Aston menundukkan kepalanya malu, sedangkan Odelia menatap ke samping dimana Aston duduk. Odelia merasa pipinya terasa panas, melihat Aston yang malu-malu membuatnya ikut tersipu.

Tet.

Tet.

bunyi bel masuk mulai terdengar, keempat orang di meja kantin itu berdiri kemudian pergi menuju kelas mereka.

Di persimpangan koridor, Aston menahan lengan Odelia membuat Odelia seketika berhenti. Gadis cantik itu menatap Aston bingung.

"ada apa Ton?"

"nanti malem lo ada acara nggak?" tanya Aston.

Odelia mengangguk. "ada sih. Emang kenapa?"

Aston melemahkan bahunya. "rencananya sih gue mau ajak lo jalan, tapi karena lo udah punya acara ya lain kali aja."

Odelia tersenyum. "sorry."

Aston mengangguk. "iya nggak papa. Kalo gitu gue ke kelas ya."

"iya."

Kedua orang itu berpisah di koridor, karena jurusan mereka berbeda letak gedung IPA dan IPS pun berbeda.

Malam harinya, Odelia tengah bersiap untuk merayakan ulang tahun sahabatnya. Odelia memakai dress slim fit lengan panjang berwarna hitam. Dia memakai beberapa aksesoris kemudian mulai merias wajahnya tipis.

Odelia membiarkan rambutnya tergerai lalu memberikan jepit rambut pada kepala sebelah kirinya. Setelah selesai, Odelia mengambil high hills berwarna cream lalu memakainya.

"sempurna." ucapnya saat mematut penampilannya dicermin.

Odelia mengambil tasnya lalu keluar, dia mengendap-endap seperti maling di rumahnya sendiri. Suasana rumah sudah sepi padahal baru jam sembilan malam.

"mama papa pada kemana?" gumam Odelia.

Dia segera berjalan cepat menuruni anak tangga, Odelia membuka pelan pintu utama kemudian keluar. Di depan gerbang rumahnya, kedua temannya sudah menunggunya. Odelia segera masuk ke mobil Cessa kemudian menghembuskan nafas lega.

"aman Del?" tanya Zara.

Odelia mengangguk sambil mengacungkan jari jempol kanannya.

"kita berangkat sekarang." ucap Cessa.

Zara melajukan mobilnya meninggalkan mansion Odelia. Mereka tampak menikmati perjalanan malam ini sambil menyalakan musik dengan keras.

Sampai di parkiran club, mereka segera turun dari mobil. Zara berjalan lebih dulu karena dia memiliki akses masuk di club itu.

"silakan masuk." ucap penjaga.

Zara diikuti kedua sahabatnya segera masuk ke dalam. Suara bising bercampur bau minuman keras menyambut mereka bertiga.

"kalian tunggu disana." ucap Zara menunjuk sebuah meja kosong di sudut club.

Odelia dan Cessa mengangguk setuju, mereka kemudian berjalan menuju meja kosong itu kemudian duduk.

Tak lama Zara datang bersama seorang pelayan sambil membawakan minuman mereka. Pelayan itu kemudian menuangkan minuman ke gelas mereka kemudian pergi.

"meskipun ulang tahunnya udah lewat, tapi masih di bulan yang sama." ucap Cessa.

"untuk ulang tahun Zara. cheers." ucap Odelia mengangkat gelasnya.

"cheers." ucap Zara dan Cessa bersamaan.

ting.

Suara gelas mereka beradu. Mereka kemudian mulai meminum minuman mereka sambil menikmati suara musik DJ yang cukup memekakan telinga.

bab 2

"Mau kemana kamu Ed?"

Edgar menghentikan langkahnya, dia menatap Alyssa dengan tatapan datar. Alyssa mendekat ke arah suaminya.

"Berhari-hari kamu nggak pulang ke rumah kita, kamu kemana saja Ed?" tanya Alyssa dengan tajam.

Edgar tersenyum miring. "Untuk apa aku pulang kesini? Bukannya aku sudah tak dibutuhkan lagi?"

Alyssa sedikit gelagapan, keberaniannya tadi entah hilang kemana.

"A-apa maksud kamu Ed?"

Edgar mencengkeram lengan istrinya dengan kuat. "Jangan kira selama ini aku tidak tahu semua kelakuan kamu Alyssa." desis Edgar tajam.

"Edgar.."

"Stop."

"Aku tak butuh penjelasan apapun dari kamu Alyssa."

Setelah mengatakan itu Edgar melepaskan cekalan tangannya kemudian pergi begitu saja. Tak ingin semuanya semakin rumit, Alyssa berlari mengejar suaminya.

"Ed, tunggu Ed."

Greb.

Alyssa berhasil mencekal lengan suaminya. "Kamu tidak bisa pergi dari sini Edgar."

Edgar melepaskan cekalan tangan Alyssa. "Untuk apa? Untuk apa aku tetap disini Alyssa? Agar kamu bisa menutupi perbuatan kotormu itu, hah?"

Alyssa menggeleng pelan. "Kamu salah paham Edgar, aku.. "

"Cukup Alyssa." seru Edgar.

"Aku sudah muak dengan semua ini. Dua tahun pernikahan kita tak ada artinya bagi kamu. Jadi lebih baik aku pergi."

Edgar segera membuka pintu mobilnya kemudian masuk, dia segera meninggalkan rumahnya dan Alyssa.

"Arghhhh, sia***." pekik Alyssa frustasi.

"Bagaimana Edgar bisa tahu?"

Alyssa menggigit kuku jarinya, dia takut jika Edgar pergi maka dia akan menceraikannya. Karena cepat atau lambat semua itu pasti akan terjadi.

"Nggak, ini nggak bisa dibiarkan. Aku nggak mau cerai dari Edgar." gumam Alyssa.

Edgar mengendarai mobilnya dengan kencang menuju sebuah club yang sering dia kunjungi. Dia pusing memikirkan urusan kantor yang tak kunjung selesai, ditambah lagi dengan Alyssa.

Sampai di club, Edgar tak kunjung turun dari mobil. Dia menyugar rambutnya ke belakang dengan kasar sambil menyandarkan kepalanya ke jok mobil. Semuanya terasa rumit, entah apa yang harus pria 27 tahun itu lakukan sekarang.

"Huft." Edgar menghembuskan nafas pelan lalu menegakkan tubuhnya.

Dia melepaskan jasnya lalu menaruhnya dijok samping, dia melepas dasinya lalu membuka dua kancing teratas kemejanya, menggulung lengan kemejanya sebatas siku lalu keluar dari mobil.

Edgar Lysander, seorang pria berusia 27 tahun yang merupakan CEO muda di perusahaan LS Corporation. Memiliki tubuh tinggi dan kekar, diusianya yang terbilang masih muda, dia sudah memiliki istri bernama Alyssa Emelyn. Pernikahan mereka sudah memasuki tahun ke dua.

Pernikahan karena perjodohan tak semulus jalan orang-orang lain pada umumnya, Edgar yang mencoba menerima pernikahan ini harus kecewa karena istrinya ada main belakang dengan pria yang diketahui adalah kekasih istrinya. Kabar perselingkuhan istrinya sudah dia ketahui sejak beberapa bulan setelah pernikahan. Namun dia tetap bertahan karena kedua orang tua serta mertuanya.

Tapi saat ini, kesabaran Edgar serasa sudah sampai pada batasnya. Dia tak bisa lagi mempertahankan pernikahan tanpa cinta ini. Edgar sudah membulatkan tekadnya untuk berpisah dengan istrinya.

Edgar membuka pintu mobilnya kemudian masuk ke dalam club. Tatapannya datar lurus ke depan, aura sugar daddynya sangat kental melekat pada pria dewasa itu. Edgar duduk di meja bartender lalu memesan minumannya.

"Silakan tuan." ucap bartender.

Edgar meminum alkohol digelasnya dalam sekali tenggak, dia memesan satu botol sekaligus lalu meminunnya langsung dari botolnya. Dia butuh pelampiasan untuk menetralkan pikirannya.

"Kak, tequila satu."

Edgar menoleh saat mendengar suara perempuan, dia kemudian kembali menatap ke depan setelah melihat gadis di sampingnya.

"Astaga Odel, gue cariin lo kemana-mana taunya disini." ucap Cessa.

Odelia menatap sahabatnya dengan senyum manis. "Gue pengen ganti suasana." ucap Odelia sambil melirik pria tampan disampingnya.

Cessa mengikuti arah pandang Odelia, dia menepuk keningnya pelan melihat pria dewasa di samping Odel.

"Hai Om." sapa Odelia.

Edgar hanya melirik singkat gadis di sampingnya.

"Odelia, jangan aneh-aneh deh." peringat Cessa.

"Ini nggak bisa dilewatin begitu aja Cess, lo lihat otot tangannya. Wow, kekar banget." puji Odelia.

"Aduh, ini si Zara mana sih?" ucap Cessa mulai was-was.

Dan benar saja, apa yang ditakutkan Cessa terjadi. Odelia dengan tak tahu malunya malah mendekati pria itu.

"Om, kok cuek gitu sih." ucap Odelia sedikit mendayu.

"Saya sedang tidak berminat main sekarang." ucap Edgar tegas.

Odelia dan Cessa membelakan matanya.

"Om, Odelia ini bukan cewek panggilan ya." ucap Odelia.

"Tapi kok Om ganteng sih, lucu, gemesin lagi." ucap Odelia mulai ngelantur.

Cessa segera menghampiri sahabatnya. "Ah, maaf tuan. Teman saya sedang tipsy." ucap Cessa tak enak.

Cessa segera membawa Odelia pergi dari sana. Dia tak mau sahabatnya membuat masalah dan berakhir diterkam om-om tadi.

"Cess, minuman gue." pekik Odelia.

Edgar menatap kepergian dua gadis tadi, dia tersenyum miring kemudian menenggak minumannya lagi.

Tak.

Edgar meletakkan botol minumannya dengan kasar. Dia menoleh ke belakang untuk mencari gadis yang menggodanya tadi namun dia sudah tidak ada.

"Dasar gadis nakal." gumam Edgar.

bab 3

Kring...

Kring...

Odelia membelakan matanya terkejut saat mendengar suara alarm. Dia menoleh ke arah meja nakas lalu meraih jam alarm itu lalu mematikannya. Saat bangun, seketika rasa pusing mulai terasa. Odelia memegangi kepalanya lalu perlahan menyibakkan selimutnya.

"Ih, pusing banget pala gue." gumam Odelia.

Odelia masuk ke toilet lalu mandi, air dingin mengucur mengenai kepalanya membuatnya segar. Odelia membutuhkan waktu lima belas menit untuk mandi, dia segera masuk ke walk-in closet lalu memakai seragamnya.

Setelah memakai setelan putih abu-abunya, Odelia duduk didepan meja rias lalu mulai mengeringkan rambutnya. Tiba-tiba terlintas dipikirannya tentang kejadian semalam. Sudut bibir Odelia terangkat saat mengingat wajah pria tampan tadi malam.

"Tck, namanya siapa ya?" gumam Odelia.

Tok.

Tok.

"Odel, udah siang sayang. Nanti kamu telat loh."

Terdengar suara mamanya yang berteriak dari luar.

"Iya mah, Odel lagi siap-siap." pekik Odelia.

Setelah selesai berisap, Odelia mengambil tasnya lalu keluar kamar. Dia melirik jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukan hampir pukul tujuh pagi.

"Sial, gue telat."

Odelia mempercepat langkahnya, sampai dibawah dia segera berlari menuju halaman depan.

"Sarapan dulu sayang." teriak mama Odelia.

"Nggak sempet mah, Odel telat."

Odelia langsung masuk ke dalam mobilnya, dia segera melesat menuju sekolahnya. Odelia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, sebentar lagi gerbang sekolahnya akan di tutup.

Tin.

Tin.

Odelia menekan klakson mobilnya saat mobil didepannya berhenti mendadak.

"Ini orang-orang pada kenapa sih? Nggak tau apa gue udah telat." kesal Odelia.

Entah apa yang menyebabkan kemacetan di depan sana, Odelia terus membunyikan klakson mobilnya. Odelia berkali-kali mengumpat karena kesal.

Drrtt.

Drrtt.

Ponsel Odelia bergetar didasbor mobilnya, dia mengambilnya lalu menatap siapa yang menghubunginya.

"Halo Zar."

"Lo dimana Del? Udah bel masuk nih."

Odelia menatap lalu lintas didepannya yang masih belum bergerak.

"Gue kejebak macet nih."

"Masih lama nggak? Jam pertama matematika anjir, lo mau kena semprot pak Wahyu lagi karena telat?"

"Zara please, ini bener-bener nggak bergerak sama sekali." ucap Odelia panik.

"Selamat pagi semuanya." terdengar suara guru disebrang telepon.

"Odel, gue tutup dulu. Pak Wahyu udah masuk."

Tut.

Odelia menatap layar ponselnya yang sudah menghitam, dia mengenggam erat ponselnya sambil menatap mobil didepannya yang tak kunjung bergerak.

"Masih pagi tapi udah ketiban sial aja, anjir banget lah." Kesal Odelia.

Tak lama mobil di depan Odelia mulai bergerak, gadis itu langsung tancap gas agar cepat sampai di sekolah.

Ckitt.

Odelia menatap pintu gerbang yang sudah tertutup, dia memukul stir mobilnya sedikit kencang untuk meluapkan kekesalannya.

"Aduh, gimana nih?" gumam Odelia.

Dia menatap sekeliling lalu menemukan sebuah toko yang tak jauh dari sekolah. Odelia membawa mobilnya ke depan toko itu lalu memarkirkannya.

Blam.

"Permisi."

"Ya neng, mau beli apa?" tanya pemilik warung.

Odelia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Anu pak, saya mau titip mobil."

"Oh, boleh neng."

Odelia tersenyum, dia segera merogoh dompetnya lalu mengeluarkan dua lembar uang merah. Odelia lalu pergi dari sana menuju ke pagar samping sekolahnya. Dia menatap sekeliling tak ada yang menjaganya, Odelia kemudian masuk begitu saja.

"Huftt, selamat." lirihnya.

Gadis cantik itu kemudian masuk ke dalam sekolah yang sudah sepi, dia segera pergi menuju kelasnya. Saat hampir sampai, tiba-tiba punggungnya ditepuk.

"Aaa." pekik Odelia terkejut.

"Mau kemana kamu?"

Odelia meringis kecil saat mendapati guru BK di belakangnya.

"Anu pak, mau ke kelas." jawabnya dengan cengiran khas.

"Ikut saya! Sudah telat, main masuk saja."

"Tapi pak."

"Tidak ada tapi-tapi."

Terpaksa Odelia mengikuti guru BK itu menuju ruang pertemuan. Odelia mengerutkan keningnya bingung.

"Kok ke sini pak?"

"Iya, hari ini anak pemilik sekolah akan datang berkunjung. Jadi hukuman kamu adalah membersihkan ruang rapat ini."

"APA?" pekik Odelia.

"Sudah, cepat bersihkan."

Guru BK segera pergi dari sana membuat Odelia melemahkan bahunya. Gadis cantik itu rasanya seperti ingin menangis sekarang, di mansionnya saja dia tak pernah mengerjakan pekerjaan asisten rumah tangga. Ehh, sekarang dia harus menyapu dan mengepel ruangan ini.

"Gue mulai dari apanya dulu nih? Ihh, sebel banget."

Odelia menghentak-hentakkan kakinya kemudian mulai mengambil sapu dan menyapu seluruh ruangan. Selesai menyapu, Odelia mengambil ember serta pel dan cairan pembersih lantai.

Odelia menatap bingung alat pel itu sambil berdecak pinggang.

"Gimana caranya ngepel njir?"

Odelia mengeluarkan ponselnya lalu membuka aplikasi merah dan mencari tutorial mengepel. Dia mulai mengikuti tutorial itu satu persatu.

"Oh, kecil ini mah." gumamnya.

Odelia mulai mengikuti petunjuk dari aplikasi tadi, beberapa kali dia mengusap peluh di keningnya. Tangan serta kakinya mulai terasa pegal.

Brak.

Odelia menaruh pel dengan kasar ke lantai, lalu duduk di kursi sambil menyandarkan tubuhnya. Nafasnya tersengal-sengal karena lelah, rambut depannya juga lepek terkena keringat.

"Apa sudah selesai?"

"Aaa." pekik Odelia terkejut.

Guru BK masuk ke dalam ruang rapat sambil melihat ke penjuru ruangan.

"Mejanya sudah kamu lap?"

"Pak, Odelia capek." keluh Odelia.

"Permisi pak, apa ruang rapatnya sudah siap? Karena anak pemilik sekolah sudah datang." ucap staf sekolah.

"Tolong bantu Odelia mengelap seluruh meja dan bereskan semua alat ini." ucap guru BK.

"Baik pak."

Odelia dengan lemas mengambil lap lalu mengelap setiap meja dibantu staf sekolah. Beberapa menit kemudian pekerjaan mereka selesai, Odelia kemudian berjalan keluar dari ruang rapat menuju toilet.

"Omaigat, itu kan...." Pekik Odelia sambil menunjuk seseorang yang berjalan ke arahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!