"Berhenti!"
Sontak semua sorot mata berpaling dari arah suara itu. Munculnya sesosok G4dis dengan pakaian lesu dan tak rapi perlahan menghampiri mereka.
Tak hanya tatapan tajam yang dilayangkannya. Namun kepalan tangan dari orang tua gadis itu ikut menunjukkan seberapa kecewa dan marahnya mereka atas perilaku buruk entah apa yang akan dilakukan Putri kandungnya.
"Apa maksudmu tiba-tiba menghentikan acara ini? Mama tegaskan jangan pernah bikin malu keluarga! Paham!"
Namun, hati Adara yang seakan-akan sudah mati. Adara tak memperdulikan larangan dari sosok wanita yang tak lain Mama kandungnya sendiri.
Sebaliknya Adara semakin mendekati arah kedua mempelai yang sebentar lagi akan melangsungkan sebuah ikatan janji suci.
Lalu tamparan kasar Adara layangkan pada calon mempelai laki-laki, sekejap sorot mata lelaki itu membalas memberikan tatapan tajam tak mempercayai tindakan gadis tersebut.
"Kamu gil4! Apa maksudmu tiba-tiba menampar putraku? Anda sudah tidak waras!"gertak Mama dari mempelai laki-laki yang memiliki nama Rahendra Wijaya
Tapi balasan yang dilontarkan Adara ia malah memilih tak menggubrisnya sekalipun! Sebaliknya, ia malah puas bisa memberikan tindakan seperti ini pada lelaki yang bisa dibilang masih berstatus kekasihnya.
"Apa maksudmu tiba-tiba menampar ku? Apa kamu masih belum bisa melupakan aku? Ataukah kamu sangat berharap pernikahan ini gagal karena kamu sangat menginginkan disini yang jadi calon mempelai wanita itu kamu? Bukan Sandra?" tegas Hendra dengan menunjuk arah Sandra.
"Satpam!"
Lelaki bernama Rahendra Wijaya itu memanggilnya dengan sangat keras, tak lama seseorang itu pun datang.
"Iya tuan?"
"Bawa pergi wanita ini!"titahnya.
"Baik tuan!"
Dicengkeram pergelaran tangan Adara, kali ini Adara tak mempercayai sosok kekasih yang dulunya sangat ia dambakan, sangat ia impikan menjadi bagian dalam hidupnya bisa bertindak kelewat batas terhadap dirinya.
"Lepas!"
"Ayo non kita pergi!"
"Tidak!"
"Non, Non jangan gila! Cara non hanya akan bikin non menambah masalah besar! Yakinlah ikutlah denganku, Non bisa bicarakan masalah ini baik-baik." Satpam memberikan nasehat.
"Kalian tidak perlu mengusirku! Aku punya kaki dan bisa berjalan sendiri dari tempat terkutuk ini, tapi sebelum itu ada suatu hal yang ingin aku bicarakan!"
"Saya perintahkan cepat bawa dia!"titah lelaki itu lagi.
Satpam itu kembali mencengkram pergelangan tangan Adara, tak hanya satpam, Erlangga sang kakak dari Adara ikut mencengkram erat pergelangan tangan sang Adik.
"Jangan membuang waktu! Kita tau kamu hanya akan bikin rusuh! Kakak peringatkan kamu akan menyesal jika telah meledakkan amarah Papa! Cepat kita pergi!"tegas Erlangga memberikan peringatan, tapi sama tak ada ketakutan dalam diri Adara.
"Tidak! Sudah aku katakan aku ingin mengatakan sesuatu dan aku sangat ingin pernikahan ini gagal, tidak ada yang namanya ijab kabul! Aku juga sangat yakin setelah aku memberitahukan hal ini pada kalian semua, aku sangat yakin kalian juga pasti akan menggagalkan pernikahan ini, aku sangat yakin!"seru Adara dengan percaya diri.
"Omong kosong! Kamu mengira pernikahan ini main-main, Pak cepat usir wanita ini, dia tidak seharusnya disini ...dia wanita gila! Usir dia!"
Berusaha Adara memberontak cengkraman keduanya pun terlepas, lalu dilemparkan sebuah tespek kearah Hendra, dipungutnya tatapan amat mengejutkan dan juga ketakutan amat nampak jelas dibenak wajah Hendra.
"Ini ...apa maksudnya?"
Lalu dengan cepat mempelai wanita merebut tespek itu dari tangan Hendra.
"Kamu hamil!"
Semua orang terkejut atas ucapan Sandra. Bahkan kedua orang tua Adara sendiri hampir kehilangan keseimbangan, tak mempercayai putri kandungnya bisa bertindak diluar batas seperti ini.
"Apa maksudmu kamu hamil Adara? Kamu belum menikah bagaimana mungkin itu terjadi, kamu hanya bercanda kan?"
Sandra ikut menyuarakan, ia pula tak mempercayai, wajah memelasnya mulai ia layangkan agar orang-orang disekelilingnya merasa iba.
"Sebenarnya apa yang ada di otak kamu belum puas bikin Mama dan Papa malu karena ulahmu, sekarang kamu menambah beban kita lagi dengan mengatakan kamu hamil? Kamu sudah tidak waras?"
Wanita memiliki status Mama dari Adara tak habis pikir, ia pula tak bisa berkata lagi.
"Aku ingin Hendra mempertanggung jawabkan perbuatannya, janin yang aku kandung ini benar-benar darah daging dia! Pernikahan mereka tidak boleh terlaksana aku mau kamu menikahi ku, bukan malah si pungut ini!"
Suasana kini seketika menjadi mencekam. Para tamu saling berbisik membicarakan hal ini, orang tua Adara yang tak mampu menahan rasa malu yang akan kian membesar.
Kini tangan kekar lelaki tua itu mencengkram dengan kasar pergelangan tangan Adara dan memaksanya membawa pergi dan tak memberikan kesempatan atas rintihan yang dirasakan Adara.
Suasana kini tambah semakin gaduh, tubuh Sandra seakan-akan kehabisan tenaga ia bersimpuh dengan air matanya yang mulai berlinang membasahi pipinya.
"Tidak! Ini tidak mungkin? Katakan kamu tidak mungkin menghamili Adara kan? Katakan ini tidak mungkin kan, Hendra?"
Hendra ikut bersimpuh, menggenggam erat tangan Sandra ia meyakinkan jika ucapan Adara hanya sebatas tuduhan.
"Aku mohon percayalah apa yang dia katakan sangatlah tidak benar! Dia pasti sengaja ingin menghancurkan pernikahan kita ini! Aku tidak pernah melakukan hal lebih terhadapnya ...tidak pernah! Tidak pernah! Plis jangan batalkan pernikahan ini, aku mohon ...."
Hendra memohon, beberapa kali mencium punggung tangan Sandra agar diberikan kesempatan.
"Tapi bagaimana mungkin? Jika benar anak dalam kandungan Adara benar-benar anak kamu aku akan sangat menyesal telah merebut kamu darinya? Aku tidak bisa Hendra ...aku tidak bisa ..."
"Plis percayalah padaku kalau aku tidak pernah menodai apalagi sampai memiliki anak dengan dia. Aku berani bersumpah itu bukan anakku ...dia pasti sengaja menjebak aku hanya bermaksud agar aku menjadi miliknya ...plis percayalah aku mohon ...."
"Nak, Mama percaya dengan ucapan Hendra, dia anak yang baik dan sangat tidak mungkin dia bisa sampai menghamili Adara ...Mama juga percaya ini hanya tipuan dia ... jadi tolong percayalah dan tolong jangan batalkan pernikahan ini Mama mohon ..." Mama dari Adara lagi-lagi mendukung hubungan mereka.
"Baiklah demi Mama aku akan tetap melanjutkan pernikahan ini. Disini banyak tamu penting Mama dan Papa yang hadir, takutnya jika aku membatalkan yang ada Mama dan Papa akan menanggung rasa malu, aku bersedia menikah dengan Hendra ...aku bersedia ...."
"Aku mau menikah denganmu. Mungkin benar katamu Adara hanya bersandiwara karena dia sangat mencintaimu. Dan mengatur cara licik seperti ini untuk menggagalkan pernikahan kita ini, aku mau menikah denganmu ... Hendra aku mau."
"Terima kasih! Terima kasih sudah mau mempercayaiku."
"Alangkah baiknya kamu langsungkan ijab kabul sekarang, soal Adara biar kami yang urus, cepat lakukanlah." Mama dari Adara memerintahkan.
Keduanya kembali duduk berhadapan dengan Pak penghulu. Tangan Hendra saling berjabat tangan pada sang penghulu, suasana kembali cukup tenang Hendra akhirnya melontarkan ijab kabul yang ditunggu-tunggu.
Ijab kabul telah dikumandangkan dengan lancar tanpa adanya hambatan, keduanya kini sudah terikat hubungan sebagai suami-istri dan diberikan kecupan manis satu sama lain.
Jika kebahagiaan berhasil dirasakan oleh mereka, tidak dengan Adara entah kehancuran apa yang akan ia alami setelah dirinya mencoba membela diri, namun tak ada yang berada di pihaknya.
Tubuhnya tak berdaya itu terhuyung jatuh, namun untungnya ia sempat menahan perutnya, setelah mendapatkan tamparan keras yang dilakukan Mama bahkan Papa kandungnya sendiri.
Didepan banyak orang telah menjadi saksi kemalangan dari gadis bernama Adara. G4dis yang masih berusia 20 tahun. Namun, sudah banyak rintangan dan kehancuran yang harus ia hadapi seorang diri.
Alih-alih merasakan iba terhadap kondisi sang putri kandung, yang Adara terima sebuah kekecewaan yang kembali ia rasakan terhadap sikap dan ketidak keperdulian kedua orang tuanya, kepercayaan yang Adara dambakan dibalas sebuah tamparan yang ikut saudaranya layangkan.
Jika Sandra yang hanya berstatus anak pungut, atau anak adopsi yang selalu diperlakukan khusus penuh dengan kasih sayang layaknya seperti Putri kandung. Bahkan tidak pernah sekalipun diberikan tamparan dan perlakuan kasar.
Berbeda dengan Adara, tamparan kasar bahkan sikap ketidak keperdulian dari orang tuanya menurutnya sudah jadi makanan untuk kesekian harinya.
Apalagi sejak hadirnya Wanita bernama Sandra yang muncul dalam kehidupannya beberapa tahun belakangan ini, menjadikan awal baru kehancuran Adara mulai muncul.
Seperti mayat hidup yang tak memiliki nyawa, tak berbelas kasih Adiknya ditampar di depan Kakaknya sendiri, lelaki itu hanya memilih terdiam.
Disaat akan mendapatkan tamparan dari sang Papa, sebuah tangan menangkap, mencoba melerai dan menahan tindakannya, tapi dibalas hempasan yang dibalas oleh Adara sendiri.
Tubuh Sandra berbalik tersungkur hingga membentur dinding, adanya bercak darah di keningnya mengejutkan semuanya termasuk orang tua dari Adara sendiri.
"Adara!"
Papanya kembali membentak, tak hanya itu Wanita tua yang sedari tadi ikut menghakimi Adara membantu Sandra kembali berdiri.
Sorot mata ketiga seseorang itu me'najam kearah Adara seolah hanya dialah yang bersalah akan kejadian ini.
"Apa yang kamu lakukan kenapa jadi se'kasar ini sama Sandra? Dia sudah dengan baik hati mau membantumu biarpun kamu hampir saja bikin kehidupannya hancur lebur! Dia sudah sangat baik, tapi apa balasannya? Kamu masih bisa kasar sama Sandra?"
Kembali memberikan tamparan lagi. Namun, Adara tak sudi lagi mengeluarkan air matanya untuk yang kesekian kalinya.
"Apa kata anda?"
Balasan yang dilayangkan Adara, ia tersenyum, ia juga tertawa kecil, lagi dan lagi ia mendengar bahkan melihat gimana perlakukan orang tua yang jauh sangatlah berbeda antara Putri kandung dan juga anak pungut.
"Bahkan pada Papa kandungmu sendiri kamu bisa memanggil Papa dengan sebutan Anda? Kapan sikapmu akan sama seperti Kak Erlangga dan Sandra?Bahkan Sandra yang bukan Putri Kandung Papa, tapi dia malah lebih baik darimu tidak pernah sekalipun bikin papa malu! Selain cantik Dia juga cerdas! Pintar selalu mematuhi apa perintah Papa, tapi kamu! Papa bahkan tidak percaya memiliki Putri tidak tau diri sepertimu! Kau tau itu!"
Seperti itulah kata-kata umpatan yang hampir setiap hari Adara dengar, sosok Papa kandung yang biasanya menjadikan Putri kandungnya layaknya seperti Cinderella yang penuh dengan kemanjaan dan perlakukan yang tulus.
Berbeda terbalik dengan yang Adara terima, tak pernah sekalipun ia mendapatkan perlakukan khusus dari sosok Papa kandungnya.
"Cukup!"bentak Adara yang kini menghentikan kemarahan sang Papa.
BERSAMBUNG.
Emosinya Adara yang kian semakin meledak-ledak, tapi tak ada sentuhan lembut pada sosok Papa ataupun anggota keluarga lainnya untuk mendinginkan emosi Adara.
"Apa Papa sudah cukup menghina dan melontarkan kata-kata umpatan itu pada Putri kandung Papa sendiri? Sampai kapan Papa akan terus-menerus membela si pungut ini tanpa peduli akan hati Adara? Aku Putri kandung Papa?"
Kata-kata yang semakin membangkitkan emosi Lelaki tua itu, d*rahnya seakan-akan mendidih. Kata-kata itu berani Putrinya lontarkan.
Bahkan kali ini bukan hanya tamparan, tapi lelaki berumur itu hampir akan memukulnya dengan suatu benda dan untungnya sebuah tangkapan tangan meraihnya lagi.
"Tidak! Om tidak boleh sampai lancang melukai Adara! Aku tau disini statusku hanya sekedar anak pungut! Dan benar yang dilontarkan Adara ...dia tidaklah salah! Akulah yang salah telah hadir ditengah-tengah kalian, aku yang salah!"
Sandra menunjukkan wajah memelasnya, ia dirangkul oleh Mama dari Adara, merasakan iba dan kasihan terhadap Sandra, tapi sebaliknya wanita itu tidak memiliki iba dan derita yang dialami Putri kandungnya sendiri.
"Diam kamu anak pungut! Aku tau didalam hatimu kamu pasti sangatlah bahagia semua keinginan kamu sudah tercapai kan? Pastinya kamu juga sudah sangat puas bisa melihatku hancur kan? Inikan yang kamu inginkan? Apa kamu sudah puas!"
Serasa tak mampu menahan amarahnya yang ya sedari tadi terdiam dan hanya mematung dan menyaksikan. Kini Hendra sendiri yang memberikan tamparan kasar pada Adara.
Sekejap Adara tak bisa mempercayainya, ia seketika diam sejenak setelah menerima tamparan yang dilakukan kekasih bahkan Ayah dari An4k yang dikandungnya.
Hendra meraih tangan Sandra, menggenggamnya erat-erat dan memeluknya dengan erat.
"Kamu hanya wanita murahan yang bahkan bisa saja menjual tubuhmu pada lelaki hidung belang hanya untuk mendapatkan anak itu. Setelah dinyatakan hamil barulah kamu jadikan an4k itu sebagai alat agar aku mau kembali padamu? Aku tidak percaya sekejam ini kamu jadi seorang Wanita?
Dimana hati nurani mu yang paling dalam? Apa didalam otak bahkan hatimu tidak memikirkan kebahagian anak itu jika nantinya lahir tanpa sosok Ayah? Setega itukah kamu?"
"Aku sadar selama ini aku salah memilih calon istri, tapi aku bersyukur sebelum semua itu terlambat Tuhan terlebih dulu menyadarkan aku sosok seperti apa wanita yang akan jadi calon istriku, dan aku sangat bersyukur pertemuanku dengan Sandra bisa menyadarkan aku sosok wanita jahat tidak memiliki hati sepertimu! Aku sangat bersyukur!"
Bagai angin kencang yang datang tanpa diminta, hati Adara seketika mati rasa, sosok laki-laki yang sangat ia dambakan menjadi calon suaminya.
Bahkan yang dulunya pernah menjalin hubungan selama 4 tahun, kini dalam sekejap telah menghancurkannya tanpa tersisa.
"Aku tau aku hanya anak pungut! Bahkan aku juga tau kalau bukan karena Om dan Tante mungkin aku tidak akan berada disini, tapi apa aku salah jika aku mengharapkan kasih sayang dan kepedulian pada mereka? Apa aku salah mendapatkan kebahagiaan seperti yang orang-orang rasakan? Aku minta maaf telah merebut semuanya darimu Adara ...maafkan aku! Maafkan aku!"
"Tidak Sandra sayang kamu tidaklah salah, kamu bicara apa?"
"Iya Sandra yang dikatakan Tante sungguh benar kamu tidak salah! Disini yang salah itu Adara karena dia terlalu kekanak-kanakan makanya tidak bisa memfilter setiap ucapan yang dilontarkannya,"kata Hendra.
"Disaat dia berkata dengan sangat manisnya kalian sangat mudah sekali tertipu seolah sangat yakin jika wanita ini sungguh wanita yang sangat baik, tapi sebaliknya secuil pun aku berkata dan mencoba membela diri apa yang kalian lakukan? Tidak adakan orang yang percaya padaku? Sebaliknya kalian terus-menerus memojokkan aku apa aku salah jika berfikir disini yang berubah itu kalian?"batin Adara tak mampu menahan kesedihannya.
"Kami sekarang baru lihat seperti ini sifat asli dari Putri asli kalian ini dan kami akui sangat menyesal dulu telah membiarkan Putra kami berhubungan dengannya, tapi kami bersyukur Hendra mendapatkan gantinya dengan bisa menikah dan menjalin hubungan dengan Putri angkat kalian, biarpun Sandra bukan Putri Kandung, kami bisa menerimanya karena kami juga tau Sandra sangat baik dan wanita sempurna dan pastinya sangat mencintai Putra kami."
Jika senyum mereka bisa terpantul diwajah Hendra dan Sandra, tapi tidak dengan Adara hatinya sangat rapuh, kali ini tidak ada lagi orang yang bisa mempercayainya, satu ataupun dua orang tidak ada lagi yang memperdulikannya jadi untuk apa ia harus tetap disini.
Pergi tanpa adanya belas kasih dari mereka, langkah pelannya akhirnya telah membawanya pergi dari ruangan ini.
"Akhirnya aku bisa puas mengambil hati mereka, kali ini aku yang menang dan aku sangat bahagia melihatnya sangat menderita bahkan tidak ada seorang pun yang berada di pihak Adara, sekarang aku telah berhasil mendapatkan cinta Hendra dan memilikinya. Aku berjanji aku bakal merebut semuanya dan aku berjanji hidupmu akan hancur Adara ...kamu akan sangat hancur!"batin Sandra dengan sinis.
Keluar dari ruangan keluarga, Adara dihadapkan dengan kehadiran keempat temannya yang selama ini selalu menemaninya entah dalam suka maupun duka, tapi ada yang aneh!
Keluarnya Adara tak ada pergerakan dari ke empat sahabatnya yang biasa merangkulnya setiap ada masalah.
"Aku tau kalian sahabatku yang tidak akan pernah berubah dalam kondisi apapun. Aku tau kalian pasti akan ada di pihak ku kan? Kalian pasti percaya kalau aku tidaklah bohong kan?"ujar Adara memohon.
"Sungguh aku tidak percaya kamu akan sejahat ini sama Sandra? Mana Adara, sahabat kami yang dulunya sangat baik bahkan rendah hati dan tidak pernah menyimpan dendam apapun, ataupun merasa iri pada pencapaian seseorang? Mana?"seru Reno sang sahabat.
"Jujur dulunya kami sangat bangga jadi sahabat kamu, tapi setelah semua yang terjadi dan setelah kami menyadari sifat asli kamu kami baru merasa menyesal kenapa kami harus dipertemukan dengan seseorang bermuka tebal, tapi hati se'busuk sepertimu! Kamu jahat Adara ...kamu sangat jahat! Ayo kita pergi teman-teman."
Tak hanya satu, teman lainnya ikut menghakimi Adara seolah-olah dialah yang paling jahat.
Tak memiliki kesempatan kini dunia Adara terasa hancur bagai puing-puing, keluarga bahkan teman kini ia tak memilikinya dengan siapakah ia akan mendapatkan sandaran untuk mencurahkan kehancurannya.
"Aku sadar dengan hanya menjelaskan rasanya itu akan percuma karena aku yakin kalian juga tidak akan mempercayaiku. Aku sekarang sudah tidak punya siapa-siapa lagi, memang aku memiliki orang tua bahkan saudara dan teman, tapi itu dulu, sekarang hidupku bahkan aku tidak yakin akan seperti apa jalannya."
Adara kembali pergi memasuki kamar pribadinya, didalam sana dia hanya seorang diri tanpa ada peduli akan nasib dan derita yang Adara alami.
Lain halnya dengan Sandra, dia telah dikelilingi keluarga yang sebaliknya malah menyayanginya, jika dulunya ia tak memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, kini malah sebaliknya semua orang peduli akan dirinya termasuk sahabat-sahabat yang dulu berada di pihak Adara.
"Akhirnya semua telah jadi milikku ...aku sudah berhasil menyingkirkan Adara dari keluarganya. Bahkan teman-temannya sudah berada di pihak ku kini tingal aku singkirkan Erlangga dari keluarga ini, dengan begitu semua kekayaan yang nantinya akan jadi miliknya besar kemungkinan akan jadi milikku, kamu memang sangat licik Sandra kamu sangatlah licik! Kita sekarang tingal lakukan cara kedua berhati-hatilah Adara kehancuran akan semakin menghampirimu,"batin Sandra bersuka ria akan kemenangannya.
Memiliki mimpi akan hidup bersama dalam ikatan rumah tangga bersama seseorang yang sangat ia cintai nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan.
Dihari yang berbahagia ini. Namun, kebahagiaan itu tidak sepenuhnya dirasakan oleh Gadis bernama Bilqis Adara Alkyara Putri, jika kebahagiaan menyertai Hendra dan Sandra, tidak dengan Adara hari ini menjadi hari bahkan kehidupan baru dirinya telah memiliki status lain yaitu sebagai calon Ibu, tapi sosok Ibu yang belum pernah menikah bahkan tidak ada ikatan lain pada sosok seorang Suami.
Nasibnya yang malang dihari kehancurannya Adara harus menerima takdir kelam kekasihnya secara resmi telah menikah dengan selingkuhannya yang tak lain wanita yang menjadi penghancur kehidupan Adara.
Bahkan bukan hanya merebut kekasih hati Adara, wanita licik itu juga merebut semua orang yang dulunya sayang pada Adara kini berganti sangat membencinya.
BERSAMBUNG.
Setiap orang pasti sangat menginginkan kebahagiaan yang sempurna, entah itu memiliki kekasih yang bisa mencintainya dengan tulus, begitu pula memiliki keluarga yang utuh, diratukan oleh Papanya, begitu pula dijadikan Cinderella oleh saudaranya, tapi nyatanya semua keberuntungan itu tidak berpihak padaku, aku mungkin salah satu orang yang tidak beruntung karena tidak memiliki semuanya ...aku ...
Lagi-lagi Adara kembali teringat berapa banyak luka yang diberikan orang tuanya, hal itulah yang hingga kini tak bisa membendung air matanya agar tak kembali berjatuhan.
Teringat pula ketika ia masih kecil ia selalu diperhatikan Papa dan Mama kandungnya yang tak membiarkan ia terluka sedikitpun, entah itu luka kecil akibat terkena goresan setiap kali ia habis belajar bersepeda, ataupun bermain-main.
Teringat pula ketika ia kecil dialah anak yang paling dimanja oleh orang tuanya tidak akan dibiarkan ia menangis akibat dijahili oleh saudaranya, tapi kini semua kasih sayang itu runtuh sejak hadirnya Sandra seusai masuk kedalam kehidupannya.
Ia pula tak bisa lepas menyalahkan dirinya sendiri, dia pula sadar dialah dalang atas kehancuran nasibnya setelah dengan hati yang rendah Adara meminta bahkan memohon pada orang tuanya untuk Sandra diangkat sebagai saudara angkatnya, tapi apa boleh buat takdir sudah terjadi.
Belum juga tangisan Adara surut, Adara dikejutkan adanya seseorang yang tiba-tiba melemparkan satu kotak buah tissue tepat mengenai wajahnya, lirikan Adara berpaling pada arah depan benar adanya Sandra lah pelakunya.
"Ngapain kamu kesini?"
"Ternyata kamu bisa menangis juga ya? Ngomong-ngomong gunakan tissue kotor itu barang itu lebih lah pantas untuk seseorang sepertimu," ledeknya.
"Aku minta pergi!"
"Jika aku tidak mau gimana?"
"Baiklah terserah kamu, tapi ngomong-ngomong aku baru sadar sepertinya dirumah ini kedatangan tamu yang tak diundang? Lebih tepatnya seperti parasit! Tidak diundang, tapi dia muncul dengan sendirinya?"
"Kamu mengatai ku parasit?"
"Kenapa? Tidak terima?"sindir Adara sambil menjulurkan lidah, Sandra mengepalkan tangan ia tak terima ada orang akan seberani ini mengatainya dengan sebutan itu.
"Adara ...aku tau aslinya keberanian kamu ini hanya terlihat diawal kan? Akupun tau aslinya dalam hatimu kamu sangatlah takut berhadapan dengan aku? Oh iya gimana rasanya melihat kekasih yang kamu dambakan selama bertahun-tahun untuk menjadi Suamimu malah menikah dengan wanita lain? Sakit kah?"
"Tidak ada gunanya takut ataupun Iri pada seseorang apalagi jika orang itu dalam hidupnya hanya ada iri dan dengki. Oh iya bukankah sedari dulu kamu kurang mendapat kebahagiaan makanya kamu rebut kebahagiaan orang lain? Ataukah aslinya kamu dibuang orang tuamu karena mereka malu harus melahirkan anak tidaklah berguna sepertimu?"sindir balik Adara.
"Kurang ajar!"
Sandra akan melayangkan tamparannya terhadap Adara, tapi Adara terlebih dulu menangkap tangan Sandra dan menepisnya secara kasar.
"Jangan harap setelah apa yang kau lakukan padaku kau bisa menginjak-injak ku lagi, perlu kamu ingat! Adara yang dulu telah pergi dan yang ada dihadapan kamu adalah Adara yang baru, penuh dengan keberanian dan tak akan kalah melawan Wanita licik dan bajingan sepertimu, paham!"
Kembali Adara mendorong tubuh Sandra hingga tersungkur kelantai, tak terima Sandra mengepalkan tangannya, mendengar langkah kaki perlahan menuju kearah ruangan ini Sandra tersenyum sinis kearah Adara.
"Sayang ...."
Kata yang tiba-tiba muncul dari arah samping, hadirnya Mama dan Papa Adara yang begitu terkejut melihat kondisi Sandra sudah bersimpuh dilantai, ditatap secara tajam Adara, sebaliknya Adara tak menunjukkan penyesalan ataupun tindakan untuk membuat mereka percaya, sebaliknya Adara menyilangkan kedua tangannya tak peduli sekalipun pada wanita yang berada dibawahnya.
"Kau kah pelakunya?"seru Papa Adara.
"Iya! Kenapa?"
"Rupanya kau masih tidak pernah berubah, kau masih bisa kasar sama Sandra? Apa salah dia?" Mamanya ikut naik darah, Mama Adara membantu Sandra berdiri.
"Bukankah ini yang kalian mau? Kalaupun aku membela diri, itu juga tidak akan ngaruh kan? Bahkan sekalipun dengan cara bunuh diri dihadapan kalian langsung, itu juga tidak akan membuahkan hasil agar kalian bisa mempercayai ku? Katakan! Apa iya?"
"Adara ...apa seperti ini cara kamu bicara pada kedua orang tua kamu?"
Sandra menunjukkan wajah memelasnya, ia menunjukkan cara bersimpati agar manusia dibelakangnya akan selalu berpihak padanya, dianggap dialah wanita yang tertindas dirumah ini.
"Aku tidak ingin durhaka apalagi berani melawan. Akupun masih ingat dan menganggap jika kalian orang tuaku, tapi jika kalian sendiri tak menganggap ku Putri kandung lagi. Apalagi yang perlu diharapkan?"
"Kau?"
Papa Adara tak bisa berkata apa-apa lagi tak percaya jika Adara akan bisa berkata se'lancang ini.
"Kamu harus Papa beri hukuman."
Ditarik pergelaran tangan Adara dengan kasar, dibawa pergi, Pria tua itu mengabaikan rintihan sakit yang Putrinya rasakan. Tubuh lemah itu didorong hingga tersungkur diatas batu kerikil itu, lututnya yang akhirnya berdarah tapi tak sedikitpun rasa kasihan yang ditunjukkan Pria tersebut.
Lelaki itu pergi layaknya tak memiliki perasaan bahkan iba pada gadis yang kini masih bersimpuh lutut, bahkan gadis yang memiliki hubungan darah dengannya.
"Awasi dia sampai bisa menuntaskan hukuman yang ia dapatkan, ayo Ma kita pergi!"
Diajak, wanita sedikit tua itu bahkan tak menunjukkan respon terhadap derita sang Putri.
"Baik Tuan."
Sandra lalu mendekatinya, ia ikut berlutut, tapi bukan untuk menyemangati, melainkan ....
"Lihatlah seperti ini caraku jika kau ingin bermain-main denganku mengejutkan, bukan?"
Sandra menyindir, Adara tak ingin dianggap lemah dengan berani ia meludahi wanita licik itu, tapi Sandra hanya membalas senyumannya yang amat licik, ia sangat puas, tak berkata lagi ia lalu pergi.
Awan hitam sepertinya tak mendukung akan derita yang dialami Gadis malang itu. Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi, lalu rintik-rintik itu berubah menjadi buliran yang bahkan tak terhitung berapa banyak jumlahnya.
"Aku lega! Setidaknya turunnya hujan, aku bisa menangis tanpa diketahui seorang pun akan derita yang aku alami, terima kasih Tuhan ...terima kasih."
Adara tak menoleh lagi, ingin rasanya ia menangis bahkan menjerit sejadi-jadinya, tapi sepertinya tangisannya sudah tak mau mengeluarkan air mata yang hampir setiap hari ia keluarkan secara cuma-cuma.
"Kamu harus kuat Adara ...kamu tidak boleh menangis! Kamu harus kuat!"
Ia bertahan, namun tidak dengan hatinya yang penuh dengan penekanan dan teriakan yang ingin ia keluarkan secara berbarengan.
Rintik-rintik hujan mulai berdatangan, ribuan tetesan itu sepertinya ikut menjadi saksi atas malangnya nasib yang dialami Wanita seperti Adara, masih memiliki orang tua, tapi kenapa tak ada kebahagiaan yang bisa ia rasakan dengan sempurna.
Kenapa ia hidup masih memiliki keluarga yang utuh, tapi seperti hidup dalam kurungan yang sangat rapat bahkan seperti tak ada cahaya yang menerangi
BERSAMBUNG.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!