"Mauraaa... mengapa dimeja makan belum ada makanan yang tersedia? Apa kamu sudah mulai bermalas - malasan? ! Teriak ibu tiri Maura yang bernama Tuti.
Karena mendengar teriakan ibu tirinya, Maura lekas bangun dari tidurnya.
" Maaf bu, Maura bangun kesiangan, Maura akan segera memasak"
"Jadi maksudmu aku dan anakku harus kelaparan menunggu kamu memasak dulu? "
Ibu tiri Maura yang kesal pada Maura, akhirnya menampar Maura, belum puas menampar Maura, ibu tirinya juga menjambak rambut Maura.
"Ampun buuu.. " Maura berusaha untuk lepas dari jambakan ibu tirinya itu. Tapi ibu tirinya tetap menampar dan menjambak rambutnya. Apalagi sekarang ayah kandungnya juga sedang dinas ke luar kota. Jadi ibu tirinya lebih leluasa menyiksanya. Para asisten rumah tangga yang melihatnya, tidak berani menolongnya sama sekali.
"Pergi kamu dari sini, bawa semua barang - barangmu dari rumah ini!"
Ibu tiri Maura melempar semua barang - barang yang ada di kamar Maura, seperti buku - buku kuliahnya, baju - baju dan barang peninggalan ibunya seperti album foto ibunya.
Sambil menahan tangisnya, Maura memunguti semua barang - barangnya yang dilempar ibu tirinya itu. Maura berpikir mungkin dari pada, dia harus menderita di rumahnya sendiri, memang lebih baik dia harus pergi meninggalkan rumah itu.
Mungkin saat ini, nasib buruk untuk Maura. Kemarin juga adalah hari terakhir Maura bekerja di cafe, dia di pecat karena ada teman di tempat dia bekerja yang iri padanya, dia memfitnah dan menjebaknya mencuri uang di cafenya. Maura tidak pernah tau bagaimana uang yang ada di kasirnya tiba - tiba bisa berada di dalam tas yang ada di lokernya. Dan kenapa CCTVnya kebetulan mati saat kejadian. Untunglah bos tempat dia bekerja masih mau memberikan gajinya selama dia bekerja sebulan, sebelum dia di pecat secara tidak hormat. Setelah pulang dari tempat kerjanya, dia tidak bisa tidur karena memikirkan uang kuliah yang dalam waktu dekat, harus dia bayar, sedang uang gajinya kemarin masih belum cukup untuk membayar uang kuliahnya. Apalagi dia juga di pecat dari tempat kerjanya, untunglah dulu Maura sempat membeli sepeda motor bekas yang dia beli dengan mengangsur. Disamping harus membayar uang kuliah, dia juga harus memikirkan membeli bensin dan uang makan.
Sedangkan ayah kandungnya seakan tidak pernah memperdulikannya. Setelah kehadiran ibu tirinya dan anaknya, ayahnya lebih menyayangi ibu dan anak tirinya itu. Ibu kandung Maura meninggal, terkena serangan jantung mengetahui suaminya berselingkuh dan saat itu selingkuhannya sedang hamil. Saat itu Maura masih berumur tujuh tahun. Setelah ibunya meninggal, ayahnya langsung membawa selingkuhannya ke rumah dan menikahinya. Tak lama setelah itu selingkuhan ayahnya yang sekarang menjadi ibu tirinya melahirkan anaknya. Sejak saat itu kehidupan Maura seperti di neraka. Dia di jadikan pembantu di rumahnya sendiri. Hanya untuk mendapatkan makan di rumahnya sendiri, dia harus bekerja keras. Bahkan ayah kandungnya hanya mendengarkan perkataan ibu tirinya saja. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya juga tidak berani melaporkan perbuatan ibu tirinya yang kejam pada ayahnya, karena mereka juga takut diancam di pecat dari pekerjaannya.
Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Karena tadi pagi, dia belum sarapan saat ibu tirinya mengusirnya dari rumah. Sekarang perutnya merasa kelaparan. Setelah keluar dari rumahnya, Maura berkeliling dengan sepeda motor buntutnya mencari tempat kos yang murah yang dekat dengan tempat kuliahnya. Karena sudah tidak dapat menahan lapar perutnya. Maura berhenti di warung soto di pinggir jalan.
"Bu nasi soto dan es tehnya satu ya! "
"Iya Non ditunggu ya! "
Tak lama kemudian nasi soto dan es teh sudah di hidangkan di depan Maura. Warung soto yang di datangi Maura masih belum begitu ramai dengan pengunjungnya. Mungkin saat ini, belum jam makan siang juga. Karena tempat dia makan dengan tempat ibu penjual sotonya berdekatan, Maura mencoba bertanya pada ibu penjual soto itu tentang tempat kos murah yang dekat daerah situ.
"Maaf bu, apa ibu tahu tempat kos murah yang ada dekat daerah sini? "
"Oh kebetulan ada Non, Non masuk gang itu. Nanti di pojok gang itu ada tempat kos yang murah"
"Terima kasih bu informasinya"
Maura membayar setelah menghabiskan nasi soto dan es tehnya. Dia langsung pergi ke gang yang di tunjuk oleh ibu penjual soto tadi. Karena itu adalah gang kecil, Maura terpaksa menuntun sepedanya. Setelah tiba di ujung gang, Maura memang melihat tulisan 'Terima Kos' Maura mencoba masuk ke dalamnya. Ternyata di dalamnya, ada ibu pemilik kos itu.
"Selamat siang bu, apa disini masih terima kos untuk putri ya?"
"Kebetulan masih ada satu kamar kosong. Silahkan masuk untuk melihat kamarnya Non!"
Maura kemudian masuk mengikuti ibu pemilik kos itu. Maura melihat di dalam kamar itu. Memang ukurannya kecil tapi tempatnya lumayan bersih, walaupun kosnya ada di dalam gang. Di dalam kamar ada tempat tidur satu, lemari baju dan meja kecil. Setelah menanyakan harga sewanya, kebetulan pas juga untuk keuangannya sekarang. Maura langsung membayar sewa kosnya selama sebulan. Syukurlah ada tempat motor juga di tempat kosnya. Setelah masuk kamarnya, Maura meletakkan baju di dalam lemari dan meletakan bukunya di meja. Untunglah tadi Maura sempat menyelamatkan laptopnya, agar tidak dibanting oleh ibu tirinya. Setelah membayar sewa kamarnya, sekarang uang Maura hanya cukup untuk biaya makannya sebulan saja. Sekarang Maura memikirkan biaya untuk uang kuliahnya. Maura memang mendapat beasiswa di kampusnya. Dia hanya perlu membayar lima puluh persen saja dari biaya sesungguhnya. Meskipun begitu untuk saat ini, dia tidak memiliki uang untuk membayar kuliahnya. Padahal dalam waktu dekat ini, Maura ada ujian, jadi dia harus membayar uang kuliah jika ingin ikut ujian.
"Aku harus segera mencari pekerjaan. Apa aku menjual motorku saja untuk biaya ujian? , kebetulan kampusku tidak jauh dari sini. Aku hanya perlu berjalan kaki saja kesana" gumam Maura dalam hati.
Karena kemarin malam, dia hampir tidak bisa tidur semalaman karena di pecat dari tempat kerjanya, sekarang Maura merasa mengantuk setelah meletakkan tubuhnya di tempat tidur. Dia bangun dari tidurnya, setelah waktu menunjukkan pukul lima sore. Dia bergegas mandi. Setelah mandi dan berganti baju, dia mencoba menghubungi sahabat satu kelas di kampusnya. Setelah beberapa saat panggilannya akhirnya terhubung.
"Hai Maura, kenapa aku hubungi ponselmu seharian tidak bisa? Apa ponselmu mati seharian ini? Tumben banget mahasiswi teladan seperti kamu sekarang bolos kuliah"
Sahabat Maura yang bernama Lili terus bertanya, saat Maura menghubunginya sekarang.
"Lili bagaimana aku menjawab, jika kamu terus bicara panjang lebar begitu! "
"Ha... ha... ha.. " Lili tertawa mendengar jawaban dari Maura.
Maura kemudian menjelaskan pada Lili keadaannya sekarang, dan kenapa hari ini dia sampai. bolos kuliah.
"Kamu tau ada lowongan kerja nggak? Aku butuh banget sekarang. Kerja apapun aku mau kok" kata Maura pada sahabatnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Maura dan Lili masih saling bertelephonan
"Bagaimana kamu tahu tempat yang ada lowongan kerjanya nggak? "
"Sebenarnya aku tahu ada satu tempat yang menerima lowongan kerja untuk perempuan, karena tanpa sengaja aku membaca tulisan lowongan di pintu masukknya, tapi aku tidak tega bila kamu harus bekerja disana! "
"Ayolah Lili tolong! Aku butuh untuk membayar uang kuliah dan untuk kehidupanku sehari - hari. Aku sudah cerita kan aku diusir dari rumah oleh ibu tiriku! "
Maura mencoba memelas pada sahabatnya itu. Setelah Lili berpikir sejenak, akhirnya Lili memutuskan mengajak Maura untuk ketemuan. Lili menyuruh Maura berpakaian rapi dan menyiapkan Surat Lamaran Kerjanya. Selanjutnya Maura dan Lili bertemu pukul tujuh di tempat yang sudah di janjikan. Saat Lili mengajaknya ke tempat hiburan malam, Maura menjadi sedikit takut.
"Lili kenapa kamu mengajakku ke tempat seperti ini? Katamu kamu akan mengantarku ke tempat yang ada lowongan kerjanya? "
Lili hanya diam saja mendapat banyak pertanyaan dari Maura. Tapi setelah mereka berdua sampai di depan pintu. Lili pun menunjukkan tulisan lowongan itu pada Maura.
"Kan aku tadi sudah bilang sama kamu. Aku tidak tega mengajak kamu disini, tapi kamu terus maksa aku! "
Maura bingung ketika akan memutuskan dia bekerja di tempat itu atau tidak. Saat dia sedang ragu hendak memutuskan. Tiba - tiba ada seorang sekuriti yang keluar dari balik pintu itu. Sekuriti itu melihat
ke arah Maura yang membawa Surat Lamaran di tangannya.
"Oh nona mau melamar kerja di sini? Silahkan masuk! Saya akan mengantar nona menemui pemilik tempat hiburan ini"
Mau tak mau, Maura akhirnya mengikuti sekuriti itu. Lili juga mengantar Maura masuk kedalam. Setelah sampai di kantor tempat hiburan malam itu. Sekuriti itu menyuruh Maura masuk ke dalam ruang kantor tersebut. Setelah masuk ruang kantor itu. Ada seorang pria dengan perawakan tinggi besar menatap tajam ke arah Maura. Maura yang mendapat tatapan itu, ada sedikit rasa takut di hatinya.
"Kamu mau bekerja disini. Berikan Surat Lamaran Kerja yang kamu bawa itu! " kata Pria itu.
Dengan ragu - ragu Maura menyerahkan Surat Lamaran Kerja yang tadi dibawanya pada pria itu. Pria pemilik tempat hiburan malam itu langsung membuka amplop coklat itu dan membacanya.
"Karena kamu pernah bekerja menjadi pelayan cafe, kamu tentu tidak kesulitan menjadi pelayan di tempat hiburan ini juga. Karena pekerjaannya hampir sama, yaitu mengantar makanan dan minuman yang di pesan pelanggan. Kamu bisa kerja mulai hari ini. Ini seragam kerjamu!"
Pria pemilik tempat hiburan malam itu memberikan seragam kerja pada Maura. Maura mengambil seragam kerja yang diberikan pria itu. Maura lalu keluar ruangan dan hendak berganti seragam. Dia melihat Lili yang masih menunggu di luar ruangan tempat Maura tadi masuk.
"Bagaimana Maura, apa kamu jadi bekerja di tempat ini atau tidak? "
Maura menunjukkan seragam kerja yang tadi di berikan padanya. Akhirnya Lili mengerti meskipun Maura tidak menjawabnya.
"Baiklah aku pulang, hati - hati dalam bekerja! "
Lili pun pergi meninggalkan Maura, sedangkan Maura pergi ke toilet untuk berganti baju. Maura tadi sempat melihat juga pelayan yang memakai seragam yang sama dengan yang dia bawa. Seragamnya berbentuk rok tidak terlalu terbuka tapi menurut Maura seragam ini agak terlalu pendek untuknya. Tapi Maura sangat terpaksa, dia membutuhkan uang untuk biaya kuliahnya dan lain - lain.
Maura sekarang harus mulai membiasakan diri dengan suara musik yang keras. Ternyata semakin malam, tempat hiburan malam itu semakin ramai. Para muda - mudi dan dewasa berjoget mengikuti alunan musik yang ada. Tapi ada juga yang hanya duduk menikmati minum dan sekedar melihat suasana. Walaupun tempat hiburan malam ini juga menyediakan air mineral dan jus. Tapi kebanyakan pengunjung memilih membeli minuman yang beralkohol.
Di tempat keramaian itu, kadang ada tangan pengunjung yang nakal yang ingin menggoda dan menjamah tubuh Maura. Apalagi Maura memang memiliki tinggi tubuh dan berat badan yang ideal, bahkan wajah cantik dan kulit putih alami. Itulah mengapa teman di tempat dia bekerja dulu, ada yang iri padanya dan memfitnahnya. Akhirnya dia berhasil menjebaknya. Saat itu Maura tidak memiliki cukup bukti kalau dia tidak bersalah. Akhirnya dia di keluarkan dari tempat kerjanya.
Di rumah pun, adik tirinya selalu berusaha mencari gara - gara dengannya, karena setiap teman laki - laki yang di miliki adik tirinya pasti jatuh hati pada Maura dan membandingkan kecantikan mereka berdua. Itulah mengapa Maura dilarang keluar, jika ada teman adik tirinya datang ke rumah.
Sekarang Maura berusaha menjaga dirinya, agar dia tidak terkena masalah kembali, apalagi bermasalah dengan pengunjungnya. Untunglah hari pertama dia bekerja, tidak ada masalah dengan pengunjungnya. Meskipun kadang dia berdesakan dengan pengunjung ketika mengantar pesanan makanan dan minuman pada pelanggan.
"Ah syukurlah hari pertamaku bekerja tidak ada masalah yang berarti. Tapi bagaimana bila ada temanku kuliah atau adik tiriku melihatku bekerja di tempat ini, apa mereka akan menghinaku dan bahkan kembali mencari gara - gara denganku?"
Ada sedikit ketakutan di hati Maura memikirkan hal itu.
Setelah mengganti bajunya Maura pun hendak pulang ke tempat kosnya. Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari. Hari masih terlihat gelap. Jalanan pun sangat sepi. Ada sedikit rasa takut di hatinya ketika melewati jalan itu sendirian. Walaupun dia mengendarai motor buntutnya. Maura melajukan motornya dengan kencang di jalan sepi itu. Ketika Maura hendak masuk gang tempat kosnya dia terpaksa turun dari motornya. Ternyata hal yang di takutinya muncul. Saat Maura turun dari motornya ada gerombolan pemuda yang berjumlah lima orang juga turun dari motor mereka.
"Hai cantik sendirian saja, Abang ganteng temani yaa..!" salah satu dari mereka berbicara.
"Atau cantik mau menemani abang. Nanti akan abang bawa ke surga dunia. Suit.. suit.. suit... " teman yang lainnya menimpali.
Maura semakin ketakutan, dia berjalan lebih cepat lagi. Lima orang pemuda itu juga tidak tinggal diam. Mereka menarik tangan Maura.
"Lepaskan jangan ganggu aku, tolooong! "
Untunglah teriakan minta tolong Maura didengar oleh penjaga keamanan yang berkeliling di daerah itu, sebelum gerombolan pemuda itu berbuat yang lebih jauh lagi pada Maura.
Karena melihat ada petugas keamanan yang datang. Para gerombolan pemuda itu kemudian melarikan diri.
"Non tidak apa - apa? Hati - hati di daerah sini memang agak rawan. Kenapa non sendirian saja? "
"Terima kasih pak, saya baru pulang kerja. Ini hari pertama kerja dan pertama juga kos di daerah ini"
Setelah petugas keamanan itu pergi, Maura berjalan sambil menuntun sepedanya menuju tempat kosnya. Sungguh hati Maura sangat tidak karuan. Dia tidak pernah membayangkan bagaimana bila petugas keamanan tadi tidak datang menolongnya. Maura sudah memasukkan motornya ditempat yang sudah disediakan. Setelah itu Maura masuk ke dalam kamarnya. Pikiran Maura masih di selimuti ketakutan, karena itu dia tetap tak bisa memejamkan matanya, walaupun tubuhnya terasa lelah.
Maura akhirnya bisa tertidur walaupun hanya dua jam saja. Dia terbangun karena alarm di ponselnya berbunyi. Maura memasang alarmnya pukul tujuh pagi. Meskipun tubuhnya masih terasa lelah, dia tetap harus bangun, karena pukul delapan pagi nanti dia akan berangkat kuliah. Maura tidak akan membolos lagi, dia tak mau beasiswanya dicabut karena terlalu sering membolos. Motor yang dikendarai Maura sampai di depan kampusnya. Dia pun meletakkan motornya di parkiran kampus. Tidak lama kemudian Lisa yang merupakan teman sekelasnya datang diantar sopir pribadinya. Lisa sebenarnya juga teman dari Rara yang merupakan adik tiri dari Maura. Lisa selalu memata - matai Maura dan akan dia laporkan pada Rara. Maura kadang sangat heran, uang dari mana, dia dapat untuk membayar Lisa. Meskipun ayahnya memberi uang saku, itu tidak akan cukup untuk membayar Lisa. Ayahnya dulu juga memberinya uang saku dan uang kuliah. Tapi setelah keuangannya di pegang oleh ibu tirinya, uang saku dan uang kuliahnya itu tidak pernah sampai ke tangan Maura. Jadi Maura terpaksa bekerja untuk biaya kuliahnya.
Karena tidak ingin berurusan dengan Lisa. Maura segera pergi menuju kelasnya. Untunglah dalam perjalanan menuju kelasnya, dia bertemu dengan sahabatnya Lili.
"Bagaimana kesanmu kerja di tempat hiburan malam, nggak ada yang gangguin kamu kan? Apa kamu nggak ngerasa capai, kerja sampai subuh terus berangkat kuliah. Belum lagi kalau ada tugas kuliah dan harus dikumpulkan? "
"Yah mau bagaimana lagi, mau nggak mau, aku harus menjalaninya. Kamu tahu sendirikan bagaimana keadaanku"
Maura juga menceritakan pada sahabatnya tentang malapetaka yang hampir menimpanya ketika pulang dari kerja tadi.
"Wah itu sangat berbahaya, bagaimana kalau aku suruh kakakku saja yang antar jemput kerja kamu. Dia pasti nggak keberatan. Kakakku juga punya sedikit bela diri. Dia pasti bisa lindungi kamu dari preman - preman kampung itu. Kamu tahu kan kakakku ada rasa sama kamu"
"Aduh Lili itu namanya memanfaatkan perasaan orang lain. Itu dosa bisa kena karma! "
Dengan perdebatan panjang antara Maura dan Lili akhirnya Maura mau diantar jemput oleh Riyan kakak laki - laki dari sahabatnya. Tak terasa perkuliahan pun berakhir. Maura segera memasukkan buku - buku kuliahnya di dalam tasnya. Riyan
sudah menunggu Lili di depan kelas untuk pulang bersama.
"Maura aku duluan ya, nanti aku suruh kakakku jemput kamu kalau kamu berangkat kerja"
"Ya terima kasih"
Sebelum mengantar Lili pulang, Riyan sempat tersenyum dan melambaikan tangan pada Maura. Setelah Lili keluar, tak lama kemudian Maura pun keluar. Dia langsung menuju tempat parkiran motornya. Dia melihat tangki bensin motornya yang tinggal sedikit, Maura kemudian mencari pom bensin terdekat, setelah dia menemukannya Maura hendak membelokkan motornya ke pom bensin tersebut. Saat dia akan masuk, ada mobil mewah yang kebetulan ikut masuk ke dalam pom bensin tersebut.
"Tiin.. tiin... tiin.. " suara klakson mobil tersebut.
Maura sangat terkejut, mendengar suara klakson mobil di dekatnya.
"Ya ampun, apa semua orang kaya itu sombong dan tidak punya tata krama ya? Bikin orang jantungan saja !" kata Maura lirih.
Maura reflek meminggirkan motornya, bahkan dia hampir jatuh dari motornya karena hilang keseimbangan. Maura menatap tajam ke arah mobil itu dengan rasa kesal.
"Ada apa Pak Handi?"
"Maaf Tuan Al tadi ada orang yang menghalangi kita masuk kita ke pengisian bahan bakar" kata sopir yang bernama Handi.
Orang yang di panggil Tuan Al, sempat melihat ke arah Maura dengan raut wajah Maura yang terlihat kesal. Setelah mengisi bahan bakar, mobil mewah itu kembali melewati Maura yang masih terlihat kesal.
Setelah mengisi tangki bensinnya, Maura langsung menuju tempat kostnya. Karena Maura tadi sempat menahan motornya secara tiba - tiba karena kehilangan keseimbangan. Kaki Maura sekarang agak terasa sakit, apalagi saat memasuki gang untuk menuntun sepedanya. Sampai di tempat kosnya, Maura mengompres kakinya yang masih terasa sakit. Untunglah nyeri di kakinya berangsur sembuh, setelah dia kompres. Sambil tiduran di tempat tidurnya dia membaca materi kuliah tadi pagi. Tak terasa matanya terpejam. Dia terbangun karena ponselnya berdering.
"Maura kamu berangkat kuliah jam berapa? Biar kakakku bersiap menjemputmu!"
Ternyata Lili yang menghubungi Maura.
"Ya sebentar lagi, aku bersiap - siap sekarang"
Tak berapa lama kakaknya Lili sudah bersiap di ujung gang tempat kost Maura. Setelah Riyan sampai, tak lama kemudian Maura pun datang. Mereka langsung berboncengan menuju tempat kerja Maura. Tidak beberapa lama sampailah mereka berdua di tempat kerja Maura.
"Terima kasih kak"
"Sama - sama. Kamu hati - hati dalam bekerja. Kalau aku belum jemput, kamu tunggu aku ya! "
"Iya kak"
Setelah Maura masuk ke tempat kerjanya. Riyan pun balik ke rumahnya.
Tak terasa sudah dua Minggu, Maura bekerja di tempat kerjanya yang baru. Riyan pun selalu siap sedia mengantar jemput Maura. Tibalah sekarang hari Sabtu. Seperti tempat hiburan lainnya, tiap hari Sabtu, Minggu dan hari libur, tempat kerja Maura juga lebih ramai pengunjungnya dari pada hari lainnya. Pukul tujuh malam, pengunjung sudah mulai banyak berdatangan. Maura dan pelayan lain yang bekerja tempat itu, bahkan juga sudah mulai sibuk bekerja dari mulai sore hari.
Semakin malam, pengunjung semakin banyak yang berdatangan.
Saat Maura sedang sibuk mengantar pesanan makanan dan minuman pada para pengunjung, ada seseorang yang memanggilnya.
"Wah ternyata kakakku yang cantik, keluar dari rumah hanya untuk bekerja di tempat hiburan malam ya!"
"Apakah kakakmu hanya bekerja sebagai pelayan saja di tempat hiburan ini, atau dia juga memiliki kerja lainnya ya Rara? "
Ternyata itu adalah adik tirinya Rara dengan temannya Lisa. Beberapa hari yang lalu Lisa memergoki Maura berboncengan motor bersama Riyan ketika Maura berangkat kerja. Lisa kemudian mengikuti Maura dan Riyan. Lisa akhirnya tahu kalau Maura bekerja di tempat hiburan malam, dia kemudian melaporkannya pada Rara. Hari ini mereka berdua datang, sengaja ingin mempermalukan dan ingin mencari gara - gara dengan Maura.
Setelah mengantar pesanan makanan dan minuman Maura bergegas pergi dari hadapan Rara dan Lisa. Maura tidak memasukkan dalam hati semua perkataan Rara dan Lisa. Dia jauh - jauh hari sudah mempersiapkan mentalnya, jika suatu hari adiknya atau yang lainnya bakal mengetahui dimana dia bekerja. Untunglah saat Rara dan Lisa sengaja mencari gara - gara dengannya, Maura di panggil oleh atasannya. Jadi dia bisa segera pergi dari hadapan Rara dan Lisa.
"Maura sebentar lagi, ada bos besar bersama rekan - rekannya akan datang. Dia sudah memesan kamar VIP nomor lima, aku menugaskanmu nanti berjaga di kamar itu. Sekarang kamu siapkan dulu semua pesanan ini, dan letakkan di kamar VIP nomor lima. Jadi ketika dia datang, semua pesanannya sudah siap di kamarnya!"
"Baik pak akan segera saya kerjakan! " jawab Maura.
Maura pun segera menyiapkan semua pesanan tamu VIP itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!