NovelToon NovelToon

Cookie Jar

Prologue

Cherryl mulai merajuk tatkala melihat toples kue kesayangannya sudah nggak berbentuk, menjadi kepingan beling di atas lantai ruang tamu tempat ia dan abangnya berdiri. Mata bulatnya memerah dan pandangannya mulai buram. Cewek itu akan segera menangis.

"Abanggg!!!" teriaknya lalu menghentak-hentakan kakinya kesal.

"Jangan nangis deh, udah besar." jawab Anggara tanpa rasa bersalah.

Melihat abangnya itu Cherryl menggeram, bibirnya sudah maju-maju dengan wajah yang nggak karuan, "Erryl gamau tau! Abang harus betulin lagi!" katanya.

"Ya Tuhan, Ryl. Itu toples juga udah lama banget, emang udah waktunya rusak. Nanti gue beliin lagi deh," bujuk Angga sambil duduk di sofa.

Cherryl semakin naik pitam. Bagaimana cewek itu nggak menangis? Itu kan toples kue kesayangan dia sejak umur lima tahun hingga sekarang. Dan seenak jidatnya saja abangnya berkata seperti itu, memang biadab.

'Untung Abang!!'

"Erryl aduin ke Karin nih! KA-mmphhhh...ABANG LEPASIN IH TANGAN LO BAU!!" teriak Cherryl pas abangnya menyumpal mulut dia pake tangan.

"Dasar tukang adu lo! Yaudah si pesen online aja nanti gue yang bayar." sergah Angga.

"Gamaauuuuuuuuuu.....Abang betulin lagi!!" rajuk Cherryl sambil menarik-narik lengan kaos Angga.

"Gabisa, Ryl. Udah ancur begitu."

Cherryl menepuk lengan abangnya keras lalu mendengus. "Dasar!"

"Dek, apasih ribut-ribut terus?" tanya Irina yang baru saja keluar dari kamar, cewek itu terlihat rapi sambil menenteng tas tangannya.

Cherryl manyun, cewek itu berdiri lalu mendekati kakaknya, "Karinnnn, toples akuuu.." rengeknya pada Irina dengan muka melas.

Irina menatap Anggara tajam saat melihat pecahan beling di lantai, "Angga, bisa gak sih ga buat masalah satu hari aja? Lo itu ya....Untung Bunda sama Ayah lagi pergi." katanya.

"Kok gue lagi sih Rin? Itu toples kan emang udah lama. Lagian tinggal beli lagi susah amat," jawab Angga santai.

Irina menghela nafas pelan lalu menatap Cherryl yang masih sesenggukan, "Yaudah Erryl jangan nangis. Ikut Karin yuk jalan-jalan? Erryl bisa beli toples yang banyak. Gimana?" bujuk Irina sambil menyeka air mata sang adik bungsu.

Si bungsu mengangguk pelan walaupun nafasnya masih putus-putus.

"Sekarang, ganti baju." kata Irina

Cherryl langsung masuk ke dalam kamarnya, sedangkan di waktu bersamaan Irina menatap Angga kesal.

"Lo kan udah tau Cherryl gimana. Masih aja begitu, Bego." katanya lalu duduk di sebelah adiknya.

"Ya salah sendiri kalian pada ngedidik dia jadi manja begitu, apa-apa diikutin." balas Angga.

"Mau gimana lagi, Ngga. Ayah sama Bunda udah terlanjur biarin dia kayak gitu. Lo juga dulu ga jauh beda sama dia, udalah." kata Irina lalu menoyor kepala Angga yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Jangan duduk aja, Udin. Beresin tuh beling!" perintah Irina.

"Iya Nyai, bawel lo." akhirnya Angga bergerak dari tempatnya untuk ngambil sapu dan bersihin kekacauan yang dia buat tadi.

"Karinnnn." panggil Cherryl saat keluar dari kamarnya.

"Ayo berangkat," kata Irina terus narik tangan adiknya ke pintu keluar.

"ANGGA, JAGA RUMAH! AWAS KELUYURAN LO!" teriak Irina saat cewek itu udah masuk ke dalam mobil bareng Cherryl.

Irina langsung tancap gas dan meninggalkan rumah. Di jalan, Cherryl hanya diam sambil natap ke luar jendela padahal biasanya ya gitu, nyerocos terus kayak tukang lelang. Tapi gapapalah, telinga Irina jadi nggak pengang untuk sementara.

"Turun, Dek. Udah sampek nih,"

Dengan setengah hati Cherryl membuka sabuk pengamannya lalu turun, mukanya masih tertekuk kusut kayak benang pancingan. Tanpa nunggu kakaknya, cewek itu langsung nyelonong masuk ke dalam toko terus nyamperin tempat aksesoris.

"Eh Cherryl, nyari apa nih? Tumben sendiri aja, biasanya diikutin sama abang lo yang ganteng itu." ucap salah satu pelayan yang sudah cukup dekat dengan Cherryl karena memang toko ini sudah menjadi langganan cewek itu.

"Ang'ga? Ganteng? Amit-amit jabang bayi. Najong tralala." kata Cherryl sewot.

"Ye buset, abang lo sendiri juga." jawab Naya.

"Lo aja gatau dia kek gimana di rumah, kesel gue." ujar Cherryl sambil memilih-milih toples beraneka warna dan bentuk yang terpajang di depannya.

"Iya deh iya, btw lo nyari toples buat apaan? Stok kue lo kebanyakan?" tanya Naya sedikit bergurau.

Cherryl mengambil salah satu toples berwarna pink dengan hiasan Hello Kitty, ia menatap benda itu lalu menatap Naya, "Toples kue kesayangan gue udah tiada, sedih gue. Bang Angga ngeselin tau!" katanya.

"Wush, gue gamau ikut campur deh." kata Naya menyerah, cewek bermata sipit itu pamit sebentar pada Cherryl untuk melayani pelanggan lainnya.

"Ini deh ya kayaknya, lucu.." monolog Cherryl sambil mengamati toples yang dia pegang tadi, apalagi warna merah muda dan Hello Kitty adalah kesukaannya.

Baru saja Cherryl melangkah untuk mencari toples lain, Irina sudah manggil dia buat ngajak beli kue tart dan cookies. Karena tidak mau ribet, cewek itu nyimpan balik toplesnya terus nyamperin Irina.

'Ah kan bisa balik lagi buat beli toples.' begitu pikirnya.

Irina mengajak si bungsu untuk memilih-milih cake yang di pajang dengan berbagai bentuk, warna dan varian rasa. Itu benar-benar menggugah selera Cherryl. Cewek manis itu menunjuk cheese cake dan strawberry short cake untuknya sedangkan Irina membeli tiramisu cake dan chocolate lava untuk Angga.

Setelah itu, Cherryl memutuskan untuk membeli beberapa kue untuk menambah stok kuenya di rumah. Biasalah, camilan wajib untuk seorang Cherryl Imannuela. Irina sudah membawa cake miliknya dan Angga ke dalam mobil, membiarkan sang adik membeli kue sendiri. Tapi saat Cherryl menenteng paper bag berisi cake dan kue yang ia beli ke arah tempat aksesoris untuk membeli toples kue, seorang cowok nggak sengaja menabraknya hingga cake yang ia pegang jatuh dan mungkin sudah tak berbentuk di dalam sana.

"E-eh!"

"Kalo jalan pake mata dong, Mbak!" kata cowok itu.

Cherryl langsung mengurungkan niat awalnya untuk bicara sopan, enak saja dia yang di salahkan. Yang menabrak kan cowok itu, kenapa Cherryl yang dimarahi?

"Jalan ya pake kaki, Bego. Ini cake gue gimana woy?! Tanggung jawab ah gamau tau!" pekik Cherryl sambil mengambil papper bagnya yang jatuh.

"Yang salah lo, kok gue tanggung jawab? Ogah!" kata cowok itu dengan tampang sok.

'Gaboleh berkata kasar ya Erryl...' batin gadis itu, mencoba untuk meredam emosinya.

"Apasih! Jelas-jelas lo yang salah kok malah lo yang marah?! Tanggung jawab lo!" kata Cherryl dengan tampang bengis, tak mau kalah.

"Ye ngeyel aja Mbaknya, udahlah gue buru-buru. Ingat, jalan pake mata!" kata cowok itu terus pergi begitu aja bikin Cherryl kesal setengah mati.

'Ngeselinnnnnn!'

"Apaan sih ada cowok kayak dia? Ck! Ke laut aja deh! Ogah gue ketemu dia lagi." sumpah serapah lain yang Cherryl tujukan untuk cowok tadi terus terdengar, benar-benar hari yang sial untuknya.

Karena kepalanya sudah panas, cewek itu memilih untuk langsung balik ke mobil. Dia sudah capek, capek badan sama hati. Kesal sekali.

"Lohhhh mukanya kenapa?" tanya Irina bingung.

"Udah deh Kak jangan banyak tanya, ayo pulang!" ketus Cherryl dengan wajah tertekuk, persis seperti tadi.

Irina yang sudah hafal dengan tabiat adiknya hanya menurut, cewek itu segera menyalakan mobil lalu membawa dirinya dan si bungsu kembali ke rumah. Tak terasa sudah lebih dari satu jam mereka berada di toko. Awalnya Irina berencana untuk mengajak Cherryl ke mal, tapi...Ah sudahlah.

.

.

.

.

.

🍪Cookie Jar🍪

.

.

.

.

.

"Loh, kok mukanya kusut? Bukannya senang habis jalan-jalan sama Karin?" tanya Bunda Sena saat melihat air muka puteri bungsunya yang keruh.

"Bun, ih kesel!" kata Cherryl terus nyimpan papper bag yang ia bawa ke atas meja.

"Rina, kamu apakan adik kamu kok mukanya jadi jelek begini?" tanya Ayah Sam meledek Cherryl lalu tertawa.

"Ih Ayah!"

"Masih kesal ya, toplesnya di rusak sama Angga?" tanya Irina.

"Toples kesayangan Erryl, Rin?" sahut Bunda Sena.

"Iya, Bun. Tadi Angga jatuhin toplesnya Cherryl sampek rusak. Nangis deh," jelas Irina.

Ayah Sam mendelik, "Mana si Angga itu? Buat masalah terus. Kasihan kan Cherryl," katanya.

"Iya Yah, marahi saja. Dia juga ga merasa bersalah banget." timpal Irina lagi.

"Angga ada di kamarnya tuh, Yah." sahut Bunda Sena.

"Engga, Ayah! Ang'ga sudah minta maaf sama Erryl kok. Erryl ga marah lagi sama Abang. Ayah jangan marahin Abang ya..." sela Cherryl buru-buru membela sang kakak.

Begitu-begitu juga Cherryl sayang Angga, sayangggggg banget!

"Tumben lo belain Angga, Dek." sahut Irina.

"Kan Erryl sayang Abang..." kata Cherryl.

"Eh iya deh iya, Ayah ngga marahin Angga 'kan?" tanya Bunda Sena lalu Ayah Sam mengangguk sambil tertawa.

Cewek itu mendengus, sebenarnya Cherryl ingin berubah, nggak mau dimanja. Ingin lebih dewasa karena malu pada teman-teman sekolahnya. Juga biar ngga di ledek Angga lagi. Tapi sulit, ayah bunda selalu perlakukan Cherryl seperti anak kecil. Padahal Cherryl ingin mandiri. Pusing.

"Yaudah nih katanya sayang Angga, kasih gih cakenya." suruh Irina ke Cherryl sambil nyodorin satu papper bag.

"Yah Karin...Yaudah sini," kata Cherryl sembari mengambil pemberian Irina. Dia langsung cus ke kamar sang kakak yang ternyata lagi molor sama bantal guling kesayangannya.

"ANG'GA!" teriak Cherryl, sedangkan Angga hanya mengelus-elus telinganya tanpa terbangun.

"Abang ih! Ini ada *chocolate l*ava kesukaan Abang! Bangun, kebo!" kata Cherryl terus narik-narik tangan abangnya.

"Abang gantenggg...Bangun dong!"

"Hmm..." Sahut Angga pelan.

"Ya Tuhan, kebo banget!"

Cherryl menyerah, cewek itu langsung bawa papper bag itu keluar dari kamar sang abang lalu menyimpannya di dalam lemari es. Pas dia jalan ke ruang keluarga, bunda berteriak.

"Rin! Bukakan pintu, ada tamu!" katanya, si bungsu yang penasaran langsung menghampiri bundanya itu.

"Ada siapa? Karin gaada nih, Bun." tanyanya.

"Mana Bunda tau? Sudah kamu aja yang buka pintunya. Bunda lagi buat kopi untuk Ayah." jawab bunda seraya mengaduk kopi yang beliau buat.

"Lah, yaudah deh Bun sebentar." kata Cherryl terus jalan ke pintu keluar.

"Jangan lupa dibuatkan minum tamunya, Dek." kata bunda.

Cherryl mengangguk-angguk lalu berjalan ke arah pintu keluar. Bel masih berbunyi beberapa kali.

"IYA IYA SEBENTAR!" teriak Cherryl mulai kesal.

'Nggak sabaran banget sih!'

Cewek itu langsung ngebuka pintu, netranya menangkap sesosok cowok yang lagi berdiri di depannya. Mata bulat Cherryl seakan ingin lepas dari tempat sekarang.

"LOH?!

.

.

.

.

.

TBC.

#1 Tamu Kejutan

"LOH?!"

"Eh, Cherryl?"

"KAK DEVAAAA!!!" pekik Cherryl senang dan langsung berhambur memeluk cowok di depannya.

"Ya Tuhan, Erryl sudah besar ya!" kata cowok bernama Farrel Devandra itu dan balik memeluk Cherryl.

"Kak Dev kapan balik?? Erryl kangen tau ga! Kakak jahat, kok ga main-main ke sini?" kata Cherryl memasang muka kesal.

"Eh iya iya, ini Kakak ke sini kan? Urusan kantor banyak nih, sibuk. Gabisa kayak dulu lagi.." jawab cowok yang kerap disapa dengan nama depannya itu.

"Iya iya yang udah jadi bos mah beda. Padahal  kalo bos kan biasanya bebas gitu, Kak." sindir Cherryl.

"Ih gemesin kamu ini! Ya gaboleh gitu dong, Dek. Sebebas-bebasnya Kakak juga masih ada tanggungan, kemarin pas numpuk-numpuknya lagi." kata Farrel lalu mengusak puncak kepala Cherryl.

"Iyadeh Kak Dev, ayo masuk..." ajak Cherryl mengait lengan Farrel ke ruang tamu.

"BUNDA! KARIN! ADA KAK FARREL!" teriak Cherryl menggema di seluruh penjuru rumah, dahsyat memang.

"Ck ck, masih aja suara kamu kayak pake toa." ejek Farrel, membuat Cherryl manyun.

"Kakak duduk aja ya, Erryl buatkan minum. Ayah sama Bunda lagi sibuk di atas, kalau Karin gatau kayaknya ada di kamar." kata Cherryl.

Farrel mengangguk pelan, "Angga gak di rumah, Dek?" tanyanya kemudian.

"Ang'ga? Ada ada. Biasalah molor dia mah." kata Cherryl.

"Oooh yaudah, Kakak mau balik ke luar dulu ada yang kelupaan. Bentar ya.." kata Farrel terus berdiri lagi.

"Iyah Kak, btw mau minum apa?" tanya Cherryl sebelum Farrel beranjak.

"Terserah deh, Ryl. Apa aja oke." jawab Farrel lalu pergi.

Cherryl memilih untuk membuatkan Farrel jus jeruk dingin dan nggak lupa juga ia mengambil strawberry short cakenya yang selamat dari kecelakaan kecil di toko kue tadi.

Pas Cherryl balik ke ruang tamu, ternyata Angga juga sudah bangun dan sedang mengobrol dengan Farrel. Cherryl tersenyum, berharap ia akan memiliki persahabatan yang langgeng seperti Angga dan sahabat-sahabatnya. Cewek itu langsung menghampiri keduanya dan menaruh jus jeruk, cake serta beberapa piring kecil dan garpu keatas meja.

"Dimakan, Kak. Kebetulan Erryl tadi beli cake sama Karin." kata Cherryl yang mendapat anggukan dari Farrel.

"Makasih ya, Ryl." balasnya.

"Sama-sama Kak," Cherryl ikut mendudukkan dirinya di sofa lalu menyalakan televisi seraya memakan potongan cake miliknya sedangkan Angga mengobrol bersama Farrel.

"Bunda Laura apa kabar, Kak? Erryl udah lama juga ngga main ke sana." tanya Cherryl, memutuskan untuk ikut mengobrol.

"Baik kok. Sehat. Makannya yuk main nanti sore Kakak anter pulang." jawab Farrel.

"Gausah Rel, Erryl mah suka rewel. Nyusahin." sela Angga yang langsung mendapat tatapan tajam dari si bungsu.

"Ngomong apa?"

Angga hanya nyengir dan menggeleng, "Gajadi. Kalo mau lo bawa pulang juga gapapa Rel, gausah dibalikin. Gratis."

"IH ANG'GA!"

Farrel tertawa renyah melihat kelakuan kakak beradik ini. Selalu saja bertengkar, tapi di sisi lain saling menyayangi satu sama lain. Untuk kegiatan mengejek adiknya itu hanya bisa dilakukan oleh Anggara seorang. Jika ada orang lain yang mengejek dan membuat Cherryl sampai menangis, maka Angga akan maju paling depan untuk membela sang adik.

"Mau gak nih, abis ini ikut Kakak balik ke rumah. Ada Sebastian juga loh, dia udah pulang dari US." kata Farrel yang membuat Cherryl mendelik.

"Sebby? Udah balik? Ih kok ngga ada kabar sih! Udah sepuluh tahun lebih kali kita ngga ketemu. Sejak kapan dia balik Indo, Kak Dev?" ujar Cherryl yang tampak antusias mendengar kabar kedatangan sahabat masa kecilnya itu.

"Belum sampek seminggu, kayaknya. Waktu itu dia sama Ayah terus gak lama setelah itu Ayah balik lagi ke sana."

Cherryl tersenyum senang mendengarnya, sudah lama ia tidak bertemu dengan salah satu teman favoritnya saat kecil dulu. Namanya Sebastian Kenzie, si bungsu dari keluarga Sanjaya yang sudah lama ikut Ayahnya yang tinggal di New York untuk mengurus bisnis keluarga. Istilahnya, bagi tugas. Farrel yang sibuk dengan perusahaannya tinggal bersama sang bunda di sini sedangkan Sebastian menemani ayahnya.

Saking lamanya tak bertemu, untuk membayangkan dengan jelas bagaimana rupa Sebastian saja Cherryl tidak bisa, tapi dia tetap kangen.

"Tadi sih mau Kakak ajak ke sini cuma dari pagi diajak belanja sama bunda. Gabisa nolak deh." jawab Farrel.

"Yaudah sih Ryl, ikut Farrel aja. Nanti sore Abang yang jemput. Biar dia ngga repot balik lagi." ujar Angga.

"Yaudah Erryl mau siap-siap dulu, bye bye!" kata Cherryl senang lalu berlari masuk ke kamarnya sedangkan Farrel dan Angga tertawa kecil melihat kelakuan cewek berusia tujuh belas tahun itu.

.

.

.

.

.

🍪Cookie Jar🍪

.

.

.

.

Cherryl melambaikan tangan pada Irina yang berada di ambang pintu saat mobil yang ia naikki mulai melaju keluar dari pekarangan rumah. Tadi ia sudah pamit sama ayah bunda dan kedua kakaknya untuk pergi ke rumah Farrel.

"Ngga sabar deh ketemu Sebby." kata Cherryl yang membuat Farrel menoleh.

"Pangling deh kalo liat, dia udah beda. Kakak aja gak percaya." jawab Farrel, matanya tetap fokus pada jalan.

"Masa sih, Kak? Berubah gimana?" tanya Cherryl penasaran.

"Iya serius. Sekarang kulitnya putih bersih, anaknya tinggi terus mukanya tambah ganteng. Lo tau kan dulu si Bastian kucelnya kayak gimana." perkataan Farrel lagi-lagi mengundang tawa si cewek bersurai pendek sebahu itu.

"Jadi tambah penasaran deh Kak."

Sepanjang perjalanan, Cherryl terus berbicara ini itu. Bertanya ini, bertanya itu. Nggak bisa diam pokoknya. Tapi Farrel tidak kesal, dia udah biasa sama sifat cewek itu. Jadi ia berusaha menjawab sebisanya saja dan ikut bercerita kegiatannya di kantor ataupun kegiatan lainnya selama dua tahun belakangan ini yang jadi alasan kenapa Farrel gabisa main ke rumahnya Cherryl.

"Turun yuk, udah sampek." ajak Farrel setelah mobil yang ia kendarai masuk ke pekarangan rumahnya dan bersarang manis di garasi.

Cherryl mengangguk dan mengikuti Farrel yang sudah turun dari mobil. Mereka segera beranjak masuk ke dalam rumah yang kelihatannya sepi.

"Cherryl?"

Cewek manis itu menoleh saat namanya disebut, ternyata ada bunda Laura yang menghampiri mereka dengan apron ungu tua yang terpasang di tubuhnya.

"Bundaaa....Bunda apa kabar? Erryl kangen." sapa Cherryl lalu memeluk wanita paruh baya itu.

"Kabar baik, Ryl. Yuk duduk dulu," bunda Laura mengajak cewek itu untuk duduk di sofa.

"Ada siapa, Bun?"

Mereka semua menoleh dan menatap seorang cowok yang baru turun dari tangga, ia sibuk mengasak rambut dengan handuk di tangannya.

"Bas, nih ada Cherryl. Katanya kamu kangen 'kan?" kata Farrel yang membuat cowok itu mendongak.

Mata Cherryl yang memang bundar semakin membesar karena melihat cowok itu. Begitupun sebaliknya.

"Lo?!"

.

.

.

.

.

TBC.

#2 Ternyata..

"Lo?!"

Cherryl dan Sebastian berucap bersamaan sambil saling menunjuk satu sama lain. Melihat itu Farrel dan bunda Laura kebingungan.

"Loh kalian kenapa?" tanya bunda Laura.

Cherryl menatap beliau, "Tadi pagi Cherryl ketemu dia, Bun. Dia nabrak Erryl terus gamau minta maaf!"

"Jadi cewek yang kamu ceritain tadi itu Cherryl, Bas?" tanya bunda Laura.

Sebastian yang awalnya diam menyahut, "Bukan Babas yang salah, Bun! Dia yang nabrak," ujarnya berargumen.

"Ih gara-gara lo cake gue jadi jatoh, tau!" kesal Cherryl.

"Dibilangin itu salah lo kok!"

"Udah udah! Bukannya kangen-kangenan kok jadi berantem gini sih?!" lerai Farrel.

"Emang kalian nggak saling kenal apa? Orang dari jaman kecil kemana-mana bareng kayak kembar siam." timpal bunda Laura yang membuat Farrel tertawa.

"Ih Bunnn.." ujar Cherryl merengek.

"Ga sempet ngenalin lah, Bun. Orang belum apa-apa Babas udah disembur sama dia." jawab Sebastian lalu mendudukkan diri di sofa.

Cherryl menatap Sebastian kesal, "Udah ah, lo dari dulu sama aja. Ngeselin!"

"Ye, lo juga masih kayak bocah." jawab Sebastian dengan wajah datar.

"Heh, udah! Sekarang maaf-maafan, gih!" suruh Farrel lalu menatap adiknya tajam.

"Iya iya. Cherryl, maafin gue." timpal Sebastian lagi, dengan wajah yang tetap datar.

Cherryl juga ketara sekali mengangguk tetapi terpaksa, "Ya gue juga minta maaf."

"Ada-ada aja.." kata bunda Laura lalu berdiri dan beranjak pergi ke dapur untuk melihat kue dalam oven.

"Sini, Bas." kata Farrel lalu menepuk tempat kosong di sampingnya.

Sebastian menyampirkan handuknya ke sandaran sofa lalu duduk bergeser ke samping kakaknya.

"Ngobrol dong, kok diem-dieman aja?" kata Farrel lagi.

Dengan malas, Sebastian menatap Cherryl, "Gimana kabarnya yang di rumah, Ryl?"

"Baik. Lo gimana di sana?" tanya Cherryl lagi.

"Enak sih di sana, cuma kayaknya bakal lebih betah di Indo." balas si cowok.

Farrel geleng-geleng, "Hhh...kebiasaan kalo udah lama ga ketemu jadi kaku semua. Pake acara musuhan di tempat umum lagi. Aneh-aneh aja kalian tuh."

"Lagian..." sela Cherryl.

"Udah Ryl, malah dibahas lagi." sahut Sebastian lalu menghela napas.

"Lanjut aja kalian ya, Kakak ngantuk." sela Farrel yang sudah menguap sejak tadi, pria berbahu lebar itu beranjak masuk ke dalam kamarnya di lantai dua.

"Masih kesel tau, gue lagi pengen cheese cake eh jatoh gitu aja. Udah tadi pagi toples kue yang dikasih lo dijatuhin sama Ang'ga. Pokoknya kesel!" curhat Cherryl dengan muka melas tepat setelah Farrel pergi.

"Yaelah iya maaf deh. Kapan-kapan gue beliin lagi." jawab Sebastian.

"Toplesnya?"

"Iya sama cheese cakenya juga sekalian. Yang banyak." jawab Sebastian cepat, membuat Cherryl merekahkan senyumannya.

"Janji ya?"

Sebastian mengangguk, "Tapi besok temenin gue di kelas."

"Maksudnya?" tanya cewek itu bingung.

"Gue pindah sekolah ke sini. Bareng ama lo." jawab Sebastian santai.

"Apa?! Ya gila aja gue nemenin lo di kelas yang isinya kakel-kakel itu? Mau ditaro mana muka gue?!" protes Cherryl yang malah ribut duluan, Sebastian kembali menghela napas kasar.

"Ya gak gitu, intinya lo di sekolah sama gue aja jangan kemana-mana." jawabnya.

"Loh ada Cherryl??"

Baru saja cewek yang gemar memakan kue itu membuka mulut untuk menjawab pernyataan yang diajukan Sebastian, datangnya ayah Tony membuat dia langsung berdiri dan bersalaman dengan pria paruh baya itu.

"Eh Ayah...Apa kabar??" sapanya.

"Baik, baik. Oh kamu sudah ketemu Bastian, pasti kangen, ya?" goda ayah Tony lalu tersenyum.

Cherryl menggeleng cepat, "Ih apasih Yah, tadi kebetulan diajakin Kak Deva makannya Erryl kemari. Gataunya ada Sebby juga." jawabnya.

"Haha iya iya, kalian lanjut dulu ngobrolnya ya. Ayah mau istirahat ini tadi pagi baru pulang soalnya." ujar Ayah Tony lalu melenggang pergi setelah Cherryl mengangguk.

"Jangan manggil Sebby, ah. Geli gue dengernya. Babas kek apa kek." protes Sebastian tak terima.

Cherryl menjulurkan lidahnya untuk mengejek Sebastian, "Biarin aja, wlee~"

.

.

.

.

.

🍪Cookie Jar🍪

.

.

.

.

.

"Cherryl pulang!" seru Cherryl saat masuk ke dalam rumahnya bersama Sebastian.

"Loh kok nggak telfon Abang?" tanya Anggara yang menghampiri mereka, diikuti bunda Sena dan Irina.

"Gapapa, Bang. Sekalian jalan-jalan." sahut Sebastian.

"Lohhhh ini Babas? Ya Tuhan Bas, kamu kok ganteng banget." kata bunda Sena ribut, beliau langsung memeluk Sebastian.

"Ehehe, iya dong Bun. Masa jelek terus." jawabnya.

"Eh bocah dah gede aja." timpal Irina saat Sebastian menyalaminya.

"Emangnya Cherryl, ga besar-besar." ejek Sebastian yang langsung ditepuk oleh si cewek.

"Sembarangan kalo ngomong."

"Udah ayo kita makan malem, ini bunda sama Rina udah masak." ajak bunda Sena lalu mengajak mereka semua ke ruang makan. Ayah Sam belum pulang dari kantor, jadi hanya mereka saja.

"Kamu cuma liburan aja atau netap di sini, Bas?" tanya bunda Sena seraya membagikan piring dan peralatan makan.

"Netap di sini, Bun. Soalnya Ayah juga udah nggak terlalu sibuk di sana, jadi bisa sering pulang. Kayaknya Bang Deva yang bakal pulang-pergi buat ikut Ayah." jawab Sebastian.

"Loh sayang dong, tinggal satu tahun setengah lagi lo lulus." timpal Irina.

"Terlanjur diurus semua, Kak. Besok udah bisa masuk sekolah. Bareng Erryl." jawabnya.

"Ohh satu sekolah sama Cherryl. Iya iya..." kata Irina seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gimana tinggal di NYC? Punya temen cecan boleh lah kenalin ke gue." ujar Angga yang langsung dihadiahi tawa oleh yang lain.

"Cewek terus, laku kaga." ejek Irina.

"Enak aja, gue bukan ga laku. Cuma sedang ingin menikmati kesendirian aja." jawabnya.

"Bisanya ngeles terus lo, Bang." sahut Cherryl.

"Tenang aja, Bang. Nanti gue kenalin." kata Sebastian, Angga hanya mengacungkan ibu jarinya pada cowok itu sebagai tanggapan.

"Kalo Sebastian sendiri, sudah punya pacar belum?" tanya bunda Sena.

Sebastian menggaruk pelan tengkuknya yang sebenarnya tak gatal, "Belum, Bun. Soalnya Ayah selalu nggak setuju kalau Babas kenalkan sama cewek. Sebenarnya dibolehkan cuma Ayah harus setuju dulu."

Bunda Sena mengangguk, "Bagus kalau begitu, hitung-hitung biar fokus sekolah dan nyari yang benar-benar pas sama kamu dan orang tua. Kayak Cherryl juga, belum boleh pacar-pacaran dulu."

"Iya, Bun. Iya. Enak kalau kayak Karin, sudah dapat cowok semacam Bang Alex yang jadi model majalah-majalah ternama. Ganteng dan baik pula." kata Cherryl dengan bibir manyun.

"Kalau Kakak kan memang sudah besar, Ryl. Masa disama-samakan. Nanti kalau Erryl sudah besar pasti bisa mencari yang lebih baik, kok." balas Irina.

"Yaelah, Ryl. Makan ice cream masih belepotan aja sok-sokan mikirin kriteria cowok." ujar Angga.

"Serius, Bang?" tanya Sebastian dengan wajah menahan tawa.

"Hooh, tanya deh sama Bunda. Yakan, Bun?"

Bunda Sena mengangguk kecil, membuat Cherryl semakin menekuk wajahnya, "Gini-gini banyak yang suka sama Erryl ya, Bang!" katanya.

Makan malam mereka pun berlanjut dengan topik-topik seputar kehidupan Sebastian selama tinggal di negri luar, diiringi gelak tawa dan bercandaan yang dilontarkan oleh Anggara.

.

.

.

.

.

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!