NovelToon NovelToon

Tuan Muda Romantis

1

Kiara mematut wajahnya di cermin, mencoba beberapa senyum terbaiknya. Ia akan ke pesta bersama orang tuanya.

Hari ini ulang tahun Tante Alisha, Nyonya besar WJ Group.Tapi sebelumnya mereka akan ke rumah besar dulu, mengikuti pengajian.

Tante Alisha mengundang anak-anak Panti Asuhan, panti yang dulu pernah jadi rumah Kiara.

"Sayang, apakah kamu sudah siap?" tanya Ibunya yang mengintip dari balik pintu kamarnya.

"Iya Bu, kita berangkat sekarang." jawab Kiara bersemangat. Ia senang bisa bertemu dengan adik-adiknya dari panti.

Ayahnya sudah menunggu di dalam mobil, yang akan membawa mereka ke rumah besar keluarga Wijaya.

Sore menjelang malam, di rumah besar sudah berkumpul anak-anak Panti.

Sepuluh tahun yang lalu saat usia Kiara enam tahun, ia dipungut Ayah Burhan dan Ibu Dwi dari Panti ini. Tidak terasa sekarang usia Kiara sudah enam belas tahun. Duduk di kelas dua Menengah Atas dan setahun lagi ia akan lulus SMA.

Kiara masih sering ke Panti walaupun sudah diadopsi, terutama saat lebaran ia akan berziarah ke makam Ibu kandungnya yang dekat dengan Panti Asuhan. Sedangkan Ayah kandungnya, Kiara tidak tahu.

Kiara menghampiri Ibu Panti dan mencium punggung tangannya.

"Kamu semakin cantik Ra." ujar Ibu Panti tersenyum.

"Makasih Bu." ucap Kiara membalas tersenyum.

Ibu panti dulu berambut keriting, sudah tiga tahun ini ia putuskan berkerudung. Kalau Kiara entahlah, dia belum siap hehe, maaf.

Selesai pengajian anak-anak berbaris untuk menerima santunan dari Tuan Besar dan Nyonya Alisha serta putra tunggal mereka Bramasta Wijaya.

Ini pertama kali Kiara melihat Bram karena Tuan Muda itu tinggal dan studi di Amrik.

Ya Tuhan, dia sangat tampan, berapa ya usia Bram? Delapan belas atau dua puluh tahun.

Saat Kiara sedang mengira-ngira, wajah Bram menoleh, menatap padanya.

Aduh, mati aku!

Dengan cepat Kiara membuang mukanya.

*******

Bram dijemput pulang ke Jakarta untuk acara ulang tahun Mamanya. Dengan terpaksa ia ikut naik jetpri keluarganya itu.

Tiap tahun juga ulang tahun, gumam hatinya.

"What! Mama akan ngundang anak Panti Asuhan, anak Yatim?" tanya Bram heran, karena baru kali ini keluarganya peduli dengan anak yatim.

"Iya, kenapa kamu heran? Bukankah agama menyuruh kita harus banyak-banyak berbuat kebaikan." jawab Nyonya Alisha. Ia mengenakan gamis sutra warna gading dan kerudung yang senada.

"Oh oke, what ever." Bram tersenyum datar. Ia memakai baju koko warna putih susu dan celana sarung warna hijau tua senada dengan pakaian yang dikenakan Papanya.Tuan Besar Pramudya.

Sore menjelang malam, Rumah Besar sudah kedatangan anak-anak yang memakai pakaian serupa. Baju koko warna putih dan celana panjang warna hijau daun. Seragam Panti Asuhan Al-fallah.

Bram melihat ada seorang gadis remaja di antara barisan anak-anak perempuan.

Siapa dia, setidaknya ada pemandangan yang membuat mataku fresh, tidak melulu mandangin anak-anak dan ibu-ibu.

Bram melihat gadis itu menempel pada Bibi Dwi istrinya Om Burhan Asisten Pribadi Papanya.

Apa dia anak mereka, lets cekidot.

Beberapa kali Bram melihat ke arah Kiara tapi gadis itu selalu buang muka.

Dia malu atau sombong ya?

Bram ingin berkenalan namun gadis itu selalu menghindar.

Mau kemana kau gadis aku akan mengejar mu, jangan lari kau betina.

Pikiran Bram mulai mesum.

*****

Setelah pengajian, selanjutnya acara di gedung WJ group. Undangan terbatas hanya untuk silaturrahmi antar kalangan pemegang saham dan juga kolega. Tidak ada Karyawan yang diundang.

Kiara merasa kesepian di antara meriahnya pesta. Di antara banyaknya tamu undangan, tak satu pun yang dikenal nya.

Untuk menghibur hatinya, Kiara mencicipi semua makanan yang tersedia. Khususnya cake ulang tahun, rasa nya sangat lezat di mulut Kiara.

Sesekali ia melirik Bram yang sedang bersama Tuan besar dan aneh nya pria tampan itu juga sedang menatap nya.

Cih, apa dia sedang mengawasi ku, gak pernah lihat orang makan ya.

Kiara melihat Ayahnya bersama Tuan Besar. Sebagai Asisten Tuan Pramudya, Ayah Burhan harus selalu siaga di samping nya sedangkan Ibunya duduk di samping Tante Alisha dan beberapa Ibu-ibu lainnya.

Sambil mencicipi makanannya, Kiara melirik Bram lagi. Entah kenapa matanya selalu ingin melihat pada pria itu. Sekarang Bram sedang bersama gadis-gadis berpakaian seksi dan semua cantik-cantik di mata Kiara.

Bram juga terlihat paling tampan di antara beberapa teman prianya di sana.

Saat Bram menoleh padanya dengan cepat Kiara membuang mukanya.

Cih, sebaiknya aku kabur.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Kiara keluar dari gedung dengan membawa wajah malunya. Malu karena selalu ketahuan setiap kali matanya lagi mantengin pria tampan itu.

Kiara berjalan ke taman samping , melihat ada bangku ia pun duduk disitu.

Laras lagi apa coba chat, ah.

Dalam hati Kiara teringat pada sahabat baik dari masa kecilnya, Larasati sutoyo lalu Kiara mengirim pesan chat nya.

Laras : Bagaimana pestanya?

Kiara : Membosankan! 🙄

Laras : Lho, kenapa? 🤔

Kiara : Gue di luar gedung sendirian duduk di taman.

Laras : 😂 , coba ngajak gue, lo gak akan kebosanan.

Kiara : .....

Selagi Kiara sedang asik dengan chatnya, sebuah suara menyapa nya.

"Kenapa duduk sendirian, di sini banyak nyamuk." suara seseorang duduk di sebelahnya.

Kiara menoleh pada suara yang menyapa nya. Pandangan nya terpana menatap tak percaya.

Bram, aduh mati aku ngapain dia kemari?

Kiara menelan salivanya, dari dekat Bram bahkan kelihatan lebih tampan. Dengan cepat Kiara mengalihkan pandangan nya. Pura-pura sibuk dengan ponselnya. Kiara memutuskan chatnya dengan Laras.

*****

Saat Bram melihat Kiara keluar dari gedung, ia pun mengikuti gadis itu. Sekalian ingin melepaskan diri dari gadis-gadis yang mengerubuti nya.

Bagi Bram, mereka sangat berisik. Suara-suara yang mendengung seperti suara lalat ijo yang lagi mengerubuti, hm tau sendirilah ya.

Bram menghampiri Kiara yang duduk sendirian di bangku taman. Dari tadi ia menahan geram, bisa-bisanya gadis itu mengacuhkan nya.

Setiap kali pandangan kita bertemu , ia selalu buang muka, basa-basilah sedikit. Tersenyum gitu, apa susah nya. Bahkan sekarang aku menyapa nya masih dicuekin.

Bram ngedumel dalam hati.

"Hei." toel nya di bahu Kiara.

Kiara hanya menoleh sesaat, kembali mengabaikan Bram. Berpura-pura sibuk dengan media sosialnya.

Sombong sekali apa dia bisu, tadi dia bicara tuh pada anak-anak Panti. Bibirnya sangat manis saat lagi tersenyum. Jangan panggil aku Bram kalau aku gak bisa mencicip tuh bibir malam ini, bagaimanapun cara nya.

Janji Bram pada diri sendiri, otak mesumnya mulai memikirkan cara, hm.

Bram menyalakan Zippo nya menghisap rokoknya. Lalu ia membuang asapnya ke arah gadis sombong itu.

Hm enakkan, makan tuh asap.

Dalam hati Bram tersenyum menyeringai.

******tbc

hi, readers, terima kasih sudah menyimak. Dukung juga dengan like dan vote nya dan hadiah nya ya.

Klik favorit biar terus terupdate ya guys. Thanks 🙏

2

"Uhuk-uhuk." Kiara terbatuk-batuk. Ia mengibaskan tangannya menghalau asap yang terbang ke wajahnya.

Sebaiknya aku pergi, lama-lama di sini bisa mati muda. Mana asap, mana jantung berdebar.

Dalam hati Kiara. Sekilas Ia melirik Bram yang sedang tertawa di atas penderitaannya.

'Oh, dasar gila.' desis Kiara pelan.

Gak perduli dengan kekesalan gadis itu, kembali Bram membuang asapnya ke arah Kiara. Ia terkekeh tanpa dosa.

Hm, dasar brengsek!

Umpat Kiara dalam hati. Matanya membulat menatap geram pada keisengan Bram, dengan kesal ia berdiri.

Saat Kiara hendak melangkah pergi, dengan cepat Bram menangkap jemarinya.

"Ups, mau kemana di sini saja dulu temani aku." paksa Bram membawa Kiara kembali duduk.

Dengan memutar bola mata malas Kiara duduk, segera menarik jemarinya dari genggaman Bram. Lembut jemari Bram tubuhnya rasa kesetrum, Kiara merasa jantungnya mau lompat keluar.

Untuk mengalihkan perhatiannya, Kiara memainkan game di ponselnya. Setidaknya ia tidak harus melihat wajah tampan Bram yang sempurna.

Kiara berusaha relaks meredakan debaran di jantungnya yang ternyata susah diajak kompromi masih saja berdebar gak karuan.

Bram masih merokok, namun kali ini ia membuang asapnya ke arah lain. Ia memandang Kiara yang masih mengacuhkannya.

Sepertinya gadis ini sedang nervous bukan sombong, kenapa pada gadis ini aku kepikiran ingin berbuat nakal.

Bram menyeringai, mencoba menjernihkan pikiran kotor dari otaknya.

"Siapa nama kamu gadis manis?"

Tanya Bram berbisik di telinga Kiara. Bahkan bibirnya sedikit menyentuh daun sensitif itu.

Kiara bergidik, tercium aroma hangat napas Bram.

Apa ada rokok bau permen mint?

Dalam hati Kiara menoleh.Tatapannya terkunci seperti terhipnotis, wajah Bram sangat dekat, cup. Bram mengecup bibir atas Kiara dan menyesapnya.

Yes finally berhasil, siapa suruh melongo sambil buka mulut.

Sorak Bram dalam hati karena misinya berhasil, sementara bibirnya ia biarkan menempel menunggu reaksi Kiara.

Kiara tergamang, sesaat ia mematung. seketika Ia menarik bibirnya dan mendorong tubuh Bram saat kesadarannya mulai pulih.

Sialan.

Umpat Kiara dalam hati, jantungnya semakin berdebar gak karuan.

Bram terkekeh melihat gadis yang dikecupnya gelagapan.

Kiara melihat Bram tertawa senang, bahkan bahunya naik turun menahan tawa saking gembiranya.

Dengan kesal Kiara mencubit bibir yang menciumnya itu.

"Dasar brengsek!" akhirnya umpatan keluar juga dari mulutnya.

Mengumpat adalah sesuatu yang selalu dijaganya jangan sampai terceplos. Tapi apa boleh buat saat ini ia sangat emosi.

"Aduh!" Bram meringis menyentuh bibirnya yang perih, ia membuang puntungnya dan tak lupa menginjaknya.

Kiara berdiri dengan kesal, tapi sebelum ia sempat kabur Bram kembali menangkap tangannya.

"Aaaah lepaskan!" Kiara menarik-narik tangannya minta dilepaskan.

"Hei, kamu belum menyebutkan namamu."

Bram belum mau melepaskan Kiara, ia telah jatuh hati pada gadis ini.

Secepat itukah, dalam hati Bram.

"Gak mau, lepaskan Ka Bram!"

Kiara berusaha melepaskan genggaman Bram, ada rasa panas di pergelangan tangannya.

Genggaman Bram sangat erat, ia belum berniat melepaskan Kiara. "Wah, kamu panggil aku apa tadi?" goda Bram.

"Ka Bram." lanjutnya meniru suara Kiara yang kesal-kesal manja.

"Apa kamu berharap jadi kekasihku, ha!" Bram semakin jail.

Ia menarik Kiara agar duduk kembali di sebelahnya tapi bokong empuk itu malah terjatuh di pangkuannya. Seketika pikiran nakalnya bereaksi.

Kiara yang hilang keseimbangan karena sentakan Bram dengan reflek ia memeluk di leher Bram dan terduduk di pangkuan pria omes itu.

'Astaga!'

Tubuh Kiara menegang saat satu kecupan lagi mendarat di bawah dagunya. Kali ini lebih kencang, Kiara menelan salivanya.

Aaaah dasar brengsek, kalau bukan si Bram sudah kutampar si mesum ini.

Kiara buru-buru turun dari pangkuan Bram, sebelum kabur ia mencubit di dada Bram.

Ciuuuuut, rasakan ini Tuan muda mesum, dalam hati Kiara cabut lari.

"Aduh, kukunya tajam sekali." Bram meringis, saat hendak menangkap Kiara gadis itu telah melesat jauh.

Kali ini Kiara berhasil lolos sebelum masuk gedung ia menoleh ke arah Bram, di sana Bram tersenyum sambil melambaikan tangannya, cih! 

Bram menyulut lagi rokoknya, ia sudah ingat kalau Kiara anak adopsi Om Burhan dan Bibi Dwi. 

Dimata Bram Kiara sangat cantik. Wajah yang kecil, hidungnya kecil mancung dan lancip, bibir mungil dan berisi.

Masih terasa bagaimana hangat dan empuknya bibir itu. Otak Bram kembali mesum.

Ah, Kiara, desisnya sambil meraba resletingnya, ouwh, ****!

Bram membuang sisa rokoknya dan tak lupa menginjaknya. Ia pun pergi mencari toilet.

******

Acara pesta sudah hampir selesai, tamu undangan juga sudah banyak yang pada pulang.

Bram menghampiri orang tuanya. Nyonya Alisha mencium pipi putra kesayangannya itu dan Tuan besar Pramudya menepuk tengkuk Bram dengan penuh kasih sayang.

"Oh, come on Papa." sergah Bram merasa kesal pada Papanya.

Aku kan jadi malu. Apalagi di depannya ada Kiara dan kedua orang tuanya.

Om Burhan dan Bibi Dwi hanya tersenyum dengan kemanjaan Bram.

Cih! Kiara melengos saat pria itu berkedip padanya, menggodanya dengan tatapan mesumnya. Di bibir pria itu ada luka bekas cubitannya, wajah Kiara bersemu merah.Ia menggigit bibir bawahnya, teringat tadi saat bibir itu menyesap bibirnya.

Oh tidak lupakan, dalam hati Kiara.

Saat Kiara menggeleng-gelengkan kepalanya, ia terlihat Bram sedang menertawainya. Dengan senyum menyeringai Bram mengejek Kiara.

Kiara mengalihkan konsentrasinya pada orang tuanya yang masih asik mengobrol. Merasa jengah ditatap Bram, Kiara berharap punya ilmu menghilang. 

Bim salabim huft, kok gak ngilang sih ah, kesal hati Kiara. Ia merasa frustasi.

Bram menatap lurus ke manik Kiara. Bibirnya tak lepas dari senyuman, jadi keasikan sendiri baginya melihat Kiara yang salah tingkah.

Walau sebenarnya jantungnya juga berdebar gak karuan. Dadanya bergemuruh, gadis di depannya ini sangat menggoda imannya yang setipis kulit ari itu.

Otak mesum Bram menyusun rencana, bahwa gadis ini harus jatuh ke pelukannya.

As soon as posible, you will be mine, janji dalam hati Bram.

******

Seorang gadis berpenampilan sangat anggun datang menghampiri.

"Rahel." Nyonya Alisha menyambutnya dengan manis

"Tante selamat ulang tahun, semoga panjang umur dan selalu sehat wal-afiat, amin." ucap Rahel memberikan pipinya. Mereka cipika cipiki.

"Muach muach! Makasih sayang" jawab Nyonya Alisha tersenyum dan mengusap pipi Rahel.

"Om, apa kabar." sapa Rahel pada Tuan Besar Pramudya.

Yang dijawab, "baik", oleh Tuan Besar.

"Kamu tambah cantik sayang, jadi menantu tante mau ya." ujar Nyonya Alisha sambil melirik pada Bram.

"Mau Tante yes." jawab Rahel berbinar ceria, ia tersenyum memamerkan gigi kelincinya pada Bram.

Semua tertawa dengan tingkah Rahel. Bram dan Kiara tesenyum datar sambil berpandangan. 

Cih, senyum apa itu dalam hati Kiara.

Rahel yang ramah juga bersalaman dengan Ayah Burhan dan ibu Dwi. Juga pada Kiara yang tersenyum dipaksa menyambut uluran tangan Rahel.

Saat Bram bersalaman dengan Rahel.

"SAH." ujar Nyonya Alisha menggoda Bram.

Ck. "Mama come on." Bram merengut, semua tertawa kecuali Kiara tentunya.

*****tbc

hi , readers. Dukung dengan Like dan Votenya ya. klik ❤️ favorit biar terus terupdate ya guys. Thanks 🙏

3

Kiara sedang cemburu. Ia melihat Bram tersipu malu, yang membuatnya merasa mual.

Hah, Kenapa dengan wajah itu? Harusnya pihak perempuanlah yang tersipu malu, kenapa malah si mesum ini?

"Kenapa Bram apa kamu sudah punya pacar yang ingin kamu kenalin ke Mama." tanya Nyonya Alisha menyelidik.

Itu karena Bram belum ada mengenalkan satu orang gadis pun sampai saat ini. Padahal usianya sudah cukup untuk sekedar berpacaran.

Seseorang yang dikirim Nyonya Alisha untuk ngintelin Bram diam-diam, juga memberikan laporan nihil.

Bram sangat dingin dan pendiam pada teman wanitanya, ia hanya akrab dengan beberapa teman prianya. Nyonya Alisha sangat khawatir, jangan-jangan putranya itu oh, ia bahkan takut meneruskan apa yang dipikirkannya. 

Nyonya Alisha ingin, setidaknya putranya itu sedikit playboy, he he.

Bram menatap jengah pada Mamanya, ia hanya diam malas mau menjawab. 

Dalam pada itu Burhan menyela, ia ingin berpamitan sebentar untuk mengantar Ibu Dwi dan Kiara pulang duluan.

"Permisi, maaf Pram saya akan mengantar istri saya dan Kiara pulang dulu." pamitnya pada Tuan Besar Pramudya.

Mendengar itu Bram menawarkan dirinya. "Biar Bram aja yang antar Om." pintanya dengan niat terselubung.

Aku mau tau gadis sombong ini tinggal di mana, dalam hati Bram.

"Ah biar Om saja Bram." tolak Burhan, sesungguhnya ia sungkan secara Bram putra majikannya.

"Gapa Om, biar Bram saja." ujar Bram berkedip mata pada Burhan.

"Biar saja Han." kata Tuan Pramudya menengahi. 

Mendengar itu Burhan mengangguk 

"Baiklah Pram, terima kasih Nak Bram." ucapnya menatap Tuan Besar dan Bram bergantian.

Setelah drama perpisahan dengan Nyonya Alisha dan Tuan Pramudya, mereka berempat Bram, Kiara, Ibu Dwi dan juga Rahel yang ingin ikut ngantar berjalan ke lobby gedung menunggu mobil dibawa valet.

"Gue ikut Bram." mohon Rahel setelah mobil datang. Rahel ingin berdua dengan Bram setelah mengantar Kiara dan Ibu Dwi. 

"Gak usah gue lama di luar." tolak Bram sambil masuk mobil duduk di bangku kemudi. 

"Gapa makin lama makin bagus, gue temenin lo." dengan sigap Rahel duduk di depan di sebelah Bram.

"Ck." desis Bram namun ia membiarkan.

Coba kita lihat si sombong ini cemburu atau tidak, dalam hati Bram.

Kiara masuk ke mobil duduk di bangku belakang bersama Ibu Dwi. Sepanjang perjalanan Kiara tidak ingin memandang ke depan karena Bram juga melihat ke arahnya melalui spion, ia gak mau pandangan mereka bertemu.

Kejadian di Taman tadi sungguh memalukan.

Dalam hati Kiara menahan geram.

Gimana tidak, di dalam mobil Rahel terus bergelayut manja pada Bram padahal ada orang tua seperti Ibu Dwi sungguh tidak sopan. Apalagi si Bram membiarkannya.

Cih Dasar mesum menyebalkan, dalam hati Kiara.

Bram tersenyum memandang Kiara lewat kaca spion kecil di depannya.

Kelihatan ia kesal sekali, sepertinya gadis sombong itu sedang cemburu, hehe.

Dalam hati Bram bersorak riang.

"Bram entar di Amrik lo mainlah ke Apart gue." terdengar suara manja Rahel.

"Hm, oke." Bram.

"Bolehkan gue main ke Apart lo juga?" tanya Rahel lagi. 

"Boleh." sambil menjawab Bram melirik Kiara. 

Kiara mendadak gerah ia merasa kepanasan, suhu AC di bawah derajat ditambah hujan tak mampu mendinginkan hatinya. Ia ingin segera sampai di rumah dan tak perlu melihat kemesraan dua sejoli di depannya.

Cih ouughh menyebalkan, dalam hati Kiara. 

Setelah saat itu Kiara belum ada lagi bertemu Bram.

*********

Dua tahun kemudian.

Ibu Dwi sesenggukan di pusara suaminya yang masih basah karena baru saja dikebumikan. Burhan telah meninggal karena kecelakaan mobil yang dikemudikannya bersama Tuan Pramudya yang duduk di bangku penumpang belakang ikut menjadi korban. 

Sebuah kecelakaan yang tragis, seorang pengemudi truk yang mabuk dengan rem yang blong telah menabrak mobil yang dikemudikan Burhan. Menyebabkan kecelakaan beruntun dan memakan beberapa korban lainnya.

Burhan dimakamkan di pemakaman keluarga Wijaya, jarak sepuluh meter dari pemakaman Tuan besar. 

Kiara melihat ke arah Bram mengapit Nyonya Alisha di antara dirinya dan Rahel. Beserta kerabat lainnya yang datang ke pemakaman Tuan besar.

Wajah Bram yang buram dengan kacamata hitamnya, menyiratkan luka yang dalam. Kiara merindukan pria tampan itu, pria yang telah mencuri ciuman pertamanya dua tahun yang lalu.

Nyonya Alisha di pelukan Bram menangis sesenggukan, kelihatan Bram berusaha tegar di hadapan Mamanya itu.

*****

Malam harinya di rumah besar diadakan pengajian tapi keberadaan Bram entah di mana. Kiara tidak melihat pria yang dirindukannya itu di antara orang-orang mengaji.

Kiara membantu Ibunya di dapur. Dwi ikut sibuk membantu para asisten rumah tangga menyiapkan hidangan untuk pengajian.

"Ra, tolong kamu buang sampah Nak, kamu ke samping rumah di sana ada tong besar buang di sana." pinta Dwi pada Kiara.

Ada Nyonya Alisha berbagi duka membuat Dwi sedikit tabah dan tegar, merasa senasib sama-sama ditinggalkan oleh suami tercinta. 

Kiara bukannya tidak sedih. Bagaimanapun Ayah Burhan lah yang membiayai hidupnya selama ini. Tapi Ayah angkatnya itu seperti menjaga jarak dengan dirinya. Tidak ada emosi jiwa yang tercipta antara Ayah dan anak. 

Kiara pun maklum karena dia hanya anak pungut jadi ya santai sajalah. Karena ada Ibu Dwi yang sangat menyayanginya, itu cukup bagi Kiara dari pada harus tinggal di panti. 

Kiara berjalan keluar dari pintu samping dapur.

Dimana ya tong besarnya, dalam hati Kiara.

Kiara melihat ada seseorang di keremangan lampu taman, asap mengepul dari mulutnya.

Kiara melewati orang tersebut tanpa melihat wajahnya kemudian ia membuang sampah ke tempat onggokan sampah di sebuah tong besar.

Kembali ke dapur, Kiara masih harus melewati orang tersebut. Kiara berpikir, hm ngapain di situ gelap-gelapan.

Dalam pada itu Kiara tersentak, merasa ada yang menarik tangannya menyeretnya ke arah taman belakang.

Tubuh Kiara terdorong ke tembok dan tertekan tubuh kekar orang itu. Orang itu meraih bibirnya dan menciumnya.

Deg. Kiara mengenali aroma bibir ini, rokok bau permen mint, Bram!

Kiara mendorong Bram berusaha melepaskan diri dan ia berhasil.

Saat pemandangan mereka bertemu Kiara tak kuasa melihat kesedihan yang dalam di wajah Bram, mata yang sendu dan pilu sehingga timbul rasa ingin membelai wajah itu dan menghiburnya.

Tanpa sadar Kiara menjinjit, mengalungkan lengannya di leher Bram. Membuka mulutnya menggapai bibir pria itu dan menuntaskan kerinduan di hatinya yang selama dua tahun ini dipendamnya.

Bram membalas ciuman dengan lembut dua tahun juga ia merindukan Kiara. Mereka berciuman semakin dalam membawa perasaan keduanya makin hanyut dan tenggelam.

Bram mendekap erat tubuh Kiara, ia terisak di dalam ciumannya. Mendesah dan merintih seolah ingin berbagi duka bersama. Duka kehilangan ditinggal oleh orang tua tercinta.

******* tbc

hi, readers dukung author dengan Like dan vote ya guys. semoga jadi berkah bagi anda semua. 🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!