Prima berjalan menyusuri jalanan yang agak sepi karena memang sudah sore. Namun saat dijalan Prima melihat seorang nenek-nenek yang sedang dipalak anak berandal. Awalnya Prima hanya cuek-cuek saja dan tak mau ikut campur. Namun Prima melihat kedua anak itu ada yang hampir memukul si nenek.
"Hoi... Lagi apa?" tanya Prima dingin
Prima yang sedang melipat tangan, bersandar ditembok dan salah satu kakinya ditekuk kebelakang menempel tembok yang ada disebelah nenek itu. Prima sedang memperhatikan.
"Eh ada neng cantik, ngapain neng?" goda berandal
"Gue tanya lagi ngapain?" tanya Prima dingin
"Lagi seneng-seneng neng. Mau ikut?" goda berandal
"Yakin seneng-seneng?" tanya Prima
"Sekalian ambil uang si nenek ini. Tua-tua duitnya banyak. Orang tua gak baik punya uang banyak-banyak," ucap berandal
"Nak tolong nenek," pinta nenek
Prima hanya diam dan hanya melirik si nenek dengan dingin. Prima masih diam dan melipat tangan.
"Ambil uang kok pukul-pukul?" tanya Prima
"Neneknya keras kepala gak mau kasih," ucap berandal
Prima mulai berjalan mendekati berandal. Ia mendekatkan badannya pada si berandal. Ia memegang pundak si berandal.
"Gini ya mas, kalo neneknya gak mau kasih itu yaudah gak usah diminta. Lagian itu bukan hak kalian, kalo mau uang ya kerja!" ucap lembut Prima
Dug.... Dug... Dug... Buk....
Prima menghajar habis-habisan si berandal, namun teman yang satunya hanya diam ketakutan. Prima hanya mendekat.
"Kalo lain kali kalian gini lagi ketahuan aku, jangan bayangin akibatnya," ucap Prima lembut
Dug...
Prima menendang bagian vital pria yang satunya dengan sangat keras. Sampai ia jatuh kesakitan.
"Pergi sekarang!" bentak Prima
Seketika para berandal itu lari ketakutan. Lalu Prima mengambilkan dompet dan tas nenek itu.
"Kalian bukan tandingan ku kok mau main-main sama Prima. Oh ini nek tas sama dompetnya," ucap Prima
"Makasih nak, nama kamu siapa?" tanya nenek
"Prima nek, nek lain kali hati-hati ya kalo jalan sekitar sini. Tempat ini bahaya, banyak premannya. Untung tadi Prima liat," ucap Prima
"Iya nak makasih. Nenek tersesat," ucap nenek
"Oh, gitu. Yaudah ayo nek ikut Prima. Nenek pasti masih syok karena tadi, ayo ikut Prima makan. Makanannya enak loh nek. Sekalian kenalan," ucap Prima
"Apa jauh?" tanya nenek
"Tidak nek, depan itu aja kok," ucap Prima
"Oh yasudah," ucap nenek
///***///
Warung Nasi Pecel
"Nek pesan saja, nanti Prima bayar kok. Gak usah sungkan, disini makannya emang murah tapi enak," ucap Prima
"Nenek kayak Prima saja. Nenek belum pernah makan seperti ini sebelumnya," ucap nenek
"Oh, yasudah. Nenek suka pedas atau tidak?" tanya Prima
"Tidak saja," ucap nenek
"Mang Diman, 2 nasi pecel yang satu pedes yang satu nggak ya mang. Es tehnya 1 teh angetnya 1," pesan Prima
"Oke neng. Kok baru pulang?" tanya Mang Diman
"Iya mang, tadi ada kelas siang. Makanya baru pulang," ucap Prima
"Oh gitu, bentar ya neng. Kayaknya udah laper banget," ucap mang Diman
"Iya nih mang, tadi baca banyak buku. Capek banget makanya laper, buruan ya mang," ucap Prima
"Oke neng, bentar ye," ucap Mang Diman
"Nenek teh anget aja, lebih bagus buat seusia nenek," ucap Prima
"Iya" jawab nenek
Tak lama kemudian...
"Ini neng pesanannya. Silakan dimakan, eh sama siapa neng? Neneknya ya?" tanya Mang Diman
"Oh enggak, tadi Prima tolong dijalan sana. Biasa, dipalak preman," ucap Prima
"Ya ampun, Nek lain kali ati-ati ye di daerah situ emang banyak premannya. Untung ada neng Prima yang jago silat ini bantuin," ucap mang diman
"Iya," ucap nenek
"Gimana neng? ada yang luka?" tanya Mang Diman
"Enggak mang, tapi kayaknya bakal radak lebam tangan Prima. Soalnya tadi waktu mukul, tangan Prima kena pakaiannya yang ada besinya," ucap Prima
"Ya ampun neng, ini mang Diman ambilin es. Buruan dikompres ya (kasih es)," ucap Mang Diman
"Makasih mang," ucap Prima
"Kamu kayaknya akrab banget nak sama penjualnya?" tanya nenek
"Iya nek, udah langganan. Apalagi dulu kita pernah tetanggaan," ucap Prima
"Ini nek dimakan," ucap Prima
"Kamu masib kuliah ya?" tanya nenek
"Iya nek," jawab Prima
"Jurusan apa?" tanya nenek
"Kedokteran nek, tapi ambil beasiswa soalnya keluarga Prima bukan orang kaya. Kalo nggak beasiswa gak sanggup bayar," ucap Prima
"Oh, gitu ya. Udah punya pacar?" tanya nenek
Uhuk.. Uhuk...
Karena kaget, Prima tersedak hingga batuk. Prima langsung mengambil es tehnya.
"Maaf kaget ya?" tanya nenek
"Hehe, gak papa nek. Prima nggak punya nek, sama orang tua gak boleh katanya kalo bisa langsung suruh nikah," ucap Prima
"Kalo yang disuka?" tanya nenek
Prima diam keheranan atas pertanyaan si nenek.
"Nggak ada nek, Prima nggak terlalu tertarik pacaran. Lebih pengen fokus kuliah, prestasi dan karir," ucap Prima
"Kalo nikah sama cucu nenek mau?" tanya nenek
Prima langsung diam seribu kata. Terkejut mendengar perkataan si nenek yang baru saja ia tolong.
"Ah ahahahaha, nenek ini bercanda saja," hindar Prima
"Kamu tinggal dimana?" tanya nenek
"Deket kok nek, di daerah X rumah nomor 17," ucap Prima
"Oh," ucap nenek
"Maaf ya nek, Prima gak bisa beli makanan mahal. Soalnya uang saku Prima dikit. Tapi kayaknya keluarga nenek orang kaya ya?" ucap Prima
"Iya nggak papa, ya nggak juga sih. Biasa saja," ucap nenek
///***///
Setelah selesai makan
"Ayo nek, rumah nenek dimana? kasih tau Prima biar Prima anter," ucap Prima
"Nggak usah nak," tolak nenek
"Nggak papa kok nek, Prima lagi longgar juga," ucap Prima
Akhirnya si nenek mengalah dan Prima mengantarnya sampai depan rumah si nenek. Prima melongo melihat rumah si nenek yang begitu mewahnya layaknya kastil dalam dongeng putri raja.
"Nek Prima pulang dulu ya, lain kali jangan jalan-jalan lagi disana ya bahaya," peringat Prima
"Iya makasih nak, kamu nggak masuk dulu," tanya nenek
"Enggak nek, mau langsung pulang saja soalnya udah malem," ucap Prima
"Biar supir nenek anter kamu ya. Bahaya malem-malem," ucap nenek
"Nggak usah nek makasih," ucap Prima
"Ini buat kamu, hitung-hitung rasa terima makasih (menyodorkan segebok uang)," ucap nenek
"Makasih nek, bukannya nolak. Tapi Prima ikhlas kok nolong nenek. Lagian Prima juga gak suka liat orang yang kuat menindas yang lemah" ucap Prima
Bruakk.....
Tiba-tiba ada yang membuka pintu secara paksa dari dalam.
"Nenek, nenek gak papa kan? dari mana aja sih?" tanya Devan
Prima mengangkat salah satu alisnya karena melihat paras Devan yang tampan layaknya pangeran yang keluar dari kastil.
"Iya nggak papa kok," ucap nenek
"Nek, Prima pulang dulu ya," ucap Prima
"Eh, lo ya yang ajak nenek keluar. Hah, lo yang bawa nenek kabur ya?" bentak Devan sambil menarik kerah baju Prima
"Eh lo apaan sih, dateng-dateng marah-marah. Mau ngajak berantem?" bentak Prima
Dug...
Prima mendengkul perut Devan, sedangkan Devan meringis kesakitan.
"Gila ya lo," bentak Devan
"Devan jangan gitu, dia yang nolong nenek," ucap Nenek
"Apa?" tanya Devan
"Punya nenek tu dijaga dong, jangan asal nyalahin orang aja. Untung nenek lo gak dihajar preman," kesal Prima
"Maaf," ucap Devan
"Nek Prima pamit," kesal Prima
"Nak tunggu... " panggil nenek
"Udah nek biarin," cegah Devan
Prima yang kesal lantaran perlakuan Devan langsung balik badan dan berjalan pulang dengan marah-marah.
"Kamu cepat susul dia, anterin dia pulang," perintah nenek
"Apaan sih nek," ucap Devan
"Nak, dia udah nolong nenek. Masa kamu gak mau terima kasih?" tanya nenek
"Oke-oke" jawab Devan terpaksa
Devan mengeluarkan mobil Sportnya berwarna hitam dan menyusul Prima yang pulang jalan kaki karena tak kunjung menemukan angkot.
"Woy, naik sini" pinta Devan
"Ogah," kesal Prima
"Buruan, jangan bikin kesel deh," ucap Devan
"Gak peduli," kesal Prima
Devan berhenti, turun lalu mengangkat tubuh Prima dan memasukannya kedalam mobil dan mengunci pintunya.
"Hei hei heiiiii.... Apaan sih lo," ucap Prima
"Udah diem, dimana alamat rumah lo," tanya Devan
Huh... Prima mengehela nafas dan mengalah. Prima menunjukan alamat rumahnya karena tak ada pilihan. Menunggu angkot yang tak kunjung datang dan hendak pesan ojek online namun hpnya mati.
///***///
Di depan rumah Prima
Prima terkejut melihat mamanya yang duduk di teras sedang membaca majalah.
"Makasih," ucap Prima
"Cuma itu doang?" tanya Devan
"Apa lagi, udah pulang sono," ucap Prima
"Gak disuruh mampir?" tanya Devan
"Udahlah, ini udah malem. Lo balik aja," ucap Prima
"Ya udah, gue balik," ucap Devan
Prima turun dari mobil. Devan yang biasanya dingin pada semua wanita entah mengapa ingin melihat Prima sampai masuk rumah.
Di Teras...
"Dari mana?" tanya mama Prima
"Ada urusan mah" jawab Prima menunduk
"Urusan apa sampe jam segini hah," bentak mama Prima
Bug...
Mama Prima memukul Prima dengan majalah yang ditangannya.
"Ahh... " keluh Prima
"Kenapa? Itu mobil siapa? pacar kamu? udah mama bilangin jangan main sama cowok kalo cowok itu nggak kaya," ucap mama
Bug.. Bug.. Bug...
Prima dipukuli berkali-kali oleh mamanya dengan majalah ditangannya.
"Iya ma maaf," ucap Prima menunduk
"Sana masuk, makan lauk telor. Tadi ayamnya udah dimakan kakak sama adikmu," ucap mama
"Iya ma," jawab Prima
Prima pun masuk kedalam rumah. Perlakuan tak adil yamg dilakukan mamanya sudah sering ia terima sampai bosan.
Entah mengapa Devan merasa sedikit prihatin dengan Prima setelah melihat semua itu. Padahal hati Devan keras layaknya batu namun bisa merasa prihatin melihat keadaan Prima. Itu membuatnya merasa ingin semakin mengenal Prima lebih dalam.
_____________________________________________
Perkenalan dan Visual Tokoh.
Annisa Prima Chalondra
• Cantik
• Baik
• Cerdas
• Jago Berkelahi
• Dingin dan Cuek (sebenarnya ceria)
• Kadang juga bar-bar
• Selalu dipilih kasih oleh keluarganya
• Multitalenta
• Mandiri
• Keras Kepala
• Pendiam
• Selalu menderita sejak kecil
Devan Elvano Kalandra
• Dingin
• Cuek
• Tempramen buruk
• Direktur utama perusahaan
• Keras Kepala
• Sangat menyayangi neneknya
• Kaya
• Tampan
Setelah selesai pulang Devan langsung pulang dan menemui neneknya dan menceritakan semuanya tentang apa yang dia lihat.
*Secuek apapun, Devan paling tidak bisa kalau disuruh bohong pada neneknya.
"Nek, dimana nenek bertemu gadis itu?" Tanya Devan
"Tadi gadis itu menolong nenek saat nenek hendak dipalak oleh preman. Bahkan ia berkelahi untuk melawan nenek," jelas nenek
"Apa nenek tau, saat aku mengantarnya pulang sepertinya ia dimarahi oleh ibunya. Sepertinya diperlakukan secara kasar dan tidak adil," ucap Devan
"Benarkah? Dan apa kau kasihan padanya?" tanya nenek
"Ya, aku sedikit prihatin padanya," ucap Devan
"Apa kau ingat rumahnya?" tanya nenek
"Ingat nek," ucap Devan
"Bersiaplah, besok kita akan melamarnya," ucap nenek
"Ha? Buat siapa? Papa nikah lagi?" tanya Devan
"Dasar anak bodoh. Ya buat kamu lah!" ucap nenek
"Apaa!!!!!! Nek, nenek jangan bercanda nek" ucap Devan
"Nak, Nenekmu ini sudah tua. Bahkan tidak tau ajal menjemput. Yang nenek inginkan hanyalah melihatmu menikah dengan gadis yang tepat. Nenek tidak suka dan tidak mau kau meneruskan hubunganmu dengan Katlyn," ucap nenek
"Nek, gak bisa gitu dong. Aku hanya mencintai Katlyn, dan aku hanya ingin Katlyn yang menjadi istriku," bentak Devan
"Demi wanita itu kau berani membentak nenek?" tanya nenek
"Nek, bukannya begitu. Maafkan aku, aku tak bermaksud," ucap Devan
"Kau hanya belum tau siapa Katlyn sebenarnya. Nenek juga tidak mau menunjukannya, biar kamu sendiri yang tau," ucap nenek
"Tapi melamar? Apa aku harus menikahinya?" tanya Devan
"Tentu, suatu saat pasti kamu mengerti. Selama ini nenek belum pernah meminta apapun darimu. Nenek mohon, bahkan sampai matipun nenek akan tenang jika kau menikahi Prima," ucap nenek
"Baiklah biarkan aku memikirkannya dulu," murung Devan
Devan selalu meminta apapun pada Neneknya apabila tidak diberi oleh orang tuanya sejak kecil. Saat orang tuanya sibuk dengan bisnis, Devan hanya ditemani oleh neneknya. Bahkan Devan lebih dekat dengan neneknya dibanding kedua orang tuanya.
///***///
Besoknya
Tin.. Tin...
"Siapa ma?" tanya Najwa
*Najwa adalah adik Prima
"Gak tau, liat dulu lah," ucap mama
"Permisi benar ini rumah Prima?" tanya nenek
"Iya ada apa? Silakan masuk," ucap mama
Bla.. Bla.. Bla...
Keluarga Devan dan Prima berbincang lebih lama hingga menjadi lebih dekat. Melihat tamu datang Prima segera membuatkan minuman.
"Ini minumnya silakan... " ucap Prima sopan
"Duh sopannya," ucap papa Devan
"Cantiknya calon menantuku," ucap mama Devan
Kami semua yang mendengarnya terkejut.
"A apa?" tanya mama
"Langsung saja, kedatangan kami kesini hendak melamar Prima," ucap nenek
Sontak semua keluargaku termasuk aku terkejut.
"Me me melamar?" tanya ayah Prima
"Iya, untuk putra sulung kami (menunjuk Devan)," ucap papa Devan
Gila ni cowok, baru kenal kemaren udah main lamar-lamar aja - Batin Prima
Prima langsung pergi kebelakang.
"Lamaran? Trus nikah? Ahh... Tapikan aku masih kuliah?" gerutuku
Tak lama mama Prima menghampiri Prima.
"Heh, dapet kenalan dari mana?" tanya mama
"Gak sengaja kenal ma," jawab Prima
"Setujuin aja ya. Keliatannya mereka kaya, dari kecil mama sama papa udah besarin kamu susah payah. Hutang kita banyak nak, mungkin dengan begini bisa membantu perekonomian kita. Masa kamu juga nggak mau bantu adik kamu sekolah setinggi kamu? Kan kamu tau adik gak sepintar kamu, mungkin susah dapet beasiswa," bujuk mama
"Tapikan aku gak suka dia ma.. " ucap Prima
"Ga papa, jalani saja dulu. Nanti lama-lama juga muncul perasaan cinta," ucap mama
"Hmmm... " jawabku
Prima hanya diam menunduk, mungkin ini yang bisa Prima lakukan agar mama dan papa memandangnya, pikir Prima. Prima kembali keruang tamu.
"Gimana nak kamu mau dilamar Devan?" tanya nenek
Prima hanya mengangguk pelan, kelihatannya Prima sangat senang padahal Prima mau hanya karena desakan keluarga. Prima tak mengira kalau saat itu juga mereka bertukar cincin. Devan dan Prima saling menatap tajam.
Cih paling juga cewek matre mata duitan, gini aja langsung terima - Batin Devan
Jika bukan karena keluarga aku tak akan mau dilamar olehnya dan menjadi tunangannya. Lagian mana mau aku nikah sama cowok galak kaya dia - Batin Prima
Semua orang senang dan bahagia, mereka juga langsung bilang kalau 1 bulan lagi pernikahan akan dilaksanakan. Mata Prima dan Devan langsung terkejut terbelalak mendengar ucapan nenek. Siapa yang tidak kaget, kemarin Prima hanyalah gadis single yang bebas 1 bulan kemudian akan menjadi istri orang. Sedangkan Devan kemarin adalah pacar Katlyn yang sangat mencintai Katlyn.
Flashback on
Sebelum berangkat kerumah Prima
"Nek tapi kan aku belum siap dan belum bilang iya," keluh Devan
"Udah ayo," ucap nenek
"Ga bisa gitu dong nek," kesal Devan
"Nenek mohon Devan, satu permintaan nenek ini. Kali ini saja," mohon nenek
"Huh baiklah. Tapi aku tak janji untuk menikahinya," dingin Devan
"Apa!!!!!" kaget nenek
"Nek, ini hidupku. Aku juga punya hak untuk menentukannya. Saat aku menikahinya lalu apa yang harus kukatakan pada Katlyn?" bentak nenek
"Nenek kan sudah bilang untuk putuskan hubungan dengan wanita itu," bentak nenek
"Kenapa nenek selalu tidak menyukainya?" kesal Devan
"Devan cukup!!! Jangan bentak nenekmu lagi, dimana sopan santunmu? Apa karena gadis itu kau kehilangan sopan santun!" bentak ayah Devan
"Jangan jelek-jelekan Katlyn!" bentak Devan
"Nak sudah, jangan buat masalah (menangis)," ucap mama Devan
"Baiklah, lupakan kejadian ini. Ayo berangkat," ajak Devan
*Di keluarga Devan, tak ada yang bisa dan berani menentang kemauan ataupun keputusan nenek Devan.
Flashback off
///***///
Besoknya..
Prima terbangun pagi karena ada kelas pagi, ia bersiap dan bergegas keluar untuk berangkat. Alangkah terkejutnya saat ia melihat mobil sport hitam didepan rumahnya dan Devan yang bersandar di mobil.
"Woy.. ngapain?" panggil Prima
"Yuk, berangkat," ajak Devan
"Kemana?" tanya Prima
"Ya anter kamu kuliah lah, sekalian aku berangkat kantor," ucap Devan
"Gak makasih aku berangkat sendiri," ucap Prima
"Bawel banget sih jadi cewek. Udah buruan, ntar kamu telat aku gak salah ok," ucap Devan
Karena terpaksa akhirnya Prima memilih berangkat bersama Devan.
"Jangan kepedean, gue jemput lu karena nenek maksa," ucap Devan
"Siapa juga yang ke pd an. Gr amat jadi orang," kesal Prima
///***///
Di depan kampus
"Udah turun sendiri," ucap Devan
"Tau, lu pikir gue gak punya tangan sama kaki apa. Kayak lu aja apa-apa dilayanin," kesal Prima
"Apaa!!!!!!" kesal Devan
"Shh.. brisik, gue mau ke kelas," ucap Prima
"Pulang jam berapa?" tanya Devan
"Mo ngapain?" tanya Prima
"Buruan jawab, gue ada meeting pagi ini," bentak Devan
"Jam 12.00 siang," ucap Prima
"Ntar gue jemput. Jangan balik dulu," ucap Devan
"Serah, btw aku nggak peduli sama meeting kamu. Bye," kesal Prima
"Dasar bocahh," kesal Devan
Di Halaman kampus..
"Yo mamen, sapa tadi yang anter lu?" tanya Joo
*Jhony atau Joo adalah sahabat Prima sejak SMA
"Udah diem, berisik," kesal Prima
"Pacar baru? Atau selingkuhan atau temen baru? Lo gak lupain sahabat lo demi temen baru lo kan Prim? (memelas)," tanya Joo
"Joo... " kesal Prima
"Jangan bilang, lo jadi peliharaan om om kaya? Kalo masalah duit bilang aja ke gue napa Prim, jangan kayak gitu!" tanya Joo
Bug.. Krekk..
Prima mengunci tangan Joo.
"Duh duh Prim sakit woy. Lepasin, gue kan bercanda doang Prim. Mak ampunin gue dong, jangan patahin tangan gue ya. Gue belum sah jadi dokter," pinta Joo
Prima melepaskan tangan Joo.
"Aw... Apaan sih Prim, gitu doang. Sensi banget. Sakit tau (kesakitan)," keluh Joo
"Udah deh, pagi-pagi jangan bikin gue pusing," kesal Prima
"Dih, Mak gue marah. Bdmd ya lu? Atau lu bulanan ya?" tanya Joo
"Joo (lirik sadis)," panggil Prima
"Nggak mak, ampun. Yuk kekelas aja," ucap Joo
"Huh.. Yaudah," ucap Prima
"Tapi lu utang penjelasan ya ke gue," ucap Joo
"Hmm," jawab Prima
Mereka berdua pun masuk ke kelas.
Joo adalah sahabat Prima sejak SMA. Joo adalah pria kaya yang sangat playboy. Sejak pernah menembak Prima dan ditolak ia menjadi sangat takut pada Prima dan menjadi sahabatnya.
_____________________________________________
Cek karya lain saya: Penjara Cinta Tuan Muda
Zora harus menjadi pengganti kakaknya saat pernikahannya. Namun kakaknya berjanji akan segera membuat Zora dan Gavin bercerai. Sudah 2 bulan kakaknya malah belum ada kabar! Malah kini ia dipenjara oleh suaminya sendiri, Gavin. Ia hanya diijinkan untuk kuliah saja, itu pun harus pakai bodyguard.
Zora benar-benar stress, ia merasa seperti tahanan saja. Ia menyesal menikahi Gavin, memutuskan Radit pacarnya. Tapi selama masih ada kakaknya, ia berharap kelak bisa bercerai dan menikahi Radit. Tapi tiba-tiba Radit malah datang sebagai dokter pribadi Gavin. Lantas apa yang terjadi nanti?
Joo atau Jhony adalah teman SMA Prima. Saat SMA Joo pernah menembak Prima didepan teman sekelas Prima tapu ditolak mentah-mentah. Alhasil sekarang Joo malah jadi teman dekat Prima. Walau Joo adalah pria tampan, playboy dan suka menghamburkan uang ia memiliki perasaan tersendiri untuk Prima, namun Prima selalu menganggapnya bercanda. Siapa yang tau kalau saat kuliah mereka ambil jurusan yang sama, yaitu kedokteran.
Waktu berlalu begitu cepat, tiba saatnya pulang kuliah. Prima hendak keluar kelas namun dicegah oleh Joo.
"Mo kemana Prim? Lu kan belum jelasin apa-apa ke gue?" kesal Joo
"Lain kali aja ya Joo, gue dijemput sama Devan. Males gue kalo mesti debat ma dia," kesalku
"Siapa dia? pacar baru?" tanya Joo
"Ish, lu mah pacar mulu. Dia tu cowok yang anter gue tadi. Oke, ntar malem ya, jemput ditempat latihan gue trus kita makan, gue jelasin semuanya," ucap Prima
"Ok boss," jawab Joo
Prima bergegas keluar karena takut dicari Devan. Namun semua berbanding terbalik, Prima menunggu diluar selama 1 jam. Devan tak kunjung datang.
Tin..Tin...
"Woy, Prim ngapain?" teriak Joo
"Lah, kok lu belum balik?" tanya Prima
"Biasa, anak ganteng kalo mau pulang tu telat. Banyak anak baru ngejar-ngejar gue," ucap Joo
"Ish, PD amat jadi orang," kesal Prima
"Lo gak cemburu kan?" tanya Joo
"Cemburu palalu," kesal Prima
"Yuk, bareng gue aja. Jangan kayak cewek abis di PHP disini," ajak Joo
"Kuylah," jawab Prima
Prima tak mau ambil pusing, daripada menunggu Devan yang belum tentu datang Prima lebih memilih pulang bersama Joo.
Di Mobil..
"Tumben lu bawa mobil?" tanya Prima
"Biasa, motor masuk bengkel. Ya kali Prim gue dianter supir," ucap Joo
"Lu laper ga? Makan yuk, sekalian gue jelasin," ajak Prima
"Kuy lah," jawab Joo
Di sisi Lain....
"Sayang, kamu udah kenyang makannya?" tanya Katlyn
"Udah dong," jawab Devan
Yap, Devan sedang makan siang bersama pacarnya sampai lupa untuk menjemput Prima. Devan melihat jam.
"Astaga, ini pukul 1 siang?" kaget Devan
"Kenapa sayang?" bingun Katlyn
"Aku ada janji, kamu pulang sendiri ya. Atau aku suruh sopirku jemput kamu?" tanya Devan
"Hih, kamu gak asik. Anterin pulang dong" bujuk Katlyn
"Maaf ya, beneran aku ada janji penting. Sorry ya, bye," ucap Devan
Devan bergegas menuju kampus Prima. Namun apa? Prima sudah tidak ada. Malah Devan marah-marah sendiri.
"Kemana sih tu cewek. **** apa, gue suruh tunggu disini juga," kesal Devan
Di sisi Lain...
Warung Mie Ayam Pak No
"Pak biasa," ucap Prima
"Ok mbak Prim," jawab pak No
"Masih sering aja lu kesini. Ampe yang punya warung hapal ma lu," ucap Joo
"Kenapa? Emang makan disini tu enak, murah dan ga kebanyakan gaya," jawab Prima
"Oke-oke, trus gimana penjelasan yang tadi?" tanya Joo
"Jadi gini.... " jelas Prima
Prima menjelaskan semua dari A-Z dan sedetail-detailnya pada Joo.
"Wah gila lu Prim. Nikah ma gua aja kenapa, kan udah ganteng, baik, tajir, pinter kurang apalagi coba," yakin Joo
Tuk...
Prima memukul hidung Joo dengan sendok.
"Paan sih Prim," kesal Joo sambil mengelus hidungnya
"Hahahaha. Benerin tu sifat, baru gue suka sama lu," gurau Prima
"Walau gue jelek dimata lu, tapi siapa lagi yang bisa buat lu ketawa sampe kaya gini?" yakin Joo
Prima memeluk Joo.
"Emang, lu best friend gua Joo," senang Prima
"Lu gak takut?" tanya Joo
"Takut kenapa?" bingung Prima
"Gua ini cowo normal lo," ucap Joo
"Loh, masih normal ternyata. Hahahaha," tawa Prima
"Parah lo Prim," kesal Joo
Waktu berlalu dengan cepat. Setelah selesai makan, Prima diantar pulang oleh Joo.
Di Depan Rumah Prima
"Thanks Joo," ucap Prima
"Yok i, gimana? Perlu gua lamar ga? Mumpung udah sampe rumah lu?" gurau Joo
"Lamar aja kalo pengen kaki lu patah," jawab Prima
"Santuy woy. Besok lu gue jemput ya," ajak Joo
"Gak usah lah, ngerepotin," ucap Prima
"Santuy, ga ada kata ngerepotin dalam persahabatan," ucap Joo
"Yaudah, kalo lo gak repot," ucap Prima
"Oke lah. Bye Prim," ucap Joo
"Bye, hati-hati," ucap Prima
Sampai dirumah Prima melihat jam. Jam menunjukan pukul 15.00 PM. Prima istirahat sejenak dan langsung mandi untuk bersiap ketempat latihan. Genap pukul 16.30 Prima berangkat ketempat latihan.
Di Tempat Latihan...
"Mbak Prima.. " panggil anak-anak latihan
"Hai... " sapa Prima
"Kok lama gak latihan mbak?" tanya anak-anak
"Kan mbak Prima ada kuliah," jawab Prima
"Tapi kami kangen loh mbak," jawab anak-anak
"Iya, kalo ga ada kelas mbak pasti latihan kok dek," jawab Prima
*Di tempat latihan silat Prima, tidak ada panggilan kak, pak, ataupun bu. Untuk memanggil saudara dengan tingkat yang lebih tinggi menggunakan mbak atau mas. Untuk memanggil saudara dengan tingakatan rendah menggunakan adek.
"Mas Pram mana?" tanya Prima
"Biasa mbak, ruang utama," jawab anak-anak
"Oke makasih," jawab Prima
*Mas Pram atau Mas Pramono adalah pria berusia 48 tahun yang merupakan tetua ditempat latihan Prima.
Bagi Prima, Mas Pram adalah ayah kedua dihidupnya. Terkadang saat ada banyak masalah, Prima hanya bercerita pada Mas Pram. Bagi Prima, Mas Pram lebih dekat daripada keluarganya sendiri.
**********
Di Ruang Utama
"Mas... " panggilku
"Sini Prim.. " panggil Mas Pram
"Oke mas," jawab Prima
Prima pun duduk didepan mas Pram.
"Masalah apa lagi?" tanya Mas Pram
"Kok tau? Oh, bukan mas Pram namanya kalo gatau masalah sekecil ini" ucap Prima sambil memalingkan wajah "mas gak perlu nanya kan? Udah tau semua masih aja tanya?" kesal Prima
"Hehe, sini tangannya," ucap mas Pram
Mas Pram melihat telapak tangan kiri Prima.
"Pecah namun lurus, garis tanganmu. Prim, Mas tau hidupmu memang berat. Tapi mas akan lebih tau kalau kamu punya kesabaran yang tinggi," ucap mas Pram
"Hmmm... " jawab Prima
*Mas Pram memiliki ilmu kebatinan yang tinggi. Jadi dengan hanya menatap mata orang atau melihat garis tangannya, Mas Pram akan langsung tau permasalahannya.
"Mas..... hiks... hiks... hiks... " tangis Prima
"Menangislah, itu wajar. Menangislah sepuas hatimu. Mas malah bersyukur kalau kamu masih bisa menangis dek," ucap mas Pram
Sekuat apapun Prima, kalau sudah bertemu mas Pram ia tidak bisa membendung tangisnya dan akan mencurahkan semua isi hatinya.
"Do.. Ambilin minum" ucap mas Pram
"Iya yah," jawab Aldo
Aldo adalah anak pertama Mas Pram yang lebih tua 2 tahun diatas Prima. Ia adalah pria yang disukai Prima.
"Ini yah," ucap Aldo sambil menyodorkan air minum
"Makasih mas," jawab Prima sambil menangis
"Kenapa sih Prim? Masalah lagi?" bingung Aldo
"Kayak bisanya. Prima kan anak cengeng," ejek mas Pram
"Mass.... " kesal Prima sambil mengusap air matanya
"Lah, emang kamu anak cengeng kok. Tiap kali kesini pasti nangis," ejek mas Pram
Seketika Aldo memeluk Prima.
"Sabar Prim, aku yakin kamu pasti bisa hadapi semua cobaan ini," ucap Aldo sambil mengelus kepala Prima
"Ehemm... " deheman Mas Pram mengagetkan Aldo dan Prima.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!