Orang bilang,cinta di masa SMP hanya akan menjadi cerita lucu saja.Bahkan mereka sering menyebutnya cinta monyet,yang hanya di nikmati di masa remaja saat masih bersama-sama saja.Dan ketika waktunya kelulusan tiba dan kita diharuskan untuk bersekolah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,maka berjalannya waktu cinta itu akan pudar begitu saja.
Tapi tidak denganku,walau dulu aku dan dia bukan pasangan namun cintaku padanya masih terbingkai indah dihatiku hingga detik ini. Dan tak seorang pun sanggup menggeser namanya dari hatiku,walaupun begitu banyak wanita yang mencoba hadir dalam hidupku.
💖💖💖
Hari ini...tidak pernah ku sangka,akhirnya aku kembali lagi ke kota ini.Sebuah kota kecil yang mempunyai arti besar dalam hidupku,memberi berjuta kenangan-kenangan manis yang tak bisa terlupakan begitu saja.
Menapakkan kaki ke kota ini,ingatanku seolah merewind semua kejadian-kejadian yang pernah menemani masa remajaku. Satu per satu kenangan masa lalu ku melintas indah dalam pikiranku.Tak banyak yang berubah dari kota ini,meski aku sudah meninggalkannya sejak 13 tahun yang lalu.
Dokter Hakim Ahmad
Namaku Hakim Ahmad,lajang usia 28 tahun.Aku seorang dokter penyakit dalam lulusan Universitas Airlangga Surabaya.
Aku lahir di kota pelajar ini dan tinggal disini hingga aku melewati masa remajaku karna ketika lulus SMP aku harus ikut kedua orang tuaku yang di pindah tugaskan ke kota Surabaya.
Kini setelah 13 tahun berlalu,tugasku sebagai dokter mengantarku kembali ke kota ini. Tak pernah ku sangka aku di pindah tugaskan di sebuah rumah sakit daerah di kota ini.
Saking asiknya melamun,tak di sangka taksi yang ku tumpangani dari bandara tadi akhirnya sampai juga ke rumah Dimas sahabatku.Setelah membayar ongkos,aku pun berjalan masuk menuju rumahnya.
'Tok...tok...tok...'
"Assalamu'alaikum..." seru ku.
"Wa'alaikumsalam..." terdengar jawaban seorang wanita dari dalam rumah.
'Ckreeek...' pintu rumah pun terbuka,tampak seorang gadis cantik tersenyum manis menyambutku.Dia pasti Ayu adik dari Dimas sahabatku.
"Maaf...cari siapa ya mas..." tanyanya padaku
Matanya yang bulat itu menatapku tak berkedip,yach maklum aku kan termasuk cowok yang lumayan sanggup membuat kaum hawa terpukau oleh penampilanku. Bahkan kata teman-teman di kampusku dulu,aku termasuk Arjunanya fakultas kedokteran...hehehe...
"Dimas ada?" jawabku balik bertanya,Ayu masih diam seolah menunggu kelanjutan omonganku.
"Saya Hakim...sahabat Dimas...emm Dimasnya ada?" lanjutku sambil mengulang pertanyaanku.
"Akh...Mas Hakim...Mas Hakim temen Mas Dimas waktu SMP itu bukan?"
"Hehehe...Iya...Alhamdulillah masih ingat...kamu Ayu bukan?"
"Iya mas,saya Ayu adiknya Mas Dimas...mari silahkan masuk mas...silahkan duduk dulu..." jawabnya ramah.
"Mas Dimas lagi mandi,sebentar lagi juga selesai...Mas Hakim mau minum apa? Teh apa kopi...?" katanya lagi.
"Kopi hitam boleh tapi gulanya sedikit aja ya..."
"Okey...pesanan siap dibuat...mohon ditunggu ya..." ucap Ayu dengan gaya centilnya yang sudah ada sejak dulu.
Dulu aku memang paling sering main di rumah ini,bahkan tak jarang sampai menginap karna belajar bersama dan mengerjakan tugas bersama. Yah rumah ini salah satu rumah yang menyimpan kenanganku,rumah yang tak banyak berubah dari sejak jaman dulu.
Tak begitu lama aku menunggu,akhirnya Dimas muncul dari dalam kamarnya dengan berpakaian seragam karyawan rumah sakit. Dimas memang salah satu karyawan di bagian farmasi di rumah sakit tempat aku bertugas nanti.
"Hai...apa kabar bro..."ucapnya sambil menjabat tanganku.
"Alhamdulillah baik...kamu sendiri bagaimana???" tanyaku padanya.
"Ya seperti yang kau lihat...masih lumayan gantenglah,walaupun tak seganteng kamu tapi yang penting aku sudah laku...hahaha"
Kami pun tertawa bersama...Dimas memang orangnya gokil...tak seperti aku yang sedikit kaku dan cenderung pendiam. Makanya kami berdua dari dulu selalu cocok karna kami saling melengkapi. Dimas termasuk orang yang ramahnya diatas rata-rata. Sementara aku tipe orang yang malas berbicara hal-hal yang nggak penting,tetapi kalau aku sedang menghadapi pasien sisi ramahku muncul begitu saja. Ya maklum,sebagai dokter penyakit dalam,pasienku lebih banyak para lansia dibanding para anak muda apalagi para gadis.Makanya harus menghadapi dengan teliti dan sabar. Tapi karna lingkupku itu juga hingga usiaku yang sekarang,jangankan istri...pacar saja aku belum pernah punya.
"Tak disangka kita akan satu tempat kerja ya kim,walaupun berbeda jabatan tapi aku senang kita bisa sama-sama seperti 13 tahun yang lalu."
"Iya..." jawabku singkat
Tiba-tiba dari arah pintu masuk seorang anak kecil berusia 5 tahunan.
"Papa..." ucap anak kecil itu yang berlari menghampiri Dimas...
"Hai anak papa...mana salamnya...???" kata Dimas
"Assalamu'alaikum..." katanya
"Wa'alaikumsalam...mama mana Vio..." tanya Dimas
"Mama sama uti Vio tinggal...habis jalannya lama..."
"Papa...om ganteng ini siapa???" tanya Vio dengan gaya centilnya
"O iya...om ganteng ini teman papa,ayo salim dulu..."
Vio mendekati aku dan mengulurkan tangannya,aku pun menyambutnya dengan senyuman.
"Siapa namanya si cantik ini???" tanyaku
"Viona Olivia Darmawan...kalo om ganteng namanya siapa???" tanyanya
"Om Hakim..." jawabku
"Cuma itu??? Nama yang panjangnya dong..."
"Hakim Ahmad..." kataku tapi Vio malah tampak bengong ketika aku menyebut nama panjangku,matanya pun tak berkedip memandangku.
"Kenapa?? Apa nama om terdengar aneh??? Apa ada yang salah dari om???" tanyaku penasaran.
Dia menggelengkan kepalanya,lalu matanya berkedip-kedip lucu.
"Kok om nggak ada mirip-miripnya sama Rafi Ahmad..." katanya tanpa ekspresi.
Buahahaha...kami pun tertawa terbahak-bahak.Kirain ada apa teryata,gara-gara nama belakangku ada Ahmad nya maka dia mengira aku saudaranya artis Rafi Ahmad.Aduh Vio...Vio...
Ketika kami sedang menertawai kelucuan Vio,Ayu datang membawa dua cangkir kopi hitam bersama kue pukis kesukaanku.
"Vio bikin ulah apa ni...kok sampe pada tertawa terbahak-bahak gitu..." tanya Ayu sambil meletakkan barang bawaannya.
"Silahkan diminum dan dimakan kue nya mas" ucap Ayu
"Ateee...Vio nggak bikin ulah kok...Vio cuma bilang om ganteng kok nggak ada mirip-miripnya sama Rafi Ahmad,padahal kan namanya mirip...tapi malah diketawain sama papa dan om ganteng..." katanya polos dengan bibir cemberut.
Ayu pun terlihat menahan tawa,mungkin dia tak sampai hati jika terang-terangan tertawa,takut Vio kecewa.
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
Assalamu'alaikum...
Bismillah...kali ini Author kembali menyuguhkan karya baru. Semoga diberi kemudahan dan kelancaran...
Mohon dukungan Reader semua lewat like dan komennya ya...agar Author bisa membuat karya yang lebih baik lagi...
Selamat membaca...semoga bisa menghibur...
Terimakasih...🙏🙏🙏
Vio kini sedang asik dengan mainannya,sementara Ayu tadi pamit untuk berangkat ke kampus pagi-pagi. Teryata selain dia tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir,dia kini juga tercatat sebagai seorang asisten dosen di kampusnya. "Hebat" bathinku...
"Oya Kim,sementara kamu belum dapat tempat tinggal kamu tinggal disini aja dulu,nggak usahlah nginap di hotel. Ibu pasti setuju dan senang mendengar kau menginap disini,kamu bisa menempati kamar depan yang dulu jadi kamarku."
"Trimakasih Dim,tapi sementara menunggu pengontrak rumahku pindah,aku sudah dapet kontrakan kecil dibelakang rumah sakit,lumayan rapi dan bersih,lagian aku disitu paling cuman sekitar 6 bulan ini."
"Makanya sekarang aku mau minta tolong kamu buat nganter aku kesana,soalnya kemarin kan aku dapet kontrakan itu dari situs iklan online,jadi belum liat aslinya. Kalau harus kesana sendirian kan males banget...hehehe...tar kita cari sarapan dijalan aja deh..." ucapku.
"Oke tapi tunggu ibu dan istriku sampai rumah dulu ya...?"
Aku mengangguk
"Dan sekarang aku tinggal dulu sebentar,buat siap-siap tar kalau mau berangkat kerja..."
Aku kembali menganggukkan kepalaku...
Tak berapa lama terdengar suara seseorang uluk salam di teras rumah.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..." jawabku sambil berdiri menyambut.
Seorang wanita berhijab masuk dengan menggandeng seorang wanita berumur. Beliau adalah ibunda Dimas dan wanita yang menggandengnya itu pasti istrinya Dimas.
Aku bersalaman mencium punggung tangan ibunda Dimas. Ibunda Dimas pun menyambut dengan senyuman.
"Sehat bu..." kataku
"Alhamdulillah...anak ini siapa ya...kok rasa-rasanya nggak asing..." ucap beliau yang kemudian didudukan dikursi oleh istri Dimas.
"Saya Hakim bu...teman Dimas semasa SMP dulu...yang sering menginap disini" jawabku.
"Oalah iya...ibu baru ingat,dua hari yang lalu Dimas bilang kalo sahabatnya yang jadi dokter mau ditugasin di rumah sakit tempat dia bekerja. Bahkan dia juga sempat ngasih lihat fotomu,makanya ibu ngerasa nggak asing. Tapi dasar orangtua ya nak Hakim...tetep saja ada lupa nya...hehehe" ucap beliau.
"Saya tinggal masuk dulu bu..." pamit istri Dimas
Ibunda Dimas mengangguk dan Vio pun berlari mengekori ibunya.
"Mama ikut..." rengeknya,istri Dimas pun berhenti menunggu anaknya.
"Nak hakim ini dokter spesialis apa ya?"
"Saya spesialis penyakit dalam bu..."
"Ibu juga kontrol tiap bulan di poli penyakit dalam...kalau Nak Hakim praktek disana,besok ibu priksa sama Nak Hakim saja,boleh kan ya..."
"Iya bu...tentu saja boleh...dengan senang hati..."
"Ngomong-ngomong...ini tadi Nak Hakim sudah lama datangnya?"
"Baru saja kok bu..." jawabku
"Eh iya,Nak Hakim ini putra atau putrinya berapa?" tanya ibunda Dimas.
Sebenarnya pertanyaan seperti ini yang selalu membuatku keki kalau ada yang tanya padaku tapi ya mau gimana lagi,pada kenyataannya pertanyaan ini pula yang begitu sulit ku hindari. Baru saja aku mau menjawab,tiba-tiba Dimas mewakiliku menjawab pertanyaan ibundanya tapi tentu saja dengan jawaban yang membuat aku ingin mencekik lehernya.
"Jangan tanya soal itu bu...Istri aja belum punya gimana mau punya anak...Dia itu ganteng-ganteng nggak laku bu...hahaha...walaupun dia lebih gaanteng dari aku tapi masih larisan anak ibu ini daripada dia..." kelakarnya dengan wajah puas karna bisa mengejekku. Geram rasanya aku padanya.
Selesai melancarkan ejekannya,Dimas pun berjalan keluar untuk memanasi mobilnya.
"Hush kamu ni Dim...Nak Hakim ini cuman belum ketemu jodohnya saja" jawab ibundanya
"Atau Nak Hakim ini memang terlalu pilih-pilih kali ya..." lanjutnya
"Yang pasti memang belum ketemu jodohnya itu bu..." jawabku
"Ya...minta bantuan Alloh untuk mendekatkan jodohmu nak...orangtuamu pasti sudah sangat menginginkan cucu darimu. Ibu do'akan,semoga selama bertugas disini kamu secepatnya bertemu jodoh sholehah mu nak,jodoh yang bisa membagiakan dunia akhirat..." ucap ibunda Dimas tulus.
"Aamiin ya Robbal Aalamiin...terimakasih atas do'anya bu...Semoga Alloh mendengar dan mengabulkan do'a ibu untuk saya..."
"InsyaAlloh nak..."
Dimas kembali masuk ke rumah dan memanggil istrinya untuk berpamitan.
"Mobil sudah siap Mr.Jomblo...kita berangkat sekarang?" tanyanya yang belum puas-puas juga menggodaku.
"Hmmm..." jawabku jengkel
"Bu,Dimas sama Hakim mau berangkat dulu..."
"Lho nggak sarapan dulu to...."
"Enggak bu terimakasih...lain waktu saja,soalnya masih ada yang harus kami selesaikan pagi ini. Saya pamit dulu bu...Assalsmu'alaikum..." jawabku sambil bersalaman dan mencium tangan ibunda Dimas.
"Wa'alaikumsalam...sering-sering main sini Nak Hakim..."
"InsyaAlloh bu..."
"Ma...,aku berangkat dulu" pamit Dimas pada istrinya yang langsung mencium tangan suaminya,si kecil Vio pun nggak mau ketinggalan mencium tangan papanya dan juga mencium tanganku.
"Om ganteng,jangan lupa besok main sini lagi ya...nanti Vio kenalin sama temen-temen Vio ya..." katanya centil,sementara aku hanya mengangguk dan tersenyum saja.
Akh,pemandangan yang sangat menyejukkan hati.Mungkin satu hari nanti jika aku berkeluarga, aku juga akan begitu kali ya...hehehe...
Mobil pun segera melaju dengan kecepatan sedang,karna jalanan masih agak lengang maka tak butuh waktu lama kami pun sampai di rumah kontrakanku.
Setelah menemui pegurus kontrakan untuk meminta kunci,aku pun segera menuju ke tempat kontrakanku.
"Ayo masuk dulu,selesai aku mandi baru kita cari makan..."
"Kita makan di kantin rumah sakit saja Kim...tar sekalian kenalan sama pengelola dan pegawai kantin"
"Terserah kamu...aku manut saja,yang penting aku tinggal mandi dulu ya..." kataku yang langsung menuju ke kamar mandi.
Selesai mandi kami pun berangkat ke rumah sakit yang memang cuman deket dari tempat kontrakan ku.
Tapi walaupun deket,kami tetap naik mobil sebab sudah dari rumah Dimas tadi dia bawa mobil...hehehe...
Suasana kantin masih sepi...kulirik jam tanganku baru menunjukkan pukul 7.30 pagi...masih ada setengah jam lagi buat karyawan absen hadir. Ternyata di kantin karisma Dimas boleh juga,dari mulai kaki kanan sampai dipintu kantin sampai kami berjalan mencari tempat duduk,hampir semua pegawai kantin menyapanya.
Dimas Darmawan Sasmita.
"Pagi Pak Dimas...tumben mampir kantin pagi-pagi...nggak sempet sarapan di rumah ya..." ucap seorang wanita yang duduk dibalik meja kasir.
"Iya ni...gara-gara ada tamu minta anter pagi-pagi...jadi aja ngelewatin masakan istri...hehehe..." jawab Dimas.
"Pak Dimas siapa tuh yang disampingnya kok nggak dikenalin,takut kesaing ya..."ucap salah satu pegawai kantin.
"Eh iya...ini dokter baru ni...Namanya dokter Hakim,beliau dokter penyakit dalam.Hari ini beliau mulai bertugas..."ucap Dimas bak pidato.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk,lalu memilih tempat duduk yang agak jauh dari meja yang lain.
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
Seorang gadis menghampiri kami memberikan daftar menu dan nota pemesanan ditangannya.
"Terimakasih..." jawabku singkat sambil menerima daftar menu dari tangannya.
Aku melihat-lihat daftar menu yang ada di tanganku,sedangkan Dimas masih asik dengan ponselnya.
"Dim,mau makan apa nih..." tanyaku padanya
"Lah kamu sendiri mau makan apa?" ucap Dimas balik nanya.
Dimas meletakkan ponselnya,lalu melihat-lihat menu yang ada. Aku sengaja memberikan daftar menu pada Dimas karna aku merasa risih diliatin terus sama gadis pegawai kantin itu.
"Aku...makan soto sapi aja deh dan minumnya teh hangat aja. Kamu Kim..." ucap Dimas
"Jus Alpukat aja tapi jangan kasih es jangan kasih susu. Gulanya juga diganti ini aja..." aku memberikan gula rendah kalori pada gadis itu,tapi teryata matanya dari tadi masih fokus menatapku.
"Hai...hallo...Dewi...kok malah bengong..." ucap Dimas.
Dimas menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Dewi,membuat Dewi terkejut.
"Eh...emmm...bapak tadi pesan apa saja?" tanya Dewi yang terlihat gugup.
"Haduh kamu ya Wi...pagi-pagi sudah bengong aja...Cepat catat sekarang..." ucap Dimas agak kesal.
"Soto sapi 1,teh hangat 1 dan jus alpukat tanpa es,tanpa susu dan gulanya diganti ini ni" kata Dimas sambil memberikan gula rendah kalori punya ku tadi.
"Cepat nggak pake lama...keburu siang dan keburu laper" tegas Dimas yang masih pasang tampang kesalnya.
"Hahaha...udah laper banget ya...kok sampe segitu nya..." godaku.
"Bukan cuma masalah laper doang Kim tapi sebel sama si Dewi itu,kerja kok nggak profesional. Dari dulu aku paling nggak suka kalo lagi ngomong tapi yang diajak omong nggak memperhatikan...kamu tau itu kan?" tanya Dimas bersungut-sungut.
"Ya...ya...ya..." jawabku sambil menahan tawa
Ya memang benar,dari dulu Dimas ya begitu,paling tidak suka kalau lagi ngomong lawan bicaranya malah mengabaikannya. Sebenernya sih semua orang ya bakal begitu...tapi kalau dia kadang menanggapinya suka agak berlebihan,bahkan dia bisa sampai ngamuk.
Selesai sarapan,kami pun menuju mesin absensi kemudian bersiap-siap mengikuti apel pagi.
Ketika apel pagi berlangsung,direktur rumah sakit memperkenalkan aku sebagai dokter baru.
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh...Selamat pagi semua...Kawan-kawan sejawat,hari ini kita kedatangan tenaga ahli yang bertalenta,masih muda dan saya dengar juga masih single dari Kota Surabaya. Beliau adalah dokter Hakim Ahmad,Sp PD. Selamat bergabung dokter...semoga kedepannya kita bisa menjalin kerjasama dalam kekeluargaan seperti yang telah menjadi semboyan kami di sini. Sekian sambutan dari saya. Waktu saya berikan kepada dokter Hakim untuk memperkenalkan diri. Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh" sambut direktur rumah sakit.
"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab peserta apel.
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh...Trimakasih atas waktu yang telah diberikan kepada saya. Seperti yang telah disampaikan oleh dokter Rizal tadi,nama saya Hakim Ahmad,lahir di kota ini 28 tahun yang lalu. Saya bersekolah disini sampai SMP dan pindah ke kota Surabaya sampai akhirnya saya ditakdirkan untuk kembali ke kota kelahiran saya,dengan mengabdi di rumah sakit ini. Untuk tempat tinggal,saya saat ini sementara tinggal di sebuah kontrakan di belakang rumah sakit ini. Karna saya disini masih berstatus dokter baru maka saya mohon petunjuk dan bimbingannya,juga kerjasamanya. Sekian perkenalan dari saya...semoga kita bisa menjalin kerjasama dengan baik...Wassalamu'alaim warohmatullahi wabarokatuh..." ucapku mengakhhiri sesi perkenalan.
Setelah selesai apel pagi,semua kembali menuju tempat kerja masing-masing. Aku diajak berkeliling rumah sakit oleh direktur rumah sakit yang ditemani oleh beberapa karyawan staff rumah sakit.
"Dokter Hakim...ini adalah ruang IGD kami,didalam di sediakan 5 ruang penanganan dan sebelahnya adalah ruang rontgen..." jelas dokter Rizal,direktur rumah sakit mengawali perjalanan kami.
Aku memperhatikan setiap ruangan yang diperkenalkan padaku,karna aku tak ingin kedepannya aku menyulitkan rekan-rekan kerjaku hanya karna aku tak hafal tempat-tempat di rumah sakit ini. Ketika kami sampai di depan ruang kemoterapi,tiba-tiba tanpa sengaja mataku menangkap sesosok wanita yang selama ini aku rindukan,wanita di masa laluku yang hingga kini masih mengisi relung hatiku. Dia adalah Rahma Syafira. Aku ingin sekali menyapanya tapi langkahku terhenti ketika dia masuk dan keluar lagi dari ruang kemoterapi tersebut bersama seorang laki-laki yang keliatannya cukup tampan,aku kurang jelas melihatnya karna wajahnya terhalang dengan topi yang dipakainya. Aku yakin itu suaminya,karna setahuku Rahma adalah anak tunggal dan tidak akan mungkin seorang Rahma yang berhijab mau menyentuh atau disentuh oleh laki-laki yang bukan muhrimnya. Tapi siapakah yang sakit...Rahmakah atau suaminya?
"Dokter Hakim..." panggilan dokter Rizal,direktur rumah sakit membuyarkan lamunanku.
"Eh...iya dok..." jawabku sedikit gugup.
"Sejauh ini ada yang dokter ingin tanyakan?"
"Sepertinya tidak dok...terimakasih...InsyaAlloh saya bisa mengingat semuanya dengan baik dok,jadi saya tidak akan tersesat di rumah sakit yang sebesar ini..." ucapku sambil tersenyum.
"Alhamdulillah...Karna semua ruangan sudah dijelajahi,kalo begitu sekarang dokter sudah bisa mulai menjalani praktek perdana dokter di poli peyakit dalam..." kata dokter Rizal.
"Siap dok..." jawabku mantab
"Selamat bekerja dok...semoga bisa menjadi hari yang menyenangkan"
"Terimakasih banyak dok..." jawabku
Aku berjabat tangan dengan dokter Rizal dan staff yang lain,kami pun berpisah menuju tempat kerja masing-masing.
Aku melangkah menuju poli penyakit dalam,sepanjang koridor mataku mencoba menyapu sekeliling berharap bisa menangkap sosok Rahma Syafira kembali. Karna aku yakin dia masih ada disini.
Tapi...akh betapa tak tau malunya aku,mengharap bertemu dengan seseorang yang telah menjadi istri orang lain.
"Sadar Kim...sadar...dia sudah tak sendiri..." ucapku pada diriku sendiri.
Tak terasa langkahku telah sampai di depan poli penyakit dalam,antrian sudah cukup banyak dan dokter Rahayu,Sp PD serta dokter Wirawan,Sp PD yang sama-sama praktek denganku pun sudah siap di ruangannya masing-masing.
"Sudah selesai jalan-jalannya dok" tanya suster Amel
"Lumayan pegel kan dok keliling rumah sakit" ucap suster Ningsih sambil tersenyum ramah.
"Iya sus...tapi itung-itung olah raga pagi biar sehat...hehehe" jawabku sekenanya.
"Dokter Rahayu dan dokter Wirawan sudah mulai sus?"
"Belum dok...beliau-beliau juga baru saja sampai..."
"Rekam medis pasien dokter sudah saya taruh dimeja dok..."
"Oke...Kita mulai dengan pasien pertama saya ya sus...saya sudah siap..." kataku
"Baik dok..."
Bismillah...semoga dilancarkan dihari pertamaku kerja,do'aku sambil melangkahkan kakiku menuju ruang praktekku...
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!