NovelToon NovelToon

TERJERAT CINTA DUDA

Pria Misterius

"Maafkan aku Alana, kita harus berpisah dengan cara yang seperti ini." Ucap seorang pria bernama Calvin.

"Semoga mas Calvin bahagia, aku pergi."

-

-

Alana Shaabira Dewantara, anak kedua dari pengusaha terkenal Alarich Dewantara & Aleesya Bagaskara harus menelan pil pahit, tak kala kekasihnya Calvin menerima perjodohan dari orang tuanya dengan terpaksa. Dan harus mengakhiri hubungannya dengan Alana.

Bohong kalau hatinya tak hancur. Hampir 5 tahun Alana menjalin hubungan dengan Calvin, yang merupakan dosennya dulu semasa kuliah. Selama itu juga, papihnya Alana sangat protektif terhadap anak perempuannya.

Alana tak di ijinkan menikah sebelum dia mendapat gelar dokter. Bukan cuma harapan orang tuanya saja, namun seluruh keluarga besarnya. Alana sama sekali tak pernah menyalahkan keluarganya apalagi orang tuanya.

Baginya, ini adalah jalan hidupnya. Dia berusaha bangkit dan menerimanya dengan lapang dada walaupun awalnya Alana hancur, tapi nasi sudah jadi bubur. Dia akan maju ke depan daripada harus melihat ke belakang.

-

-

Hampir 2 tahun setelah kejadian itu, Alana fokus menjalani profesinya menjadi dokter kandungan. "Pagi mamih, papih." Alana baru turun dari kamarnya ke ruang makan.

Disana seluruh keluarganya sudah menunggunya untuk sarapan pagi "Pagi sayang, ayo sarapan dulu. Kamu ada operasi enggak hari ini?" Tanya mamih Aleesya.

Alana berpikir sejenak "Kayaknya enggak deh mih, memang kenapa?" Katanya, sembari mengambil nasi dan lauk pauk.

"Nanti kamu temenin mamih beli tanaman. Sudah pada layu." Lanjut papih Al.

"Oke pih, Kak Athala mana?"

"Yaa biasa dia kerja."

Selesai sarapan Alana pamit pada orang tuanya. Kedua adiknya juga pamit kuliah. Mereka pergi ke tujuan masing masing.

-

-

BUGH

Di tengah perjalanan Alana tak sengaja menyerempet pengendara motor, dia mengerem mobilnya mendadak, dan kepalanya hampir terbentur stir mobil.

"ASTAGA! Aduh gimana ini?" Alana buru-buru keluar dari mobil dan menolong pengendara motor itu yang sudah jatuh ke bawah. Untung saja jalanan itu tidak terlalu ramai. Bisa bisa Alana di geruduk warga karena menabrak orang.

Sepertinya orang yang ditabrak adalah pria di lihat dari perawakannya. Dia memakai helm fullface hitam dan juga jaket kulit hitam.

"Ma-maaf pak, saya enggak sengaja. Bapak ada yang luka enggak? Kita kerumah sakit ya pak." Ucap Alana dengan raut wajah yang cemas.

"Cantik." Gumam si pengendara motor misterius itu. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat, dia hampir lupa kalau dirinya sedang buru-buru.

"Enggak masalah, saya buru-buru permisi." Ucapnya, dia bangkit dan langsung menyalakan motor gedenya lalu pergi dari hadapan Alana.

Alana mengusap-ngusap dadanya dan mengelap keringat di dahinya. Jujur saja dia tadi sangat panik sekali. "Aneh banget sih tuh orang, mau tanggung jawab juga main pergi gitu aja ngeselin."

Alana masuk lagi ke mobilnya dan langsung tancap gas menuju rumah sakit. Sesampainya di parkiran khusus staff matanya melihat motor gede tadi yang dia serempet. Dia menghampiri motor itu dan celingukan mencari pemiliknya.

"Iya kok bener, ini kan motor orang tadi. Tapi kemana yah? Apa dia staff di rumah sakit ini juga? Kok parkirnya disini sih?" Alana menaikan bahunya dan pergi dari sana. Hari ini seperti biasa tiap pagi selalu di adakan morning report.

-

-

-

CEKLEK

"Nah ini dokter Alana baru datang!" Ucap prof.Reyhan yang menunjuk Alana.

Alana sedikit tersenyum kikuk, dia menunduk hormat pada prof.Reyhan yang memanggilnya. Dia dipersilahkan duduk bersama para dokter lainnya. Di kursi tengah, ada pria yang memperhatikan Alana sedari tadi. Dia tersenyum manis ketika Alana datang.

"Jadi, wanita tadi adalah dokter disini, sungguh takdir yang tak terduga." Ucapnya dalam hatinya.

Meeting pagi itu dimulai dengan tertib dan ada sedikit arahan dari prof.Reyhan sebagai kepala pimpinan rumah sakit. Setelah meeting selesai, khusus untuk para dokter spesialis kandungan diminta stay di ruangan itu dulu.

Pria yang tadi duduk di tengah pun, sudah keluar dan mengintip dari celah pintu. "Sepertinya kita akan sering bertemu, cantik." Tak lama dia pun pergi dari sana.

-

-

-

Prof.Reyhan dan dokter Inneke menjelaskan, akan ada operasi besar yang akan melibatkan beberapa dokter obgyn termasuk Alana.

Dan Dokter Inneke memilih Alana, dan Deril sebagai pendampingnya. Alana dan Deril saling lirik. Ini pertama kalinya mereka akan bekerja sama di meja operasi.

"Ta-tapi kenapa saya dok? Maaf dok, saya baru dua tahun menjadi dokter kandungan, ilmu saya masih jauh sepertinya dok." Ucap Alana ragu.

"Saya percaya kamu, Alana. Saya yakin kamu bisa. Buktinya, dua minggu lalu kamu berhasil menolong seorang ibu yang susah melahirkan." Tutur dokter Inneke.

"Kamu pasti bisa dokter Alana." Ucap dokter Deril yang sudah mengincar Alana dari lama.

Alana menghela nafasnya "Baik dok, kapan?"

"Jadwalnya lima hari lagi, siapkan diri kalian mulai dari sekarang. Dan tiga hari sebelum operasi dimulai kalian cuti dulu supaya saat operasi nanti, kalian tidak kelelahan!" Ucap Prof.Reyhan.

Selesai meeting Alana dan Deril keluar dari ruangan itu. Deril pamit duluan, karena dia ada pasien. Dengan langkah gontay Alana pergi keruangannya dan duduk sambil memijat pelipisnya.

-

-

-

CEKLEK

"Bu Alana...kopi dulu." Ucap Maya asisten Alana di rumah sakit. "Thank's yah May." Alana menyeruput kopi itu dengan nikmat.

Maya memberikan data pasien hari ini, cukup banyak sekitar 40 orang. Alana juga menceritakan soal operasi yang akan dia jalani nanti. Maya yang sudah paham akan merubah jadwal Alana besok dan seterusnya.

Alana pun bekerja sampai sore hari. Cukup lelah hari ini hingga badannya sampai pegal. Dia menghubungi supir keluarganya supaya di jemput.

"Oke pak, cepat yah. Aku ngantuk banget." Dia tak berhenti menguap, memang matanya sudah sedikit merah.

Dia pun segera bersiap-siap dan merapihkan meja kerjanya. Selesai dari sana Alana keluar dan berjalan ke lorong rumah sakit.

BRUK

"Aaaww...sakit. Hati-hati donk pak!" Alana memegang bahunya yang memang kesakitan karena di tubruk seseorang.

"Ya ampun maaf yah, saya enggak sengaja. Eum, mau di periksa dulu?" Tanya pria itu.

Alana tak memperhatikan wajah pria itu, matanya mungkin sudah 5 watt karena kantuk yang tertahan, dia menggeleng pelan. Namun belum juga Alana menjawab pria itu, ia sudah mendapat telepon dari mamihnya.

"Halo mih...aduh Alana lupa lagi. Iya mih, Al ke depan sekarang." Dia memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Enggak usah! Permisi aku buru-buru." Alana berlari bergegas menuju lobby parkiran, mamih dan supirnya sudah ada disana menunggunya.

"Ternyata kalau di lihat dari dekat wajahnya lebih real. Alana, kelak kita akan bertemu lagi." Ucapnya, dengan wajah tersipu malu.

Pria itu sudah menghubungi seseorang untuk mencari tahu tentang Alana. Seperti ada sengatan listrik ketika bertemu gadis secantik Alana. "Oke, kabari saya!"

"Alana Shaabira Dewantara, jadi kamu keturunan Dewantara? Baiklah nona cantik, aku pastikan kita akan bertemu lagi." Ucap pria misterius itu dan dia pun pergi dari sana.

Terjebak Masa Lalu

Bukannya istirahat namun Alana malah melamun di balkon kamarnya. Dan balkon itu terlihat dari luar pagar rumahnya. Dengan rambut dicepol ke atas dan memakai baju rajut panjang, dia tengah menghirup udara malam.

Tanpa disadari tak jauh dari rumahnya, ada seorang pria tengah memotret dirinya dengan kamera profesional. Setelah berlama-lama memandang Alana, pria itu pun pergi dari sana.

-

-

"Ini tuan, informasi tentang non Alana." Ucap pria bernama Emil yang merupakan asisten pribadi lelaki pengagum Alana.

Dia membuka amplop coklat itu dan membacanya. Tak ada yang aneh, semuanya normal. Dia juga menyuruh Emil untuk mencetak photo-photo Alana yang tadi.

Pria yang mengagumi Alana adalah, Erlando Agathias. Seorang dokter dan pengusaha juga. Dia datang kerumah sakit jika hanya dibutuhkan saja. Erlando masih memiliki trauma yang mendalam ketika istrinya meninggal 2 tahun yang lalu.

Erlando membuka laci meja kerjanya dan mengambil photo pernikahannya dulu. Mereka belum di karuniai anak, karena penyakit yang di derita almarhum istrinya yaitu kanker rahim.

Sebelum meninggal almarhum istrinya berpesan, agar beberapa organ tubuhnya bisa di donorkan bagi yang benar benar membutuhkannya.

"Rania, maafkan aku. Tapi aku sepertinya sudah bisa membuka hati untuk wanita lain. Meskipun baru bertemu beberapa hari dengannya tapi aku merasa ada getaran berbeda."

"Rania, aku juga akan tetap mencintaimu dalam hidupku. Aku minta ijin untuk melanjutkan hidupku sayang." Lirih Erlando dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

-

-

-

Ditempat lain ada Alana yang termenung di balkon, dia belum mau tidur. Pikirannya melayang kemana-mana. Kandasnya hubungannya dengan Calvin. Di tambah sekarang ada Asraf, teman masa kecilnya yang tak henti mengejarnya.

Mungkin dulu sekali Alana memang mencintai Asraf, sebelum Calvin. Tapi setelah Asraf menikahi wanita lain, perlahan cinta yang dimiliki Alana pudar. Mungkin bisa di bilang kalau Alana saat ini sudah mati rasa.

"Ya Tuhan...aku juga ingin bahagia. Apa salah dan dosaku? Sehingga aku harus mendapatkan ujian ini." Lirih Alana sambil menatap langit.

Dia menarik nafasnya dalam-dalam dan menitikan air matanya. "Aku tahu, Tuhan pasti punya rencana yang indah." Alana pun masuk ke dalam kamarnya dan mulai beranjak tidur.

-

-

-

Hari-hari berjalan seperti biasa, sesuai arahan dokter Inneke, dia cuti 3 hari sebelum operasi di laksanakan. Alana hanya menghabiskan waktu cutinya dengan beristirahat dirumah.

Dan hari ini tibalah Alana akan melakukan operasi besar. Sebelum memulai, dia dan Deril juga para asisten perawat berdoa dulu. Deril juga memberikan arahan yang harus dikerjakan selama operasi berlangsung.

Dokter Inneke baru datang, dia juga bergabung dengan mereka. "Kalian sudah siap?"

"Insya Allah kita siap dok." Ucap dokter Deril dengan mantap sambil menatap Alana.

Proses operasi itu pun dilaksanakan dengan penuh ketegangan pada awalnya. Namun Deril yang disamping Alana, selalu meyakinkan wanita pujaan hatinya itu. "Tenang, jangan stress!" Kata Deril.

Alana mengangguk pelan dan melanjutkan operasinya. Setelah berjam jam para dokter ahli itu berjuang di meja operasi, kini mereka bisa menyelesaikannya. Alhamdulillah kedua bayi dan ibunya selamat.

Alana dan Deril keluar duluan, dokter Inneke masih di dalam. "Huft...Alhamdulillah selesai juga!" Alana seperti habis lari dia ngos-ngosan didepan pintu. Deril tersenyum manis melihatnya.

"Kamu hebat...aku yakin kamu pasti bisa." Ucap Deril sambil memegang bahu Alana.

Alana sedikit tak nyaman, dia melepaskan dirinya dan menunduk hormat, bagaimana pun Deril adalah seniornya disini. "Terima kasih dok. Saya duluan yah." Alana pamit dari sana dan menuju ruangannya.

"Lucu banget sih kamu, Al. Sulit sekali menaklukan hati kamu Alana, tapi aku enggak akan pernah menyerah."

-

-

-

"Ck...lebay banget!" Gumam Erlando yang mengintip dari balik tembok. Dia pun pergi dari sana dan kembali lagi ke kantor.

Berbeda dengan Alana yang sedang istirahat di ruangannya. Asistennya Maya masuk dan memberitahu kan bahwa ada tamu yang ingin bertemu dengan Alana.

"Siapa?"

"Eum namanya...Cal-cal... Aduh siapa yah?" Maya malah lupa lagi dengan nama tamunya.

"Calvin?" Ucap Alana "Nah, iya itu benar bu. Dia ada di ruang tunggu pasien." Lanjut Maya.

Alana mengangguk dan dia pun segera menemui Calvin. Memang hatinya sudah mati rasa atau entahlah Alana dengan santai menemui mantannya itu.

CEKLEK

"Ehmm...pak Calvin." Sapa Alana duluan dengan datar.

Calvin menoleh dan tersenyum hangat "Hai, Al. Apa kabar?" Tanya Calvin basa-basi.

Alana duduk di depan Calvin dengan santai "I'm good."

Calvin tertawa kecil "Kayaknya kamu enggak suka yah aku kesini?" Tanya Calvin penasaran.

"To the point aja, ada apa?" Tegas Alana dengan sorot mata tajamnya.

"Aku-aku udah cerai, Al dengan dia. Karena, dia mengandung anak yang bukan anakku!" Lirih Calvin dengan menunduk lemas.

Alana mengangguk seolah tak perduli atas penderitaan Calvin "Aku turut prihatin pak. Lalu?" Tanya Alana.

"Al, apa kita bisa kembali seperti dulu?"

Alana tersenyum getir mendengar hal konyol yang di lontar kan oleh mantannya itu, padahal Calvin sendiri dulu yang memutuskan untuk menerima perjodohan dari orang tuanya. Sekarang ia menemui Alana lagi dengan wajah memelasnya.

"Maaf, tapi saya enggak mau terjebak masa lalu lagi. Saya hanya akan melihat ke depan, permisi." Ketika Alana akan pergi tangannya di tahan oleh Calvin.

"Alana, aku minta maaf atas semua kesalahanku. Harusnya aku memperjuangkanmu dulu di depan orang tuaku. Dan harusnya aku enggak mengikuti kemauan mereka. Aku menyesal, Alana." Lirih Calvin dengan wajah sendunya.

Alana melepaskan tangan Calvin pelan "Terlambat! Lagi pula mungkin aku udah mati rasa. Jadi lebih baik anda pulang, saya masih ada pasien sebentar lagi." Dia pun pergi dari sana dengan perasaan yang campur aduk.

Hatinya sakit, tentu saja! Setelah dulu ditinggalkan, dengan gampangnya Calvin ingin kembali padanya. Karena alasan istrinya berkhianat. Alana menghapus air matanya dan ke ruangannya.

BRUK

Belum juga sampai diruangannya Alana malah bertubrukan lagi dengan seseorang "Astaga! Kamu enggak apa-apa?" Tanya Deril sambil mengecek Alana.

Alana yang baru ngeuh pun langsung menggeleng pelan "Aku enggak apa-apa. Permisi, dok!" Tanpa bicara lagi Alana langsung lari ke ruangannya. Dan mengunci pintunya.

Deril keheranan melihat Alana, namun dia juga tak mau membuat Alana tak nyaman. Dia pun kembali lagi ke ruangannya.

Dia menangis dibalik pintu itu sambil memegang dadanya. "Aku enggak boleh lemah, aku kuat ya Tuhan aku kuat!"

Alana segera pulang kerumahnya kepalanya sudah pusing menghadapi ini semua. "Aku harus bangkit, harus!" Alana berjalan ke mobilnya dan masuk ke dalam, lalu melajukan mobilnya.

-

-

-

"Aahhh...ahh... Kamu s*xy banget. Tante tambahin uangnya yah, ayo terus yang dalam."

Di belahan kota lainnya, ada seorang tante-tante seumuran mamih Aleesya, yang sedang asyk bercinta dengan seorang brondong di hotel.

"Tante...ahh...!" Wanita itu terus mengerang nikmat diatas brondong bayaran itu. Mereka telah selesai melakukan penyatuan, tante itu sudah membayar brondong yang di pakainya.

Di meja rias dia membuka sosial medianya dan melihat photo Erlando "Hai, mantan menantuku! Sebentar lagi aku pulang, aku tahu kau pasti kesepian dan butuh belaian. Tunggu aku ya sayang." Ucap wanita yang bernama Sonya.

Semakin Dekat

Pagi yang cerah ini Erlando tengah bersiap ke rumah sakit, dia akan memberanikan diri menemui Alana duluan. Emil, asisten Erlando datang sambil berlari ke ruang kerja bossnya.

"Boss, semalam ada kecelakaan yang melibatkan kakaknya Alana, ini boss! Bahkan banyak media yang sudah memberitakannya."

Erlando segera melihat isi video itu "Ya ampun, apa kakaknya_"

"Tidak boss. Namun wanita yang bersama kakaknya Alana meninggal. Dan...satunya lagi_"

"Kenapa Emil?"

"Dia buta boss. Dan sekarang dokter sedang mencari donor mata untuk pasien itu." Ucap Emil.

-

-

Setelah seminggu ini keluarga Alana sibuk merawat kedua kakaknya dan segala dramanya. Kini Alana dan para dokter sibuk mencari info tentang donor kornea mata.

"Dimana aku harus mencari donor mata buat kak Zena?" Alana mengadahkan kepalanya dan memejamkan matanya, sungguh dia lelah sekali.

Di balik pintu ada Erlando yang mengintip, dia menunggu celah supaya bisa masuk ke keluarga Dewantara. "Aku akan menolongmu, Alana. Tunggu aku!" Erlando pun pergi dari sana.

Tanpa Alana ketahui, Erlando ternyata sudah menghubungi dokter Dika yang menangani kakak iparnya. Bahwa Erlando akan mendonorkan mata almarhumah istrinya.

Alana mendapat kabar dari dokter Dika, bahwa ada pendonor yang akan mendonorkan kornea matanya. Alana pun segera memberitahu keluarganya saat sarapan pagi.

Bagai angin segar akhirnya kakak iparnya Alana akan segera mendapatkan donor kornea matanya. Seperti biasa Alana akan disibukan dengan pekerjaannya sebagai dokter. Tak terasa pendonor itu akan menemui kakak iparnya.

Sepulang Alana bekerja, dia melihat ada 2 mobil dihalaman rumahnya. Ketika dia masuk, ternyata ada dokter Dika dan satu orang asing yang sepertinya adalah pendonornya. Dia menghampiri pertemuan itu, dan cukup ketus pada pendonor itu.

-

-

-

Setelah berdiskusi masalah ini dan kedua belah pihak telah menandatangani berkas persetujuan operasi, Erlando dan dokter Dika pamit pulang. Namun mereka pisah mobil. Tak disangka mobil Alana menghalangi mobil Erlando.

Alana dengan langkah kesal menghampiri Erlando, dia akan memindahkan mobilnya. "Bisa minggir enggak? Aku mau pindahin mobil?" Ketus Alana.

"Setahu saya, keluarga Dewantara menjungjung tinggi sopan santun nona." Celetuk Erlando "Maksudnya? Om pikir aku enggak sopan gitu?" Alana sudah bersedekap dada.

"Kamu makin cantik dan mempesona Alana." Gumam Erlando dalam batinnya.

Erlando mendekati Alana dengan jarak yang cukup dekat dengan jantung yang berdebar. Mata Erlando menelisik wajah cantik Alana.

"Saya bukan om kamu. Umur saya juga enggak setua itu nona." Erlando tersenyum dengan sangat manis.

Membuat Alana sedikit gugup. "Ii-iya maaf, sanaan, aku mau lewat!" Alana buru buru masuk ke mobil dan memindahkan mobilnya.

Dia keluar dari mobil dan lari masuk kerumah. "Hahaha lucu banget, sayang aja jutek! Akhirnya aku bisa lebih dekat melihat wajah kamu." Ucap Erlando sembari masuk mobil.

-

-

Tak terasa waktu operasi mata kakak iparnya telah tiba, ketika Alana pulang kerja, ada kabar yang cukup membuat dia sedikit shock.

"Gimana Zen, kamu udah siap untuk operasi?" Tanya papih Al pada menantunya itu, yaitu kakak iparnya Alana, Zenata.

"Insya Allah siap pih." jawab Zena dengan lembut.

"Bagus! Papih sudah carikan dokter terbaik yang akan mengoperasi mata kamu, dan nanti juga Erlando akan ikut bergabung dengan dokter Lee." Lanjut papih Al sembari mengunyah makanannya.

"Dia kan cuma pendonor pih, ngapain pakai ikut segala?" ketus Alana yang heran mendengar papihnya.

"Erlando dokter spesialis mata, dia punya reputasi yang sangat baik. Dia juga akan ikut mendampingi dokter Lee yang akan mengoperasi Zena!"

DEG

Alana sedikit terkejut ternyata selain pengusaha Erlando juga sama dengannya yaitu dokter. "Kamu kenapa Al?" Tanya mamih Aleesya.

"Enggak kok mih!"

-

-

FLASHBACK

BRUK

"Awww lihat lihat donk kalau jalan." Gerutu Alana. Ketika tatapan mereka bertemu ternyata Erlando yang tak sengaja menabrak Alana.

"Maaf nona, saya enggak sengaja. Ada yang luka?" Tanya Erlando dengan lembut.

"Enggak kok!" Jawab Alana dengan ketus dia juga langsung merapihkan pakaiannya. Ketika Alana akan pergi, ternyata ada seorang pria yang menghampiri Alana. Erlando hanya menyaksikan mereka berdua.

"Siapa lelaki itu?" Gumam Erlando batinnya. Dia masih memperhatikan Alana.

"Alana, kenapa kamu menghindar terus!" ucap seorang pria bernama Asraf yang ingin meraih lengan Alana.

Namun Alana malah berlari dan menghampiri Erlando, berlindung dibelakangnya. Dia bingung dengan sikap Alana, namun dia senang juga Alana mendekatinya.

"Aku udah bilang, jauh-jauh kak, lebih baik kakak pergi jangan ganggu aku lagi. Aku...aku udah tunangan sama mas Erlan? Iya kan mas?" Alana dengan tatapan memohon sembari memegang lengan Erlando.

Seperti diberikan lampu hijau, Erlando akan memanfaatkan moment ini agar bisa lebih dekat dengan Alana, wanita pujaan hatinya. Tangan Erlando refleks memeluk pinggang Alana dan mencium kening Alana didepan Asraf.

Betapa terkejutnya Alana dengan perlakuan Erlando. Ingin rasanya dia menendang pria tuir ini. Kalau bukan karena Asraf, Alana sudah pasti membogem Erlando.

"Al kamu...?"

"Lebih baik anda pergi, jangan ganggu tunangan saya!" Ucap Erlando dengan tegas, dia pun menggenggam erat tangan Alana dan pergi dari sana.

-

-

Sesampainya diruangan Alana, dia menghempaskan tangan Erlando. "Om jangan macam-macam yah! Tadi kan cuma pura-pura!" gerutu Alana.

"Hahaha kamu sendiri yang mulai nona. Oke...karena kamu bilang tadi kita tunangan, gimana kalau kita tunangan beneran." ucap Erlando dengan tatapan mautnya. Alana mundur hingga terpojok.

"Aku teriak nih, sana enggak?!"

"Oke, aku akan pergi. Kita ketemu 3 hari lagi nona."

"Maksudnya?"

Erlando pamit dari sana sembari tersenyum manis dan memberanikan diri membelai wajah Alana. Sementara Alana masih diam seperti patung mendapat perlakuan manis dari Erlando.

-

-

-

Seusai makan Alana ke kamarnya dia merebahkan dirinya dan menatap langit langit. "Argh kenapa sih mesti dia? Pasti sekarang dia lagi ngerasa bangga, iyuhh sebel." Gerutu Alana.

DRRRTTTT DRRRTTT DRRRRRTTTT

Alana menoleh ke nakas, dia melihat ponselnya yang bergetar, ternyata ada telepon masuk. Namun dia enggan menjawabnya, terlebih yang menghubunginya adalah mantan pacarnya dulu, yaitu Calvin.

"Ngapain sih nelepon mulu? Udah punya istri juga." Alana membanting ponselnya ke kasur, dia pun berjalan menuju balkon kamarnya dan merenung disana.

Siapa sangka ada seseorang dari jauh sedang melihat Alana. Erlando bagaikan stalker yang hampir tiap hari memandangi Alana di balkon.

"Ingin sekali aku memelukmu Alana, entah kenapa sejak pertemuan pertama itu, aku makin tak bisa melupakanmu?" Gumam Erlando didalam mobilnya.

-

-

Akhirnya hari yang dinanti tiba, operasi mata kakak iparnya akan dilaksanakan hari ini. Alana menyelesaikan dulu pekerjaannya. Bagaimana pun juga dia masih punya tanggung jawab. Dan orang tuanya pun tak masalah.

Erlando baru datang dan langsung menghampiri Alana. "Doain saya yah, tunanganku...!" Ucap Erlando sembari menyentuh ujung hidung Alana gemas.

Semua anggota keluarga melongo atas apa yang di ucapkan Erlando barusan. "Ja-jangan di dengerin! Gitulah duda karatan hehehe!" Alana seperti tertangkap basah dia gelagapan.

"Duduk sayang, kamu pucat mukanya!" Kata mamih Aleesya. Alana pun duduk disebelah mamihnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!