NovelToon NovelToon

Demi Kalian, Aku Rela Menikahinya

Pelangi Titian Nirwana

Pelangi Titian Nirwana,.begitu orang tuanya memberi gadis itu nama. Saat ini ia berusia 22 th dan baru saja lulus dari sebuah universitas negeri terkenal di kota M.

Setelah studinya selesai, Anggi, begitu ia biasa dipanggil, masih betah tinggal di kosannya. Padahal baik ibu dan ayahnya memintanya pulang. Ya, Anggi enggan pulang. Karena kedua orang tuanya telah bercerai. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang biasa ia panggil tante Mira. Tante Mira memiliki seorang anak dari pernikahan terdahulunya. Tante Mira dan anaknya inilah yang membuat Anggi enggan pulang ke rumah ayahnya. Sikap mereka membuat Anggi tidak betah tinggal di sana.

Seperti sang ayah, ibunya juga telah menikah lagi. Dibanding ayahnya, suami baru ibunya ini lebih muda. Sikap ayah barunya ini membuat Anggi risih. Meski ia beralasan bahwa sikapnya adalah rasa sayang kepada anak, namun Anggi merasa sikapnya itu berlebihan dan tidak sepantasnya.

Sebenarnya sejak kedua orang tuanya bercerai, Anggi ikut neneknya. Nenek Anggi dari pihak ayah ini sangat religius. Dari beliau, Anggi banyak mendapat bimbingan agama sehingga iapun tumbuh menjadi gadis yang taat. Namun sayangnya, sebulan sebelum ia diwisuda, sang nenek berpulang dan rumahnya juga telah dijual untuk dibagi waris. Andai rumah itu masih ada, Anggi lebih suka tinggal sendirian di sana.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" batin Anggi.

drtt drtt drtt

Anggi melirik ponselnya. Mila.

"Assalamualaikum, Mil!" sapa Anggi.

"Wa'alaikumsalam, Nggi. Kamu di mana?" balas Mila

"Di kosan. "

"Belum pulang ke kotamu?"

"Belum. Sepertinya aku nggak akan pulang. Aku akan cari kerja saja di sini. Yaa, kau tahulah alasanku apa kan?"

"Hehehe iya. Kebetulan kalau begitu. Aku menghubungimu karena aku ingin mengajakmu mendaftar menjadi pengajar di sekolah x . Sekolah yang ternama itu lho.Ku dengar mereka membutuhkan pengajar. Kau tertarikkah?"

"Tentu saja aku tertarik. Kapan?"

"Baiklah, siapkan berkas lamarannya ya. Syarat-syaratnya aku kirim via WA. Besok pagi kita ke sana. Ok. Aku tutup dulu ya. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah menutup telpon, Anggi langsung menyiapkan berkas berkas miliknya sambil menunggu WA dari Mila.

ting

Anggi membuka pesan dari Mila. Lalu ia menyiapkan apa saja yang dibutuhkan untuk mendaftar besok.

Setelah semuanya siap, Anggi mengambil air wudlu. Lalu ia melaksanakan sholat hajat. Memohon bantuan dari Sang Kholiq agar rencananya besok sukses.

Sehabis sholat, Anggi membuka laptopnya. Ia mencari informasi tentang sekolah x yang disebut Mila tadi. Selama ini ia hanya mendengar berita dari mulut ke mulut. Sekarang ia sangat tertarik untuk mengetahui seperti apa sekolah x itu.

Dari situs yang ia baca, ia mengetahui bahwa sekolah ini adalah sekolah bilingual yang didirikan untuk anak-anak golongan atas. Kenapa ia bisa menyimpulkan begitu. Ya tentu karena biayanya yang mahal untuk bisa bersekolah di sini.

Fasilitas di sekolah ini sangat lengkap.

Ada kolam renang, studio musik, galeri lukis, lapangan futsal dan masih banyak fasilitas lainya. Bukan hanya fasilitas belajarnya yah wow, kantin sekolah ini juga luar biasa. Kantinnya bak restoran..

Anggi terus membaca seperti ada yang ia cari

Fasilitas ibadahnya kok nggak sehebat fasilitas yang lain ya ? Bangunannya bagus sih, tapi masih kalah mewah dengan yang lain dan apa ini? Kok nggak ada ulasan tetang kegiatan keagamaan. Sepertinya sekolah ini masih kurang memperhatikan pendidikan akhirat. Batinnya.

Melamar Kerja

Pagi-pagi, Anggi sudah bangun. Setelah menyelesaikan rutinitas paginya, ia segera bersiap-siap ke rumah Mila. Ya, hari ini ia dan Mila akan melamar kerja. Berkas yang semalam ia siapkan, dimasukannya ke tas.

Hari ini Anggi sangat cantik dengan jilbab warna pink dan gamis garis-garis membuat tubuhnya yang sudah ramping nampak lebih ramping lagi.

Setelah semua dirasa siap, Anggi segera kejalan untuk mencari angkutan umun.. Beberapa saat kemudian angkutan yang ia tunggu datang.

"Jalan Merdeka ya Pak?" kata Anggi.

"Siap Mbak. " jawab si sopir.

Anggi memang lebih suka naik angkutan umum karena banyak teman dalam perjalanan. Ia merasa nggak nyaman jika hanya berdua dengan sopir saja.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼skip🌼🌼🌼🌼🌼

Di rumah Mila

tok tok tok

"Assalamualaikum!" Anggi mengetuk pintu sambil mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam." Mila menjawab sambil membuka pintu.

"Dah siap, Mil?"

"Dah. Aku ambil mobil dulu ya." balas Mila.

Mila berjalan menuju garasi. Sejurus kemudian ia sudah mengendarai mobil merahnya.

"Masuk Nggi!" kata Mila sambil membukakan pintu untuk Anggi.

Anggi masuk dan duduk di sebelah Mila.

"Mobil baru, Mil?"

"Hehehe. Hadiah kelulusan. Biar aku nggak ngrepotin ayah dan kakak terus."

Anggi tersenyum. Dalam batinnya berkata

Beruntungnya Mila memiliki keluarga lengkap yang sangat menyayanginya, hingga kelulusan saja dikasih hadiah mobil, sedangkan aku.

"Astagfirullah." kata Anggi tiba-tiba.

"Ada apa, Nggi?" tanya Mila.

"Ah, nggak papa. Hanya mengusir pikiran buruk saja." jawab Anggi gugup.

"Pikiran buruk apa? Kamu khawatir kita tidak diterima ya?" tanya Mila.

"Ah nggak. Soal itu aku pasrah sama yang di atas karena Dia pasti tahu yang terbaik buatku" balas Anggi.

"Terus apa donk?" tanya Mila penasaran.

"Sudahlah. Konsentrasi nyetir saja! Aku nggak mau terjadi apa-apa gara-gara sopirnya ngobrol mulu."

"Ais. Sopir nih aku ceritanya?" kekeh Mila.

"Lha memang kamu lagi nyopir kan, jadi ya sopir." ledek Anggi sambil tergelak.

"Iya-iya juragan. "

Mereka tertawa bersama.

Beberapa saat kemudian mereka sampai ke tempat tujuan.

"Dah sampai Nggi. Kita parkir dulu terus ke pak satpam itu." kata Mila sambil menunjuk seorang satpam yang sedang berjaga di pos depan gerbang sekolah.

Setelah memarkir mobil, mereka lalu turun dan berjalan ke pos satpam.

"Selamat pagi, Pak!" sapa Mila.

"Selamat pagi,Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" balas satpam itu dengan ramah. Matanya terus menatap Mila dan Anggi bergantian.

Mimpi apa aku semalam, pagi-pagi dah ketemu bidadari cantik-cantik. Batinnya sambil terus memandang dua wanita cantik itu.

Mila tersenyum ramah sedangkan Anggi menunduk tidak menatap pada satpam itu.

"Kami ingin bertemu dengan pimpinan sekolah ini Pak. " jawab Mila.

"Kalau boleh saya tahu ada keperluan apa ya mbak-mbak berdua ini ingin bertemu pimpinan kami?"

"Kami bermaksud melamar untuk menjadi guru di sekolah ini, Pak. Kami dapat info kalau sekolah ini membutuhkan pengajar."

"Sebentar ya Mbak, saya laporkan dulu." Satpam itu kemudian menghubungi pimpinannya lewat telepon dan menyampaikan kedatangan Mila dan Anggi. Setelah pembicaraan dengan pimpinannya selesai, ia kembali ke tempat Mila dan Anggi berada.

"Mari mbak saya antar menemui pimpinan kami, beliau sudah menunggu kalian!" ajak Pak Satpam itu. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ruangan pimpinan.

Anggi dan Mila mengikutinya. Sambil berjalan menuju ruangan pimpinan, mata Anggi melihat lihat keadaan di sekolah itu. Ia tersenyum takjub melihat kemegahan bangunan dan keindahan taman yang ada di sekolah itu.

Pandangan Anggi terhenti pada sosok anak laki laki berusia sekitar 9 tahun yang sedang duduk menyendiri di taman. Ia ingin lebih memperhatikan anak itu tapi tiba-tiba,

"Kita sudah sampai mbak. Ini ruangan beliau. " kata Pak Satpam mengagetkannya.

Tok Tok Tok

"Masuk!" terdengar suara seorang pria mempersilahkan kami masuk. Kami bertiga memasuki ruangan.

"Selamat pagi, Pak! Mereka berdua ini tamu yang tadi saya laporkan ke Bapak."

"Hmm ya. Kau boleh pergi." balas pria itu. Anggi merasa cara bicara pria itu sangat tidak sopan. Meskipun satpam itu bawahannya tapi sekilas saja Anggi tahu kalau satpam lebih tua dari si pria itu.

"Ah ya aku lupa. Orang berkuasa kadang suka seenaknya. " batin Anggi.

"Baik. Permisi, Pak." kata satpam itu sebelum akhirnya keluar.

"Silahkan duduk! " Pria itu mempersilahkan Anggi dan Mila duduk.

" Terima kasih, Pak." Mila dan Anggi duduk di sofa depan meja pimpinan itu "Perkenalkan nama saya Mila dan ini teman saya Anggi. Maksud kedatangan kami untuk mendaftar sebagai tenaga pengajar di sekolah ini, Pak." jelas Mila.

"Ganteng sekali pimpinan sekolah ini. " batin Mila.

Sedangkan Anggi duduk dengan tidak menatap pada pria itu. Itu memang sudah menjadi kebiasaan Anggi. Ia selalu menjaga pandangan dari kaum pria.

"Boleh saya lihat berkas kalian?" tanya pria itu.

Anggi menarik nafas dalam tatkala pria itu tidak membalas perkenalan mereka. Mila maju dan menyerahkan berkas miliknya dan milik Anggi.

"Pelangi Titian Nirwana. " pria itu membaca nama Anggi.

"Iya, Pak"kata Anggi tanpa menatap orang yang mengajaknya bicara.

"Bisakah Anda menatap saya saat saya ajak bicara?" tanya pria itu.

" Maaf Pak, bukannya saya tidak sopan atau tidak menghargai Bapak. Hanya saja ini sudah menjadi kebiasaan saya untuk menjaga pandangan saya." balas Anggi

Namun jawaban Anggi tidak membuat pria itu puas. Ia justru merasa tertantang untuk bisa membuat Anggi menatapnya.

"Selama ini tidak ada wanita yang bisa memalingkan muka dariku, namun kamu malah tidak mau menatapku. Jangan panggil aku Sahreza jika aku tidak bisa membuatmu terus menatapku . " batinnya sambil menatap tajam ke arah Anggi.

"Baiklah. Lamaran kalian saya terima. Untuk hal-hal yang lain bisa kita bicarakan besok karena saya ada meeting hari ini." kata pria itu yang ternyata bernama Sahreza.

"Ya Allah, ia mengusir kami." Anggi sangat kesal.

"Baik. Permisi, Pak. Dan terima kasih. " kata Mila.

"Kami permisi, Pak. Assalamualaikum!!" pamit Anggi.

Reza tidak membalas perkataan Mila maupun salam Anggi namun pandangannya terus menatap Anggi hingga gadis itu hilang dibalik pintu.

...************...

Selamat membaca

Ini karya perdana author

Beri masukan yang positif ya readers 😊

Penasaran....

Setelah keluar dari ruang pimpinan sekolah, Mila langsung menghela napas, "Uff lega. Tahu nggak Nggi, dari tadi aku ngerasa sesak."

"Nggak tahu tuh. Emang kenapa?" balas Anggi asal, karena matanya kembali menatap anak yang duduk di taman yang sempat ia lihat saat mau masuk ke ruang pimpinan.

"Kenapa dengan anak itu ya?" batin Anggi.

"Aku sesak karena grogi Anggi. Bayangkan saja bicara sama cowok secakep dia." Mila masih saja bersemangat dengan ceritanya.

Sementara Anggi masih terus menatap anak itu sambil berjalan keluar dari gedung hingga ia tak melihatnya lagi.

"Anggi! Kau dengar aku nggak sih? Kok diam saja nggak komen?" hardik Mila.

"Lha emang aku harus komen apa?"

"Ya apa gitu. Emang kamu nggak ngerasa cowok tadi cakep?"

"Mmm. Bggak tuh. Hehehe. " Anggi menjawab sambil terkekeh.

"Ha iya. Kamu kan nunduk terus. Makanya sekali kali lihat donk biar nggak ketinggalan rejeki."

"Rejeki apa? Dosa iya. Udah ah. Yuk cepetan pulang. Aku tiba-tiba lapar nih. "

"Ya rejekilah Nggi. Bayangkan saja, ia sangat tampan. Hidungnya tuh ya, mancuuuung banget. Rambutnya kecoklatan. Matanya tajam bak mata elang. Terus cambangnya itu. Bikin penampilannya tambah macho. Laki-laki perkasa." Mila masih nyerocos sambil senyum senyum.

"Terus. Teruskan saja. Biar catatan malaikat tentang dosamu tambah banyak."

"Anggi! Kok nyumpahin gitu sih." Mila cemberut.

Obrolan mereka berhenti karena sudah sampai di parkiran mobil

Mereka lalu masuk ke mobil. Mila mulai menyalakan mesin dan mobil merekapun berjalan meninggalkan gedung sekolah.

Di sepanjang perjalanan pulang pikiran Anggi terus saja terisi anak laki laki yang tadi ia lihat di taman sekolah.

Siapa dia ya? Dan mengapa ia tampak murung dan sedih.

"Kok kamu diam saja Nggi, lagi mikirin bapak pimpinan tadi ya ?" pertanyaan Mila mengagetkan Anggi.

"Ah nggak lah, ngapain juga aku mikirin dia." balas Anggi.

"Kali aja kamu nyesel karena tadi nggak memperhatikannya. Beneran lho Nggi, dia itu tampan banget. Emang kamu nggak penasaran?"

"Penasaran sih tapi..." belum selesai Anggi menjawab Mila langsung menyambar

"Tuh kan. Dibilangin juga. Makanya sekali kali lihat donk kalau bicara sama orang."

"Iya. Aku penasaran. Banget malah, tapi bukan sama bapak pimpinan itu. Melainkan sama anak laki-laki yang tadi duduk menyendiri di taman. Kamu lihat nggak tadi?"

"Enggak tuh. Memangnya apa yang dia lakukan hingga membuatmu penasaran?"

"Apa ya? Wajahnya itu kayak sedih begitu. Terus kenapa ia menyendiri sementara anak anak lain sedang bermain? Kenapa ia tidak berbaur dan bermain bersama? Apa ia korban bulying ya?"

"Sudahlah. Nanti saat kamu sudah mengajar di sana, kamu bisa cari info untuk mengobati rasa penasaranmu itu. Sudah ah, katanya tadi lapar. Mau makan dimana kita?"

"Di tempat biasanya kita makan saja. Murah dan enak pastinya."

"Siap bu, meluncu. "

Dan merekapun tertawa bersama

Sesampainya di rumah makan, mereka langsung mencari tempat yang kosong.

Setelah mendapatkannya mereka duduk dan memanggil pelayan rumah makan untuk memesan.

"Mbak!" Anggi memanggil salah satu pelayan dengan melambaikan tangannya.

"Iya, Mbak. Mau pesan apa?"

" Emm ada menu baru nggak?" tanya Anggi.

"Ada mbak, lobster goreng telur asin." balas si pelayan

"Ok aku nyoba itu, dan minumnya air putih hangat saja. Kamu pesan apa Mil?" Anggi bertanya pada sahabatnya.

Mila tidak mendengarkan pertanyaan Anggi karena ia sibuk dengan lamunannya tentang Sahreza.

"Aduh!" teriak Mila saat tiba tiba dahinya disentil Anggi.

"Apa apaan sih kamu Nggi? Main sentil saja. Sakit tau."

"Habisnya ngelamun saja. Tuh ditungguin sama mbaknya. Mau pesan apa?"

"Hehehe maaf mbak. Pesan Sahreza bisa?" Mila menjawab sambil cengengesan.

Anggi langsung membulatkan matanya mendengar jawaban Mila.

😅😅😅😅😅 dasar Si Mila.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!