"Serius, dia yang sempat mau dijodohkan denganku?" gumam Kanaya tanpa sadar.
Haykal sudah lama pergi bergabung dengan gerombolan laki laki itu.
Sambil meneguk minumannya, Kayana mengawasi laki laki itu, juga para perempuan cantik yang ada di sana. Termasuk perempuan cantik yang menggandeng laki laki itu. Juga ada beberapa laki laki juga, sih, di sana.
Ngga nyangka ada laki laki setampan ini juga. Harusnya mereka sempat ketemu, batinnya sedikit menyesal.
Tapi saat maminya mengabari soal perjodohan itu, dia dan Abigail lagi punya penjelajahan seru. Jadi dia abaikan saja.
Sekarang baru terasa penyesalannya, karena sekarang Abigail sudah menikah.
Pernikahan kilat yang ngga dia duga sama sekali. Mungkin Abigail juga begitu.
Abigail sepupu dan sahabatnya satu satunya. Kayana agak sulit bergaul dengan orang lain. Dia menyangsikan ketulusan mereka saat tau siapa dirinya yang sebenarnya.
"Lihatin siapa? Sampai serius begitu?"
Teguran Emily membuat dia menoleh dan tersenyum. Iparnya terlihat sangat cantik. Pantas saja sepupunya tergila gila dengannya.
"Gabung dengan mami mami muda, yuk, Biar ketularan cepat nikah," tawa Emily yang dibalas Kayana.
Tanpa membantah, dia pun mengikuti langkah Emily ke arah mami mami muda yamg sedang hamil tapi masih tetap berpenampilan cantik menawan.
*
*
*
"Sorry soal jasnya," ucap Haykal.
Teman bisnisnya menanggapi dengan tersenyum dan wajah yang santai.
"Ngga apa apa."
"Jasnya kenapa, Del?" tanya Abiyan. Dia baru memperhatikan jas yang disampirkan di tangan sepupunya.
"Ketumpahan minuman." Perempuan cantik yang sudah melepaskan gandengannya pada sepupunya itu memberikan jawaban. Wajahnya sudah ngga seketus tadi.
"Perempuan, ya, yang numpahin," tebak Fathir, kembaran laki laki yang ketumpahan minum tadi.
"Iya," jawab perempuan cantik itu.
"Yang lebih parah ternyata sepupuku, yang pernah nolak dia," tawa Haykal berderai.
"Yang benar?" gelak Karla.
Yang lainnya juga tergelak termasuk perempuan tadi.
"Ngga kamu omelin, Thal?" kekeh Abiyan pada sepupunya.
Perempuan cantik yang ternyata bernama Nathalia tambah berderai tawa.
"Sempat aku sinisinlah."
"Jadi penasaran pengen tau orangnya," cuit Nevia diantara derai tawanya. Mereka semua masih sepupu-an dan kerabat, kecuali Haykal.
"Pengen kamu judesin juga, ya," tawa Karla berderai.
"Iya," jawab Nevia apa adanya.
"Aku juga penasaran. Kalo Abiyan atau Jayden wajar ditolak perempuan baik baik. Ini Fadel, loh. Pasti nyesal, kan, sepupu kamu," tebak Adelia yakin.
Kata maminya, sepupu tersayangnya langsung ditolak sebelum sempat bertemu. Nasibnya sangat mengenaskan.
Fadel yang diledek dan diremehkan tetap santai.
"Tadi dia sempat kaget, sih, waktu aku kasih tau," sambar Haykal, masih dalam tawanya.
"Nyesal, ngga tuh?" cibir Nathalia.
"Sedikit kayaknya," sahut Haykal lagi. Tawa kembali berderai.
Fathir memperhatikan kembarannya yang tetap acuh seolah ngga peduli sudah dibully abis abisan.
Begitu juga Erland dan Jayden. Tapi mereka tau, pasti Fadel gusar juga dalam hatinya, walau di permukaannya dia tetap menunjukkan ketenangannya.
"Minta diloundry, dong, jasnya, atau diganti jas baru," lanjut Adelia, kembaran Nathalia.
"Iya, pelit banget," decih Nevia.
"Tadi sudah, tapi ditolak," jawab Haykal lagi.
"Tapi beneran dia ngga tau kalo Fadel yang mau dijodohkan dengannya, Kal?" tanya Fathir sambil menggelengkan kepalanya.
"Iya, dia ngga tau," angguk Haykal membenarkan.
"Harusnya dia tanya, dong, dengan siapa akan dijodohkan. Bukan maen tolak aja," sungut Nathalia kesal.
Ini penghinaan menurutnya.
Dia aja walau sering nolak perjodohan dari orang tuanya, tetap aja mencari tau siapa laki laki yang orang tuanya akan jodohkan dengannya. Minimal lihat fotonya.
"Bener, itu. Sepupumu kelewat sombong, Kal," timpal Nevia sarkastik.
"Orang tuanya ngasih taunya via telpon, sih. Maklum LDR," bela Haykal. Tapi menurutnya apa yang dikatakan kedua sepupu Fadel benar juga. Dia pun kalo mau dijodohkan, pasti nanya juga, siapa namanya, bapaknya yang mana, juga yang paling penting minta diperlihatkan fotonya.
"Ngga semua orang suka dijodohkan." Erland juga ikut berkomentar. Di sampingnya, istrinya-Laura, tersenyum mendengarnya.
"Yah, mungkin nasib Fadel lagi apes aja. Padahal si Fadel sempat nyari tau juga soal calon bininya itu," bongkar Abiyan membuat Fadel sedikit menunjukkan reaksi ngga terimanya.
"Beneran, Del?" tanya Haykal ngga percaya.
Rugi kamu, Kay. Rugi, batinnya mencemooh sepupu bengalnya.
"Hanya nanya sama mami aja namanya siapa," sanggahnya cepat. Ngga ingin dianggap terlalu berharap walau sempat ada sedikit saja pengharapannya.
Catat. Hanya sedikit
Ternyata saat Fadel menemukan sosial medianya, isinya hanya jalan jalan saja dengan Haykal dan kerabatnya yang lain.
Juga ngga ada kabar buruknya. Statusnya clean.
"Ya, ya. Wajarlah. Aku juga nanya gitu juga, kok," tukas Nathalia mewajarkan jawaban Fadel.
"Ya, sudahlah. Masih banyak perjodohan yang lain. Sabar, bro," ejek Abiyan tergelak gelak. Yang lain juga tertawa.
"Hemm...." Fadel melirik sepupunya kesal. Suka sekali mencari celah pembullyan.
"Sama teman temanku aja, atau anak Om Emra," usul Nathalia setelah tawa mereka mereda.
"Mending sama kamulah," jawab Fadel dengan senyum miringnya
"No, ya. Aku mau nyari yang di luar kekerabatan kita," tolak Nathalia langsung.
Fadel tergelak
"Dari pada Nathalia, mending anak Om Emra atau Adelia atau Karla, deh. Mereka ngga keras kepala," kompor Abiyan.
"Hemm... Mulai. Mulai lagi, ya," tawa Adelia.
"Kayak ngga ada orang lain aja," ejek Nevia.
"Iya," sambung Karla.
"Siapa tau tertarik dengan pernikahan sepupu," tukas Haykal santai.
"Sementara ini belumlah," tolak Nathalia santai. (Tentang Fadel cs, bisa baca novel Hai bos, ya😊)
*
*
*
"Mam, sebenarnya siapa, sih, laki laki yang mau mami jodohkan denganku?" Kayana ngga bisa menahan rasa penasarannya ketika sudah berada di dalam kamar maminya. Sementara daddynya masih ngobrol di luar bersama yang lainnya.
Malam ini mereka kan menginap di hotel.
"Tumben kamu nanya nanya? Katanya ngga tertarik?" Tatap mata maminya-Kinara penuh selidik.
Maminya masih membersihkan sisa make up di wajahnya.
"Tadi sempat ketemu, malah aku ngga sengaja numpahin minumanku di jasnya," aku Kayana santai sambil duduk di tempat tidur maminya.
"Kamu ceroboh banget, Kay," sergah maminya panik.
"Tapi, kok, kamu tau dia orangnya?" ucapnya lagi penuh tanya sesaat kemudian. Keningnya mengernyit heran.
"Tadi Haykal yang kasih tau."
"Oooh....." Kinara tersenyum jahil.
"Dia ganteng, kan?"
"Standard."
Kinara berdecak.
"Kamu ngga dimarahin dia?"
"Pacarnya yang marah."
Kinara tersenyum lebar sambil mengusapkan kapas ke wajahnya. Ritual pembersihan make upnya sebentar lagi akan selesai.
"Orang ganteng sama kaya raya gitu pasti gampanglah dapat pacar."
"Berarti dia setipe sama Eriel dan Deva, dong. Mami, tuh, harusnya nyari yang seperti Daddy, setia, biarpun mami nyebelin," keluh Kayana sambil mencebikkan bibirnya.
Kinara tertawa.
"Dasar anak kurang ajar. Daddymu itu limitted edition, tau."
"Ya, ya.....," decak Kanaya di derai tawa maminya.
Maminya sangat beruntung, dicintai laki laki yang sesetia daddynya.
Fadel Arya Wisesa, merupakan cicit dari Airlangga Wisesa. Orang tuanya Emir dan Kamila Adelin memiliki dua background yang berbeda.
Dari papinya merupakan keluarga pebisnis, tapi dari maminya merupakan keluarga perwira. Buyutnya purnawirawan Jenderal, Dipanegara.
Fadel memiliki kembaran yang bernama Fathir dan sudah menikah dengan Alisha. Mungkin karena itu dia dituntut untuk segera menikah juga.
'Mami dan papi mau ngenalin kamu dengan seorang gadis" ucap maminya setelah mereka menyelesaikan sarapan.
"Dijodohkan, mam?" tawa Fadel.
Kamila dan Emir saling pandang dan tersenyum.
"Bisa dibilang begitu," sahut Emir-papinya santai.
Fadel manggut manggut dalam tawanya.
"Anak relasi papi," sambung Kamila lagi.
"Oke, mam.... Namanya siapa?" Fadel berusaha ngga mengecewakan maminya. Pasti maminya sudah menerapkan berbagai jalur seleksi hingga sudah mengambil keputusan.
"Kayana Catleya. Mami juga punya fotonya. Dia gadis yang sangat cantik." Kamila mengutak atik tabletnya dan menunjukkan foto gadis itu pada putranya
Fadel tertegun sesaat.
Cantik dan imut, batinnya.
"Kalo kamu suka, kalian bisa kenalan. Mungkin diajak dinner," ucap Kamila, sedangkan Emir memperhatikan reaksi putranya yang kelihatannya cukup tertarik.
Awalnya dia sempat ngga yakin.
"Mami atur aja," jawab Fadel sambil bangkit dari duduknya.
"Aku duluan, ya, mam, papi. Ada meeting."
"Oke. Hati hati di jalan."
*
*
*
Setelah selesai meeting, Fadel mencoba mencari tau tentang sosok gadis itu. Dia mencari sosmed gadis yang bernama Kayana Catleya.
Ternyata ngga sulit, karena gadis itu menggunakan nama aslinya.
Dia tersenyum melihat ada sosok laki laki yang dia kenal di dalam beberapa foto foto yang diunggah di sana.
Haykal.
Gadis itu memberi judul cousin.
Oooh, keluarga Artha Mahendra, batinnya.
Tadi mami dan papinya belum sempat mengatakannya rupanya, batinnya lagi.
Mami dan papinya ngga sembarangan mencarikan calon istri untuknya.
Sekelumit senyum tersungging di bibirnya.
Setaunya keluarga besar itu ngga menye menye.
Ya, boleh dicoba bertemu, batinnya lagi.
Fathir juga melalui perkenalan yang singkat saat menikah. Kebetulan istrinya sepupu-an dengan istri Erland.
Mungkin nasib dan keberuntungannya bisa sama, monolog Fadel dalam hati.
"Cih, yang mau dijodohkan."
Fadel menoleh pada sepupunya-- Abiyan yang barusan menegurnya. Laki laki itu sudah memasuki ruangannya tanpa dia sadari.
Dengan ngga sopan dia ikut melihat layar laptop Fadel.
"Sepupunya Haykal, ya."
"Hemm....."
"Cantik juga. Kelihatannya tipe tipe judes kayak Nathalia dan Nevia," komentar Abiyan lagi.
"Hemm...."
Memang, jawab Fadel dalam hati. Dia sudah terbiasa menghadapi gadis gadis judes di lingkungannya.
"Aku kira tante nyari yang lembut seperti Karla dan Adelia." Abiyan terus saja memberikan komentar komentarnya.
"Kapan mau ketemuan?" tanya Abiyan lagi ketika ngga mendengar sahutan sepupunya.
Mereka sepupu lewat jalur papinya yang merupakan om dari Erland.
"Terserah mami aja."
Abiyan mengangguk.
"Kalo modelnya begini, aku mau juga dijodohkan," tawa Abiyan lagi. Sementara ini orang tuanya masih membebaskan dirinya dan tidak memberikannya deadline menikah.
Mungkin tau kalo dia belum bisa berkomitmen.
*
*
*
Tapi harapan Fadel kandas ketika maminya dengan penuh rasa bersalah mengatakan kalo gadis itu menolaknya.
Sialan, Fadel memakinya dalam hati. Padahal dia sudah cukup bersemangat untuk perjodohan pertamanya ini.
"Maaf, ya, sayang. Mungkin Kayana butuh waktu."
"Ya, mami."
Sh*iithh! Alasan yang dicari cari, makinya dalam hati.
Untung mami mengabarinya via telpon, jadi ngga bisa melihat raut keruhnya saat ini.
"Mami akan carikan kamu gadis yang lain."
"Ya, mami." Tapi Fadel sudah ngga minat lagi.
"Kalo bisa Fadel akan nyari sendiri, mam," sambungnya kemudian.
Lebih baik begitu, batinnya.
Dia juga banyak yang naksir.
Hanya selama ini Fadel cuek aja dengan sikap lebay para pemujanya.
"Oke, terserah Fadel aja."
Setelah maminya mengakhiri komunikasi via telponnya, Fadel menatap kesal pada foto gadis itu di layar laptopnya.
Padahal dia baru saja akan membuka hati untuk mencoba mengenal gadis itu.
Lihat aja, kamu akan menyesal, batinnya mengumpat kesal.
Hatinya bertambah jengkel karena sepupu.sepupunya tau berita kegagalan ini. Sangat cepat beredar.
Terutama Abiyan yang sama sekali ngga bersimpati padanya. Hanya Nathalia dan para sepupu perempuannya saja yang membantunya memaki gadis itu.
"Gadis itu sama sekali ngga memberi kamu kesempatan bertemu, ya," tawa Abiyan ketika mereka berkumpul di ruangan Fadel ketika hari menjelang sore. Beberapa jam setelah berita pembatalan dari maminya.
"Dia bodoh karena ngga tau siapa yang akan dijodohkan dengannya," sengit Nathalia kesal.
"Pasti nanti minta dijodohkan lagi kalo sudah tau siapa yang sudah ditolaknya," sambung Nevia dengan nada sama kesalnya.
"Kalo saat itu tiba, kamu harus menolaknya, Del," tukas Nathalia mengobarkan dendam.
"Kalo iya begitu. Kalo tetap ditolak bagaimana?" tawa Jayden ikut mengejek Fadel.
"Heran, spek Fadel ditolak," lanjut Abiyan lagi ngga abis pikir. Tapi dia tampak senang meledek sepupunya.
Sementara Fathir-kembarannya tampak memperhatikan ponselnya.
"Aku penasaran, secantik apa sampai bisa nolak Fadel tanpa mau bertemu," cuir Nathalia lagi.
"Nih." Fathir menyodorkan ponselnya. Dia rupanya sudah mendapatkan foto calon Fadel dari maminya.
"Biasa aja," decak Nevia meremehkan setelah menatapnya ngga minat.
"Temanku banyak yang lebih cantik dari ini," sinis Nathalia.
"Kalo kamu ngebet nikah, ya, udah, kenalan aja sama teman Nathalia," tawa Abiyan lagi mengejeknya.
"Nanti nanti aja kalo urusan nikah. Ribet," racun Jayden.
"Ooh, maksudnya hubungan tanpa status aja. Dasar," sarkas Nathalia sebal.
Abiyan dan Jayden tergelak.
Nevia menatap sebal.
Kapan kedua sepupunya kena apes karena sering mempermainkan perasaan perempuan.
Tuhan, jauhkan aku dari tipe laki laki seperti dua orang ini. Tolong, Tuhan, do'a Nevia sungguh sungguh dalam hati.
Dia percaya karma itu ada. Bisa saja karena ulah dua orang brengsek ini, dia dan sepupu perempuan lainnya yang belum menikah akan bertemu dengan laki laki seperti ini.
Makanya Nevia ngga pernah berhenti berdo'a dan memohon.
"Tau tau ada aja nanti anak anak yang manggil kalian papi," sambung Nathalia menyumpah.
"Enak aja. Aku ngga pernah, ya, sampai sana. Tuh, Jayden yang pro," sangkal Abiyan.
Nathalia dan Nevia sama sama mendengus sebal.
Sedangkan Jayden tambah tergelak. Tapi kata kata Nathalia sedikit mencuit hatinya.
Hanya satu kali dia agak melonggarkan keamanannya.
Info Circle keluarga Airlangga Wisesa
Fadel, anak dari Emir dan Kamila Adelin. Emir anaknya Wingky Airlangga Wisesa
Fathir, kembaran Fadel
Abiyan, anak Daniel dan Nadira. Kakaknya Alexander.
Nathalia dan Adelia, si kembar anak Fathan dan Nindya. Fathan--kakak pertama dari Daniel dan Alexander. Nindya anak kedua dari papi Cakra, putra tertua Airlangga Wisesa.
Erland, anak Alexander dan Rihana (novel Not Secondlead)
Jayden, anak Xavi dan Daiva. Daiva sepupu Rihana.
Nevia, anak Hazka dan Kirania. Kirania anak kedua papi Akbar, juga anak kedua Airlangga Wisesa
Karla, anak papi Ansel dan mami Nayara. Ansel anak pertama dari papi Akbar.
(Semoga ngga mumet ya 😆)
*
*
*
Setelah beberapa hari berlalu. Fadel mencoba melupakan semua hal tentang perjodohannya, malam ini Fadel malah bertemu di resepsi pernikahan sepupu Kayana. Pertemuan ngga sengaja dan cukup menimbulkan kesan kurang enak ini sempat membuat dia tertegun lagi.
Gadis ini benar benar menyebalkan. Sudah menolaknya, dan sekarang mengotori jasnya.
Sekarang dia pun jadi bahan ledekan Abiyan lagi.
Nasibnya bener bener apes. Tapi ekor matanya masih saja mengejar kemana gadis itu pergi.
Masa dia tetap suka dengan perempuan yang sudah menolaknya?
No!
Berbulan bulan sudah berlalu dan Kayana sudah ngga pernah bertemu bahkan memikirkan laki laki gampangan itu.
Sudah hampir setahun dan para mami mami itu juga sudah lahiran berganti gantian.
Bahkan Rajata, Bang Shaka dan Bang Shakti juga sangat bekerja keras hingga istri istri mereka juga bisa saling susul menyusul melahirkan.
Mereka semua makin sibuk, apalagi Bang Shaka yang melahirkan anak kembar tiga- dua cowo dan satu cewe, dan bang Shakti kembar dua, cewe semua. Sedangkan Rajata hanya seorang laki laki saja.
Belum lagi yang sudah lebih dulu beberapa bulan melahirkan. Beberapa juga ada yang kembar.
Mereka semua jadi sibuk. Abigail pun sudah ngga bisa bersamanya lagi. Anak kembarnya dan anak pertama Bag Shakti sudah sangat menyita waktunya.
(Bisa baca novel Pesona Cassanova, ya 😊)
Kayana sudah tau diri. Dia mulai menyibukkan diri dengan belajar di perusahaan daddynya.
Kanaya saat ini menjabat sebagai direktur marketing. Kesibukannya cukup luar biasa.
Dia juga sudah memiliki beberapa teman baru yang bisa diajak ngopi atau sekedar berdiskusi tentang proyek. Tapi seperti maminya, teman teman barunya hanya tau dia sebagai direktur marketing saja, bukan anak CEO di sana.
Tapi tetap saja Kayana ngga bisa mengakrabi dirinya dengan mereka seperti saat bersama Abigail. Kayana pun seperti merasa salah masuk circle pertemanan.
Baginya mereka berteman karena ada kepentingan.
Termasuk dirinya juga yang untuk menghibur diri dan agar ngga kesepian saja.
*
*
*
Siang ini Kanaya sudah janjian makan siang di sebuah restoran cepat saji bersama teman teman baru yang merupakan teman bisnisnya.
Mereka cukup sering bertemu saat meeting atau ketika mengikuti tender. Hingga kemudian mengakrabkan diri.
Ada Imas, Chesna, Elen, dan Paramitha. Mereka karyawan di perusahaan besar di kawasan elit perkantoran ibu kota.
"Tau ngga siapa yang aku temuin di bandara?" tanya Paramitha dengan wajah sumringah. Dia baru pulang bersama tim marketingnya dari Sidney.
"Siapa?" tanya Imas tertarik, apalagi dia sudah diberikan oleh oleh coklat dari luar negeri.
"Anak konglomerat dari keluarga Airlangga Wisesa. Tampan tampan dan cantik cantik banget," cerita Paramitha penuh semangat. Wajahnya terlihat penuh binar .
Ingatan Kayana jadi tersentil juga ketika mendengarnya, tapi dia pura pura acuh aja.
Dia sudah lama ngga memikirkan laki laki gampangan itu.
"Masih ada yang jomblo, loh." Paramita saat antusias.
Oooh.... Masih belum nikah juga, decih Kayana menahan senyum miringnya.
"Ada yang namanya Abiyan, Fadel, Jayden, Baim. Mereka tampan tampan banget. Mungkin karena mereka dari keluarga yang uangnya ngga berseri. Segala yang dikenakan pun branded mahal semua. Asli. Ngga kw atau produk diskon seperti punya Kayana---Eh, sorry Kay." Saking semangatnya dia sampai kebablasan mencela teman nongkrongnya.
Kayana hanya tersenyum tanpa merasa tersinggung.
Dia lupa saat bergaul dengan yang bukan dari kalangannya, dia tetap mengenakan outfit brandednya.
Walaupun dia selalu mengaku kalo yang dia kenakan kw atau diskon tujuh puluh persen. Bahkan dia juga suka mengaku mendapatkannya gratis karena pemberian bos tiap tendernya berhasil.
"Memang kalo pake barang branded, kita akan tampak lebih berkilau. Setidaknya seperti Kay, biar KW tapi masih kelas satu. Jadi ngga terlalu ketahuan," bela Ellen. Dia juga termasuk pemburu barang diskon, walaupun untuk itu dia harus punya banyak hutang. Offline maupun online.
Penampilan nomer satu buatnya karena mereka bergerak di bidang marketing dan membawa nama besar perusahaan.
Kalo tender mereka berhasil, pundi pundi yang didapatkan bisa digunakan untuk membayar banyak cicilan dan memburu barang diskon yang lain.
"Aku kw tipe dua juga ngga apa apa. Yang penting matchinglah," jawab Imas kalem.
Dia ngga mungkin sehedon teman temannya. Masih ada dua orang adiknya yang jadi tanggungannya. Mereka masih kuliah.
Beda dengan Ellen, dia lebih memilih bersikap egois dengan pergi dari rumah karena katanya papanya seorang penjudi dan mamanya sudah meninggal.
Sedangkan Chesna, dia sama misteriusnya dengan Kayana. Pakaian yang melekat pada keduanya juga branded. Tapi keduanya agak tertutup soal keluarga.
"Ya, kw tipe dua juga sudah mendingan," jawab Paramitha maklum.
"Yang paling heboh yang ingin aku katakan, tim marketing kami terpilih untuk ikut tender di perusahaan Airlangga Wisesa," serunya tanpa bisa mengontrol suaranya lagi.
Beberapa orang menatap ke arah mereka.
"Perusahaanku ikut juga ngga, ya? Tender tentang apa? Kapan?" tanya Ellen cepat. Dia sangat berharap bisa berpartisipasi.
"Aku rasa ikut. Perusahaan kita, kan, termasuk big five," tukas Paramitha memberi semangat.
"Semoga aku kepilihlah," harap Ellen.
"Tentang pembangunan tol, ya?" tanya Chesna.
"Iya."
"Kayaknya perusahaanku ikut," ucapnya lagi.
"Kamu gimana, Kay? Kamu pasti ikutkan? Secara kamu direktur?" tanya Paramitha.
"Mungkin." Kalo bisa kali ini Kayana ingin melimpahkan pada wakilnya saja.
"Kay, gimana, sih, bisa jadi direktur dalam usia semuda kamu. Aku bingung, apa lagi yang harus aku lakukan," keluh Paramitha. Dia masih saja jadi anggota tim marketing.
"Memangnya apa yang sudah kamu lakukan?" kekeh Chesna mengejek.
"Apa saja, kan, Mitha?" tawa Ellen yang bantu menjawab.
Paramitha ngga tersinggung. Memang dia sudah seterbuka itu sejak mereka dekat Pakaiannya saja sudah yang paling ketat dan lebih terbuka di antara ketiganya.
Kayana sebenarnya kurang suka, karena imej buruknya bisa tertular pada mereka.
Untungnya Paramitha tidak bekerja di perusahaan Artha Mahendra, jadi, ya, sudahlah.
"Kalo kamu terlalu seterbuka itu, nanti para bos bisa ilfeel lho," kata Imas mengingatkan.
"Ya, kitanya jinak jinak merpati lah," tawanya bangga. Apalagi dia merasa di antara mereka berempat, dialah yang paling cantik dan seksi.
Dia pun kadang kadang mengambil job sebagai model di perusahaannya.
Tentu dia sudah sangat pede karena sudah melakukan beberapa operasi pada hidung dan bentuk dagunya yang sekarang sudah jauh lebih sempurna.
Teman temannya pasti lewatlah karena ngga memperbaiki bentuk wajah mereka yang kurang, celanya dalam hati.
Ellen hanya tertawa saja mendengarnya walau dalam hatinya memaki.
"Targetku tuan muda Fadel. Menurutku dia yang paling dingin dan lebih menantang," ucap Paramitha lagi.
Kemudian dia menperlihatkan foto para tuan dan nona muda itu.
"Yang ini namanya Fadel," tunjuknya dengan ujung jari telunjuk lentiknya. Ketiga temannya menatap penuh minat, kecuali Kayana.
"Kalian boleh ambil yang tiga itu. Aku fokus yang ini," tegasnya lagi .
"Kurang satu, dong," sarkas Ellen tergelak.
"Ya, terserah kalian aja." Paramitha ngga mau kompromi.
"Belum tentu juga kita target mereka. Level istri mereka bukan kita," tukas Chesna
"Betul. Kita paling jadi simpanan."
'Yes! Ani ani, no. Simpanan, yes," tawa Paramitha berderai, teringat jargon yang viral akhir akhir ini.
Chesna dan Ellen hanya mencibir, karena tau kalo itu memang tujuan Paramitha.
Nyari ga don.
Imas hanya menghela nafas panjang. Sedangkan Kayana tetap acuh dan menghabiskan kopinya.
"Kamu pilih yang mana?" tanya Imas sambil menyenggol lengan Kayana.
Kayana hanya tersenyum miring.
"Nggak ada."
"Aku juga ngga. Tau dirilah," senyum Imas lebih lebar. Targetnya ngga muluk muluk, hanya karyawannya aja.
Kan, gaji mereka gede, batinnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!