NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Duda

Malam Kelam

Elina Armita gadis cantik berprofesi sebagai cleaning service di sebuah hotel bintang lima.

Hari ini dia mendapatkan schedule masuk siang. Dia akan pulang jam 11-12 malam. Elin biasa dia di panggil sudah lima tahun bekerja di 'Menara Hotel'.

Hidupnya selama merantau baik-baik saja tanpa kesulitan yang berarti.Namun, dia tidak akan tahu jalan hidupnya kedepan.

Sari teman satu kampungnya yang mengajak dirinya bekerja di Menara Hotel. Lulusan SMA membuat Elin dan Sari tidak pernah muluk-muluk berharap untuk kerja dengan gaji besar. Yang terpenting bagi mereka bisa makan dan bisa mengurangi beban hidup orang tua mereka.

"Lin, kamu pulang bareng siapa?" seorang perempuan yang merupakan teman satu shift nya bertanya pada Elin.

"Aku naik ojol mba," Elin pun menjawab sembari merapihkan barang bawaannya.

" Ohhh...ya sudah, yuk kita bareng ke bawah!' temannya itu pun mengajak Elin untuk turun ke lantai bawah sama-sama.

"Mba duluan deh, aku mau ambil barang ku yang ketinggalan di troli di lantai 10." Elin melangkah menuju lift dan naik ke lantai 10.

Ting

Lift terbuka di lantai 10.Elin pun melangkah keluar dari lift dan melangkah ke gudang penyimpanan yang ada di lantai 10.

Elin melangkah menuju gudang penyimpanan. Dengan perlahan dia membuka pintu itu dan mencari barang yang di maksud.

Elin melihat benda yang dia cari tergeletak di troli penyimpanan. "Alhamdulillah, ternyata memang ketinggalan di sini." Elin mengambil barang itu ternyata sebuah kunci.

Setelah mendapatkan barang yang dia maksud, dia pun kembali menutup pintu ruangan itu dan melangkah menyusuri lorong lantai sepuluh. Terlihat di sepanjang lorong terlihat remang-remang.

Saat Elin ingin berbelok dia di kejutkan dengan suara aneh. Bahkan mendengar nya saja dia begitu merinding.

"Ayolah sayang, kamu pasti menginginkan aku kan, jangan munafik.." Elin mengintip ke lorong bagian kanan yang ternyata di sana ada dua orang yang sedang berbuat sesuatu yang membuat Elin menutup mulutnya.

"Menyingkir lah ja*ang!!" seorang pria terlihat berusaha untuk mendorong tubuh perempuan yang sedang menghimpit tubuh nya.

"Nggak akan!! aku nggak akan melepas mu Raden!!" Elin melebarkan matanya saat melihat perempuan itu berusaha untuk melepaskannya pakaian laki-laki yang sedang berusaha menyingkirkan tubuh perempuan itu.

Terlihat perempuan itu begitu agresif untuk melakukan sesuatu pada pria yang saat ini sepertinya sedang menahan diri untuk tidak lepas kendali atas dirinya.

"Sial*n !! Apa yang kamu kasih ke dalam minuman ku jal*ng!!" suara teriakan itu terdengar kencang dan tiba-tiba saja tubuh perempuan itu pun terhempas ke lantai.

Bugh...

"Aaaaa..!!" perempuan itu menjerit dan terhempas ke lantai. " Aku terpaksa melakukan ini Raden, kamu selalu menolak ku, ini cara terakhir agar kamu mau menerima perjodohan ini!!" perempuan itu terlihat begitu putus asa saat mengatakan apa yang baru saja dia perbuat pada laki-laki yang bernama Raden itu.

"Enyah dari sini!! Kalau tidak, besok pagi keluarga mu akan miskin mendadak karena kenekatan mu!!" pria bernama Raden itu pun mengusir perempuan itu dan juga mengancam untuk memiskinkan keluarga perempuan itu.

Perempuan itu pun langsung berusaha berdiri dan menatap ke arah Raden dengan mata yang sudah menangis. " Jangan, jangan kamu lakukan itu, maafkan aku Raden tapi...

"Tidak ada kata tapi, batalkan perjodohan itu kalau kamu masih ingin menikmati makanan enak !!' dengan wajah yang kacau perempuan itu pun melangkah meninggalkan pria bernama Raden itu.

Sementara itu, terlihat pria bernama Raden itu mulai melepas dasi yang terpasang di lehernya. Lalu perlahan dia terlihat menarik nafas dalam-dalam. Perlahan dengan langkah gontai Raden melangkah menuju kamar yang biasa dia tempati di hotel tersebut.

Sedangkan Elin yang sempat melihat adegan tadi, dia menyandarkan tubuhnya di dinding dan menarik nafas panjang. Setelah merasa cukup tenang, Elin melangkah ingin menuju lift. Tapi, langkahnya langsung terhenti saat tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang keras menahan tubuh nya.

"Awwwsstttt..." Elin meringis saat kepalanya menghantam benda keras.

Elin mengusap keningnya yang merasa sakit dan dia pun mendongakkan kepalanya menatap apa yang baru saja dia tabrak tadi.

Matanya seketika melebar saat melihat sosok laki-laki tinggi dan yang paling bikin Elin syok adalah, laki-laki yang ada di depannya saat ini adalah laki-laki yang dia lihat tadi.

"Ka_kamu...

Laki-laki itu itu terlihat memejamkan matanya dan menggelengkan kepalanya menatap wajah Elin.

"Celine..kamu..!" laki-laki itu mencekal lengan Elin dan membuat gadis itu meringis.

"Lepas!! Tuan, anda salah orang !!"

Elin berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman laki-laki asing itu.

Namun siapa sangka laki-laki itu tiba-tiba memeluk tubuh Elin dengan erat. "Nggak, nggak akan aku lepaskan!! Kamu sudah tega meninggalkan aku Celine! Aku membencimu, lihatlah...aku akan tunjukkan kalau kamu nggak bisa lepas dari ku!!"

Elin terus memberontak dan namun tiba-tiba saja Laki-laki itu mengangkat tubuh nya. "Aaaaaa...lepas!! Lepaskan aku!! Lepas kamu mau bawa aku kemana, heiiiii...!!" Elin panik saat tubuh nya sudah ada di atas pundak laki-laki atletis itu. Bahkan tubuh Elin di bawa seolah karung beras.

Plak

Mata Elin melebar saat laki-laki itu memuk*l pelan bagian tubuh nya.

"Awwwsstttt...breng*ek!! Apa yang kamu lakukan!! Tolong! Tolonggg...tolong ada penculik!!"

Elin berteriak mencoba mencari bantuan. Namun sayangnya di lorong itu tak ada satu orang pun yang lewat. Sampai saat dimana tubuh Elin di bawa masuk ke sebuah kamar. Elin semakin panik saat melihat dirinya di bawa ke dalam kamar hotel.

"Menurut lah Celine..!!"

"Aku bukan Celine, Aku Elin !!" Elin terus berusaha untuk melepaskan diri.

Tapi nyatanya, tubuhnya saat ini di hempaskan ke atas tempat tidur yang empuk dan bahkan Elin menjerit saat tubuhnya melayang dan mendarat di atas tempat tidur yang empuk itu.

Mata Elin melebar saat laki-laki yang membawanya itu mengungkung tubuh nya. " Heii..kamu mau apa, jangan macam-macam atau aku akan melakukan hal yang tidak pernah kamu duga !!" Elin terus meronta dan mengancam laki-laki yang saat ini ada di atas tubuhnya.

"Ssstttt...jangan berisik sayang, kamu kenapa jadi cerewet begini..hemm?" Raden mencekal lengan Elin dan dia letakkan diatas kepala Elin. Terlihat Elin masih berusaha untuk melepaskan diri sekuat tenaga. Namun sayangnya tenaga Elin tak sebanding dengan tenaga Raden yang begitu besar dan membuat Elin semakin kehabisan tenaga. Raden tersenyum miring menatap Elin yang terlihat semakin tak berdaya melawan Raden.

Bersambung

Hilang

"Lihatlah Celine, malam ini aku akan membuatmu mengakui kalau aku yang hebat di banding baji*gan itu !!"

Raden membelai pipi Elin membuat Elin berusaha memalingkan muka.

Melihat sikap Elin, Raden pun dengan kasar mencengkram rahang Elin. "Kau yang baik*gan sial*n!!" umpatan Elin barusan membuat Raden meradang.

"Apa katamu tadi, hemmm? Coba kamu katakan sekali lagi, kau bilang aku yang baji*gan !! Bahkan kau yang selingkuh dari ku bang*at!!"

"Tapi aku buka Caline. Lepas !! Tuan, anda mabuk!!" Elin mencoba untuk melepaskan diri dari cengkeraman Laki-laki yang saat ini mengungkung tubuh nya.

Terlihat keringat sudah membasahi sekujur tubuh Raden. Bahkan dia masih berusaha untuk memfokuskan pandangannya. Dia menangkupkan kedua tangannya di pipi Elin. Lalu dia benamkan bibir nya di permukaan bibir Elin.

Elin yang baru pertama kalinya merasakan hal itu di buat terkejut dan spontan matanya melebar, tubuh nya terasa lemas seperti jelly.

Raden menggigit bibir bawah Elin yang masih tertutup dan tak merespon apa yang dia lakukan.

Ehhhhmmmmm...

Elin berusaha untuk menolak ci*man itu namun Raden terus memberikan sentuhan demi sentuhan di bagian sensitif di tubuh Elin.

Srekk...srekkkk...

Raden merobek blus yang di pakai Elin hingga menampilkan bagian depan gadis itu.

Bibir Raden mengeksplore setiap jengkal tubuh mul*s Elin. Raden yang sudah meminum minuman yang sudah di beri obat perang*ang itu pun semakin liar menjelajah nirwana yang sudah lama tidak dia rasakan.

Terlihat Elin yang ada dalam kungkungan Raden mulai terbuai dengan apa yang Raden berikan. Bahkan saat ini Elin sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Raden.

Raden kembali membenamkan bibirnya di bibir Elin dan sekarang bahkan melum*t nya dengan rakus. Elin yang baru pertama kalinya merasakan hal itu, nalurinya pun iku terbawa. Dia terlihat mulai membalas apa yang di lakukan Raden padanya. Terasa kaku memang, tapi Raden tak mempermasalahkan hal itu. Cuma dalam keadaan tak sadar sepenuhnya dia bahkan merasa dapat moment yang berbeda.

"Ssssttthhh..agghhh.." suara des*han Elin pun mulai tak terelakkan saat Raden melepas tautan bibir mereka dan mulai berselancar ke bagian sensitif Elin lainnya.

Raden terlihat memberikan gigitan-gigitan kecil di bagian leher jenjang Elin. Lalu dia beralih ke bahu putih mul*s Elin dan mengec*pnya.

Raden semakin tak terkendali. Tangannya sudah bergerilya ke tempat-tempat sensitif milik Elin. Raden sudah hilang akal. Dia tak peduli siapa yang ada dalam kungkungan nya saat ini. Ada bau harum khas gadis yang ada di dalam kungkungan nya saat ini.

Raden semakin memfokuskan diri nya pada wanita yang ada di bawah kendalinya saat ini. Dia menggelengkan kepalanya pelan, kesabarannya yang setengah menghilang kini sudah meyakinkan diri nya jika perempuan yang ada di dalam dekapan nya saat ini bukanlah Celine seperti bayangannya saat pertama kali melihat sosok Elin.

Mau berhenti pun sudah kepalang tanggung. Ibarat sudah terlanjur basah , mandi saja sekalian.

Raden semakin kalap, kedua nya saat ini sudah sama-sama seperti bayi yang baru saja lahir. Elin begitu terbuai dengan apa yang di lakukan Raden. Menyesal karena melakukan suatu tindakan yang tidak di perbolehkan membuat hati Elin gamang. Namun, dia ingin memberontak pun percuma. Tenaganya tak sebanding dengan tenaga laki-laki yang mengungkungnya saat ini.

Elin melirik kearah bawah tubuhnya. Terlihat Raden sibuk membuka jalan untuk jendral miliknya masuk ke dalam markas yang begitu membuatnya takjub.

Elin menutup matanya dan tak berani menatap ke arah di mana di bawah sana sang jendral sudah siap tempur. Raden mengkomando supaya sang Jendral masuk ke dalam markas. Namun jalan ke dalam markas begitu sulit di tembus. "Aaaaakhhh...sa_sakit..ssstttt.." suara ringisan Elin membuat Raden menghentikan aksinya. Dia menatap Elin yang memejamkan matanya. Raden bisa melihat ada air mata yang keluar dari sudut mata gadis itu.

"Tenanglah, aku akan melakukan nya dengan perlahan." Raden membisikkan kata-kata itu pada Elin dan mengalungkan kedua tangan Elin di lehernya.

Sang jendral pun dengan keras menerobos masuk ke dalam markas dan membuat tubuh Elin terlihat meliuk ke atas dan sedikit menegang. "Relaks.." bisikan Raden saat Raden merasakan jika Jendral nya terasa di cengkram kuat membuat senyum menyeringai.

Jendral yang sudah lama tidak berperang pun semakin di buat bersemangat untuk melawan musuh. Sampai Elin sudah tak sanggup untuk membuat jendral Raden bertekuk lutut padanya.

Bahkan Elin tanpa ragu memberikan tanda di punggung Raden.

Malam panjang bagi dia insan yang ada didalam kamar hotel itu, jam tiga dini hari Raden baru melepaskan Elin karena memang sudah Raden sudah merasa cukup dan kasihan dengan tubuh Elin yang begitu candu untuk dirinya.

Keduanya kini tertidur pulas di atas tempat tidur yang sama dengan hanya berselimut tebal guna mengusir rasa dingin yang kian mendera.

Pagi hari, Elin mulai menggerakkan tubuhnya mencari kenyamanan. Rasanya kepalanya begitu pusing dan tubuhnya serasa remuk.

Elin terlihat kembali mencari kehangatan dan kenyamanan yang tadi dia rasakan. "Hemmm...nyaman banget," dalam batinnya merasa jika dirinya enggan membuka matanya. Dia ingin merasakan kenyamanan yang tak pernah dia rasakan.

Ehemmm....

Suara deheman membuat Elin mengerutkan keningnya dengan mata yang masih tertutup.

"Bangunlah, mau sampai kapan kamu tidur di dalam pelukan ku, hemm?" Elin spontan langsung membuka matanya dan hal pertama yang dia lihat adalah wajah Raden yang menatap dirinya dengan tatapan mendamba.

"Aaaaa....!!" Elin melebarkan matanya lalu berteriak saat melihat dengan jelas orang yang saat ini ada di sampingnya.

Mendengar teriakan Elin, Raden pun segera memeluk tubuh Elin dan membekap mulutnya agar Elin berhenti berteriak. "Diamlah, kenapa kamu teriak-teriak, hah!!" Elin pun mengangguk, lalu Raden pun melepas tangannya yang menutupi mulut Elin.

Raden pun perlahan memisahkan diri dan Raden beranjak dari tempat tidur dengan hanya memakai celana kolornya saja membuat Elin menutup matanya dan membenamkan wajahnya ke dalam bantal.

Raden yang melihat tingkah Elin hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lalu laki-laki itu pun langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara Elin yang tadi sempat syok dengan pemandangan pagi ini, kini termenung mengingat apa yang terjadi semalam. Perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya. Menyesal, tentu saja...tapi, nasi sudah menjadi bubur. Dia harus memikirkan bagaimana kedepannya nanti. Kini, kesucian nya sudah di renggut paksa oleh orang asing yang tak pernah dia kenal. Bagaimana dengan masa depan nya jika hal terburuk terjadi dalam hidupnya setelah ini.

Bersambung

Tertatih

Ceklek...

Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Raden yang keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basahnya dan hanya memakai handuk yang melilit di pinggang nya.

Elina perlahan beranjak dari tempat tidur dengan kemeja kebesaran milik Raden. Dengan menahan rasa perih di bawah sana, Elin dengan mata sembabnya memberanikan diri membalikkan tubuhnya menatap ke arah Raden.

"Kenapa kamu pakai ..

"Maaf tuan, baju saya semalam anda rusak." dengan sedikit rasa takut akan tatapan Raden yang menatap dirinya tajam, Elin bicara dengan sedikit terbata.

"Katakan ,berapa yang kamu minta untuk semalam" ucapan Raden sontak membuat Elin melebarkan matanya. Dia mengepalkan kedua tangannya dan mengeraskan rahangnya menatap Raden dengan tatapan bencinya.

"Apa maksud tuan, saya bukan pelc*r !! Anda semalam memaksa saya! bahkan saya sudah meminta anda untuk melepaskan saya tapi, anda tidak memperdulikan saya, bahkan anda menganggap saya Celine perempuan entah, bahkan saya tidak tahu! Anda sudah mengambil satu-satunya harta yang saya punya, satu-satunya yang saya jaga hanya untuk suami saya!!"

Ucapan Elin yang begitu panjang kali lebar membuat Raden semakin mengeraskan rahangnya dan ingin rasanya dia menyumpal mulut Elin untuk tidak menyebut nama orang yang sudah membuat patah hatinya.

Raden dapat melihat tatapan mata Elin yang menyiratkan benci padanya. Raden mengambil jas nya dan mengambil cek yang selalu ada di kantong jasnya, dia menulis sebuah nominal di sana dan menandatangani nya. Dia menyodorkan ke arah Elin. "Saya harap ini cukup untuk semua yang terjadi semalam. Jangan khawatir, kamu nggak akan hamil. Saya di nyatakan mandul oleh dokter."

Elin mengambil cek yang ada di tangan Raden membuat laki-laki itu tersenyum sinis. "Ternyata kamu ...

Sretttt...sreetttt...

Raden melebarkan matanya dan mengehentikan ucapannya saat melihat Elin merobek kertas cek yang Raden berikan padanya.

"Anda bisa saja membayar perempuan liar di luar sana, tapi...saya perempuan baik-baik yang punya marwah. Kesucian saya tidak untuk di perjual belikan. Saya harap anda tidak akan tenang hidupnya setelah ini, permisi.." Elin mengambil tas miliknya yang tergeletak di lantai kamar dan segera pergi meninggalkan kamar yang penuh dengan kenangan kelam itu.

Dia tak menghiraukan rasa sakit di intinya. Dia hanya ingin cepat-cepat sampai di kosan milik nya. Elin melangkah cepat di sepanjang trotoar. Sesekali dia menoleh ke arah belakang untuk menghentikan taxi untuk mengantar dirinya pulang.

Tak lama dia melihat sebuah taxi dan dia pun langsung menyetop nya dan masuk ke dalam nya. Dia menyebut alamat tujuannya. Elin menyandarkan tubuhnya di jok dan sedikit merebahkan kepalanya dan menatap langit-langit mobil. Mengingat kembali apa yang terjadi padanya membuat dirinya menangis .

Sedangkan Raden yang sempat membiarkan Elin pergi, namun kini sibuk meminta asisten nya untuk mencari Elin.

"Gue nggak mau tahu, lo harus cari perempuan itu!!" Raden semakin frustasi saat melihat bekas bercak darah yang ada di sprei kamar itu dan ternyata memang benar, Elin masih virgin saat Raden renggut.

"Tenanglah , gue akan cari perempuan itu. Gue mau cek Cctv sekitar kamar Lo, tapi...sekarang Lo harus meeting. Habis meeting gue minta seseorang buat cari perempuan itu."

Raden menatap Bara sang asisten nya dengan tatapan tajamnya. "Ingat, jangan sampai Lo gagal !" peringatan Raden itu hanya jawab dengan anggukan kepala Bara.

Raden menarik sprei bekas semalam, dia taruh di plastik besar dan meminta Bara membawanya. Bara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah bos plus sahabatnya itu.

Elin sampai di kamar kosnya langsung menuju kamar mandi. Dia menyalakan shower dan berdiri di bawah shower dan kembali tenggelam dalam tangisan pilunya.

Di kantor Raden, setelah meeting Bara masuk ke dalam ruangan Raden. "Bos, kita sudah mencari bukti untuk menjebloskan perempuan itu ke dalam jeruji besi, ternyata memang dia meminta salah satu orang staf untuk mencampur minuman bos dengan obat yang biasa di gunakan untuk penambah stamina. Namun, saat dosis yang di berikan itu berlebih, obat itu akan menjadi obat perangsang yang cukup tinggi."

Penjelasan Bara membuat Raden mengeraskan rahangnya kembali.Matanya menggelap menyiratkan dendam yang begitu besar.

...----------------...

Elin melangkah keluar dari kamar mandi lelah menangis dan kedinginan karena terlalu lama di bawah kucuran air dingin.

Elin memakai pakaian nya dan kemudian dia naik ke ranjang berukuran sedang di kamar itu. Dia terlihat meraih benda pipih miliknya yang dia taruh di tasnya.

Terlihat ada beberapa pesan yang sampai di nomernya. Semuanya menanyakan keberadaan dirinya. Elin pun meminta sahabatnya untuk meminta ijin pada pimpinan untuk dirinya beberapa hari kedepan.

Elin menarik nafas panjang. Rasanya tubuh nya begitu lelah. Dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya.

Beberapa hari bersembunyi dari teman-teman nya, haru ini Elin memutuskan untuk kembali bekerja.

Tok tok tok

Suara pintu kamarnya di ketuk, siapa pagi-pagi sekali bertamu pikir Elin. Dia pun langsung membuka pintu kamar nya.Terlihat sahabatnya Sari yang sudah berdiri di depan kamarnya.

"Sari, kamu ada perlu apa pagi-pagi begini ke sini?"

Saru menyerobot masuk ke dalam kamar Elin dan duduk di kursi rias.

"Mau cari kamu lah, lagian ponsel kamu kemana? Sedari beberapa hari ini mati. Kalau kamu bilang jangan ganggu kamu beberapa hari, jadi aku lakukan tapi, ini sudah hampir seminggu kamu menghilang. Makanya aku kesini.Lin, hari ini kamu suruh gantiin Dea di mansion Rahandika."

Elin mengernyitkan dahinya. "Kenapa aku, bukannya Dea pelayan sementara disana?" Saru mengangguk mengiyakan.

"Iya, benar. Pak Wiryo minta aku buat kasih tahu kamu kalau untuk sementara kamu gantikan Dea disana, jadi...sekarang cepat berangkat. Kalau sampai kamu telat, potong gaji."

"Hehh ..mana bisa, aku selama tujuh hari nggak masuk saja sudah di potong. Terus kalau aku telat juga di potong juga, lama-lama habis gajiku."

Sari yang melihat sahabatnya sudah rapi, dia pun mengambil tas milik Elin yang tergeletak di meja dan menyodorkan nya ke arah Elin.

"Cepat ambil, buat berangkat kesana aku antar. Nanti pulangnya pun kamu tunggu aku atau kamu bisa pesan ojek online. Di sana nggak ada taxi lewat, karena disana kawasan elite yang keamanan nya ketat, ayo !!"

Dengan sedikit malas, akhirnya Elin pun mengikuti Sari dan mereka pun menuju alamat dimana mansion Rahandika berada.

Elin menatap sekeliling jalan yang dia lalui di perumahan elit itu, rasanya jika dia ditinggal bisa jadi dia akan kesasar entah kemana. Benar-benar kawasan elite penuh tantangan.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!