NovelToon NovelToon

Mayor Buluk (Bujang Lapuk) Meet Janda Kembang

Peristiwa yang mencekam

Dalam keheningan malam, dua insan yang kini telah sah menyandang status sebagai pasangan suami istri ini akan siap-siap menjalankan kewajiban mereka sebagai pasangan yang sudah halal tentunya.

Raut wajah bahagia diantara keduanya sungguh tak bisa mereka sembunyikan lagi, apalagi saat ini wanita yang memiliki paras cantik, pemilik mata bulat nan lentik khas Indonesia, hidung mancung ala gadis Arab, serta kulit seputih susu seperti etnis tionghoa, ditambah postur tubuhnya yang semampai setinggi 165 Cm. Dan lekuk tubuh seanggun gitar spanyol, Ainun seperti personifikasi bidadari modern , paras wajahnya begitu kompleks dan memikat, ia merupakan kembang Desa.

Wajah Ainun terus saja merona sedari tadi, ia merasa semua ini seperti mimpi, dipersunting oleh seorang pria yang sedari dulu selalu menjadi pelabuhan hatinya.

"Ainun Fatiya, aku berjanji akan menjadi suami sekaligus imam yang baik untukmu, aku tidak bisa memberikan apapun padamu, selain cintaku yang tulus padamu!" ucap pria yang memiliki nama Gus Firman, yakni salah satu ketua pondok pesantren Al-fatah, Gus Firman juga merupakan sosok pemuda yang aktif dalam bersosialisasi soal keagamaan. Selama tujuh tahun ia menimba ilmu di kawasan timur tengah, menjadikan dirinya sebagai sosok yang begitu dikagumi sekaligus di segani.

Malam ini adalah malam pernikahannya bersama dengan Ainun, wanita yang telah menjadi pelabuhan hatinya, bahkan sudah sejak dari dulu, dan setelah kepulangannya dari timur tengah, ia bergegas mempersunting Ainun dengan cara taaruf.

"Gus, aku percaya padamu, bersamamu aku pasti akan selalu bahagia, karena aku pun sangat mencintaimu!" jawabnya mantap

Kini keduanya saling memandang dalam diam, Gus Firman begitu terpesona akan paras cantik istrinya yang menurutnya tidak hanya cantik dari luarnya saja, namum Ainun memiliki kepribadian yang luar biasa. Keseharian nya yang menjadi salah satu guru pengajar di Pondok pesantren Al-fatah, Ainun merupakan sosok seorang guru yang menjadi panutan muridnya.

"Ainun, apakah kamu sudah siap untuk malam ini? Menjadi istri yang sempurna untukku?" tanya Gus Firman untuk memastikan.

Ainun hanya bisa menjawabnya dengan cara mengangguk pelan, ia sudah tak bisa berkata apapun lagi, dadanya sedari tadi sudah bergemuruh, darahnya bergejolak, debaran jantungnya terus saja berdetak begitu cepatnya, seraya ingin meledak, bahkan hembusan napasnya menjadi tidak beraturan, seketika Ainun merasa tubuhnya menggigil karena gugup saat suaminya menatap dalam dirinya, dan kini Ainun sudah berada di bawah kungkungannya.

"G gus! Apakah Gus Firman sudah berdoa dulu sebelum kita melakukan itu?" tanyanya sampai terbata.

Sudut bibir Gus Firman tertarik kebelakang dan memperlihatkan lengkungan senyumnya yang menawan.

"Alhamdulillah sudah, kamu tidak usah takut Ainun, aku tidak mungkin lupa akan hal itu." jawabnya yakin

Kini Gus Firman semakin mendekatkan wajahnya, sedangkan Ainun, Kedua bola matanya terpejam, tubuhnya malah menggigil, serta ia terus saja menelan ludahnya sendiri sampai berkali-kali.

Gus Firman bisa merasakan kegugupan istrinya saat ini, namum ia tidak ingin melewatkan malam ini.

Tak lama, Ainun merasa ada sesuatu yang aneh, tiba-tiba saja kepala suaminya terjatuh tepat di bagian tulang selangka.

Kemudian Ainun mencoba membuka kedua bola matanya secara perlahan.

"Gus, kok malah diam...Gus Firman ngantuk ya?" Ucapnya masih dalam keadaan gugup.

Kemudian kedua tangannya mulai menyentuh bagian area kepala, terutama di bagian tengkuk leher, ia menemukan sesuatu seperti berupa cairan kental, namum sayangnya sang suami sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda bergerak, Ainun menjadi semakin cemas, lalu ia mulai melihat cairan kental yang kini tepat berada di telapak tangannya.

"D darah! Darah...kenapa ada darah? Gus bangun...!" Ainun terlihat panik, tiba-tiba tubuhnya mendadak menjadi beku.

Bahkan tenggorokannya serasa tercekat, ia tak bisa mengeluarkan suara apapun. Ainun hanya bisa menangis melihat kondisi suaminya yang tak sadarkan diri dalam pelukannya.

Tak lama, segerombolan orang berpakaian serba hitam dan hanya terlihat kedua bola matanya datang menerobos masuk dan mengepung rumah milik Gus Firman.

"Jangan bergerak, tempat ini sudah kami kepung!" ucap salah satu pasukan anggota bersenjata kepada kedua orangtuanya Gus Firman, yakni Kiyai Miftahudin dan juga istrinya yakni Ummi Khalifah.

"Abi, ada apa sebenarnya ini?" tanya Ummi terlihat panik.

"Entahlah Ummi, Abi juga bingung!" jawab Kiyai Miftah sambil menaikan kedua tangannya ke atas.

"Lapor Letnan, tersangka sudah berhasil di lumpuhkan, operasi penggrebekan malam ini telah selesai!" ucap pria yang telah berhasil mengeksekusi Gus Firman.

Kemudian pria yang berpangkat Letnan tersebut membawa pergi Kyai Miftah dan juga istrinya.

Sedangkan Ainun, ia masih terbujur kaku di bawah tubuh suaminya yang sudah tak bernyawa karena telah ditembak mati di tempat.

Ainun pun akhirnya dibawa oleh pasukan bersenjata tersebut.

'Sebenarnya ada apa ini? Aku mau dibawa kemana? Suamiku, tolong aku! Aku yakin kamu baik-baik saja!' batinnya belum bisa menerima takdir bahwa suaminya kini telah tiada

🍂🍂🍂🍂

Markas Komando TNI

Upacara penyambutan dan apresiasi atas selesainya tugas kenegaraan dan dedikasi para pasukan kontingen Garuda dilaksanakan sangat meriah.

Mayor Arsenio yang tergabung dalam pasukan Kontingen garuda XXII-B/ Unifil, mengucapkan banyak terimakasih atas kerjasamanya terhadap para prajurit yang selama ini tergabung bersamanya semasa mereka bertugas di Negara Lebanon selama lima tahun lamanya, banyak kisah suka maupun duka yang telah mereka alami selama Satgas disana.

"Mayor, kami pasti akan selalu merindukanmu, merindukan kepemimpinan mu saat kita bertugas disana, rasanya waktu begitu cepat sekali berlalu!" Sertu Yuda sampai memasang wajahnya yang sedih.

Mayor Arsen mendekat ke arahnya, lalu menepuk bahunya.

"Aku juga pasti akan sangat merindukan kalian, selamat kembali bertugas di daerah kalian masing-masing, lain waktu kita adakan reuni untuk tim kita, bagaimana?" usulnya yang segera diangguki oleh beberapa prajurit lainnya, mereka begitu menyayangi Mayor mereka yang baik hati namum tetap tegas dan sangat disegani.

Mayor Arsen malah menutup kedua bola matanya, ia merentangkan kedua tangannya sambil menghirup udara kota Jakarta yang sangat ia rindukan sekali.

'Selina, aku sudah kembali! Aku yakin mungkin saat ini kau sudah hidup bahagia bersama dengan pasangan pilihanmu, maaf jika selama ini aku tidak bisa membuat kamu bahagia!' ucapnya dalam hati.

"Mayor, anda malah melamun, Apakah Mayor mulai mengingat kembali masalalu yang pahit itu?" tanya Serda Raka.

Mendengar Raka berkata seperti itu, Mayor Arsen malah menghela napasnya.

"Siapa bilang aku masih mengingatnya! Semuanya sudah aku kubur dalam-dalam, kenangan manis ataupun pahit bersamanya, tak akan pernah aku ingat kembali!" Mayor Arsen berucap dengan begitu percaya diri.

Serda Raka yang pernah menjadi saksi kisah perjalanan cinta sang Mayor, ia merasa sangat lega.

"Itu berarti, lima tahun adalah waktu yang sangat cukup untuk bisa melupakan semuanya dan tentunya Mayor sudah mulai membuka lembaran baru untuk wanita lain, Iya kan?" tanyanya penasaran.

Mayor Arsen hanya tersenyum tipis saat sahabatnya berkata seperti itu.

"ya, tergantung!" jawabnya malah mengulum senyum sampai mengembang di atas bibir

"Tergantung apa Mayor?" tanyanya sampai menggaruk kepala.

"Kau cari tahu saja apa jawabannya!" Mayor Arsenio seolah sengaja ingin mengerjai sahabatnya.

Kemudian Mayor Arsenio pergi begitu saja meninggalkan Serda Raka seorang diri

Lalu kedua tangannya melambai ke arah wanita yang usianya sudah lebih dari setengah abad

"Assalamualaikum Bunda!" sapa Arsen yang kemudian memeluk erat sang Bunda yang selalu ia rindukan.

Kemudian sosok seorang gadis yang masih memiliki usia belia ini, berdiri tepat di samping ibunya

"Kak Arsen apa kabar?" tanya Aulia yakni adik perempuan satu-satunya Mayor Arsenio.

"Kabarku baik Adikku sayang!" jawabnya yang kemudian bergantian memeluk sang adik.

'Kenapa setelah pulang ke tanah air, hatiku merasa damai, apakah di tempat ini aku bisa kembali menemukan seseorang yang bisa mencintai aku dengan tulus dan menerima aku apa adanya?' tanyanya dalam hati.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Tragedi di Batalyon

"Ainun, bangun Nun!" panggil kayla yakni masih kerabat dekatnya.

Ainun yang sedari tadi terus memanggil nama mendiang suaminya, karena masih teringat akan peristiwa yang memilukan hatinya, ia pun tidak menyadari jika setiap harinya, ia selalu mengigau bahkan sampai bermimpi buruk.

Kini empat bulan sudah mendiang suaminya pergi meninggalkannya, dan kini Ainun terpaksa hidup merantau ke kota Jakarta untuk mencari keadilan atas peristiwa kematian suami tercintanya, dan ia pun berusaha bersembunyi dari kejaran para pasukan misterius tersebut.

"Ainun, aku tahu kalau kamu masih sangat sedih atas kematian suamimu, tapi kamu juga harus bisa menerima semua takdir ini!" Kayla berbicara lembut dan ia berupaya ingin membuat Ainun tidak terus larut dalam kesedihan

kemudian Ainun menatap dalam kayla, bola matanya mulai berkaca-kaca.

"Kayla, kalau mendiang suamiku meninggal dalam hal yang wajar, aku bisa terima, tapi ini! Suamiku telah dituduh yang tidak-tidak, ia difitnah sebagai komplotan pemberontak yang tergabung dalam jaringan ter*ris, semua warga satu kampung percaya atas tuduhan itu, Kyai Miftah dan juga ummi khalifah, keduanya malah menjadi tersangka. Beruntungnya aku berhasil melarikan diri dan bersembunyi di tempat mu, sebelum mereka menuduhku sebagai tersangka juga, terimakasih kayla karena selama ini kau telah banyak membantu ku!"

Kemudian Kayla memeluk tubuh Ainun dengan erat agar dirinya bisa jauh lebih tenang.

"Sudah Nun, kamu jangan pernah mengingat kembali peristiwa itu, mulai sekarang kau mulailah hidup barumu disini, nanti kita coba mencari tahu masalahmu ini yang begitu rumit!" ucapnya dengan tegas.

Ainun mengangguk dalam, kali ini ia mencoba mendengarkan nasihat dari sahabatnya.

Menjelang pagi, Ainun dan Kayla seperti biasanya, keduanya mangkal di pinggir jalan untuk berjualan nasi uduk.

Mereka berdua bisanya berkeliling mencari tempat yang ramai untuk berjualan, kebetulan di salah satu kawasan sekitar Bataliyon, sedang diadakan acara pencak silat dan juga bazar, banyak warga yang berkumpul disana untuk menyaksikan para prajurit menunjukan kehebatan mereka dalam hal bela diri, dan ada juga yang menikmati aneka kuliner yang tersaji oleh para pedagang kaki lima.

"Wah, sebaiknya kita mangkal di sana saja Kay, di bawah pohon beringin itu!" tunjuk Ainun ke arah tempat tersebut.

"wah, tempat yang strategis itu sih Nun, ayo cepat, kita segera bergegas kesana!" ajaknya sembari mendorong gerobak yang ukurannya lumayan besar.

Dan benar saja, saat mereka baru saja mangkal dan menjajakan dagangannya, tiba-tiba kerumunan orang berdatangan menghampiri, karena nasi uduk buatan Ainun memang sedap, ditambah bau rempah yang khas dan berbeda dari nasi uduk pada umumnya.

"Alhamdulillah, rezeki nomplok ini sih namanya Nun!" Kayla sampai tersenyum senang dan terus berucap kata syukur.

Dalam sekejap dagangan mereka telah ludes, pundi-pundi rupiah sudah memenuhi laci kotak kayu di dalam gerobak.

"Wah, hari ini kita untung banyak Nun!" Keyla sampai melotot tak percaya karena melihat isi di dalam laci.

"Alhamdulillah Kay, kita harus selalu bersyukur! berarti rezeki kita untuk hari ini sangat bagus!" balas Ainun tersenyum ke arahnya.

"Betul sekali Nun, tapi aku merasa ini semua karena kehadiran mu, dagangan aku selalu laris manis, apalagi kebanyakan pembeli diantaranya para kaum adam!" sindir Kayla dengan nada mengejek

Raut wajah Ainun seketika menjadi kusut karena kesal atas perkataan dari Kayla.

"Mulai deh ngomong gak jelas lagi!" balasnya seraya melirik dengan ekor matanya yang tajam.

"Ini Fakta loh Nun, kamu memang wanita yang cantik dan menarik, kau tahu Bang Burhan anaknya Cang Nelan? Yang punya kios warung soto itu loh!" Keyla mencoba mengingatkan Ainun.

"Hemmmm...untuk apa bahas orang itu lagi Kay?" Ainun semakin kesal dibuatnya.

Kemudian Kayla malah menyenggol Ainun."Dia nanyain kamu terus Nun, kau tahu kan kalau Bang Burhan itu merupakan laki-laki yang di incar para wanita satu kampung!" ujarnya sambil membayangkan wajah tampan Burhan.

Kemudian Ainun memilih untuk pergi meninggalkan Kayla seorang diri karena kesal.

"Yaelah Nun, kamu itu mudah tersinggung sekali, sensi banget sih!" sungut Kayla terlihat kesal, ia sampai melipat kedua tangannya di atas dada.

🍂🍂🍂🍂🍂

"Mayor, posisi anda berada dimana saat ini? Letnan Soeprapto sudah menunggu anda di lapangan, katanya Mayor akan memberikan sambutan atas kepemimpinan barunya di Batalion sebagai ketua Kompi markas (Kima)!" ujar Sertu Jaka yang merupakan prajurit senior dan sudah lebih dari lima tahun lamanya ia bertugas di Batalyon Yonif 6 Marinir.

"Saya sebentar lagi sampai, hanya saja mobilku mengalami kendala, tapi bisa aku atasi, yasudah, aku tutup dulu telepon nya!" Ujarnya dan buru-buru menekan tombol berwarna merah di layar ponselnya.

Mayor Arsenio mencoba untuk bisa mengatasi mobil miliknya yang sepertinya mengalami masalah yang cukup serius.

"Dasar mobil tua, merepotkan saja!" umpatnya sampai memukul stir mobil.

Mobil warisan dari mendiang Ayahnya ini merupakan mobil keluaran tahun 1999, dan memang sudah harus di museum kan, namum sang ibu tercinta tak mau sampai hal itu terjadi, melihat putranya memakai mobil tersebut, malah mengingatkannya kembali akan kenangan masalalu nya.

Dan benar saja, ketika ia sudah tiba di depan pintu gerbang Batalyon, dan ia melihat banyaknya warga setempat yang sedang berlalu lalang menikmati acara pencak silat di area lapangan sekitar Batalyon, Mayor Arsenio mendadak panik karena rem tidak berfungsi dengan baik, ia pun mencari cara agar bisa menghentikan laju mobil tersebut tanpa melukai siapapun, kebetulan ia melihat pohon beringin berukuran besar di sekitar area Batalyon tanpa menyadari bahwa di bawah pohon itu terdapat satu buah gerobak dagangan.

Cekiiit

Bugh!

Jeger!

Akhirnya terjadilah kecelakaan yang tidak terduga, mobil milik Mayor Arsenio telah menabrak pohon beringin plus gerobak milik Kayla.

Ainun yang menyaksikannya langsung di depan matanya, ia berlari ke arah sahabatnya yang masih berada di sana.

Kejadian ini terjadi secara tiba-tiba.

"Kayla...!" panggil Ainun sampai berteriak karena gerobak milik sahabat nya itu telah hancur tak berbentuk, sedangkan Mayor Arsenio yang berada di dalam mobilnya telah selamat dan hanya mengalami luka ringan akibat pecahan dari kaca mobil.

Sedangkan untuk Kayla, ia kedapatan telah bersimbah darah, tubuhnya tergencet oleh body depan mobil jenis mini bus milik Mayor Arsenio.

Ainun menjerit histeris melihat sang sahabat sudah tak sadarkan diri, ia menjadi teringat akan peristiwa pada saat malam pengantinnya dengan mendiang suaminya, Ainun seolah phobia ketika melihat darah bercucuran di sekujur tubuh Kayla.

Beberapa prajurit mulai berdatangan dan berusaha membantu, sedangkan para pengunjung malah asik menjadi penonton, bahkan ada sebagian yang mengabadikan momen memilukan ini dengan ponsel canggih mereka.

"Mayor, anda tidak kenapa-kenapa?" tanya Sertu Jaka terlihat panik karena sang Mayor mengalami luka.

Sedangkan anggota TNI yang lainnya berusaha menolong korban yang terjepit bodi mobil bagian depan.

Mayor Arsenio berusaha keluar dari dalam mobilnya, ia mengedarkan pandangannya ke arah sekitar, dimana ia telah menabrak sebuah gerobak milik pedagang kaki lima yang telah hancur berserakan.

Kemudian tanpa disengaja ia melihat sosok wanita berparas cantik sedang menangis dengan tubuhnya yang gemetar, air matanya tumpah dan membasahi wajahnya.

'Ya Rabb...apa yang telah aku lakukan? Kenapa malah menjadi seperti ini? Aku benar-benar tidak sengaja!' sesalnya dalam hati.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸

Ainun VS Mayor Arsenio

Mayor Arsenio mencoba mendekati wanita berhijab yang sedang menangis dengan tubuhnya yang gemetar.

"M maaf?" Mayor Arsen sampai terbata dan juga gugup, seumur hidupnya ia baru mengalami peristiwa menakutkan seperti ini.

Kemudian Ainun menoleh, ia menatap sejenak sang Mayor yang terlihat pucat, serta tubuhnya di penuhi oleh luka.

"Jadi kau yang telah menabrak sahabatku?" tanya dengan sorot matanya yang nyalang.

"Maaf Nona, saya tidak sengaja! Mobil milikku tiba-tiba saja remnya blong!" Mayor Arsen berusaha menjelaskan apa yang telah terjadi.

Sedangkan Ainun, ia terlihat kesal sekaligus marah, kedua tangannya sampai ia kepal.

"Jika meminta maaf berguna, untuk apa ada penegak hukum! Kau harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini, kalau sampai Kayla kenapa-kenapa, aku tidak akan segan untuk menuntut mu, camkan itu baik-baik!" Ancamnya tidak main-main, Ainun tida peduli bahwa pria dihadapannya saat ini bukanlah pria sembarangan. Namun itu semua samasekali tak membuatnya takut, dimatanya suatu keadilan harus di tegakkan, dan seseorang yang telah melakukan kesalahan maka ia wajib untuk mempertanggungjawabkannya.

Mayor Arsen sampai tercekat tak percaya atas sikap Ainun yang ia anggap sebagai salah satu wanita pemberani, wanita yang tidak segan-segan menegurnya atas kesalahannya dan tak memandang siapa dirinya saat ini, dimata Mayor Arsen, wanita dihadapannya sangat berbeda dari wanita yang pernah ia temui sebelumnya.

"Kamu tenang saja, aku pasti akan mempertanggungjawabkan semua perbuatanku!" jawabnya dengan tegas.

Kemudian Ainun memalingkan wajahnya, ia sangat muak melihat tampang Mayor Arsen, apalagi ia begitu membenci pria berseragam, karena menurutnya pada saat peristiwa naas itu terjadi, yang telah melenyapkan nyawa suaminya hampir memiliki kemiripan dengan seragam yang telah digunakan oleh Mayor Arsen.

Akhirnya Kayla dan juga Mayor Arsenio di bawa ke Rumah Sakit dengan menggunakan mobil Ambulans, Keduanya akhirnya mendapatkan tindakan dari tim medis Rumah sakit milik angkatan darat dan posisinya tidak jauh dari lokasi kejadian, sedangkan Ainun, ia terus berada di samping sahabatnya, rasa cemasnya semakin menyeruak.

"Kayla, kau harus kuat, aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi di dunia ini selain kamu, ku mohon bertahanlah!" Ainun sampai tak bisa menghentikan air matanya yang terus saja berjatuhan.

Sedangkan Mayor Arsen, ia merasa cemas terhadap korban dan juga wanita yang cukup menarik perhatiannya.

"Semoga mereka baik-baik saja!" gumamnya pelan.

Kemudian Serda Jaka datang menghampiri, ia memberikan beberapa informasi kepada Mayor Arsenio.

"Lapor Mayor Arsen, saya mendapatkan perintah dari Letnan Soeprapto, bahwa acara pelantikan di tunda sampai minggu depan, mengingat kondisi Mayor yang tidak memungkinkan, dan...?" seketika perkataannya terhenti diudara.

"Dan apa Sertu Jaka?" Mayor Arsenio malah menjadi penasaran.

"Salah satu teman dari korban kecelakaan, ia telah menuntut anda, dan meminta keadilan atas kejadian ini!"

Arsen sampai melotot tak percaya atas apa yang sudah ia dengar, kedua tangannya sampai ia kepal.

"Berani juga nyali wanita itu, aku pikir perkataanya yang tadi hanya isapan jempol belaka!" Mayor Arsenio seolah mendapatkan tantangan baru dari sosok wanita yang ia anggap pemberani itu

Kemudian setelah mendapatkan penanganan medis, Mayor Arsen mencoba untuk menemui wanita yang belum ia ketahui siapa namanya, namum sosoknya seolah mengganggu pikirannya.

Kebetulan Ainun saat ini sedang berada di ruang tunggu pasien IGD, dan Mayor Arsen bergegas mendekat ke arahnya.

Ainun yang tak menyadari kehadiran sosok sang Mayor, malah membuat sang Mayor terus menatap nya dari jarak yang cukup dekat, ia sengaja duduk di sebelah Ainun.

"Ehem...kau bernyali besar juga karena mau menuntut aku atas kejadian tadi pagi!" Mayor arsen sampai melipat tangan di atas dada, pandangannya lurus ke depan.

Sedangkan Ainun, ia menoleh sejenak, di lihatnya pria di sampingnya yang masih mengenakan seragam loreng dan tentunya Ainun tahu siapa pria tersebut.

"Kau...!" Ainun sampai terkejut tak percaya dengan apa yang telah ia lihat, kemudian ia menggeser posisi duduknya agar tidak terlalu dekat dengan sang Mayor.

Lalu Mayor Arsenio menoleh ke arahnya, ditatapnya wanita cantik berkulit putih yang saat ini menatap tidak suka ke arahnya.

"Apakah kau sudah yakin atas keputusan mu itu? Peristiwa yang terjadi tadi pagi adalah sebuah kecelakaan!" Mayor Arsenio berupaya membela dirinya, tapi entah kenapa ia cukup tertarik dengan wanita yang saat ini berada di sampingnya.

Kemudian Ainun beranjak dari atas tempat duduknya, lalu menatap dingin ke arahnya.

"Sangat yakin, jangan mentang-mentang kau seorang abdi negara aku tidak berani melakukan hal seperti ini, aku hanya ingin menuntut keadilan untuk sahabatku!" jawabnya sambil memelototi Mayor Arsen.

Merasa tertantang akan sikap Ainun padanya, ia pun beranjak dari tempat duduknya dan menghadap ke arah Ainun, kini keduanya saling berhadapan dan menatap dalam keheningan.

"Apa maksudmu berkata seperti itu?" sang Mayor merasa tersinggung atas perkataan dari Ainun

Kemudian Ainun melangkah maju kedepan, sehingga posisinya cukup dekat dengan Mayor Arsen.

"Ck..kamu pikir aku tidak tahu setelah kejadian ini? Aku yakin kau akan dibebaskan dari kasus ini dan dinyatakan tidak bersalah, lalu demi membersihkan nama baik keanggotaan kalian, korban akan di kasih uang kompensasi agar tidak berkutik dan menganggap semua kejadian ini selesai begitu saja secara kekeluargaan, betul begitu kan?" Ainun tak sedikitpun merasa takut berkata seperti itu terhadap pria di hadapannya. Semenjak kejadian naas itu, Ainun seolah memiliki kekuatan dan keberanian untuk menegakkan keadilan.

Mendengar hal itu Mayor Arsen hanya bisa menghela napasnya, kemudian ia menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan kesalah pahaman ini.

"Kenapa pikiranmu begitu dangkal seperti ini? Asal kau tahu ya, seharusnya kau dan teman mu itu tidak boleh berjualan di area pohon beringin sekitar Batalyon, aku perhatikan hanya gerobak milik mu dan temanmu itu yang dengan beraninya berjualan disana, pihak dari Batalyon bisa menuntut balik karena kalian telah melanggar aturan!" jawabnya sampai tersenyum puas.

Deg!

Ainun langsung terdiam tak bergeming, ia malah terlihat semakin kesal karena pikirnya pria di hadapannya sengaja mencari-cari alasan agar terbebas dari tuntutannya.

Lalu Mayor Arsen mencoba melangkah maju kedepan sedangkan Ainun dengan rasa gugup nya malah mundur ke belakang.

"Kau cantik tapi sayang kau galak dan juga menyebalkan!" singgung Mayor Arsen.

"Tidak usah banyak bicara, kau pikir aku takut dengan semua penjelasan mu itu hah?"tantang kembali Ainun.

Mayor Arsenio sampai dibuat menggeleng karena baru kali ini bertemu dengan wanita pemberani dan keras kepala. Jujur saja bahwa saat ini sang Mayor mengagumi keberanian Ainun.

"Ck, terserah kau saja! Yang penting aku sudah menjelaskan semuanya padamu, kita tunggu temanmu itu siuman, karena yang berhak melakukan tuntutan adalah korban, bukan dirimu!" tunjuk sang Mayor tepat mengenai kepala Ainun. Ia pun tak terima atas perlakuan sang Mayor yang ia anggap arogan.

"Ok, kita lihat saja nanti, aku yakin Kayla akan melakukan hal yang sama seperti apa yang aku lakukan saat ini!" balasnya tak mau kalah.

'Baiklah wanita pemberani, kita lihat saja nanti! Aku atau kamu yang akan memenangkan pertarungan ini!' batinnya sangat percaya diri.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!