NovelToon NovelToon

Red Thread Destiny

Prolog : 1

...07 : 00 ...

Dari luar, aku mendengar suara Ibuku memanggilku, yang membuatku terbangun dari tidur lelapku.

"Shania!" ucapnya dengan nada sedikit teriak.

"Iya Ma! ini udah bangun, kok." aku langsung bergegas bersiap, disaat yang bersamaan kulihat layar ponselku berkedip.

Saat aku mengambil ponselku, kulihat sebuah pesan masuk, dan pengirimnya Agnez.

...Shania jangan lupa untuk membawa, barangku yang kau pinjam...

Aku membalas pesan darinya, dan keluar dari kamar.

Aku menuruni tangga, dan menuju kearah dapur.

Saat sampai didapur, kulihat Dhea sudah menunggu bersama Ibuku didapur.

"Dhea ayo makan." tawar Ibuku dengan nada penuh keramahan.

"Makasih, Tante." jawabnya. dengan senyum manis yang belum pernah aku lihat.

"Pagi." sapaku, mereka semua kini menoleh ke arahku.

"Akhirnya, lama lo." aku memutar bola mata malas, lalu duduk.

"Ayo sayang, makan sarapanmu." ucap Ibu ku, sambil menyajikan sarapan untukku.

"Makasih, Ma." ucapku, sambil tersenyum.

Pagi itu, pagi yang tenang untuk menikmati sarapan.

Beberapa saat kemudian ....

Mall adalah lokasi favorit Dhea, entah bagiamana kami bisa sampai kemari. padahal sebelumnya kami berniat ke kampus bersama, tapi karena permintaan Dhea sekarang kami ada di Mall

"Wah ramai sekali, coba deh lo lihat." aku mengangguk setuju, laku mengamati sekeliling.

"Sha, lo masuk jam berapa?" tanyanya.

Aku dan Dhea adalah mahasiswa yang masih aktif dalam kegiatan perkuliahan.

"Masih lumayan lama, kenapa?" tanyaku, biasanya kalau dia sudah begitu akan ada sesuatu yang tidak beres.

"Sama, kalau begitu lo temenin gue belanja." satu hal yang seharusnya aku jadi pelajaran, jangan pernah percaya kalau Dhea benar - benar serius soal kuliahnya.

Ia begitu santai, terbukti saat ini yang kini sibuk belanja baju untuk kesenangannya sendiri.

Aku sedang menjauh dari Dhea untuk menjawab panggilan masuk, sementara Dhea sedang mengobrak - abrik baju. saat aku kembali, ia sudah tidak ada ditempatnya.

Aku menjelajahi tokoh, dan mencoba mencarinya kemanapun.

Saat memperhatikan tokoh, dan mencari temanku yang tiba - tiba menghilang itu.

Aku melihat sesosok pria, dia pria lumayan tinggi, ganteng.

Aku melihatnya melihat kesebuah arah, kemudian memandang ke arahku.

"Sha, dicariin juga." ucapnya dengan santai.

Aku menoleh ke sumber suara, sontak aku menatap kesal kearahnya.

"Siapa nyari siapa, coba!" seruku, dengan nada kesal.

"Gue nyariin lo, tiba - tiba nggak ada disebelah gue, sekarang siapa yang salah?" satu hal yang pasti, aku tidak akan pernah berhasil menang berdebat dengannya.

"Gue udah nih belanjanya, lo udah belum?" tanyanya, sambil mempehatikanku.

"Lo masih belum belanja, juga?" tanyanya. dengan tatapan penuh heran.

"Nggak, nggak ada mood gue." jawabku, dengan masih sedikit kesal.

"Dih kenapa coba, lo marah sama gue?" tanyanya, sambil menatap serius kearahku.

Keramaian di mall, dan tatapan dari pria misterius itu membuat keinginanku untuk belanja bertambah menghilang.

"Udah ah, pergi yuk." aku menarik tangannya, dan membawanya pergi darj tempat favoritnya itu.

Beberapa saat kemudian ...

Kami akhirnya tiba di kampus, saat ini kami berada di parkiran, Dhea turun lebih dulu, untuk menghampiri Agnez yang tampak sudah menunggu kami.

"Hallo, nona- nona." Aku baru saja keluar dari mobil, dan melangkahkan beberapa langkah. sudah disambut oleh teman kami Agenz.

"Sha, habis nemenin dia belanja lagi?" aku menatap ke arah Dhea, tampak ia kesal mendengar pertanyaan Agnez. aku hanya tersenyum, dalam hati aku menahan tawa melihat tingkah mereka yang tidak pernah bisa akur.

"Berisik tahu nggak, jauh - jauh lo sana." Agnez sama sekali tidak memperdulikan ucapan Dhea tersebut, ia tampak terpokus ke arahku.

"Sha, lo bawakan, barang gue?" selama sesaat aku hampir lupa menyerahkan barangnya yang aku pinjam.

Aku menganggu setelah mengingat sesuatu, Aku merogo tasku, lalu menyerahkannya pada temanku Agnes

"Yaudah, kekelas yuk." ajakku, kedua temanku mengangguk setuju.

...Dikantin : ...

Kami bersantai sejenak, dan mengobol tentang sekolah, cowok, dan masih banyak lagi ....

Kedua temanku tampak asyik mengobrol, sedangkan aku sibuk dengan pikiranku. tak lama ternyata temanku menyadarinya.

"Sha, Lo kenapa?" tanya Dhea.

"Iya, dari tadi ngelamun aja, ngelamunin apa, Lo?" tanya Agnes dengan ekspresi heran.

" Enggak kok." jawabku, cepat.

"Sha, cepetan bilang ada apa!" seru Dhea, dengan nada memerintah.

Aku menghela nafas panjang, dan akhirnya menceritakan semuanya.

"Enggak, cuma gue kepikiran aja." ucapku, kini keduanya menatapku semakin serius.

"Kepikiran? kepikiran soal apa?" tanya Agnes, yang tampak tertarik dengan ceritaku.

" Tadi ada cowok, yang ngeliat ke arah gue, wajahnya itu kayak familiar gitu," jelasku, mereka tampak memikirkan dengan serius ucapanku.

"Familiar? emangnya, Lo kenal orangnya?" tanya Dhea. aku menggelengkan kepala ragu - ragu.

"Nggak tau." jawabku, mereka berdua tampak menghela nafas berat.

"Yaudahlah, palingan cuma perasaan Lo aja, nggak usah di pikirin, ok?" aku mengangguk, lalu menyeruput kembali minumanku.

Beberapa saat kemudian ....

Aku keluar dari kelas dengan keadaan lesu, namun aku suara dering di ponselku membuatku kembali kenyataan.

...Hallo?...

Saat aku berjalan, dan melihat kebawah. Aku menemukan sebuah buku catatan.

Aku hampir menginjak buku tersebut, aku menyimpannya dan akan aku kembalikan jika pemiliknya mengambilnya.

Malamnya ....

Aku berkutat dengan laptopku, memperbaiki beberapa bagian dari tugasku

Tak lama aku melihat keluar jendela, diluar sudah sangat gelap.

Aku mendekati jendela dan melihat sekilas ke arah jalan.

Jalanan hampir kosong, aku segera menutup jendela, dan kembali pada pekerjaanku.

...***...

...07 : 00...

Aku masih ingat kalau aku menyimpan buku catatan seseorang, aku mengeluarkannya dari tasku, dan membukanya tanpa berpikir panjang.

Aku membaca tulisannya, disana terdapat nama Dean Dwi Mahendra.

Ternyata buku ini milik Dean Mahendra !!!

Aku tidak percaya ini, aku terus membaca tulisanya. tulisnya lumayan bagus, dan juga rapi. entah kenapa tiba - tiba aku merasa kagum dengan pria yang dikenal suka mempermainkan perasaan wanita itu.

...***...

...Kampus, pukul 09: 00...

Saat aku bejalan - jalan di kampus, aku merasakan seseorang berdiri dibelakangku.

Aku terdiam, saat kemudian aku berbalik dan mata kami bertatapan.

"Anak - anak bilang lo nyari gue, ada perlu apa?" tanyanya dengan nada dingin, yang seperti ini yang suka mempermainkan wanita?

Dingin, dan juga sinis, aku jadi tidak yakin.

Lalu mata kami kembali bertatapan, aku tersadar dan langsung merogo tasku, lalu menyerahkan buku miliknya.

"Punya lo, kan?" tanyanya, ia melihat kearah tanganku, lalu mengambilnya dari tanganku.

"Dapat dari, mana?" tanyanya.

"Lo nggak mau bilang makasih dulu, gitu?" tanyaku, ia mengabaikan perkataanku, lalu pergi begitu saja.

Seketetika perasaanku menjadi tak karuan, rasanya semua bercampur aduk

Aku segera buang pikiranku jauh - jauh, dan teringat kalau aku ada urusan lain.

...12 : 00...

Aku memasuki kafe seorang diri, dan melihat suasana kafe yang tampak ramai.

Tak lama setelah waitres pergi setelah selesai mencatat pesananku, aku melihat Dean memasuki kafe sendirian.

Ia tampak mengarah ke sebuah meja, apa ia mempunyai janji temu dengan seseorang?

Aku melihat dua orang pria, menyadari keberadaan Dean, dan melambai kepadanya.

Dengan ekpresi tak pernah aku lihat sebelumnya, ia menghampiri meja tersebut.

Ternyata ia bertemu dengan dua orang populer lainnya di kampus, aku tak heran.

Aku hanya memikirkan satu hal, apa mereka hanya berteman dengan sesama populer seperti mereka?

Kalau ia, itu sesuatu untuk di cari tahu. aku segera menghabiskan kopiku, dan pergi dari kafe itu sebelum mereka menyadari keberadaanku.

Saat di pakiran, aku merogo tasku, untuk mencari kunci mobilku, namun aku tak berhasil menemukannya.

Seingatku aku meletakkannya dimeja, atau ... gawat ! sepertinya aku meninggalakannya di meja.

Tiba - tiba aku mendengar langkah kaki mendekat di belakangku, namun aku tidam menoleh karena masih mendengarkan langkah kakinya.

"Mencari sesuatu?" aku mendengar suara yang familiar dibelakangku, aku tak berani berbalik untuk menoleh.

Karena aku tahu persis, suara siapa itu.

Dean Dwi Mahendra ....

Dean Dwi Mahendra : 2

"Apa lo nggak mau berbalik, dan mengambil kunci lo ini?" aku tak punya pilihan lain, sebelum aku menatapnya aku menarik nafas panjang.

Aku menyodorkan tanganku, dengan tatapan tajam. Mata kami saling bertemu, saat tatapan kami bertemu anehnya seperti ada jeda diantara kami.

Tapi pikiranku hanya dipenuhi dengan kunci mobil, dan pergi secepat mungkin.

"Apa?" tanya Dean, seperti orang yang tak mengerti sesuatu.

"Kunci mobil gue, mana?" tanyaku, dengan nada nyolot.

"Kok, nyolot?" aku menarik nafas panjang, mencoba menahan kesabaranku.

"Bilang makasih dulu dong, mana makasihnya?" aku merasa ia sengaja mengerjaiku, apa aku harus ikut dalam permainannya?

Kini aku tenggelam dalam pikiranku, memikirkan bagaimana cara mendapatkan kembali kunci mobilku yang berada pada tangannya.

...Ting!...

Disaat yang bersamaan, ada notif masuk ke ponselku, sial! kenapa diwaktu yang nggak tepat sih?!

Kulihat Dean menatap layar ponselku, seketika raut wajahku langsung panik. Tanpa berpikir panjang, aku langsung merampasnya dari tangannya begitu saja.

"Pinjam bentar." ia merampas kembali ponselku, dengan mudah. seketika aku menatap tajam kearahnya.

Saat aku ingin merebutnya kembali, ia menjauhkannya dariku.

"Sean? lo lagi deket sama Sean?" tanyanya.

Sial! dia pasti sudah membaca ponseku, aku dengan enggan menatapnya.

"Lo nggak mau menjawab pertanyaan, gue?" tanyanya, dengan nada menahan emosi.

Merasa marah karena aku harus menjelaskan kepadanya tanpa alasan, dengan siapa aku sedang dekat.

Aku mendekatkan diri kepadanya, dan menatap tajam.

"Memangnya ... apa urusannya sama, lo? nggak ada, kan?" tanyaku, dengan nada dingin.

Entah kenapa tiba - tiba Dean menjadi diam, seketika suasana menjadi hening, dan membuat suasana menjadi canggung.

Drrt!

Aku mendengar ponselku berdering, dimana artinya ada panggilan yang masuk ke ponselku, ponselku masih berada di tangannya, dan itu membuatku cemas.

"Dean Please ... balikin ponsel gue, lagian mau gue deket sama siapa pun nggak ada urusannya sama lo, jadi lo nggak usah ikut campur, ya?" ia tak merespon perkataanku, membuatku semakin pusing menghadapinya.

"Pfff ... haha .... asyik juga ngerjain lo, haha .... " entah apa yang lucu, sehingga ia tertawa segitunya.

Ia tertawa lepas, membuatku semakin kehilangan kesabaran.

"Udahkan, sekarang .... " aku menyodorkan tanganku, seraya menatap dingin kearahnya.

"Mana, ponsel gue?" ia melirik tanganku, dan meletakan ponselku tepat pada telapak tanganku.

"Tuh, nggak minat juga gue ngambil ponsel lo," ujarnya dengan ekpresi santai.

"Ck, takut amat." aku mengabaikan perkataannya, dengan sibuk memeriksa ponselku.

Drrtt!!!

Sean kembali menelpon, sepertinya ingin bicara hal penting denganku.

Aku hendak pergi, namun tanganku ditahan oleh Dean.

"Duh ... apaan, sih?! lepasin nggak?" aku mencoba lepaskan cekraman tangan Axell, namun cekramannya begitu kuat sehingga aku sulit melepaskannya.

"Lo mau pergi gitu aja? lo kira semudah itu? nggak!" aku menatap kesal kearahnya, sambil melepaskan diri.

"Terus mau lo, apa?!" tanyaku, dengan nada nyolot.

"Traktir gue." ucapnya, dengan senyum licik diwajahnya.

"Traktir? lo serius minta traktir dari cewek?" tanyaku.

"Kenapa, lo nggak mampu? gue bisa ngerti, kok." senyumnya itu, sungguh terlihat menjengkelkan dimataku.

Disaat bersamaan ponselku berdering, aku menjawab panggilan itu, namun dengan cepat ia merampas ponselku.

"Apa? lo nganggu aja, deh." rasanya aku ingin bilang, kalau yang mengganggu itu dia, bukan Sean.

"Woii! balikin nggak, ponsel gue?!" ia mematikan panggilanku dengan Sean, setelah itu ia kembalikan ponsel milikku.

"Udah cukup ya, dengan semua yang lo lakuin!" seruku, dengan tatapan marah.

"Gue pergi, dan gue harap kita nggak akan bertemu lagi." aku menghindari tatapan dengannya, dan ia menyadari itu.

Ia meraih tanganku, dan mata kami kembali bertemu.

Ia mentapku, dan saat itu entah kenapa aku merasa ada sesuatu dengannya dibalik sikapnya itu.

Tapi apa? kini pertanyaanku adalah ada apa dengan sikapnya itu.

Aku bisa saja pergi, tapi entah kenapa aku tidak melakukannya.

Aku tersadar ketika ponselku begetar, dan entah bagaimana tangan Dean terlepas.

Aku menatapnya dengan canggung, dan langsung pergi meninggalkannya.

Aku menyusuri jalan yang biasa aku lewati, aku melihat sebuah tokoh mini market.

Aku berniat untuk membeli sesuatu dari sana, namun aku mendapat notip pesan dari ibuku, yang meminta aku untuk pulang.

Aku melupakan niatku, dan tetap dengan tujuan pertama.

...Pulang kerumah....

...Keesokan harinya .......

...07 : 00...

Setelah keluar dari kamar mandi, aku berbaring ditempat tidur, dan menatap langit - langit sejenak.

Tiba - tiba aku mendapat notip pesan, aku meraih ponsel yang aku letakkan disampingku, ternyata pesan itu dari nomor yang tak dikenal.

...Lo masih berhutang traktiran sama gue...

Aku menatap bingung layar ponselku, siapa? apakah kerjaan orang iseng?

Aku menghabiskan waktu beberapa menit untuk berpikir, dan terlintas satu nama.

...Dean....

"Shania! ayo keluar." suara Mama memanggil namaku dari luar terdengar, sehingga membuatku lupa untuk membalas pesan dari Dean.

Aku meletakkan ponselku diatas ranjangku, sementara aku keluar untuk menemui Mama di ruang makan.

Mama dan Papa menungguku seperti biasa, aku berharap hari ini akan lebih baik dari kemarin.

Disela obrolan santaiku dengan orang tuaku, seseorang mengetuk pintu.

...Siapa yang bertamu pagi - pagi ?...

"Biar Mama, yang buka." ucap ibuku, yang berjalan keluar dari ruang makan. sementara aku menatap bingung.

Tak lama aku mendengar suara langkah kaki, tapi seperti ada orang lain.

...Ibuku sedang bersama siapa?...

Pertanyaanku terjawab, ketika ibuku kembali keruang makan bersama seseorang yang dibawahnya.

...Dean?! sedang apa pagi - pagi ia kerumahku?!...

...Laki - laki gila!...

"Shania, teman kamu kesini untuk jemput kamu, karena belum sempat sarapan jadi ia Mama ajak sarapan bersama kita, nggak masalahkan, pa?" tanya ibuku kepada ayahku, kacaunya ayahku mengizinkannya.

Ia hanya tersenyum girang, sementara aku menatap malas ke arahnya.

Ia menikmati makannya dengam tenang, dan santai. aku berpikir bagaimana ia bisa melakukannya.

Aku ikut menikmati makananku, seraya sesekali melirik kearah Dean.

...Dengan tatapan penuh waspada....

Ayah dan ibuku juga menikmati makananya, seolah tak terganggu dengan keberadaan Dean sama sekali.

Seolah - olah mereka tengah makan bersama menantu mereka.

Aku tak tahan lagi, aku butuh udara segar untuk mengusir kegerahanku karena kehadiran Dean dirumahku.

Aku memikirkan cara agar bisa mengusir Dean dari rumahku, tapi bisahkah aku mengusir Dean?

Tenggelam dalam pikiran, aku tak menyadari kalau semua tengah melihat kearahku.

Yang aku butuhkan adalah, jawaban atas apa yang akan mereka tanyakan padaku nanti.

"Shania, kamu baik - baik aja, kan?" tanya Mama, dengan cepat aku mengangkuk.

Sesaat aku merasa beruntung Mama hanya menanyakan itu, tapi ....

"Oh iya, sebenarnya, hubungan kalian cuma temen, atau lebih?" aku terkejut dengan pertanyaan Mamaku yang tiba - tiba itu, kemudian aku menatap Dean beharap ia tidak salah bicara.

"Oh, kami pacaran, tanten." ucapnya.

...Dean Dwi Mahendra !!!...

Menyebalkan : 3

Kalau ada yang ingin aku musnakan dari muka bumi ini, itu adalah Dean Dwi Mahendra.

Untuk apa ia bicara seperti itu, aku benar - benar tidak mengerti jalan pikirannya.

Jika sekarang Dean sedang mengerjaiku, maka tidak lucu sama sekali.

"Haha ... Dean ini lucu sekali, Ma jangan anggap serius, dia ini emang suka asal bicara."

Apa cara ini berhasil? apakah orang tuaku percaya?

"Shania, kamu mencoba ngelabui Mama, ya?" katanya orang tua akan selalu percaya kata anak - anaknya, tapi sepertinya tidak berlaku pada orang tuaku.

"Ma ... " lirihku prutasi, aku melirik kearah Dean yang tersenyum licik.

Menyebalkan!

Aku mengabaikan fakta bahwa ia adalah pria dingin, dan tak perduli dengan perempuan.

Buktinya sekarang ia sangat menyulitkanku, dan tidak membiarkanku tenang.

sampai harus bilang kalau ia, adalah pacarku.

Drttr!!!

Ponselku tiba - tiba berbunyi di tengah obrolan kami, aku memanfaatkannya untuk membawa Dean pergi dari rumahku.

"Ma, aku harus pergi sekarang." aku bangkit dari kursiku, dan siap untuk pergi.

"Tapi kan _ "

"Dah .... " aku berhasil membawanya pergi dari rumahku, setidaknya ia tidak akan melakukan apa - apa lagi.

Didalam mobil

"Hahaha ... seharusnya lo liat ekpresi lo tadi, lucu parah, haha ... " tentu saja ia tak berhentinya tertawa, karena ia telah mengerjaiku habis - habisan.

Aku memilih mengabikannya, dan menatap keluar dari jendela mobil.

Seketika pemandangan di luar terlihat lebih menarik, dibanding orang disebelahku yang tengah menyetir.

Setibanya di kampus ....

Aku langsung keluar dari mobil Dean, entah kenapa ia mengejarku, dan menahan aku untuk pergi.

Sepertinya ia belum puas menyiksaku ....

"Apa, lagi?" tanyaku, dengan nada menahan emosi.

"Gue capek berurusan sama lo, tau nggak." keluhku.

"Lagian lo kenapa sih?" tanyaku.

"Bukannya selama ini lo dingin, ya?" sambungku.

"Kenapa tiba - tiba jadi aneh, gini sih?" ia hanya diam, kini ia menatap serius kearahku, sementara aku menatap bingung kearahnya.

"Karena ... karena gue suka ngerjain lo, haha .... " setelah itu ia pergi meninggalkanku, sementara aku menahan diri untuk tidak mengeluarkan sumpah serapahku.

30 menit kemudian ....

Aku berdiri didepan perpustakaan, tepat saat perpustakaan telah buka.

Aku bertanya pada petugas, dan bertanya dimana aku bisa mendapatkan buku yang berhuhungan dengan skripsiku.

Petugas itu mengarahkanku, dan aku langsung kesana.

Pertama, aku membaca semua artikel, sambil mencari judum yang berkenaan dengan tugasku.

...Beberapa saat kemudian .......

...Kafe, pukul, 10 : 00...

Aku terpaku menatap layar laptopku sambil menyeruput kopi.

...20 menit kemudian ......

"Jadi begitu, haha ... " aku tersentak, mendengar suara yang akhir - akhir familiar bagiku, seseorang yang tengah senang menggangguku.

...Dean Dwi Mahendra....

Tapi aku tidak menoleh, karena itu akan bisa membuatnya menyadari keberadaanku.

Aku merasa pria ini ada dimana - mana, atau ia sengaja mengikutiku?

Aku bisa mati kerena tegang, aku menghela nafas. karena menyadari keberadaannya cukup jauh dariku.

Diluar aku mendengar suara mobil, dan aku melihat Allexa keluar dari sana.

...Kenapa ia ada disini juga?...

Aku terjebak diantara keduanya, yang satu gadis yang suka membully dan merendahkan orang lain. Dan yang satu dingin, dan menyebalkan.

Namun aku tidak bisa pergi dari kafe itu, karena itu bisa membuat mereka menyadari keberadaanku.

Aku memperhatikan mereka selama beberapa saat, berharap mendapatkan sesuatu yang menarik.

Seperti sesuatu yang menjelaskan tentang kedekatan mereka.

Banyak gosip yang mengatakan tentang mereka, tentang mereka yang berpacaran.

Meski kalaupun iya, itu bukan sesuatu yang menjadi urusanku.

Cara termudah adalah, mengabaikan mereka dan menganggap mereka seolah tak ada.

...Beberapa saat kemudian .......

Akhirnya, mereka pergi meninggalkan kafe. Aku penasaran apa saja yang mereka bicarakan.

Mereka sepertinya benar - benar pergi, saatnya bagiku juga untuk pergi.

Matahari mulai menunjukkan teriknya, aku hendak membuka pintu mobilku, ketika ....

"Benerkan dugaan gue, itu elo." aku mematung ditempatku, aku masih mengingatnya dengan jelas kalau ia dan teman - temannya sudah pergi.

...Lalu sedang apa ia disini?...

Aku berbalik, dan menatap malas kepadanya.

"Lo bisa nggak kayak dulu aja, nggak usah ganggu hidup gue." ucapku dengan nada dingin.

"Nggak bisa, kerana entah kenapa gue suka ganggu lo." aku memutar bola mata malas, lalu kemudian aku masuk kedalam mobilku.

"Ingat ini, gue bakal berhenti kalau gue mau berhenti, nggak usah lo suruh - suruh." aku mengabaikan perkataannya, dan tetap melanjukan mobilku.

Disaat yang sama, tepatnya setelah aku pergi. Seseorang menyentuh bahunya.

Ia berbalik. untuk melihat siapa yang berada di belakangnya. Dan mendapati kedua temannya sudah berada di belakangnya.

"Kenapa lo nggak langsung bilang aja, kalau sebenernya lo suka sama dia?" tanya Marva.

Marva Argantha Alterio, Marva adalah temannya, temannya sejak masuk sekolah dasar. dan kini menjadi sabahat dekat Dean.

"Dan yang lo lakuin selama ini, cuma sekedar menarik perhatian dia." sela Julian.

Julian Putra Syahreza, Julian adalah adalah sahabat Dean Sejak Smp hingga sekarang.

Saat itu pilihan Dean cuma ada dua, menanggapi atau mengabaikan. dan Dean memilih mengabaikan mereka.

"Yah ... Va, sekarang kita diabaiin." ucap julian.

"Dia diam, karena yang kita bicarain itu bener." Julian tertawa, Marva ikut tertawa. sementara Dean menatap kedua temannya itu dengan malas.

"Serah lo deh, sesuka lo aja." ucapnya, dengan nada datar. Lalu pergi mendahului teman - temannya.

...14 : 00...

"Arg!! kesal!" sekarang aku sedang dirumah, dan aku masih terbawa kesal dengan Dean.

Tapi aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahku, Ibuku.

"Kamu kenapa, kok pulang - pulang, marah - marah?" tanya, dengan menatap penuh heran.

"Itu Ma _ " saat aku ingin cerita, layar ponsel Mama bekedip. satu pesan baru masuk ke ponselnya, pengirimnya adalah Papa.

"Sayang, Mama pergi dulu, ya." Mama berdiri, dan menuju ke kamarnya untuk bersiap - siap. Sementara termenung ditempatku.

...Keesokan harinya .......

Aku baru keluar dari kamar, aku mendapat panggilan masuk dari ponselku.

Hal pertama terjadi padaku hari ini, yah ... setidaknya aku harus tahu itu siapa.

Aku lihat panggilan itu datang, dari nomor tak dikenal? siapa, ya?

Aku memutuskan membiarkannya begitu saja, yah ... jika itu penting ia akan kembali menelpon, dan ternyata aku tak dapat telpon kembali darinya.

Aku melanjutkan perjalananku, dan pergi menuju ke mall. aku memiliki jadi temu dengan temanku, disebuah kafe dimall itu.

...Beberapa saat kemudian .......

"Hei." pria itu menyadari keberadaanku, dan melambaikan tangannya ke arahku.

Aku menghampirinya, kulihat ia telah selesai memesan makanan.

"Hei Bayu, apa aku terlalu lama? jika iya aku minta maaf, hehe ... " ucapku, dengan tatapan penuh menyesal.

"Nggak kok, tenang aja." Bayu memintaku duduk, kemudian aku duduk di kursi didepannya.

"Ada apa? tumben lo minta gue buat ketemu?" tanyaku langsung.

"Habis lulus kuliah, lo ada rencana kerja dimana?" tanyanya.

"Eh?!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!