NovelToon NovelToon

Nikah Kontrak Dengan Pria Asing

Kesulitan Azalea

Siang itu, di pinggir Danau duduk seorang gadis menunggu temanya dengan sedikit gelisah.

Prisa Azalea, gadis berusia dua puluh tiga tahun ini adalah seorang mahasiswi akhir tahun ini, akan tetapi ada sedikit kendala dalam perekonomianya yang mana, ia harus melunasi semua biaya kuliahnya yang tidak sedikit.

Kedua Orang tuanya meninggal akibat kecelakaan, ia merupakan anak tunggal, semua aset keluarganya terpaksa harus dijual untuk melunasi semua hutang-hutang orang tuanya. Namun naas nasibnya malang, sudah jatuh tertimpa tangga pula, nasib buruk harus menyertainya .

Azalea harus berusaha mati-matian demi bisa melanjutkan kuliahnya, ia juga harus bekerja siang dan malam agar bisa membiayai kuliah dan membayar kosnya, untungnya ia mendapat jatah makan dari tempat kerjanya jadi ia bisa fokus menggunakan uang nya untuk membayar kuliah dan kos.

Namun, ada saja kesulitan kesulitan yang harus dihadapinya akhir-akhir ini, ia harus melunasi semua biaya akhir semester akhirnya jika tidak ia tak akan bisa mengikuti wisuda tahun ini.

Ia juga masih memiliki hutang Orangtuanya yang belum lunas dan ia merasa tak enak hati karna sering di tagih oleh sang pemberi hutang.

Jangankan untuk membayar hutang untuk menghidupi dirinya sendiri saja, sudah terasa sulit dan berat apalagi jika harus ditambah beban membayar hutang-hutang yang ditinggalkan almarhum kedua Orangtuanya.

Ia memutar otaknya supaya bisa tetap melanjutkan kuliahnya dan tetap bisa mendapatkan gelar sarjananya, tentunya agar bisa bekerja di tempat yang layak dan tidak terus terusan bekerja paruh waktu seperti sekarang ini.

Bukanya kurang bersyukur. Namun, ia menginginkan hidup yang lebih baik lagi.

“Maaf Al, agak lama soalnya sedikit macet,” kata Sesilia sahabat karib Azalea.

“Nggak papa kok Sil, aku mau minta tolong nih bisa pinjem uang gak soalnya a...,”

“Eh tunggu Al … bukannya nggak mau nolong, tapi aku juga lagi kesulitan nih. Akhir-akhir ini juga keuangan keluargaku mengalami penurunan. Maaf banget ya Al,” belum sempat Alea menyelesaikan ucapannya, sudah dipotong duluan oleh Sesilia.

“Lo nggak ada cara gitu buat bantuin? pusing gue kayak gini terus Sil, malah penagih hutang juga dateng terus lagi, huftt ... ”

Sesilia-pun sebetulnya juga kasihan melihat keadaan Azalea yang kesulitan, ditambah lagi dia harus bekerja dan sepertinya dia juga kekurangan waktu untuk istirahat, terlihat dari wajahnya yang sedikit pucat dan mengurus.

“Emmm ... gini aja deh gue ada kenalan, itupun kalo lo mau sih, mungkin itu bisa bantu kamu nantinya cuma gue ragu. Lo mau lakuin itu atau nggak Al?” kata Sesil ragu

“Emang apaan sih, kalo kerjaanya halal aku sih mau aja,” sahut Azalea dengan antusias.

“Bukan kerjaan sih Al, tapiii ....”

“Tapi apaan? jangan buat gue penasaran donk, asal jangan lo suruh gue, jual diri aja sih Sil!"

“Bentar ... kita pesen minum dulu biar gak kering-kering amat Al, hehe … bentar tunggu sini,” kata Sesil, lalumeninggalkan Alea untuk memesan minum.

**

“Nih!” Sesil memberikan minuman kepada Alea.

“Emm … jadi begini, kalo lo mau sih, tawaranya tuh nikah kontrak Al. Lo mau?”

“Uhuk …,” Alea tersedak karena minumanya, bola matanya langsung membulat dengan sempurna.

“Eh … pelan-pelan dong Al,” jerit Sesilia.

“Anjirr, kaget gue sumpah, kira- kira dong Sil. Masak iya lo nyuruh gue nikah sama orang yang nggak gue kenal, sih?” kata Alea.

“Gini ya Alea sayang, dia temen aku. dan bukan Pria tua juga kok. dia asli Orang Amerika ada blasteran Indonesianya juga sih, baik juga orangnya.” kata Sesil berusaha meyakinkan Alea.

“Terus … kenapa nggak lo aja sih, yang nikah sama dia?”

“Ya kali, kalo dia mau sama gue le Al, gue kan udah ada Alex mau di kemanain coba? lagian dia juga temennya Alex kok Al. Kali ini gue jamin deh kalo dia bukan orang yang jahat.”

“Terus … nikah sama dia, gue dapet apa coba?”

“Ya … nikah aja sama dia cuma setahun. dia juga gak mau punya anak kok simple, bukan? dia tuh gak mau terjebak S** bebas Al, makanya lebih baik dia nikah jadi main aman lah istilahnya, loe ngerti kan?”

“Tapi gue gak cinta Sil!” kata Alea sedikit ragu.

“Lo kan butuh uang … bukannya cinta kan? jadi semua nya bakalan beres kalo lo mau nikah sama dia, dia cuma butuh temen di sini biar gak kesepian, katanya cuma setahun kok kontrak kerjanya disini, begitu kontrak kerjanya berakhir maka kontrak nikah lo juga berakhir lo bisa selesai-in kuliah lo. Sama bayar sisa hutang Almarhum Orangtua lo Al. Pikirkan baik- baik deh, kalo sudah siap kasih tau gue.”

“Gue ... gak yakin sih, Sil,” sahut Alea.

“Iya … gue cabut dulu ya, Alex udah nungguin gue nih bye Al,” kata Sesil dengan singkat, sambil berlalu meninggalkanya.

***

Sesampainya di kost … Alea memikirkan omongan Sesillia tadi, sambil merebahkan tubuhnya di atas mini bednya. Ukuran tempat tidur Alea yang sangat kecil membuatnya tetap nyaman. Alea bahkan selalu mensyukuri setiap apa yang diberikan oleh Allah, karena semua pemberian-Nya adalah Karunia yang patut disyukuri.

Dia berusaha berpikir dan berpikir, apakah harus menerima pernikahan itu demi hutang dan kulianya agar tetap terbayarkan.

“Ya Allah … hamba harus bagaimama? tolong berikan petunjuk,” begitulah doa yang dipanjatkan Alda ketika solat.

Setelah menjalankan solat maghrib, Azalea pun bergegas untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Dilanjutkan berangkat ke tempat kerjanya.

Ditempat kerja, dia tidak bisa fokus dengan apa yang dikerjakannya.

Terlintas di pikiranya akan pernikahan yang di tawarkan Sesil, kepadanya tadi siang.

Ia menulis pesan kepada Sesilia dengan sedikit keraguan, namun ia nekad melakukannya.

[“Sil … gue setuju sama tawaran lo tadi.”

Pesan dikirim, tak berapa lama Sesil menelfonya, ia segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

“Assalamualaikum Sil,” ujar Alea

“Waalaikumsalam Al, beneran ini elo mau?” kata Sesil sedikit antusias.

“Iya … beneran, tapi gue mau tau agamanya dia apaan?”

“Islam kok Al, makanya dia milih nikah dari pada pacaran, besok gue bawa lo ketemu dia ok.”

“Ok lah, kasih tau aja apa yang harus gue lakuin selanjutnya.”

“Ok-ok siap Ibu bos.”

“Hm ... ok lah assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Sambungan telfon ditutup oleg Alea.

Alea termenung “Aneh sih agamanya Islam, tapi... ah sudahlah pusing gue kalo dipikirin terus-terusan.”

Setelah selesai bekerja, dia langsung pulang dan mengistirahatkan dirinya.

Tempat paling nyaman ketika merasa lelah adalah kamarnya, di sana dia bisa menangis tanpa ada yang melihat.

Sampai tengah malam dia masih belum bisa menutup matanya. Dia masih saja memikirkan masalah-masalahnya.

Akhirnya, Alea malas memikirkan hal tersebut, dia lebih memilih tidur, karna ia berjanji dengan Sesilia besok pagi ia tak ingin terlambat atau apapun lah alasanya.

Setidaknya ia tak ingin terlihat mengantuk besok pagi. harapannya saat ini dia tidak salah melangkah dan memilih. Panjattan doa diucapkan dalam hati sebelum ia benar-benar terlelap dalam mimpi indahnya.

***

Bersambung...

*Baca juga yuk Kak. Cerita baruku yang berjudul Dipaksa Jadi Pengantin

Giovanni Al Fatteh

“Pagi ini, aku sengaja mengambil cuti kerja partime ku menunggu jemputan dari Sesilia.” gumam Alea.

Alea berjalan menuju teras depan kostnya.

Dengan mengenakan setelan baju tunik dan celana jeans denim warna biru dipadukan dengan jilbab dengan warna senada tentunya, membuat Alea tampak cantik dengan style sederhananya. Gadis itu memang tidak terlihat neko-neko dalam berpakaian, dia lebih mengutamakan menutup auratnya dibandingkan dengan wanita-wanita lain di luar sana.

“Jajian kami akan menemui orang yang akan menikah kontrak kemarin, kenapa perasaanku nggak karuan dan kurang enak begini ya?” gumam Alea.

Tin ... tin ...

Suara klakson membuyarkan lamunanya.

“Udah siap Alea? ayo … naik buruan mereka sudah menunggu kita, sorry gue telat.” kata Sesil dari dalam mobilnya.

“Emang lo … ratunya ngaret Sil,” ujar Alea, sambil memasuki mobil Sesilia. Dengan kecepatan sedang Sesilia melajukan mobilnya membelah keramaian kota Surabaya manuju sebuah hotel di Kota tersebut.

“Gugup gue Sil, salah nggak ya gue lakuin ini? gue ragu nih.”

“Jangan bilang lo mau mundur Al?” tandas Sesil, wanita itu nampak ragu.

“Tenang aja Al, dia baik kok gue berani jamin.” Sesil berusaha meyakinkan Alea lagi.

Sesilia berusaha mati-matian menenangkan Azalea agar tetap santai menghadapi masalah ini.

“Tapi ... Lo bisa mundur kok kalo lo nggak mau lanjut atau nggak cocok sama penawaranya, setelah bertemu dengan orangnya nanti,” lirih Sesilia, lagi.

“Ok … gue coba dulu lah.” kata Azalea mulai sedikit meyakinkan dirinya.

Perjalanan mereka-pun tidak terasa, karena mereka sambil mengobrol di dalam mobil.

Sesampainya di hotel, mereka langsung memasuki restoran yang tersedia di lantai paling atas dengan menaiki lift menuju lantai lima puluh tujuh.

“Rilex Alea, santai jangan tegang dong,” kata Sesil, dia mencoba menenangkan sahabatnya itu.

“ … ” Alea hanya menganggukan kepalanya, menandakan dia megerti.

Mereka berjalan menuju kursi double couple yang tersedia, di sana sudah menunggu Alex, dan juga seorang pria membelakangi mereka jadi Alea tidak bisa melihat wajah sang lelaki tersebut.

“Hai Beib, udah lama nunggu maaf tadi sedikit macet?” kata Sesil, kepada Alex kekasihnya sambil memberikan cipika- cipikinya.

“Hai Gio, apa kabar lama nggak ketemu?” sapa Sesilia, mencoba basa-basi sedikit.

“Baik, silahkan duduk,” kata pria itu, dengan suara berat khas lelaki, terlihat wajah yang tampan hidung yang mancung bibir tipis dan kulit yang putih, yah memang dia seorang keturunan asing.

Mereka sudah memposisikan tempat duduk masing-masing, tampak lengang di restoran tersebut, sepertinya sengaja di pesan untuk acara private.

“Seberapa kaya sih, ini orang sampai pesan restoran sebesar ini demi hal kayak ginian doang?” gumam Alea dalam hatinya.

“Azalea, kenalin ini orang yang aku maksud kemarin, Gio ini dia oranya,” kata sesilia kepadanya, kemudian memperkenalkan kepada Alea.

Laki laki itu nampak mengulurkan tanganya kepada Azalea, namun Alea hanya menyatukan tanganya ke depan karna haram hukumnya bagi Non muhrim untuk bersentuhan. Begitulah ajaran yang Alea tahu selama ini di dalam Agamanya.

“Maaf,” kata pria tersebut, dengan senyum mengembang nampaknya dia telah mengerti “Kenalkan … saya Giofanni Al Fatteh,” kata pria tersebut matanya tak berhenti memandangi Alea hal itu membuat Alea semakin risih dan merasa salah tingkah.

“Tidak apa-apa … maaf juga tidak membalas salam anda nama saya Prisa Azalea.”

“Sabar Bro … belum halal, menuju halal memang berat harus sabar. jangan diliatin melulu Aleanya kan jadi malu.” ternyata Alex sedari tadi mengamati giofanni, yang tak henti-hentinya menatap Azalea. Sepertinya Gio mengagumi sosok Alea.

“Apaan si lo,” Gio tampak malu dengan apa yang diucapkan oleh Alex, pasalnya dia memang melihat Alea dari tadi tanpa berhenti.

“Jadi begini ya, langsung pada intinya saja saya di sini mencari Istri, namun hanya sebatas kontrak … untuk satu tahun. Apakah kamu bersedia?” Giofanni bertanya langsung pada intinya, karena dia tidak ingin berbasa-basi dalam segala hal.

“Apakah ada syarat khusus?” kata Alea sedikit bingung.

“Saya … tidak menginginkan anak dalam pernikahan ini, saya akan memenuhi kebutuhan anda menafkahi anda dan anda harus melakukan tugas anda sebagai seorang istri selama kontrak itu masih berjalan bagaimana?” Gio memberikan jawaban singkat dan jelas, nampaknya Alea memahaminya.

“Baiklan saya setuju,” jawab Alea.

“Setidaknya bersetatus janda lebih baik, dari pada harus menjual diri, bukan?” itulah yang dipikirkan oleh Alea, saat ini.

“Kalau begitu silahkan tanda tangani perjanjian pra-nikah ini silahkan dibaca, jika anda tak setuju saya bisa mengganti dengan orang lain?” ucap Gio cepat.

Alea mulai mengambil selembar kertas itu lalu membaca isi surat perjanjian tersebut dengan cermat berusaha memahami isi perjanjian tersebut agar dia tidak dirugikan nantinya.

...Perjanjian Pra Nikah...

Pihak satu berhak mendapatkan pelayanan sebagai suami dari pihak kedua baik lahir maupun batin.

Pihak kedua berhak mendapat nafkah secara lahir maupun batin.

Pihak kedua dilarang hamil anak dari hasih pernikahan tersebut.

Pihak kedua harus menuruti semua perkataan pihak pertama layaknya suami istri pada umumnya.

5.Pihak pertama berhak memberikan rumah mobil dan uang sejumlah 1 miliar setelah perjanjian ini selesai.

yang bertanda tangan dibawah

...Pihak satu...

...Giofanni AlFatteh...

Pihak kedua

Prisa Azalea

Begitu membaca surat pernyataan tersebut Azalea tampak datar dan biasa saja. ia mengerti dan langsung mengampil bolpoin di atas meja dan segera menandatangani surat perjanjian tersebut.

“Baiklah … saya menyetujuinya Tuan.” Azalea nampak bingung harus memanggil apa, terlihat Gio nampak masih muda.

“Jangan panggil saya, Tuan saya tak setua itu,” ujar Giofanni dengan lembut.

“Sudah … jangan ribut, kita seperti obat nyamuk rasanya di sini.” kata Alex sambil tertawa menggoda.

“Diem lo Lex!” seru Gio.

“Jadi … kapan pernikahan ini akan dilangsungkan?" tanya Azalea, dirinya sedikit penasaran.

“Besok,” jawab Gio cepat, lelaki itu memberikan jawaban pasti.

“Hah … apa itu nggak terlalu cepat?” tanya Alea.

“Waktu saya sudah berjalan, jadi saya tak bisa menunggu lagi, jangan mengulur waktu saya lagi Nona!" ujar Gio, lelaki itu menaikkan sebelah alisnya.

“Baiklah saya setuju,” jawab Alea.

“Oke … baiklan semuanya akan diurus oleh asisten pribadi saya, kamu tidak perlu memikirkan apapun, ayo ikut saya.” kata Giofanni.

“Kemana Pak?” tanya Alea heran

“Hemmm ... jangan panggil saya Pak … saya tak setua itu.” jawab Gio kesal. “panggil Gio saja!”

Alex dan Sisil tertawa di belakang mereka yang sedari tadi membuntuti Gio dan alea turun ke lantai bawah.

“Gue pinjem temen lo dulu ya … Sil, mau cari baju buat nikah besok. Thanks sebelumnya buat kalian, udah mau bantuin urusan ini.” kata Gio berjalan meninggalkan temannya.

“Iya … vawa aja, dia gak sibuk kok, jangan diapa-apain dulu ya belum halal.” kelakar Sesil sambil sedikit menggoda.

terlihat Alda yang nampak malu-malu.

Giofanni berjalan terlebih dahulu dan diikuti oleh Azalea yang mengekor di belakangnya.

Tampak Azalea merasa canggung pergi berdua bersama laki-laki yang baru pertama bertemu dan harus pergi bersama baru pertama kali rasanya sangat canggung sekali.

Setelah sampai di parkiran mobil Alea mengikuti Gio, untuk masuk ke dalam mobil. Gio melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat fitting baju .

Setelah itu ia pergi ke toko perhiasan membeli cincin untuk pernikahanya besok.

Azalea tampak heran walaupun ini pernikahan kontrak, tapi ia heran kenapa barang yang dibeli bukan barang yang biasa mendengar harganya saja membuat bulu roma merinding, untuk baju saja ia memilih baju seharga seratus lima puluh juta ditambah cincin berlian yang harganya hampir empat ratus juta.

“Oh Tuhan … meronta-ronta jiwa misqueen ku.” batin Azalea.

“Walaupun … kita sudah pisah nanti, tolong tetap simpan cincin pernikahan ini ya!” kata Giofanni

“Untuk?” Alea menaikkan alisnya sebelah.

“Ahh ... untuk kenang-kenangan kalau kau pernah menikah denganku, itu saja.” jawab Giofanni dengan senyuman manisnya.

“Aduh … meleleh hatiku ya Allah, nikmat mana lagi yang engkau dustakan kalo begini siapa yang akan tahan coba?” gumam Azalea melihat senyum Gio yang menawan, sembari memejamkan matanya sejenak.

***

Bersambung...

Menakjubkan

Sungguh menakjubkan dalam waktu satu hari satu malam, dunianya berubah seperti di dalam cerita yang ada di Negri dongeng atau bahkan seperti di dalam cerita novel

“Pertemuanku pertama dengan Pria itu ... sungguh menakjubkan membuat aku terpana pada pandangan pertama. oh ... ya Allah, andaikan ini bukan lah pernikahan kontrak betapa bahagianya hamba dengan semua yang saat ini hamba dapatkan.” Alea tak menyangka pria yang bertubuh kekar dan tinggi, serta bola mata yang berwarna hazel itu menampilkan pemandangan yang luar biasa, sungguh tidak pernah terbayangkan oleh Alea sedikitpun untuk bisa bersanding bersama dengannya.

“Entahlah, siapa yang peduli asalkan dia masih seiman denganku, sah-sah saja pastinya dia menikahiku. Asalkan kami tak kumpul kebo, itu jauh lebih baik, bukan? aneh sih dengan permintaan dan kelakuan pria ini kenapa harus menikah kontrak kalo dia cuma ingin menghambur-hambirkan uang saja, penuh misteri huh ....”

Setelah selesai dengan urusanya bersama Giofanni, Azalea akhirnya pulang dan tentunya diantar oleh calon suaminya, upps ... suami kontrak maksudnya.

“Sebelum pulang, kita makan dulu ya?” ujar Gio, sembari menatap Alea sambil tersenyum ramah.

“Eh ... nggak usah soalnya sudah deket waktu sholat maghrib, bisakah anda mengantarkan saya pulang saja?” Pinta Alea dengan sedikit memohon. Alea memilih untuk pulang dan takut tertinggal waktu Ibadahnya. Bukan type Alea, yang sesuka hatinya meninggalkan waktu beribadah. Ia bahkan sudah terbiasa melakukan ibadah lima waktu dari usianya yang masih menginjak lima tahun.

“Em ... saya sungguh merasa tidak enak hati sebetulnya, membawa seorang wanita selama ini tanpa memberinya makan,” ungkap Gio sedikit resah, dia melirik arloji yang berada di pergelangan tangannya.

Cukup lama, ia membawa Alea berkeliling hingga petang seperti ini.

“Gimana kalo kita cari restoran yang dekat dengan masjid saja? jadi sekalian kita bisa menunaikan Sholat berjamaah di sana, nah setelah makan baru saya antarkan kamu pulang,” pungkas Gio. Seolah pria itu tidak ingin kehilangan cara untuk membujuk wanita di hadapannya saat ini.

“Masyaallah, si Abang bule ini pengertian banget.” Alea masih saja melamun dan sedikit terpaku menatap Gio tanpa berkedip sedikitpun.

“Gimana ... Alea?” Perkataan Gio membuat Alea sedikit tersentak.

“Eh, iya ... iya ... saya mau kalo begitu.”

Terlihat wajah Gio tersenyum puas, “Nah … gitu dong jadi gadis yang nurut kan bagus,I like it.”

Setelah perjalanan beberapa menit akhirnya mereka sampai di Masjid, dan melakukan ibadah berjamaah di sana, setelah itu dilanjutkan dengan makan malam berdua.

“Nampak romantis sih, seandainya saja kami adalah pasangan yang sesungguhnya,eh sadar Alea ini cuma kontrak jangan baper!” Seolah kata-kata itu selalu menghantui Alea.

Setelah memesan beberapa menu makanan, akhirnya makanan yang dipesanpun datang. “Ayo silahkan dimakan! Jangan sungkan,” kata Hio dengan senyum yang mengembang, begitulah lelaki itu jika berbicara dengan Alea. Selalu murah dengan senyuman.

“iya,” jawab Alea singkat, sembari menunduk malu.

“Seumur-umur … baru kali ini makan diperhatiin sama lelaki begini jadi grogi aku-nya." Alea menggelengkan kepalanya agar tersadar dari pikiran halunya saat ini juga

“Jangan malu-malu, kamu harus terbiasa mulai sekarang dengan saya, karna kamu akan bersama saya selama satu tahun penuh.” Gio menyadari bahwa Alea sedang memikirkan sesuatu. Dari raut wajahnya, dia terlihat sedang tersipu malu.

“Sebelumnya, bolehkah saya tetap melakukan aktifitas sehari-hari saya seperti biasa setelah menikah nanti?” Entah keberanian dari mana, namun hati nurani Alea menuntunnya mengatakan itu.

“Em ... tentu, kuliah kan maksud kamu, bukan?”

“Iya … sekalian sama kerjanya juga?” Lirih Alea, dia berharap Gio memberikan izin nantinya.

“No, Sweatheart. Kamu hanya akan berada di rumah setelah kuliah. Tidak ada kegiatan lain setelah itu, aku tidak ingin kamu lelah dengan melakukan aktifitas di luaran sana. Karena hanya aku yang akan membuatmu lelah, dengan aktifitas kita setelah menikah nanti.” ujar Gio, dengan menampilkan senyum sedikit menggoda. Hal itu sukses membuat Alea tersipu malu.

Deg

“Mampus Gue, kenapa laki-laki ini kalo ngomong selalu dengan ekspresi manis kayak gini ya Allah. Bisa kena diabet gue lama-lama dekettan sama dia terus-terusan,” Alea berusaha menahan diri nya agar tetap dalam kesadarannya saat ini.

“Jangan menghawatirkan apapun Sweatheart, karna semua akan aku penuhi. Bahkan, saat aku sudah tidak bersamamu lagi aku akan memenuhi semua kebutuhanmu.” Ujar Gio. Dengan santainya dia mengatakan itu kepada Alea, hal itu membuat Alea seolah diterbangkan ke atas awan yang tinggi dan harus dilempar ke dasar bumi yang mana membuatnya tersadar bahwa ia tidak seharusnya membawa perasaannya hingga ke dunia nyata nantinya.

“Baiklah-baiklah … tapi bisakah anda tidak memanggil saya dengan sebutan itu rasanya saya kurang nyaman.” Dengan sedikit memohon dan bersikap sesantai mungkin.

“Mulai sekarang kamu harus terbiasa dengan itu!” ujar Gio. Gio adalah type orang yang tidak suka mendapatkan, terlebih lagi penolakan dari lawan jenisnya.

Setelah selesai makan akhirnya Gio mengantarkan Alea pulang ke kosannya. Perjalanan terasa sangat lama bagi Alea. Padahal jaraknya menuju rumah bukan terlalu jauh. “Atau hanya perasaanku saja ya, kenapa lama sekali sampai ke rumah?” gumam Alea, dirinya mulai merasa gelisah dan tidak nyaman.

“Besok pagi kamu akan dijemput oleh Asistenku, bersiaplah di pagi hari karna akan ada persiapan nanti!” ujar Gio, sebelum Alea keluar dari mobilnya.

“Baik-lah, saya turun. Trimakasih untuk makan malamnya Assalamualaikum,” jawab Alea sambil turun dari mobil Gio.

“Sama-sama jangan sungkan, karna itu akan menjadi rutinitas kita mulai besok bersiaplah besok,“ kelakar Gio. Pria itu mengedipkan sebelah matanya sembari melambaikan tangan kanannya kepada Alea. “Waalaikumsalam.” pungkas Gio, kemudian dia melajukan mobilnya untuk pulang.

***

“Hari ini pertemuan pertamaku denganya gadis yang unik menurutku, baru dia gadis yang menolak bersalaman dengan ku. Bahkan gadis lain rela melakukan apapun demi ku sentuh. Namun berbeda dengan gadis yang satu ini. Membuatku semakin penasaran gadis seperti apa dia?” nampak smirk di wajah gio, lalu dia bergegas menuju Kondoniumnya

“Kita lihat Prisa Azalea, akan kubuat kau jatuh cinta denganku.”

Gio mendial nomor asistenya.

“Bagaimana … sudah kau urus semuanya?” tanya Gio pada sekertarisnya yang berada di sebrang teleponnya saat ini.

“ ... ” entah apa yang dikatakan oleh orang di seberang sana.

“Baik, persiapkan semua dengan baik aku ingin semuanya terlihat sempurna besok!” perintah Gio

“ ... ”

“Baiklah,” Gio mengakhiri sambungan telfonya.

*

Disisi lain Alea tidak bisa memejamkan matanya padahal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, pikirannya terus saja memikirkan bagaimana nasibnya besok.

“gimana coba, mau dibatalin aku sudah taken kontrak tadi, berikan petunjuk kepada hamba ya Allah.”

Alea segera pergi mengambil air wudhu dan mulai menjalankan sholat witir untuk menenangkan fikirannya berharap setelah sholat dia bisa tertidur dengan pulas.

Setelah sholat Alea mulai merebahkan dirinya di atas kasurnya.

“Bunda, besok anakmu akan menikah.” Butiran bening dari pelupuk mata Alea menetes membasahi bantalnya, posisinya saat ini miring membuat bercak bulat di atas bantal akibat dari cairan itu.

“Doakan, agar besok berjalan dengan lancar Bunda, maafkan Alea tidak bisa menyelesaikan semua tugas dari bunda dengan cepat, maafkan Alea yang belum bisa menjadi anak berbakti.” Di dala pikiran Alea semakin bersalah saat ini, pandangan matanya mulai kabur, perlahan namun pasti matanya mulai tertutup dan ia mulai terlelap dan mulai mengarungi alam mimpinya.

“Bunda, Ayah. Alea kangen bawa Alea pergi Bunda. Alea tidak sanggup seperti ini Bunda.”

“Kamu harus tinggal lebih lama lagi sayang, masih banyak orang yang menyayaginmu, Bunda akan melihatmu dari sini barsama dengan Ayah." Perlahan Sosok Bunda dan juga Ayah yang mengenakan pakaian putih-putih menjauh darinya perlahan-lahan meninggalkannya.

***

Bersambung...

apa kalian suka dengan crita ini?

tunggu kelanjutan nya ya

Tahap revisi

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!