NovelToon NovelToon

Sistem Halu Tingkat Dewa

Bab 1

"Ayo Alze pulang," ajak teman pemanen sawit di ancak sebelah sambil menggotong egreknya yang Viber sudah sambung 3 saking tingginya sawit milik perusahaan yang mereka panen.

"Duluan Bang, saya masih ada 3 batang yang belum selesai di panen. Agak sulit karena buahnya nyelip di pelepah," jawab Alze sambil tersenyum, merasa bahwa dirinya harus menyelesaikan tugasnya dengan baik.

"Oh ya udah, kala begitu saya pulang dulu, perut saya sudah lapar," ucap temannya itu pulang terlebih dahulu sambil membawa jerigen minum sambil meletakkan Viber egrek di bahunya meninggalkan Alze sendiri di tengah kebun sawit yang luas.

Alze memandang sekeliling kebun sawit, merasa bahwa dirinya harus bekerja keras untuk memenuhi target panen. Ia kemudian fokus pada 3 batang sawit yang belum selesai di panen, berusaha untuk memetik buah sawit yang nyelip di pelepah dengan hati-hati.

Tiba-tiba, Alze mendengar suara yang aneh dari dalam kebun sawit. Ia berhenti sejenak dan memandang sekeliling, mencoba untuk mengetahui sumber suara tersebut.

"Ah sudahlah, yang penting sekarang aku harus menyelesaikan panen sawit ini dulu," kata Alze tak peduli dengan suara tersebut, biasanya juga babi hutan. Setelah menyelesaikan memanen sawitnya, Alze membawa egreknya dan botol minuman untuk segera pulang, karena hari juga sudah mulai senja. Apa lagi tempat ia memanen sawit dan rumah tempat dia tinggal agak sedikit jauh. Ia juga pulang jalan kaki, menikmati suasana senja di desa.

Saat ia pulang dan sampai di rumah, hari sudah agak gelap. Ia melihat istrinya dengan seorang pria berdiri di depan rumah tersebut. Alze merasa sedikit curiga, siapa pria itu dan apa hubungan pria itu dengan istrinya. Ia mempercepat langkahnya, ingin tahu apa yang sedang terjadi.

Saat Alze semakin dekat, ia melihat istrinya tersenyum dan berbicara dengan pria itu. Alze merasa sedikit lega, mungkin pria itu hanya teman istrinya. Namun, saat ia melihat wajah pria itu, ia merasa sedikit kaget.

"Eh pak manager? Ada apa ya datang ke rumah saya?" tanya Alze sopan, merasa bahwa kedatangan pak manager ke rumahnya tidak biasa.

"Mas, aku ingin kita bercerai!" kata Dina tiba-tiba, membuat Alze tersontak dan merasa seperti dihantam petir. "Dek, kok kamu ngomong gitu? Kenapa kita harus bercerai?" tanya Alze, melihat ke arah Dina seperti ditusuk anak panah, merasa bahwa dirinya tidak siap untuk menerima keputusan itu.

"Kamu itu miskin Mas, aku sudah hidup sama kamu 3 tahun, tapi hidup terus dalam kesusahan. Aku capek hidup sama kamu, sekarang aku mendapatkan kekasih baru ku, Pak Tomi, manager perusahaan sawit ini," kata Dina sambil menggandeng tangan Tomi, membuat Alze merasa seperti dihina dan dikhianati.

Alze memandang Tomi dengan mata yang penuh kemarahan, merasa bahwa Tomi telah merebut istrinya dari dirinya. "Jadi, kamu yang jadi dalang di balik semua ini?" tanya Alze dengan nada yang keras, merasa bahwa dirinya telah dikhianati oleh orang yang tidak seharusnya.

"Enak saja kamu bilang aku merebutnya istri mu! Kamu sendiri yang tidak mampu membahagiakan istri mu, kenapa kamu malah menyalahkan aku," kata Tomi tersenyum merendahkan, membuat Alze merasa semakin marah dan sakit hati.

"Kamu jangan salahin dia! Yang harus kamu salahkan itu adalah diri mu sendiri! Kenapa kamu miskin, dan bodohnya aku malah ingin menikah dengan mu dan bertahan hingga 3 tahun, waktu ku yang berharga sia-sia dengan pria miskin seperti mu!" teriak Dina, kata-katanya seperti pisau yang menusuk hati Alze.

Alze memegang dadanya, rasanya sangat sesak, tak terasa matanya berkaca-kaca. Ia merasa bahwa dirinya telah dikhianati dan dihinakan oleh orang yang paling dipercayainya. Ia tidak bisa membayangkan bahwa pernikahannya yang telah berlangsung selama 3 tahun akan berakhir dengan cara seperti ini.

Tomi dan Dina saling menatap dengan mata yang penuh kemenangan, seolah-olah mereka telah berhasil menghancurkan Alze. "Kamu tidak pantas untuk memiliki istri sepertiku," kata Dina dengan nada yang dingin, membuat Alze merasa bahwa dirinya tidak berharga.

"Dina..." ucap Alze dengan nafas yang sulit dihembus, merasa bahwa dirinya tidak bisa bernapas lagi karena kesedihan yang mendalam.

"Uang hasil kerja ku, semua ku serahkan pada mu, aku ingin beli apa, semua aku turuti, sampai celana ku sendiri saja tidak ku ganti, aku rela pakai celana robek-robek, malu tak malu ku tanggung, tapi kenapa kau tega begini. Karena hanya kau mendapatkan pria yang lebih dari ku, kau langsung mencampakkan aku. Belum tentu dia mau berkorban untuk mu!" kata Alze dengan nada pelan, merasa bahwa dirinya telah memberikan segalanya untuk Dina, tapi tidak dihargai.

"Heh! Aku tahu yang terbaik untuk ku! Kau jangan menceramahi ku! Kau lebih baik tanda tangan surat cerai ini dan kita tidak punya hubungan apa-apa lagi!" kata Dina memberikan sebuah surat cerai yang ternyata sudah diurus Dina. Alze menerima kertas tersebut sambil tersenyum getir, merasa bahwa dirinya telah dikhianati.

"Bahkan surat cerai pun sudah kau siapkan, pantas saja beberapa minggu ini kau berubah, tidak mau lagi ku peluk, ternyata ini adalah kejutan dari mu," kata Alze merasa sakit hati, merasa bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Dina.

"Sudahlah, jangan banyak omong kosong lagi! Cepat tanda tangan surat ini!" teriak Dina dengan mata membulat, dan tak sabar ingin berpisah dengan Alze lagi. Alze memandang Dina dengan mata yang berkaca-kaca, merasa bahwa dirinya tidak bisa menahan air matanya lagi.

Ia kemudian menandatangani surat cerai tersebut, merasa bahwa dirinya telah kehilangan harapan. Setelah menandatangani, Alze menyerahkan surat itu kembali kepada Dina, dengan rasa sakit hati yang mendalam.

"Kamu bahagia dengan pilihanmu, aku tidak akan menghalangi," kata Alze dengan suara yang lembut, merasa bahwa dirinya telah kehilangan segalanya. Dina mengambil surat cerai itu dan memasukkannya ke dalam tasnya, tanpa menoleh lagi ke arah Alze.

"Aku akan bahagia, tanpa kamu," kata Dina dengan nada yang dingin, sebelum berbalik dan pergi meninggalkan Alze sendirian. Alze memandang Dina pergi, merasa bahwa dirinya telah kehilangan orang yang paling penting dalam hidupnya.

2

Hati Alze benar-benar hancur, ia terduduk lemas di kursi kayu di depan rumahnya itu, merasa bahwa dirinya telah kehilangan segalanya. Perutnya yang lapar sudah tak terasa lagi, karena kesedihan dan kekecewaan yang mendalam telah memenuhi hatinya.

Padahal selama ini, jika istrinya tidak memasak, ia tak pernah mempermasalahkannya. Ia tahu bahwa istrinya memiliki kehidupan sendiri dan memiliki hak untuk melakukan apa yang ia inginkan. Istrinya ikut arisan, ikut nongkrong di cafe, ia tak pernah mempermasalahkannya, karena ia percaya bahwa istrinya akan selalu kembali kepadanya.

Selama 3 tahun ini, ia terus mendukung apa yang istrinya lakukan, karena ia ingin membuat istrinya bahagia. Ia berpikir bahwa dengan memberinya kebebasan, istrinya akan semakin mencintainya. Tapi ternyata, semua itu hanya menjadi ilusi belaka.

Alze merasa bahwa dirinya telah dipermainkan oleh istrinya, yang tidak menghargai pengorbanan dan cintanya. Ia tidak bisa memahami mengapa istrinya bisa begitu kejam dan tidak peduli dengan perasaannya.

Alze tak tahu apa lagi yang ia lakukan, ia pun berjalan terluntang-lantung di jalan, tanpa tujuan yang jelas. Ia merasa sendirian, seperti tidak ada yang peduli dengan keberadaannya. Jika pun ia mati, tidak ada yang akan menyesali kepergiannya. Pikiran-pikiran negatif itu terus menghantui dirinya, membuat ia semakin merasa putus asa.

Sampai akhirnya, ia berjalan ke arah tempat yang penuh dengan sawit. Ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan di sana, tapi ia merasa bahwa itu adalah satu-satunya tempat yang bisa ia tuju. Ia duduk di pangkalan sawit yang tingginya hampir 10 meter, pohon sawit itu sudah hampir lapuk, tapi ia tidak peduli.

Alze memandang ke sekitar, melihat sawit-sawit yang tumbuh subur di sekitarnya. Ia merasa bahwa sawit-sawit itu lebih beruntung darinya, karena mereka tidak memiliki perasaan dan tidak perlu menghadapi masalah seperti dirinya. Ia duduk diam, membiarkan air matanya mengalir tanpa suara.

Tiba-tiba, Alze mendengar suara gemuruh yang keras. Pohon sawit yang ada di belakangnya tiba-tiba saja runtuh dan menimpa dirinya. Brukkk! Suara itu terdengar seperti ledakan, dan Alze merasakan tubuhnya terjepit di bawah pohon yang berat itu.

Rasa sakit yang luar biasa menghantui dirinya, seperti tulangnya punggungnya patah. Ia merasakan tekanan yang sangat besar pada tubuhnya, dan rasa sakit itu membuat ia tidak bisa bernapas. Ia tak kuat lagi menahan sakit, dan akhirnya ia pun pingsan.

Saat itu, sebuah cahaya misterius mendekatinya dan masuk ke dalam kepalanya.

 Ting!

Suara itu terdengar seperti dentuman kecil, dan Alze merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya.

Ketika Alze sadar kembali, ia merasa bahwa dirinya berada di tempat yang asing. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya, dan tidak tahu bagaimana ia bisa selamat dari kecelakaan itu.

"Aku di mana?" tanya Alze dengan suara yang penuh kebingungan, melihat sekeliling tempat yang asing itu. Tempat itu dipenuhi dengan teknologi canggih yang tidak pernah ia lihat sebelumnya, hologram-hologram yang bergerak dan berinteraksi di sekitarnya. CCTV-CCTV yang terpasang di setiap sudut ruangan, kode-kode yang tidak pernah ia pahami dan simbol-simbol yang aneh.

Benar-benar sulit untuk dijelaskan, Alze merasa seperti berada di dunia yang berbeda. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa sampai di tempat itu, dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tiba-tiba, sebuah benda mendekatinya, seperti drone yang mengelilinginya dengan gerakan yang cepat dan akurat. Alze merasa sedikit takut, tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh drone itu. Apakah drone itu akan menyerangnya? Ataukah itu akan membantunya?

Drone itu terus mengelilingi Alze, seperti sedang memindai dirinya. Alze merasa seperti sedang diuji, tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia hanya bisa menunggu dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Memindai...

Pengenalan pemilik sistem...

Menscan tubuh Tuan...

Loading...

Selesai.

[Pengenalan Tuan pemilik sistem]

Nama: Alze Morgano

Umur: 26 tahun.

Tinggi: 170 cm.

Pekerjaan: Pemanen sawit.

Jenis kelamin: Pria.

[Selamat datang di sistem super canggih, Anda adalah manusia yang terpilih memiliki sistem canggih ini. Apa Anda bersedia?] Suara itu terdengar seperti robot, membuat Alze merasa sedikit takut dan penasaran.

"Apa ini? Kenapa aku di sini dan tempat apa ini?" tanya Alze dengan suara yang penuh kebingungan, terlihat ketakutan sekaligus penasaran. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dan tidak tahu apa yang dimaksud dengan "sistem super canggih" itu.

[Anda sekarang berada di dunia virtual sistem, dan ini adalah sistem super canggih yang sudah teruji kehebatannya. Dan sistem ini bisa mengubah hidup Anda menjadi lebih baik, ini adalah kesempatan langka hanya ada 1 kali ini saja]

Tapi, Alze masih memiliki banyak pertanyaan. "Apa yang dimaksud dengan dunia virtual sistem? Dan bagaimana sistem ini bisa mengubah hidupku menjadi lebih baik?" tanya Alze dengan rasa penasaran yang besar.

[Sistem ini dapat memberikan Anda kemampuan dan kekuatan yang luar biasa, sehingga Anda dapat melakukan hal-hal yang tidak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Anda akan memiliki kesempatan untuk mengubah hidup Anda dan orang lain menjadi lebih baik]

Suara Drone itu menjelaskan dengan antusias, membuat Alze merasa sedikit lebih tertarik.

Tapi, Alze masih memiliki keraguan. "Apa yang harus aku lakukan? Dan apa yang akan terjadi jika aku tidak bersedia?" tanya Alze dengan rasa takut yang masih ada. Apakah Alze akan menerima tawaran itu? Ataukah ia akan menolaknya?

3

[Jika Anda tidak bersedia menerima sistem ini, maka hidup Anda mungkin akan lebih terpuruk dari sekarang, harap pikirkan dulu sebelum Anda menolak tawaran ini] Suara sistem terdengar sekali lagi, memberikan peringatan kepada Alze tentang konsekuensi jika ia menolak tawaran ini.

Alze terdiam sejenak, memikirkan tentang hidupnya yang sekarang. Ia merasa bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa lagi, tidak ada tujuan, tidak ada harapan. Maka, ia pun memutuskan untuk menerima tawaran sistem ini.

"Baiklah, aku menerima sistem ini," ucap Alze dengan sangat yakin, karena apa lagi yang ia punya di dunia ini lagi. Apa yang terjadi pada dirinya ia tak peduli lagi. Ia hanya ingin mencoba sesuatu yang baru, berharap bahwa sistem ini dapat membantunya keluar dari kesulitan.

[Siap menjadi Tuan sistem super canggih ini?]

[Ya] [Tidak]

Alze menyentuh tulisan Ya.

Setelah Alze menerima tawaran sistem, sebuah cahaya putih mulai menyelimuti tubuhnya. Alze merasa bahwa dirinya sedang dihubungkan dengan sistem, dan bahwa sistem ini sedang memproses informasi tentang dirinya.

Membuat...

Loading...

10%...

20%...

 30%...

40%...

 50%...

60%...

70%...

80%...

90%....

 100%...

Selesai.

[Selamat, Anda telah berhasil terhubung dengan sistem. Sekarang, Anda akan memiliki kemampuan baru yang akan membantu Anda dalam hidup Anda]

Suara sistem terdengar sekali lagi, memberikan konfirmasi bahwa Alze telah berhasil terhubung dengan sistem.

Alze merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan baru, dan bahwa dirinya siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

 [Baiklah, kembali pada tubuh Anda kembali] Suara sistem terdengar sekali lagi, memberikan konfirmasi bahwa proses penghubungan telah selesai.

"Eh tunggu dulu!" teriak Alze yang masih belum mengerti sepenuhnya, tapi ia keburu di kirim ke dunia nyata.

Wushhhhhh!

Seketika Alze terbangun, tapi tubuhnya masih dalam keadaan di timpa batang sawit itu, membuat ia kebingungan.

Alze merasa bahwa dirinya telah kembali ke dunia nyata, tapi ia masih belum bisa memahami apa yang telah terjadi. Ia mencoba untuk bangun, tapi rasa sakit yang luar biasa menghantui tubuhnya. Ia merasa bahwa dirinya masih terjepit di bawah batang sawit yang berat.

Dengan susah payah, Alze mencoba untuk mengeluarkan suara, tapi suaranya hanya terdengar lirih. Ia merasa bahwa dirinya sedang dalam bahaya, dan bahwa ia perlu bantuan segera.

Sementara itu, di sekitar Alze, tidak ada tanda-tanda orang lewat. Hanya suara angin yang berhembus lembut, dan suara gemuruh yang masih terdengar samar-samar.

Meskipun begitu, Alze tetap berusaha untuk keluar dari batang sawit besar itu, setelah bersusah payah, akhirnya ia bisa keluar juga. Dengan nafas tersengal-sengal, Alze duduk di tepi pohon sawit itu, merasa lega bahwa dirinya berhasil keluar dari situasi yang membahayakan.

"Syukurlah aku tidak mati," kata Alze sambil mengatur nafasnya, merasa bersyukur bahwa dirinya masih hidup. Tapi, pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan tentang apa yang telah terjadi sebelumnya.

"Tapi... tadi... apa aku sedang bermimpi?" tanya Alze masih bingung apa yang terjadi padanya barusan. Ia merasa bahwa dirinya telah mengalami sesuatu yang sangat nyata, tapi sekarang ia tidak bisa memahami apa yang telah terjadi.

Alze mencoba untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi, tapi ingatannya masih kabur. Ia hanya ingat bahwa dirinya telah berbicara dengan seseorang, atau sesuatu, tentang sistem dan kemampuan baru. Tapi, itu semua terasa seperti mimpi yang tidak nyata.

Alze menggelengkan kepalanya, mencoba untuk membersihkan pikirannya. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi ia tahu bahwa dirinya perlu fokus pada keadaan sekarang. Ia melihat sekeliling, mencoba untuk memahami di mana dirinya berada dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya.

Tapi, pertanyaan tentang mimpi atau kenyataan masih menghantui pikirannya.

Ting!

Alze langsung terperanjat, ia berdiri untuk mencari sumber suara itu, ia takut jika ada babi hutan yang akan menseruduknya. Tapi, ketika ia melihat sekeliling, ia tidak melihat apa-apa yang mencurigakan.

[Silakan menerima hadiah pengenalnya]

Suara sistem terdengar sekali lagi, membuat Alze terkejut. Jadi, ini benar-benar nyata? Alze tidak bisa percaya bahwa sistem yang ia dengar sebelumnya benar-benar ada.

"Sistem, jadi kau benar-benar nyata?" tanya Alze tak percaya, ingin memastikan bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

[Benar, apa yang Anda alami semua itu bukanlah mimpi]

Jawaban sistem membuat Alze semakin yakin bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.

Alze menekan sebuah gambar berbentuk kotak hadiah yang muncul di depannya.

Ting!

[Hadiah perkenalan]

[Saldo 1.000.000]

[Penampilan:1%]

[Pesona:1%]

[Kekuatan:1%]

[Kecepatan:1%]

[Kelincahan:1%]

[Pertahanan:1%]

[Kecerdasan:1%]

[Keberanian:1%]

[Poin:10]

Alze terkejut melihat semua statistik yang muncul di depannya. Ia tidak tahu apa artinya semua itu, tapi ia merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan baru yang tidak ia miliki sebelumnya. Ia ingin tahu lebih banyak tentang sistem ini dan bagaimana cara menggunakannya.

Dengan rasa penasaran yang besar, Alze mulai mempelajari sistem ini dan semua statistik yang ada. Ia ingin tahu bagaimana cara meningkatkan kemampuan dirinya dan apa yang bisa ia lakukan dengan sistem ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!