NovelToon NovelToon

Cinta Yang Kau Sakiti

Bab 1

Seorang gadis yang cantik jelita, menikah dengan laki laki pujaan hatinya. Setelah menjalin hubungan yang cukup lama akhirnya gadis ini menerima lamaran kekasihnya.

Cinta tulus yang dia berikan kepada kekasihnya, dia fikir itu cukup untuk nya menjalani biduk rumah tangga dengan kekasihnya. Tapi ternyata itu semuanya salah, kelembutan yang dia rasakan dulu di saat mereka masih menjadi sepasang kekasih, sangat berbeda setelah mereka menikah. Perlakuan hangat, perhatian, bahkan senda gurau pun tidak pernah ada di dalam pernikahannya.

Seolah dia menjadi perempuan yang menjijikan di mata sang suami. Apa alasan yang ingin dia dengar pun tidak pernah terjawab olehnya.

——-

Pagi menyapa, mereka sudah menikah selama hampir kurang lebih dua tahun. Tapi selama pernikahan mereka berlangsung kegetiran selalu terasa.

Justicia Liora Amadea, gadis itu sekali lagi menurunkan egonya. Hanya agar mereka bisa berkomunikasi dengan baik.

“ Mas “

Sang suami meliriknya sebentar lalu memalingkan lagi wajahnya. Diam tanpa suara apapun lagi yang keluar.

“ mau sarapan gak mas, biar aku siapin kalo iya “

“ gak perlu “ jawab sang suami berlalu meninggalkan sang istri

Liora hanya diam memaku melihat punggung sang suami pergi meninggalkannya.

Selama ini mereka tinggal satu rumah tapi mereka sama sekali tidak pernah tidur satu ranjang.

Flashback on

Setelah akad nikah berlangsung dengan penuh hikmat dan rasa bahagia di aula gedung hotel yang sangat mewah. Mereka memutuskan beristirahat duluan ke kamar pengantin mereka.

Semua berjalan normal, tidak ada yang berubah. Gandengan tangan yang lembut, senyum yang manis. Masih dapat Liora rasakan.

Tapi semua berubah setelah mereka memasuki kamar pengantin itu.

“ Ra, kamu ganti baju aja duluan “ Nabriel Lucano berjalan ke arah balkon yang ada di hotel, tanpa menunggu jawaban dari Liora.

Liora membeku melihat sikap itu, seperti bukan berhadapan dengan kekasihnya dahulu.

Liora dan Briel memang tidak berpacaran lama mereka mengenal hanya dalam kurung waktu setengah tahun saja. Di saat masa berpacaran Briel, sangat meyakinkan Liora bahwa dia akan bisa menjadi pasangan yang baik untuknya. Dan karna Liora adalah anak yang memang kekurangan kasih sayang dari sang ayah, mendapati Laki laki yang menurutnya bisa menjadi tempat dia untuk berkeluh kesah dan bermanja pun. Terlarut dalam hubungan itu.

Saat menikah dengan Briel, Liora baru saja Lulus dari sekolah menegah atas, angan angan nya ingin melanjutkan ke jenjang kuliah terpaksa dia stop karna terbuai oleh janji janji manis sang kekasih.

Liora masih coba berfikir positif mungkin saja suaminya sedang terlalu lelah, jadi Liora hanya membiarkan saja.

Setelah berperang dengan pikirannya Liora berjalan ke arah kamar mandi dan melepas semua gaun dan aksesoris pengantinya sendiri.

Menggunakan lingeri berbahan dasar tipis yang di siap kan untuknya, tanpa pikir panjang Liora pun memakainya. Maksud hati agar nanti sang suami ketika masuk. Mungkin, mungkin saja bisa berubah lembut lagi dan mendekat kepadanya.

Waktu terus berlalu tapi Briel tidak kunjung kembali. Sampai akhirnya tanpa sadar Liora tertidur sendiri.

Klik, bunyi pintu terbuka. Briel masuk dengan muka masam.

Liora mengercap dan terduduk miring pelan menopang badannya dengan sikunya.

“ mas “

Briel menoleh ke arah Liora. Tidak ada jawaban hanya ada tatapan tajam.

Berjalan meninggalkannya dan masuk kekamar mandi.

Liora mengerutkan alisnya “ dia kenapa “ gumamnya.

Terdengar suara gemricik air dari arah dalam kamar mandi.

Liora mendudukan diri bersandar pada sandaran tempat tidur, menunggu suaminya keluar dari kamar mandi.

Setelah Briel keluar dari kamar mandi, melihat sang istri yang masih menunggunya pun dia berucap “ tidur Ra, hari sudah malam “

“ kamu kenapa mas “

“ aku capek Ra, istirahat ya “ jawabnya dingin

“ kamu gak papa mas “ tanyanya lagi

Briel menatap Liora lekat “ pakai pakaian kamu yang bener “ matanya menghunus ke arah mata Liora.

Liora terdiam terpaku, hatinya mencolos perih. Berfikir dia sudah melakukan kesalahan apa, apa yang sudah dia lakukan sampai sampai kekasihnya ini bisa berubah drastis terhadapnya.

Tapi semakin di fikir fikir lagi sepertinya tidak ada dia membuat kesalahan yang fatal.

Briel berjalan ke arah nya, dia menahan nafas saat kepala Briel melewati bagian depannya . Liora kira Briel ingin mendekatinya tapi ternyata dia hanya mengambil bantal dan kembali lagi berdiri, dan berjalan ke arah sofa yang ada di kamar dan tidur di situ.

Semakin tercengang lah Liora.

Dia hanya diam memerhatikan Briel, Briel merebahkan diri membelakangi Liora.

Liora hanya diam terpaku, menahan sesak dan jugak air mata yang diam diam sudah mengalir. Hatinya sangat perih, melihat bagaimana perilaku suaminya kepadanya. Bahkan di saat malam pertama yang seharusnya indah berubah menjadi seperti malam yang sangat menyeramkan.

Dia melorotkan lagi badannya, menyelimuti badannya hingga sebatas leher. Kedua tangannya meremas kencang selimut yang ada di depan dada nya.

Waktu terus berlalu dengan hawa dingin yang menusuk hingga ketulang tulang.

Saat pagi menyapa, di saat Liora terbangun di sana sudah tidak ada lagi Briel. Hanya terdapat selembar kertas di atas nakas yang bertuliskan “ aku pulang duluan, kamu nanti bisa langsung datang ke apartemen ku “

Liora terpaku jantungnya seolah berhenti. Pagi hari di sambut dengan air mata yang mengalir lagi. Belum cukup ternyata tadi malam. Dan begitu lah hingga saat ini yang di alami oleh Liora.

Flashback off

Briel berangkat ke kantor sedangkan Liora masih di rumah. Akhir akhir ini dia semoat berfikir ingin melanjutkan lagi pendidikannya. Mungkin nanti jika dia mempunyai kesibukan, dia tidak akan merasa kehampaan yang mematikan seperti ini.

Dengan langkah dan tekat yang kuat. Liora mencoba mendaftarkan diri di kampus impiannya dulu. Dan karna kampus itu adalah salah satu kampus yang juga di kenal oleh keluarga Liora bahkan salah satu keluarganya menjadi penyumbang terbesar di kampus itu. Jadi ketika nama Liora masuk ke dalam daftar murid baru pun. Pihak kampus langsung menerima nya bahkan Liora tidak melalui ospek mahasiwa baru.

Wajah Liora yang cantik jelita, berbadan langsing, tubuh mulus, dengan lekukan tubuh yang indah jelas itu menarik semua atensi yang ada di kampus itu. Bahkan Liora medadak menjadi perbincangan seluruh mahasiswa dan mahasiswi junior serta senior.

Visual Liora

Setiap mata yang memandang pasti bisa langsung jatuh hati terhadap nya.

Bahkan bisa di bilang bahwa penglihatan Briel itu bermasalah. Sampai bisa bisanya mengabaikan Liora. Entah ada maksud apa, atau pun karna apa hingga Briel bisa seperti itu

Visual Briel

Saat Liora turun dari mobilnya, melangkah memasuki area kampus. Semua mata tertuju padanya. Dan tanpa dia sadari ada satu mahasiswa yang tertarik padanya.

Bab 2

Seorang pria tajam menatap ke arah Liora, bahkan setiap gerak gerik Liora semua di perhatikan.

Chaziel Bhima Bayanaka pria tampan bertubuh tinggi, tegap. Seorang ketua BEM di kampus itu.

Visual Bhima

Teman teman Bhima yang menyadari sorot mata temannya yang menajam pun ikut mengikuti arah mata Bhima.

“ itu kayaknya anak baru yang di bebasin dari ospek deh, sama dekan “ Reyshan salah satu teman Bhima.

“ buset… cakep bener “ Alzian pun ikut menyambung

“ bening banget bro… sumpah “ kaizel ikut menimpali

Tatapan mata yang dingin dan tajam, yang biasa orang orang liat seolah melunak mengikuti setiap langkah yang di ambil oleh Liora.

Iya, Bhima adalah seorang pria dingin yang dikenal oleh semua anak anak di kampusnya. Karna dari itu lah pihak kampus memilih dia menjadi ketua BEM di fakultasnya karna ketegasannya.

Walaupun tatapan matanya yang dingin serta tajam terhadap semua orang, tapi tetap saja. Perempuan perempuan di fakultasnya bahkan di seluruh kampus mengenal Bhima. Karna selain memiliki ketampanan . Bhima juga adalah sang pewaris tunggal kampus itu. Orang tuanya pemilik kampus itu warisan dari kakeknya. Bahkan dia juga menjalankan beberapa perusahaan ayahnya.

“ gue denger denger tu cewek udah nikah “ ucapan yang keluar dari mulut Rey membuat semua mata memandang nya. Terlebih lagi Bhima, dia langsung menatap tajam ke arah Rey.

“ yang bener lo “ tanya Zian

“ hm… mm… “ jawab Rey sambil mengangguk angguk mencomot keripik kentang dari tangan Kai

“ cckk… “ Kai menarik bungkus itu, tangan nya kesamping.

“ pelit lu, bangké “ sungut Rey

Tapi dari arah sebelah sini Zein mencomot karna tangan Kai yang membawa bungkus itu kesamping, tepat kearahnya.

Kai melotot ke arah Zein “ congor lo “ ucapnya

“ ealah tiban keripik kentang doang lu pelit anjir, gua bisa beli sama pabrik pabriknya “ oceh Zein

“ sono beli… napa mintak punya gua “ balas Kai

“ Bisa kita punya temen pelitnya kayak dia ya. Sat “ Rey mengompori Zein, dan Zein pun menganggukin

“ ni bocah kayak gak pernah ngerasain duit kita aja “ balas Zein.

Bhima yang melihat teman temannya berdebat karna hanya sebuah satu bungkus keripik kentang pun mulai jengah.

“ ekhm “ Bhima berdehem

Mereka menoleh serempak ke arah Bhima

“ lo tau dari mana “ tanya Bhima terhadap Rey

“ lo masih ngeraguin informa dari Rey, bro “ tanya Kai

“ kan lo tau anten anteknya Rey, gak kaleng kaleng “ imbuh Zein ( aku pakai zein, karna biar enak penyebutannya dari kata zian )

Sedangkan Rey hanya mengangguk angguk pelan “ hm…mm… kurang yakin apa lo sama gue? “ tanya Rey “ tapi tu bocah masih kecil cok umurnya, baru sembilan belas tahunan kalo gak salah “

“ keliatan sih “ Kai

Iya, umur Liora memang baru sembilan belas tahun. Karna Liora lulus SMA di usia tujuh belas tahun. Lebih cepat dari yang lainnya. Karna jika di bagian negara tempat tinggal Liora umur bukan lah patokan syarat masuk sekolah dasar.

Bhima hanya diam menyimak, sambing menyilangkan kaki.

Tanpa mereka duga ternyata Bhima berdiri dan berjalan ke arah Liora. Orang orang yang melihat Bhima melangkah, mendatangi perempuan yang baru terlihat di kampus itu pun seolah diam terpikat mengikuti arah langkah Bhima.

Biasanya, Bhima tidak pernah mendatangi orang secara langsung. Selalu jika ada urusan ataupun keperluan apapun itu, orang yang datang kepadanya. Entah menyuruh orang memanggilkannya ataupun orang itu datang sendiri kepadanya.

Tapi apa ini, Bhima menghampiri perempuan itu.

Bahkan bukan cuma mahasiswa dan mahasiswi kampus saja yang heran tapi juga teman teman Bhima ikut melongo.

“ anjir… dia nyamperi tu cewek “ Kai

“ iya cok “ zein dan Rey juga kebingungan.

“ diemin aja sat, kita kiat dari sini. Jangan ikut campur “

“ gak ada yang mo ikut campur jugak tölôl “ Kau

“ buset tu Bhima, gak oernah deketin cewek. Sekali melangkah bini orang yang dia kejer “ celetuk Zein

Mereka mengangguk angguk setuju.

Liora yang sadar akan tatapan orang terhadapnya pun, memperhatikan sekitar. Lalu tatapannya tertuju pada seorang pria dengan wajah yang sangat tampan, tubuh tinggi, tegap, besar berisi.

Liora berhenti sejenak terpaku melihatnya, begitu juga dengan Bhima, semakin dia mendekat, semakin dia jelas melihat wajah cantik jelita sang perempuan.

Di dalam dada Bhima jantungnya berdegum kencang, satu halbyang aneh yang tidak atau belum pernah dia rasakan sebelum belumnya.

Liora mencoba sadar, menggerakan sedikit sedikit bibirnya untuk tersenyum. Manik matanya lurus menatap Bhima, begitu pula dengan Bhima matanya lurus memandang bola indah yang ada di wajah Liora.

Dia berhenti pas di depan Liora dengan jarak yang sangat dekat, bahkan aroma parfumnya langsung tercium menusuk ke indra penciumannya.

Kali ini Liora sudah bisa tersenyum manis. Dia sedikit mendongak menatap Bhima “ hai “ ucapnya dengan senyum manisnya, yang dia tidak sadari senyum itu semakin membuat jantung Bhima tidak karuan.

“ anak baru “ tanya Bhima

Aroma mint bercampur menthol yang keluar dari mulut Bhima tercium oleh Liora beradu dengan wangi dari parfum maskulinnya Bhima.

Liora mengangguk

“ gue Bhima “ tiba tiba Bhima mengulurkan tangan.

Sontak itu membuat orang yang melihat saling pantang

Bisik bisik terdengar jelas di telinga Liora tentang ketua BEM yang meminta kenalan terlebih dulu

“ itu beneran kak Bhima kinta kenalan duluan “

“ iya gilak “

“ rekam oi, rekam “

“ moment yang perlu di inget ini sepanjang sejarah “

Sedangkan teman temannya oun yang duduk tadi di bangku mereka spontan berdiri bersamaan

“ báńgśàt tu manusia “ Zein

“ tu anak sakit apa ya? “ Kai

Rey mengangguk “ asli, gak sehat tu bocah “

Liora memandangi tangan Bhima lalu memandangi mukanya dan melihat sekitarnya “ kenapa semua orang langsung aneh gitu ngeliat gue “ batin Liora

Bhima yang sudan mulai capek tangannya tidak di sambut pun berdehem, membuat fokus Liora kembali kepadanya.

“ ekhm…”

Liora spontan menoleh lagi ke arah Bhima, manik mata mereka bertemu. Dengan gerak is san mata Bhima yang mengarah ketangannya. Liora mengikuti. Dan mengulurkan tangannya juga..

“ Liora… kak “ suara nya yang lembut menyapu sopan dan nyaman di telinga Bhima, seolah langsung ingin terus mendengar suara itu.

Tangannya yang juga halus dan lembut serta kecil di gengaman Bhima tali pas seolah langsung terpantri di hatinya.

Liora melepas genggaman tangan mereka terlebih dahulu.

Dia tersenyum manis ke Bhima. Bhima yang melihat itu pun menaikan sedikit bibirnya. Senyum yang hanya sedikit, sekilas yang jarang orang lain lihat. Tapi senyum sedikit itu saja sudah bisa membuat mabuk setiap mata yang melihatnya. Sangat jarang dan sangat langka, dan ini terjadi di depan mereka. Sungguh indah, pikir mereka semua.

Tapi Liora yang menyadari itu langsung menundukan kepala, karna bagaimana pun. Liora sadar dia sudah bersuami, jadi sebisa mungkin Liora menjaga martabat itu.

“ lo… anak baru “ tanya Bhima

Bab 3

Melihat itu Bhima menyadari kecanggungan itu.

“ anak baru “ tanya Bhima ke tiga kalinya

“ iya. Kak “ jawab Liora canggung

“ lo liat gue kayak kiat setan. Anjîr “ kekeh Bhima

Liora mendongak menatap Bhima lalu menggeleng dengan lucu dengan mata berkedip cepat.

“ lo… lucu “ ucap bibir dingin itu lagi, sebelah bibirnya terangkat menyunggingkan senyum ke Liora lalu berlalu meninggalkan Liora sendirian disana dengan tatapan bingung dirinya dan orang orang sekitar yang melihatnya.

Liora sampai berbalik menatap punggung itu menjauh, setelah sadar Liora membalik separuh lagi badannya memiringkan badannya.

“ tu orang kenapa ya “ dengan muka bingung ya yang sangat lucu lalu menggeleng gelemg kan kepalanya “ ihhh gak tau akh “ dia melanjutkan lagi langkahnya.

Setelah menyelesaikan beberapa berkas di kampus, Liora pulang ke apartemen suaminya.

Sampai di apartemen saat memasuki area parkiran, Liora sudah melihat mobil suaminya terparkir di sana. Sebuah kebetulan sekali, padahal selama ini suaminya tidak oernah pulang cepat, bahkan sering kali terlambat.

Terkadang Liora sampai tertidur di meja makan, karna menunggu suaminya pulang.

Tidak ada komunikasi, tidak ada kabar. Briel selalu pulang sesukanya, datang dan pergi seperti Liora itu bukan lah tujuannya.

Bahkan kali ini pun begitu, tidak ada pesan atau pemberitahuanjya bahwa dia akan oulanf cepat seperti ini.

Liora buru buru mempercepat langkahnya, takut kepada sang suami yang marah ataupun apa. Karna Liora belum masak untuk hidangan malam.

Iya, Liora bahkan setiap hari tetap memasak walaupun terkadang makanan itu banyak terbuang.

Klik, bunyi pintu apartemen di buka oleh Liora.

Dia melepas alas kakinya, lalu meletak kan ke rak’an sepatu.

Briel sedang duduk menyilangkan kakinya di atas lututnya, jas dan dasi nya sudah di lepas. Dua kancing kemejanya pun sudah di lepas, lengan bajunya di gulung hingga siku. Matanya tajam mengarah ke arah pintu hingga bertemu dengan mata lembut Liora, tapi tatapan tajamnya tidak berubah ke Liora.

glek… Liora menelan ludah dengan kasar, menarik nafas lalu menghembuskan nafasnya pelan.

“ Mas “

“ dari mana? “ tanya nya tajam dan dingin

“ hm…mm… “ Liora gugup menjawabnya, belum sempat Liora meneruskan ucapannya. Suara tinggi Briel yang sudah lama tidak pernah terdengar kembali terdengar.

“ DARI MANA AKU BILANG “

Liora terlonjak kaget mendengarnya, badannya mengkerut gemetar ketakutan.

“ A…a…ku …”

“BAGUS YA KAMU, Sudah berani ruoanya kamu keluar dari sini sebelum minta izin sama aku “ ucapnya lantam

“ maaf, mas “ Liora menunduk

“ apa maksud kamu? “

Liora mencoba memberani kan diri lalu mendekat ke arah sofa di mana di sana ada Briel.

Briel memperhatikan langkah kaki istrinya yang mendekat ke arahnya, membiarkan Liora duduk di sofa sebelahnya.

“ aku… aku daftar kuliah mas “ jawabnya menunduk sambil meremas kedua tangannya yang gugup bertumpu di atas pahanya.

“ siapa yang izinin kamu “ tanya suaminya tajam

“ maaf mas,“

“ apa aku kasih kamu izin, sampai berani braninya kamu ambil tindakan sejauh itu “

Liora hanya diam menunduk sambil menggigit bibir dalam bagian bawahnya saking gugupnya. Perasaan takutnya sudah seperti berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa.

“ JAWAB “ bentak Briel lagi

Liora kembali terlonjak kaget.

“ Maaf mas, aku cuman pingin cari kesibukan”

“ kesibukan? “ senyum menyeringai Bhima meremehkan, mengejeknya.

Liora hanya mengangguk pelan takut takut.

“ kesibukan atau…. Ingin menjual diri? “ tajam ucapannya seperti belati yang langsung mengunus di tancapkan ke jantung Liora.

Liora mengangkat wajahnya, tatapan tajam dan penuh amarah menatap suaminya. Tatapan yang belum pernah suaminya lihat.

Briel yang menyadari tatapan itu pun memelototkan matanya “ BERANI SUDAH MATAMU YANG KOTOR ITU MENATAP KU DENGAN TAJAM “ bentak nya lagi

Liora mengepalkan kedua tangannya berdiri marah menghentakan kaki lalu berlari kekamarnya dengan menanggis terisak.

“ MAU KEMANA KAMU, AKU BELUM SELESAI BICARA “ bentak suami nya tapi tidak di dengarkan oleh Liora, dia menutup pintunya dengan kasar dan menguncinya, sampai berbunyi keras.

BRUAKKK

“ Bajingán “ ucap Briel terdiam sedikit kaget juga dengan respon istrinya, yang tidak pernah dia lihat selama hampir lebih dua setengah tahun ini mengenal istrinya.

Liora membanting tubuhnya ke atas kasur dengan keadaan tengkurap, menanggis mengggugu menenggelamkan wajahnya di bantal.

Apakah sehina itu dirinya di mata suaminya, alasan apa suaminya sampai bisa berbicara seperti itu. Bahkan bibirnya saja belum pernah bersentuhan dengan lawan jenis, bahkan suaminya sendiri saja belum pernah menyentuhnya. Kenapa dia bisa berfikir bahwa dirinya menjual diri.

Dulu sewaktu Liora berpacaran dengan Briel, Liora tidak pernah melewati batas. Saat mereka kencan paling paling hanya bergandengan tangan. Tidak pernah lebih. Bahkan setelah menikah malah jangan kan bergandengan tangan. Berjalan bersama pun mereka tidak pernah, meski itu hanya keluar ke supermarket.

Setiap kebutuhan bulanan Liora selalu belanja sendiri, bahkan terkadang suaminya sudah menyiapkan itu semua. Tugas Liora hanya memasak, beres beres rumah dan lainnya. Seperti pada umum umumnya ibu rumah tangga lainnya.

Bahkan terkadang Liora berfikir bahwa suaminya ini bukan lah mencari seorang istri, tapi hanya lah seorang pembantu. Bahkan untuk kebutuhannya pun, itu di jatah dari uang bulanan yang suaminya beri. Cukup tidak cukup itu lah yang Liora dapatkan, jadi sebisa mungkin Liora mengirit. Padahal suaminya seorang manager bahkan di perusahaan besar. Yang gajinya bahkan sudah mencapai dua digit , tapi Liora tidak merasakan kenikmatan itu semua.

Liora adalah perempuan penurut selama ini, meskipun suaminya tidak pernah bersikap baik kepadanya. Dia selalu diam di apartemen suaminya itu. Dia perempuan yang tidak pernah menuntut apapun, bahkan dia selalu sebisa mungkin memberi kan sambutan yang terbaik untuk suaminya, meskipun suaminya tidak pernah membalasnya.

Dia selalu bersandiwara di depan keluarganya ataupun keluarga suaminya. Selalu menjunjung tinggi suaminya di hadapan mereka. Tidak pernah sedikitpun dia menjelek jelekan suaminya ataupun bercerita buruk tentang suaminya kepada siapa pun.

Tapi, ini apa. Dari mulut suamihya sendiri dia mendengar bahwa dia di sebut menjual diri.

“ apa sebenarnya salahku padamu mas, kenapa kamu kayak gini sama aku “ tanggus nya pilu

“ kalo memang kamu gak suka sama aku, kenapa kamu ajak nikah aku dulu mas. Harus dengan apa lagi aku sabar menghadapi ini semua, menghadapi kamu. “

“ aku udah gak tahan mas, bener bener gak tahan degan semua sikap kamu yang kayak hini ke aku “ isak tanggisnya semakin menjadi jadi

Waktu sudah semakin larut tanpa sengaja dia tadi menanggis sampai tidak sengaja tertidur.

Terbangun karna merasa dada nya yang sesak karna posisi tidur nya tadi belum berubah masih sama tengkurap. Matanya mengerjap pelan, ruangan itu sudah gelap, hanya ada penerangan samar dari arah balkon kamarnya kaena tira nya terbuka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!