NovelToon NovelToon

Pesona Aurelia

Aurel dan Angga.

Hai reader… sebelumnya perkenalan dulu ya… biar kalian semua bisa menghayati dan membayangkan tokoh yang ada di ceritaku ini, oke lanjut… gambar di atas adalah Aurelia Saputri seorang gadis cantik, periang dan juga mandiri dia selalu kuat dalam menghadapi pahitnya kehidupan.

Dan untuk cowok tampan ini namanya Yudistira Anggara Saputra, seorang cowok yang bisa di bilang nakal atau bisa di katakan bad boy. Sepak terjangnya di dunia malam tidak perlu di ragukan lagi, terlahir dari keluarga kaya, dia bisa berbuat semaunya dari fasilitas yang di berikan orang tuanya.

Clarissa Regina seorang wanita cantik yang juga berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya, di balik kecantikannya dia adalah seorang wanita yang sangat disegani oleh beberapa teman temannya.

Angga Wicaksono biasa di panggil cak sono, seorang cowok tampan dan juga tengil. Dia selalu menyembunyikan identitas aslinya, seorang putra tunggal pemilik perusahaan nomor satu di kota Andromeda.

Sepertinya kita sudahi perkenalannya ya…

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

“Aurel…” terdengar suara seorang laki laki menggema di ruangan yang terlihat masih ada beberapa orang di sana.

Aurelia menoleh merasa ada yang memanggilnya dari arah belakang, gerakkannya terhenti saat dia akan melangkahkan kaki jenjangnya ke depan.

“Cantik… tunggu abang.” Ucap tengil seorang laki laki tampan melangkah cepat mendekati Aurelia.

“Ish… cak sono… ngapain…?” Kedua alis Aurelia sedikit terangkat melihat angga yang berjalan cepat ke arah Aurelia.

“Tunggu abang sayang, kita bareng pulangnya.” Angga tidak peduli dengan sikap Aurelia yang sepertinya tidak peduli dengannya.

Saat Aurelia akan berbalik dan meneruskan langkahnya, tiba tiba angga menautkan tangannya ke jemari Aurelia. Terdengar sorak sorai dari beberapa orang yang melihat tingkah angga ke Aurelia, dengan kesal Aurelia berusaha melepaskan tautan jemari angga.

“Sayang, tungguin abang. Apa kamu tega abangan pulang sendiri seperti kemarin.” Bibir angga mengerucut lucu seperti layaknya anak usia tiga tahun, dia selalu memperlihatkan wajah sok imutnya jika Aurelia tampak kesal akan sikap angga.

“Udah rel, dari pada nanggis. Turuti aja apa kemauan tuh si angga.” Godaan dari salah satu teman Aurelia membuat dia tidak bisa menolak keinginan angga.

“Kamu…” Aurelia memelototkan kedua matanya kesal ke wajah tampan Angga, senyum tengil Angga terlihat jelas saat itu juga.

“Yuk…” dengan perlahan Angga menarik pelan tangan Aurelia, kedua pasangan tersebut menjadi tontonan gratis di dalam ruangan tersebut.

“Memang benar ya tuh si angga udah jadian sama Aurelia…?” Wanita cantik yang berambut pirang memandang tidak suka ke arah Aurelia dan juga Angga.

“Kayanya enggak deh, lihat aja tuh si Aurelia kayak kesel gitu waktu angga pegang tangan Aurelia.” Ucap Rere sambil membetulkan kacamatanya melihat Aurelia yang sudah keluar bersama Angga dari ruangan.

“Udah yuk kita pulang, sepertinya akan turun hujan.” Ajak Leon sambil merangkul bahu Rere.

Mereka pun akhirnya keluar dari ruangan mengikuti langkah angga dan juga Aurelia, sedangkan aurel yang masih tampak kesal terpaksa mengikuti langkah angga menuju ke parkiran.

“Nih…” angga menyerahkan helm ke arah aurel, dia berharap aurel segera menerima dan memakainya.

“Aku mau naik angkutan aja cak sono.”

Angga tersenyum melihat wajah kesal aurel, dia tahu jika aurel tidak akan pernah mau pulang bersamanya. Padahal jalan pulang mereka satu arah, tapi aurel mempunyai alasan selalu menolak ajakkan angga. dia tidak ingin menjadi bahan gosip di kampus gara gara tingkah angga yang selalu memperlakukannya seperti kekasihnya, sedangkan hubungan mereka hanya sebagai teman dekat bisa di katakan mereka adalah sahabat.

“Udah nggak usah pikirin omongan orang, kan yang tahu pikiran kita kan hanya kita berdua.” Angga memakaikan helm di kepala aurel dengan perlahan, dia sengaja melakukannya agar aurel tidak merasa kesakitan saat kepalanya di pakaikan helm milik angga.

“Tapi aku mau mampir dulu ke toko.”

“Siap tuan putri, hamba akan mengantarkan anda ke manapun. Asal jangan ke akhirat aja.” Terlihat senyuman aurel muncul di wajah cantiknya mendengar ucapan konyol angga, sampai gigi putihnya terlihat dan kedua matanya menyipit sempurna.

Angga naik ke motornya setelah memakai helm full face miliknya, aurel yang melihatnya mengikuti gerakkan angga. Bunyi kenalpot milik motor angga terdengar saat dia menghidupkan motor sport miliknya, saat angga akan melajukan motonya keluar dari parkiran gerakkannya terhenti seketika.

“Cak… kenapa…?” Tanya aurel merasakan angga tiba tiba menghentikan motornya.

“Tuh lihat… rombongan bad boy yang sok keren mau keluar, kita berhenti dulu di sini ya… dari pada entar kita kena masalah.” Angga sengaja menghentikan motornya memberikan akses jalan untuk rombongan motor sport yang sama seperti miliknya.

“Sok keren banget sih mereka, emang nih tempat punya mereka apa, sampai kita harus memberikan akses jalan buat mereka keluar.” Aurel merasa sangat kesal, dia tahu jika rombongan motor sport tersebut adalah penguasa di kampus tempat aurel dan angga berkuliah saat ini.

“Kita tunggu bentar, setelah itu kita langsung ke toko. Oke sayang…”

Aurel sengaja mencubit pinggang angga, angga yang merasa kesakitan mengaduh keras sampai pemimpin rombongan tersebut menoleh melihat ke arah angga dan aurel berhenti.

“Mati kita, tuh pemimpinnya melihat ke arah kita rel. Kamu sih pake acara cubit cubit pinggang aku segala.” Angga menyalahkan aurel, dia merasa kesal dengan tingkah aurel.

“Emang kenapa, gue nggak takut sama tuh orang.”

Glek…. Angga merasakan sulit menelan air liurnya sendiri saat melihat pemimpin dari rombongan itu melangkah ke arahnya, aurel yang tidak takut sengaja turun dari motor angga.

“Ngapain kamu rel, sini naik.” Suara angga terdengar seperti berbisik, dia tidak ingin mencari masalah dengan pemimpin rombongan tersebut.

“Ngapain takut, kita kan nggak salah cak.” Aurel sengaja masih memakai helmnya tanpa membuka kacanya, dia menatap sengit ke arah cowok yang berjalan mendekati mereka.

Satu… dua… tiga… aurel sengaja menghitung langkah cowok tersebut yang hampir sampai di depan mereka, tapi apa yang angga dan aurel prediksi ternyata tidak sesuai ekspektasi mereka.

Cowok tersebut melewati mereka, dia berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dekat parkiran tersebut.

“Huft…” terdengar helaan nafas dari angga, sedangkan aurel masih menatap cowok tersebut yang berjalan ke raja kamar mandi di belakang aurel.

“Kita pergi sekarang rel.” Angga menarik lengan aurel untuk segera naik ke motornya, dengan cepat aurel menaiki motor angga sebelum cowok itu kembali.

Angga segera menghidupkan motornya dan berjalan menjauhi rombongan motor sport tersebut, dia merasa lega setelah keluar dari perkiraan kampus. Bukannya angga takut, tapi dia tidak ingin membuat masalah selama berkuliah di kampus tersebut.

Tawa pecah terdengar dari belakang tubuh angga yang mengendarai motornya, angga yang mendengar jika aurel tertawa seketika menoleh cepat melihat aurel di belakang tubuhnya.

“Fokus ke depak pun cak, jangan lihat belakang.” Teriak aurel panik.

“Ngapain ketawa kayak Mak kunti.” Ucap angga kesal.

“Hahaha… kamu ngerasa nggak kita tadi kayak monyet yang nggak di kasih makanan sama majikannya.”

“Lah… kog kita… kamu aja kali, gue mah ogah.” Aurel menepuk helm angga dengan tangan kanannya pelan, dia kesal dengan ucapan angga.

“Emang kamu nggak ngerasa, padahal aku tadi udah siap siap kuda kuda buat nge lawat tuh anak bad boy.” Senyum degil terlihat di wajah aurel tanpa angga sadari.

“Kamu tuh rel, nggak usah cari gara gara sama tuh cowok bad boy.”

“Lagian sok kegantengan tuh orang, makanya aku kesel banget sama tuh orang.” Aurel menegakkan tubuhnya, dia merasa encok lama lama menempelkan tubuh depannya ke punggung angga.

“Emang dia ganteng rel, kamu emang nggak pernah lihat ya…?”

“Ngapain lihat, nggak nafsu juga. Mending lihat opa opa di dalam Korea aja, dari pada lihat cowok bad boy yang sukanya celup sana celup sini.”

Angga mengelengkan kepalanya mendengar ucapan aurel, sebenarnya dia setuju dengan ucapan aurel. Tapi dia tidak ingin menjawab ucapan aurel yang terdengar masih kesal, lebih baik dia diam dan mendengarkan kekesalan aurel.

Tak terasa mereka sampai di depan toko yang menjual beberapa perabot dapur dan kawan kawannya, angga menghentikan motornya tepat di depan toko tersebut.

Aurel segera turun dan melepaskan helmnya, dia segera menyerahkan helm miliknya di depan angga yang terlihat belum siap menerima pemberian aurel.

“Sialan kamu rel, gue belum siap juga menerimanya.” angga kesal melihat kelakuan aurel yang seenaknya.

“Kamu sendiri yang kurang sigap menerima helmnya.” Aurel berjalan tergesa masuk ke toko tersebut, dia melihat seorang wanita paruh baya yang sednag menata beberapa mangkok keramik di depannya.

“Mama…” teriak aurel melihat mamanya yang tidak menyadari kedatangannya.

Aurel memeluk Aulia dari belakang, sedangkan aulia yang merasakan pelukan hangat aurel tersenyum sambil membalikkan badannya.

“Kamu tuh ya… selalu ngagetin mama, jadi perempuan hla mbok yang kalem to Nduk cah ayu.” Aulia memegang kedua pipi aurel dengan kedua tangannya, dia merasa gemas dengan tingkah random aurel.

“Mama Ish…” ucap aurel dengan bibirnya yang maju karena ulah aulia.

“Tante…” angga menegur aulia, dia sengaja melakukannya Karena tidak tega melihat aurel yang sepertinya merasa tidak nyaman dengan sikap aulia.

Aulia menoleh ke arah angga, dia dengan segera melepaskan tangannya dan menatap angga. Senyum manis dia perlihatkan ke arah teman aurel tersebut.

“Angga…”

Dengan segera angga mendekat dan segera menyalami aurel, angga selalu bersikap sopan jika melihat orang yang lebih tua, apalagi di depan orang tua aurel.

“Sehat tant…”

“Seperti yang kamu lihat.”

Angga tersenyum mendengar ucapan aulia, dia menoleh melihat ke belakang aulia.

“Oma lagi keluar sama temannya, katanya mau beli apa gitu.” Aulia tahu jika angga akan mencari keberadaan oma ana.

“Ayo kita masuk, kalian pasti capek kan sepulang dari kampus.” Ajak aulia sambil menarik lengan angga.

“Mama… anak mama itu aku apa cak sono sih.” Aurel mengerucutkan bibirnya kesal melihat aulia yang tiba tiba menggandeng lengan angga.

“Aurel…” aulia melirik tajam menatap aurel.

“Bukan cak sono tapi angga.” Ucap aulia memperingatkan aurel mengubah panggilannya.

“Nggak apa apa tante, itu panggilan sayang aurel ke angga kog.”

Aurel melirik tajam ke arah angga kesal, melihat Angga dna aulia masuk, aurel mengikutinya dari bekakang. Dia tidak terkejut melihat mamanya memperlakukan angga seperti anaknya sendiri, sama seperti aulia memperlakukan aurel.

Pertemuan dengan Yudistira.

“Sepertinya di luar akan turun hujan, awan hitam semakin berarak mendekati daerah ini.” Aulia melihat awan yang semakin pekat menghitam.

“Iya ma.” Aurel juga terlihat menatap langit yang tampak semakin menghitam, sedangkan angga masih asik menikmati makanannya.

“Eh… cak sono.” Ujung jemari telunjuk Aurelia menyentuh pundak angga, dia ingin memastikan agar teman sekaligus sahabatnya itu segera pulang ke rumahnya.

Dengusan kesal terlihat dari Aurelia melihat reaksi netral dari angga, aulia yang melihatnya tampak menggelengkan kepala, dia sudah tidak terkejut lagi dengan tingkah sepasang anak muda tersebut.

“Aku boleh nginep sini kan tant…” angga memperlihatkan puppy eyesnya di depan aulia dengan sangat manis.

“Enggak…” potong aurel yang tidak menyetujui akan ucapan angga.

“Jikalau mau, Hmm… boleh boleh aja. Asal aurel memperbolehkan.” Senyum penuh arti di arahkan ke aurel yang terlihat kesal dengan angga.

“Kamu…” tunjuk aurel ke wajah tampan angga.

“Pulang sekarang sehabis makanan kamu habis, kalau tidak…!!?” Angga tahu apa ucapan selanjutnya yang akan keluar dari bibir merah menggoda milik aurel.

“Oke… oke… abang pulang sekarang, nih tinggal satu suap lagi.” Terlihat satu suapan lagi angga akan mengakhiri makan siangnya.

“Rel, kamu nggak boleh seperti itu sama angga. Dia udah nganterin kamu sampai toko, angga juga terlihat lelah.” Aulia menatap kasihan melihat angga yang terlihat tergesa gesa menikmati makanannya.

“Aku sudah hapal sama tabiat tuh anak ma, oh iya katanya mama punya kue yang mau di kasih cak sono.” Aulia seketika teringat akan makanan kecil yang akan dia berikan ke angga.

“Bentar nga, mama eh maksud tante kamu tunggu sebentar di sini ya… jangan keluar dulu.” Dengan gerakkan secepat kilat aulia pergi meninggalkan aurel dan angga.

“Iya ma…” balas angga menjawab ucapan aulia, kedua bola mata aurel melotot ke arah angga dengan tajam.

“Lah bukan aku ya yang minta panggil tante dengan panggilan mama, kamu dengar nggak tadi tante ngomong apa…?” Angga tersenyum membalas tatapan Aurelia yang terlihat menajam melihat ke arahnya.

“Mama udah ralat tadi.”

Terdengar suara kaki tampak tergesa menuju ke arah aurel dan juga angga, aulia terlihat membawa paperbag yang berisi kue untuk angga bawa pulang ke kos an.

“Bawa ini untuk camilan jika nanti malam kamu lapar.” Dengan senang angga menerima pemberian dari aulia, dia yang tinggal di kos kos an merasa seperti mendapat jackpot menerima pemberian aulia.

“Makasih ma, maksud aku tante. Ini penolong ku untuk nanti malam.” Angga memasukkan pemberian aulia kedalam tas ranselnya, dia segera berpamitan akan pergi karena suara gemuruh semakin menjadi terdengar dari atas langit.

“Aku pamit pulang dulu ya tant, yuk rel…” angga iseng menarik lengan aurel.

“Ish… apaan sih.”

Gelengan aulia terlihat, dia tidak kaget lagi melihat ketengikan angga dengan aurel.

“Abnag pulang dulu, jangan kangen ya. Besok kita ketemu lagi di kampus, oke…” angga membenarkan posisi tasnya di belakang punggungnya.

“Ih… nggak lah, pede banget kamu ya. Udah pulang sana, keburu hujan.” Aurel sengaja mendorong tubuh angga untuk segera turun ke bawah, dimana posisi mereka sekarang berada di lantai dua.

“Angga pamit ya tant.” Dengan penuh takzim angga mencium punggung jemari tangan aulia, dia selalu sopan dan mengangap aulia seperti mama kedua baginya.

“Hati hati di jalan ya nga, awas jangan ngebut.” Peringkat aulia melihat angga yang akan bersiap pergi.

Aurel sebenarnya tidak tega melihat angga pulang, tapi dia tidak ingin melihat sahabatnya kehujanan serta dia juga tidak tega melihat wajah lelah angga saat ini.

“Dadah aurel sayang, see you next sono.” Angga melambaikan tangannya ke arah aurel, dengan ramah aurel membalas lambaian tangan angga.

Melihat kepergian angga, aurel dan juga aulia masuk kedalam toko. Mereka akan membereskan toko sebelum pulang ke rumahnya.

“Oma sudah pulang ke rumah ya ma.” Tanya aurel sambil menumpuk baskom plastik dan akan dia masukkan ke dalam.

“Iya, katanya oma tadi lupa memberi makan katty. Jadi dia langsung kerumah tidka ke sini lagi.”

“Oma tuh ya kebiasaan, selalu buat katty galau sampai kelaparan gitu. Pantesan tiap pulang si katty selalu ngerepotin jika lihat orang.” Senyum samar terlihat di wajah cantik milik aulia, dia tahu kebiasaan orang tuanya dari dulu.

Aurel dan aulia segera menutup toko, aulia sengaja menutup lebih awal karena sepertinya hujan akan turun sangat lama. Dari pada pulang menunggu hujan reda, lebih baik dia tutup toko dna pulang lebih awal dari biasanya.

Aurel dan aulia pulang ke rumah dengan mengendarai motor maticnya, jarak antara rumah dan toko milik aulia memakan waktu kurang lebih setengah jam perjalanan.

Gerimis mulai turun, tampak beberapa pengendara motor menepi mencari tempat untuk berteduh. Sedangkan aulia dan aurel menepi di emperan toko yang terlihat tutup, dia beruntung masih belum banyak orang yang berteduh di tempat itu.

“Angga sudah sampai kosnya belum ya rel, kasidahan kan kalau tuh anak kehujanan.” Aurel mengernyit heran mendegar ucapan aulia, kenapa bisa aulia memikirkan angga yang kepada jelas mungkin dia sudah tidur nyenyak untuk sekarang.

“Mama aneh, yang harus di pikirkan nasib kita sekarang ma. Bagaimana kita bisa pulang dan sampai rumah dengan selamat tanpa kena air hujan, dan pastinya tuh cak sono sudah bobok cantik di atas tempat tidur empuknya.” Sunggut aurel kesal.

“Siapa tahu dia main dulu, mama kasihan lihat tuh anak. Sendiri di kota ini dan jauh dari orang tuanya.” Balas aulia menjawab ucapan kekesalan aurel.

“Terserah deh, mama nih ya kalau sama cak sono sayangnya bukan main. Sedangkan sama aku…” helaan nafas berat terdengar dari aurel, reflek aulia menoleh ke arah aurel yang terlihat kesal.

Aulia merangkul pundak aurel lembut, dia tahu jika ucapannya yang mengkawatirkan angga akan membuat kesal putri cantiknya.

“Cantiknya mama kog gitu sih, gimana kalau setelah kita sampai rumah mama buatin mie instant kesukaan kamu.” Aulia berusaha meleram kekesalan aurel, dia tahu jika hanya mie instant rasa soto dengan telur dan irisan cabai serta sayuran yang bisa membuat aurel melupakan kekesalannya.

Aurel menatap ke arah aulia dengan binar mata cerah terpancar di kedua matanya, aurel sangat menyukai masakkan mamanya. Walau hanya mie instant, tapi aulia memang tidak memperbolehkan aurel memakan makanan instant tersebut setiap hari.

“Oke… janji ya…” aulia mengangukan kepalanya mantap, dia tahu jika aurel akan sesenang itu.

Braaakkkk…. Srraaakkkk.…

Terdengar bunyi keras dari arah depan aurel dan aulia, mereka refleks meliaht ke arah jalan yang terlihat basah dan dengan guyuran hujan yang masih tampak lebat turun dari atas langit.

“Ma…. Sepertinya ada kecelakaan di depan.”

Aurel menatap motor yang terlihat terseret begitu saja, sedangkan aulia menutup mulutnya dengan mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Dia syok melihat kejadian di depan matanya, dia teringat akan kejadian yang pernah di alami suaminya dulu.

“Ma… mama tunggu di sini, biar aku kesana menolong orang tersebut.”

Aurel berlari menuju ke arah orang yang tengah tergeletak di pinggir jalan, aurel bergegas berjongkok dan melihat keadaan orang tersebut.

“Hei… kamu tidak apa apa…?” Tanya aurel sambil melihat dengan detail keadaan tubuh orang yang terlihat seperti baik baik saja.

“Aku nggak apa apa.” Jawab orang tersebut samar karena masih terhalang dengan helm full face yang dia pakai.

“Ayo aku bantu berdiri.” Aurel memberanikan diri memapah orang tersebut ke depan toko dimana sudah ada aulia yang menunggunya dengan penuh kecemasan.

“Terima kasih.” Ucap pemuda tersebut setelah aurel mendudukkan di kursi panjang di depan toko tersebut.

“Kamu tidak apa apa.” Suara aulia terdengar panik mendekati pemuda tersebut.

“Saya tidak apa apa.” Balas pemuda tersebut sambil berusaha membuka helmnya.

Tanpa mereka sadari aurel berlari ke arah motor pemuda tersebut yang tergeletak di tengah jalan, dia berusaha mendorong motor yang terasa sangat berat baginya. beruntung di sana terlihat sepi, tidak ada mobil atau kendaraan apapun yang melintasi jalan tersebut.

“Kita kerumah sakit aja ya, biar kamu segera di periksa.” Tawar aulia setelah melihat wajah pemuda tersebut.

“Nggak usah tante, hanya lecet sedikit.”

Tatapan aulia terarah menuju ke kaki pemuda tersebut yang terlihat lecet, aulia tidak tega melihatnya sampai rasanya dia ikut merasakan kesakitan yang pemuda itu rasakan.

“Kamu…” tunjuk aurel ke arah pemuda tersebut yang tak lain adalah Yudistira Anggara Saputra, teman satu angkatan di kampusnya.

Yudistira menautkan alisnya, dia heran dengan sikap aurel yang seolah olah mengenal dirinya. Tapi yudis tidak heran jika aurel mengenalnya, siapa yang tidak kenal dengan Yudistira cowok tampan, kaya dan di gulai banyak wanita di kampusnya.

“Terima kasih udah mau nolongin aku.” Ucap yudis membalas tatapan aurel.

“Kamu kenal rel…?” Tanya aulia heran melihat aurel yang terlihat terkejut melihat pemuda tersebut.

“Dia teman aku satu kampus ma.” Jawab aurel jujur.

“Oh….” Balas aulia seolah mengetahui keterkejutan aurel.

Yudis berusaha berdiri menahan perih yang sudah dapat dia rasakan mulai menjalar di kakinya, aurel yang melihat reaksi yudis merasa kasihan.

“Kita kerumah sakit sekarang.” Aurel yang akan maju menolong yudis terhenti gerakkannya saat yudis mengangkat satu tangannya ke arah aurel, dia berusaha memberikan kode ke aurel untuk menolak tawarannya.

“Aku tidak apa apa, hanya luka kecil.” Yudis melihat ke arah belakang aurel, dia melihat motor kesayangannya yang terlihat lecet di bagian bodygard motornya.

Helaan nafas terdengar dari yudis, dia merasa memang ini adalah kesalahannya. Jika saja dia tidak melamun, maka kejadian seperti ini tidak akan terjadi.

“Saya pergi sekarang, terima kasih untuk bantuannya.” Yudis bangkit dan berjalan ke arah motornya dengan tertatih tatih.

“Hati hati.” Ucap aulia melihat yudis.

“Kamu yakin…?” Tanya aurel cepat.

“Hmm…” yudis menaiki motornya, dia berusaha menghidupkan kembali motor kesayangannya. Tanpa menunggu lama akhirnya motor tersebut dapat menyala kembali.

“Hei tunggu…” aurel berjalan ke arah yudis, dia segera menyerahkan helm milik yudis.

“Oh… terima kasih…” yudis menerima helm dari tangan aurel, dia segera memakainya.

“Saya pamit pergi dulu, mari tant… dan kamu…” yudis menghentikan ucapannya sambil melihat kearah aurel.

“Aku Aurelia…” jawab aurel singkat.

“Terima kasih aurel.” Perlahan yudis pergi dari tempat itu, walau masih gerimis dia tidak mempedulikannya.

“Rel, kita pulang sekarang. Sepertinya hujannya akan lama, kata akan kemalaman sampai rumah jika tidak menerobos hujan.” Aulia melihat langit yang masih terlihat gerimis turun tapi tidak selebat tadi.

“Iya ma, yuk kita pulang sekarang.” Aurel menaiki motor matic milik mamanya, segera mereka pergi dari tempat itu menerobos risikkan gerimis yang terlihat tidak selebat tadi.

Kekesalan Aurelia.

Pagi ini terasa sangat berbeda dengan pagi pagi sebelumnya, suhu udara yang terasa sangat dingin sehabis hujan semalam, membuat siapapun yang bangun di pagi ini akan menarik selimut kembali untuk mencari kehangatan.

Berbeda dengan Aurelia, dia terlihat sangat bersemangat untuk segera berangkat ke kampus. Air yang terasa dingin tidak membuatnya nyalinya surut untuk membersihkan badan pagi ini.

Sedangkan di meja makan, tampak wanita yang terlihat masih cantik di usianya menata beberapa sanwich di atas piring untuk sarapan pagi ini.

“Selamat pagi oma…” Aurelia mencium gemas pipi oma nya, oma ana yang sangat hapal dengan kebiasaan Aurelia hanya tersenyum membalas tingkah random aurel.

“Mama mana oma…?” Aurel mengedarkan pandagan ke beberapa sudut ruangan mencari keberadaan aulia.

“Mamanya di luar, tadi ada tamu datang ke sini, Sepertinya tetangga depan rumah kita yang baru pindahan kemarin.”

Aurel mengernyitkan kedua matanya, dia tidak tahu jika ada orang baru yang menempati rumah yang selama ini terlihat kosong tak berpenghuni.

“Wah… jadi kelihatan nggak serem lagi dong rumahnya, ya… walau ada yang bersihin tiap hari, tapikan kalau nggak di tempatin sama aja terlihat kayak rumah hantu.” Celetuk aurel sambil menggambil sanwich di depan oma ana yang sedari tadi sudah menggoda imannya.

“Ni anak langsung comot aja sih, tunggu mama kamu dulu. Baru kita sarapan bareng.” Dengan kesal oma ana menepuk tangan aurel pelan, sudah jadi kebiasaan tiap pagi jika mereka harus sarapan bersama.

“Maaf oma… nih juga tangan, main comot aja oma. Nggak punya sopan santun sama sekali.” Aurel memperlihatkan gigi putihnya di depan wajah oma ana, dia sengaja menyalahkan tangannya sendiri agar omanya tidak kesal dengan kelakuan aurel tadi.

“Nah… tuh mama kamu sudah datang, ayo kita sarapan bersama.” Oma ana menunjuk aulia yang baru saja datang dengan pandagan matanya.

“Ma… ayo sarapan, Nuh lambungku sudah meronta ingin merasakan enaknya sanwich buatan oma tersayang.” Aurelia sengaja sedikit mendramatisir suasana, agar aulia segera menuju ke meja makan.

Dengan gemas aulia sengaja mencubit gemas pipi putri semata wayangnya tersebut, mereka segera menikmati sarapan sederhana yang telah di siapkan oma ana dari tadi.

Kurang lebih sepuluh menit mereka menghabiskan sarapan pagi ini, dengan segera aurel bergegas menggambil tas miliknya yang berada di kamar.

“Ma, aku pergi ke kampus dulu ya…?” Aurel secepat kilat mencium pipi oma ana dan juga aulia, dia segera berjalan cepat keluar dari rumahnya untuk segera menuju ke kampusnya.

...----------------...

Di kampus NUSANTARA terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi tampak sibuk dengan aktivitas mereka masing masing, sedangkan di depan pintu masuk di area parkir terlihat segerombolan motor sport yang akan memasuki area.

“Cogan cogan pada datang tuh.” Ucap salah satu mahasiswi yang menatap ke arah pintu gerbang dimana segerombolan motor besar itu berarak masuk ke area parkir kampus.

“Omg, please Tuhan satu aja bisa nggak tertarik sama aku.” Lirih cewek yang berambut pirang menatap salah satu di antara pemilik motor sport tersebut.

“Jangan ngimpi deh lo, tuh penampilan sama badan di bagus in dulu, baru bisa buat salah satu dari mereka tertarik sama lo.” Ucap kesal diantara cewek tersebut.

Sedangkan Aurelia yang baru saja datang dan akan masuk ke dalam area parkir bersama motor matic milik aulia merasa kesal karena jalannya terhalang dengan segerombolan motor yang menghalangi jalannya.

“HEI.. MINGGIR KALIAN, INI BUKAN JALAN NENEK MOYANG KALIAN YA..”

Aurelia merasa jengkel dan kesal sendiri, seolah olah para gerombolan motor tersebut tidak mempedulikan motor yang akan masuk kedalam area perkir.

Yudis yang akan memarkirkan motornya merasa tidak asing mendengar suara yang tiba tiba terdengar di indra pendengarannya, dia refleks menoleh ke arah suara tersebut.

“Kenapa sayang… apa kamu kenal siapa cewek arogan itu.” Alisa yang membonceng yudis bertanya dengan nada kalem yang di buat buat.

“May be… “ jawab yudis singkat.

“Udah nggak usah peduli in, biar teman teman kamu yang ngurusin dia. Mending kita masuk aja, aku udah gerah banget kepanasan di sini.”

Yudis yang tidak ingin alisa merasa kegerahan dna kepanasan berada di belakang motornya, segera memarkirkan motornya di tempat yang di klaim menjadi tempat parkir motornya.

Senyum mengembang alisa tunjukkan melihat reaksi yang di berikan yudis saat dia meminta untuk menuruti keinginannya, dengan perlahan alisa turun di bantu yudis yang dengan sigap membantunya turun dari motor milik yudis.

“Makasih sayang…” ucap alisa manja.

Yudis tersenyum melihat wajah cantik alisa pagi ini, dia merasa seakan mendapat suport sistem dari alisa.

Sedangkan aurel yang masih misuh misuh di belakang merasa kesal karena tidak ada yang mau mengalah untuk memberikan jalan agar motornya bisa masuk ke dalam parkiran, tawa meremehkan terlihat di antara mereka yang melihat aurel.

“Ish… dasar, awas kalian….!!? Asal tahu aja, ini tempat bukan milik nenek moyang kalian.”

Aurelia masih ngedumel sambil mencari tempat parkir untuk motornya, dengan tatapan tajam dia melihat di sebelah motor sport entah milik siapa ada tempat yang masih kosong.

Aurel segera menancap gas dan meletakkan motornya di samping motor sport tersebut.

Dengan langkah lebarnya dia segera masuk ke dalam kelas, terlihat sudah ada beberapa mahasiswa yang tampak sedang mengobrol dan ada yang sedang membaca buku. Sedangkan angga sudah duduk manis melihat aurel yang terlihat kecapean, angga melambaikan tangannya berharap aurel segera menghampirinya.

“Ck…”

Terdengar decakan kesal dari mulut aurel, angga dengan jelas dapat mendengarnya.

“Kenapa…?” Angga mendekat sambil mengulurkan tangannya berusaha membantu aurel meletakkan tasnya di bangku milik aurel yang tepatnya di samping angga duduk.

“Kesel aku sama gerombolan anak nggak punya otak.”

“Maksud kamu..?” Angga mengernyitkan kedua alisnya penasaran.

“Ah… udah deh mending jangan bahas itu, aku sebel kalau ingat kejadian tadi.” Aurel mengeluarkan buku tebal dan juga peralatan menulisnya, dia berusaha tidak akan mengingat kejadian di parkiran tadi.

“Oh… oke, sekarang kita fokus belajar aja. Kamu bisa cerita in apa yang kamu alami jika pikiran dan hati kamu sudah tidak kesal lagi, oke…” angga melihat wajah cantik aurel, dia ingin memastikan jika aurel setuju akan perkataannya.

Aurel menganguk kan kepalanya pelan, senyum indah angga perlihatkan walau aurel tidak melihat ke arahnya.

Angga hapal dengan sifat dan sikap aurel setelah selama awal semester lebih tepatnya selama mereka masuk ke kampus dan kuliah bersama, angga akan berusaha membuat aurel walau angga tahu jika aurel sedang kesal entah itu dengan siapa.

Waktupun berlalu dengan cepat, tak terasa jam mata kuliah telah berakhir. Angga yang tadinya ingin mengajak aurel pulang bareng jadi mengurungkan niatnya setelah aurel mengatakan jika dia bawa motor sendiri, angga berniat akan mengantarkan aurel sampai di rumahnya dengan selamat walau harus membuntutinya dari belakang seperti seorang bodygard.

“Dimana motor kamu…?” Angga mencari keberadaan motor milik aurel.

“Itu…” tunjuk aurel ke arah motornya, angga yang tahu siapa pemilik motor sport di samping aurel segera menarik lengan aurel cepat.

“Eh rel, kamu tahu nggak siapa pemilik motor sebelah motor kamu…?” Aurel menggeleng cepat.

“Huft… asal kamu tahu, itu milik yudis. Cowok yang katanya paling tampan dan paling di incar sama mahasiswi di sini, gila lo ya. Bisa bisanya kamu parkir di sana, padahal tidak ada yang boleh parkir di sana selain geng nya yudis.”

Angga menghela nafasnya sebelum mengucapkan perkataan yang membuat nyali aurel menciut, dengan gerakkan cepat aurel memegang lengan angga.

“Cak, kamu ambilin motorku please. Sebelum tuh cowok balik, aku nggak mau nanti kena semprot tuh si yudis gara gara salah parkir.”

Angga yang tidak ingin melihat aurel merasa ketakutan segera menuruti permintaan aurel, tapi sebelum itu angga melihat situasi terlebih dahulu. Bukannya Angga takut, tapi angga tidak ingin mencari masalah selama dia berkuliah di kampus ini.

“Kamu tunggu sini.” Ucap angga sambil meninggalkan aurel sendiri di bawah pohon yang terlihat rindang.

Dengan cemas dan penuh harap, aurel melihat angga yang tengah menggambil motor miliknya. Tapi belum juga angga berhasil membawa motor milik aurel, yudis datang bersama alisa mendekati motor milik yudis.

“Hei lo…” ucap alisa menegur angga yang akan menghidupkan motor milik aurel.

“Ngapain lo parkir di sini, apa lo nggak tahu kalau disini adalah tempat parkir khusus milik Yudistira dan kawan kawannya.” Ucap kasar alisa sambil memperlihatkan sikap angkuhnya.

Angga tersenyum sinis mendengar ucapan alisa, sedangkan Yudistira hanya diam saja tidak menanggapi tingkah angga.

Tanpa mereka sadari aurel melihat perdebatan mereka di di bawah pohon yang tak jauh dari tempat mereka, angga menatap yudis dna bergantian menatap alisa yang masih dengan sikap arogannya.

“Maaf gue nggak tahu, jadi gue boleh pergi kan.”

Belum juga alisa mengatakan sesuatu ke angga, dengan gerakkan secepat kilat angga menjauh dan menghampiri aurel yang tengah menunggunya.

Yudistira melihat kepergian angga, dia menatap aurel dengan sorot mata tajamnya.

“Cewek itu…” batin Yudistira melihat wajah aurel tajam.

“Sayang… kamu kog diam aja sih, kenapa kamu nggak beri pelajaran sama tuh cowok kurang ajar.” Alisa berusaha memanas manasi Yudistira, tapi reaksi Yudistira hanya diam saja masih setia menatap angga dan aurel yang semakin menjauh.

“Kita pergi.” Ajak Yudistira sambil menaiki motornya, sedangkan alisa yang merasa tidak di pedulikan menghentakkan kakinya kasar.

Akhirnya mereka pergi dari area parkir bersama dengan teman temannya, sedangkan aurel dan angga pergi bersama dengan angga yang mengikuti aurel dari belakang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!