Adriana Pον
Kejadian tentang masa SMP ku dulu memang gila, Aku hanya murid biasa, yang tak suka di jauhi oleh teman SMP dulu. Tapi karena seorang laki-laki yang juga cukup terkenal di sekolahan dulu, Aku menjadi seperti ini. Di kucilkan, tak ada teman, dan juga selalu di bully.
Ntah karena apa, ntah bagaimana juga awalnya. Tapi itulah kenyataannya.
"Ssshhh.. Dia datang, dia datang" ucap Aldiano kepada satu teman kelasnya.
Byuurrr...
Ketika Aku membuka pintu kelasku, Aku di kejutkan oleh air yang telah mengguyur tubuhku. Aku tersenyum miring dan ku putuskan tak jadi masuk kelas.
"An.. Anna..." teriak seseorang yang ada di belakangku.
"Anna tunggu!" ucapnya sambil menarik tanganku.
"Kau mau kemana?" tanyanya lagi ketika aku melanjutkan langkahku lagi.
" Aku mau pergi. Aku sudah tak tahan sekolah di sini lagi, mending aku pergi. Lepaskan aku. " ucapku sambil menghentakkan tanganku.
"Jangan pergi An!!" ucapnya lagi yang kini matanya berkaca-kaca.
"Kau tahu sendiri bagaimana aku di perlakukan seperti ini. Aku tak pernah di hargai sama sekali oleh mereka, lalu untuk apa lagi aku disini? Lebih baik aku pergi, biar tak ada yang mereka bully, di bully itu sakit Fran." ucapku sambil meneteskan air mata.
Franda yang ada di hadapanku pun ikut menangis.
"Jangan menangis Fran, aku hanya tak mau di lakukan seperti itu lagi. Apalagi sekarang para adik kelas juga ikutan membully ku. Salah apa aku kepada mereka Fran.? Hanya itu yang ingin aku ketahui." tanya ku kepada satu-satunya teman yang mau mendengar keluh kesahku.
Franda Arista, adalah sosok wanita yang selalu menyemangatiku ketika aku sedang kesusahan atau masalah apapun. Dia yang selama 2tahun ini menemaniku, mengajak ku berbicara.
"Biar aku jawab " ucap sosok wanita cantik yang selalu jadi bahan pembicaraan di setiap sudut sekolahan.
Mytha Mahrani, wanita yang sempurna. Lihat saja body yang bagus, kulit putih bersih dan juga wajah yang cantik.
"Kau telah salah mencintai seseorang An.." ucapnya dengan melipat kedua tangannya di depan dadanya, dahiku mengernyit atas ucapannya.
"Kau telah mencintai Aldiano kan? Kau salah, Aldiano tahu jika kau mencintainya, jadi dia melakukan hal ini. Yang perlu kau lakukan hanya jangan mencintainya. Bersikaplah kalau kau tak suka dengannya. Aku yakin pembully'anmu akan segera berakhir." ucapnya dengan ketus.
Yah, aku akui aku memang memcintainya, rasa yang tak pernah aku rasakan saat aku bertatapan muka kepada semua laki-laki hanya dia yang mampu membuat darahku berdesir ketika mata kami bertemu.
Baiklah! Mungkin ini hanya sebuah Cinta Monyet tapi aku berasa tidak! Baiklah aku akan mencoba membencinya.
Aku kembali masuk ke kelas, benar juga ucapan Mytha aku tak akan mencintainya. Dengan aura dingin aku masuk ke dalam kelasku VIII-A dimana disana ada Aldiano, Bima, Syahrul, dan juga Chakra.
Ku tatap mereka semua dengan tatapan tajam nan menusuk, aku tak perduli lagi dengan ucapan mereka tentangku, persetan dengan mereka. Mereka kira di Bully selama 2tahun itu enak? Coba kalau mereka di perlakukan seperti ku, pasti aku yakin mereka akan stress memikirkan bagaimana caranya agar tak di bully lagi.
Sekelibat masalalu membuatku tersadar kalau aku tak akan mencintainya, walau hari ini aku sudah resmi menyandang gelar Ny. Prayoga tapi aku tak perduli dengannya, buat apa aku memerdulikan lelaki yang dulu dengan jelasnya menyakitiku, apa aku gila? Biarkan saja apapun perkataannya kepada Bima, Syahrul, dan jugha Chakra. Aku tak perduli.
"Anna... Congratulations yaa!!" ucap Mytha wanita yang dulu menyadarkanku kalau cinta itu Bulshit, buktinya dulu aku mencintai Aldiano dia malah melakukan hal bodoh kepadaku!!
Dengan senyuman aku mengganggukkan kepalaku " Thanks Mytha. Kau sudah datang!!" ucapku penuh dengan senyuman. Ku pandangi wajah Aldiano dengan wajah keras seakan menahan amarah, apa salahku? Toh aku tak pernah melakukan kesalahan apapun dengannya.
"Sayang.. Congratulations yaa!! Duuh dulu yang oernah jatuh cinta pada Aldiano eeh gak tahunya kesampaian juga." ucap Franda ke arahku sambil terkekeh.
Tak ada jawaban apapun yang ku keluarkan dari mulutku, aku hanya tersenyum simpul kepada sahabat ku yang sudah sejak SMP dulu.
" Al, jagain sahabatku ya!! Kalau kamu sampai macem-macem ma dia aku tidak akan segan-segan beri kamu perhitungan, dia ini klo udah ngelepas orang tidak akan mau balikan lagi. Ngerti kan!!" ucapnya kasar kepada Aldi. Sedangkan, Aldi hanya melengos tak jelas.
Kini matanya tertuju kepada sosok wanita yang cantik, anggun dan juga berwibawa, dia adalah Mila. Bagaimana bisa aku menghapus bayangan Mila dari fikiran Aldi? Secara Mila bagaikan malaikat, sedangkan aku hanya apa?
" Al, selamat ya!!" ucapannya begitu lembut sedangkan Aldi hanya melihatnya dengan tatapan rindu dan juga terluka. Hanya anggukan yang Aldi berikan kepada Mila, dan Mila ke arahku menjabat tanganku dan juga cipika-cipiki denganku
" Selamat ya!! Kau sudah berhasil bersatu dengan Aldi." ucapnya setengah berbisik di telinga kiriku.
"Kau tahu andaikan aku tak melakukan kesalahan bodoh, aku pastikan aku yang ada diposisimu bukan kamu." ucapnya dingin. Ya Allah aku kira dia itu baik, tapi ternyata? Hah!! Tampang memang tak bisa menjamin kalau hatinya baik.
" Itu kesalahan mu sendiri, dan jangan pernah kau salahkan aku atau Aldi atas kelakuan bodohmu. Sekarang nikmati saja apa yang telah kau tanam." ucapku dengan nada dingin.
Aku tahu aku bodoh bilang seperti itu kepada Mila apalagi di sampingku ada Aldi, yang sekilas ku lihat tengah mengepalkan tangannya. Pertanda tidak suka, tapi apa aku perduli? Jawabannya adalah Tidak.. Aku tak perduli.
Mila dengan langkah kakinya yang angkuh meninggalkan acara pernikahan kami, tanpa ku duga Aldi memeluk pinggangku dan menarik tubuhku agar aku mendekat ke arahnya.
" Kau tunggu saja, akan aku buat kau tidak tahan hidup lama-lama denganku!" ucapnya dengan nada dingin dan tatapan tajam masuk ke manik mataku.
"Aku tak perduli kau mau melakukan apapun. Toh aku bersyukur jika kau gak pulang di malam pertama kita, karena aku tak akan bisa tidur jika kau ada di sampingku!" ucapku dengan nada datar.
Dan dapat ku lihat kilatan kemarahan ada di mata coklat itu, Damn it, he is handsome! Lagi-lagi aku memujinya. Memujinya dalam diam. Dan hanya di dalam hati.
Acara pesta pernikahan kita telah selesai, Pernikahan Kita? Ck, itu bukan pernikahan kita, tapi hanya pernikahan ku sendiri, secara tidak langsung aku sendiri yang tersenyum di hadapan para tamu, sedangkan Aldi? Dia hanya diam dan menatap para tamu dengan tatapan datar nan dingin, tak ada senyuman pun tercetak di bibirnya.
Aku melepas gaunku, dengan sendirian karena Aldi ntah kini berada di mana, ku langkahkan kaki ku menuju Walk in-Closed hotel ini dan mengganti pakaian ku dengan celana tidur yang panjang dan juga baju tidur yang panjang. Aku tak mau memakai Lingerine yang berbahan transparan. Yang sengaja di berikan oleh beberapa temanku SMP dulu aku yang melihat saja sudah jijik.
Ku rebahkan tubuhku di atas ranjang Queen size hotel ini sambil memainkan beberapa game di ponsel ku. Dan membuka Media Sosialku, yang sudah beberapa hari sengaja ku tinggalkan.
Setelah puas dengan membuka Media Sosialku, aku putuskan untuk menutupnya. Mataku lelah dan kuputuskan untuk tidur, karena sudah larut malam. "Semoga besok lebih baik." ucapku sebelum aku benar-benar terlelap.
BERSAMBUNG
Sudah selama satu bulan Anna dan Aldi hidup bersama, walau mereka bersama dalam satu atap tapi sifat dingin dan juga sifat datar Aldi ke Anna masih sama. Tak ada pancaran kebahagiaan pernikahan di antara mereka. Mereka sama-sama sibuk akan kehidupan masing-masing.
Aldi yang sibuk akan kerjanya yang menyita banyak hal di kehidupan Aldi dan Anna sibuk pada urusan Rumah tangga dan juga pekerjaan di kantor milik sang Ayah.
Terkadang Anna bingung dan tak mengerti harus bagaimana menghadapi Aldi, dia juga selalu berusaha agar menghormati sang suami layaknya seperti Ayah dan juga Ibunya yang saling mencintai dan juga menyayangi.
Namun, Anna ragu, apa bisa dia dapatkan kebahagiaan itu? Sedangkan sikap dan sifatnya Aldi sama sekali tak menunjukkan perubahan. Selalu dingin dan juga ketus saat Anna berbicara kepadanya.
" Anna, aku tidak pulang malam hari ini, kalau pun aku pulang aku akan terlambat. Jadi, tak usah kau menungguku untuk makan malam. Karena aku tak akan memakan apapun masakanmu." ucap Aldi dengan nada datar.
Sedangkan Anna masih melanjutkan kegiatan mengaduk-aduk Soup yang dia pegang sambil memikirkan bagaimana masibnya kelak.
Apa akan selalu sama seperti ini? Atau akan berubah? Ntahlah, hanya Tuhan nanti yang akan menjawabnya.
"Anna, apa kau mendengar apa yang aku ucapkan tadi?" ucap Aldi yang kini telah berhenti dari kegiatannya memakai Jam tangan.
" Aku tahu." ucap Anna yang tak kalah dinginnya.
" Baguslah, aku pergi dulu. Assalamualaikum." ucap Aldi sambil berjalan ke arah pintu Mansion yang megah itu.
" Waalaikumsalam "jawab Anna dalam hatinya. Selama menikah ya beginilah kehidupan Anna dan Aldi, tak ada kecupan manis saat berangkat kerja, tak ada Morningg Kiss saat mereka baru membuka mata, dan juga tak ada tidur dalam satu kamar.
Oh Anna ayolah, jangan pernah kau berfikir seperti itu. Aldi tak hanya menolakmu secara langsung, tapi dia juga menjauhimu layaknya kau itu seseorang yang harus dan wajib dia jauhi.
Walau Anna dan Aldi tinggal di Mansion milik Ayah Aldi yang cukup luas dan megah itu, tapi mereka tak pernah tidur dalam satu kamar. Aldi dia tidur di kamar utama dan Anna tidur di depan kamarnya. Setiap pagi sarapan yang Anna buat tak pernah tersentuh oleh tangan Aldi.
Aldi lebih memilih untuk makan di luar dengan teman kantornya atau dia lebih memilih untuk menyuruh Office Boy untuk membelikan sarapan di sekitar kantornya.
" Sayang sekali, makanan sebanyak ini harus aku buang lagi. Padahal aku sudah bangun pagi dan juga sudah memasakkan untuknya. Tapi lagi-lagi harus aku buang. " Lirih Anna sambil memandangi 2 piring Nasi goreng lengkap dengan Nugget, Sozis, sama Telur mata sapi yang sudah disiapkan di tempat yang berbeda.
"Baiklah, aku akan memakan mu walau sedikit." Anna menghibur dirinya sendiri.
Dia memakan makanan yang sudah ia buat dengan air mata yang meleleh di pipinya, mungkin itu bukan tetesan air mata pertama bagi Anna. Tapi, sekali lagi Anna bilang dan menyemangati diri sendiri seraya berkata
"Aldi butuh waktu untuk menyicipi masakan dan juga kopi atau susu yang sudah kau siapkan untuknya. Jangan memaksanya Anna, kamu hanya ikuti saja kemauan dan permainan yang di mainkan oleh Aldi." Selalu dan selalu itulah yang di ucapkan Anna dalam hatinya.
Setelah memakan masakannya dalam keadaan sunyi dan sepi Anna membersihkan meja makan tempat yang ia duduki tadi. Sambil berulang kali menyeka bulir-bulir air mata yang jatuh sedari dia makan sarapannya tadi.
"Aku kira aku sudah tidak mencintaimu lagi. Tapi aku salah! Sekali lagi aku jatuh dalam pesona mu. Walau kau bersikap dingin dan Tak acuh kepadaku tapi hati ini ternyata masih milikmu. Karena getaran di dalam dadaku masih terasa hingga kini. Hingga kita menikah dan hidup bersama." Lirih Anna dalam hatinya.
Yah oke anggap saja Anna bodoh, kenapa dia harus atau masih mencintai Aldi? Seorang pria yang mungkin sekarang tak akan pernah mencintainya.
Yah anggap sajalah dia seperti itu. Tapi, bukankah cinta tak memandang orang yang dia kehendaki? Jika sang Cupid telah melepaskan anak panahnya kita bisa apa? Itulah yang di rasakan oleh Anna.
Kini panah dari Cupid telah menancap di hatinya dan membuat jantungnya berubah berdetak hingga tak menentu.
Tapi sialnya perasaan itu hadir ketika sang pria sama sekali tak mencintai dan menyayanginya. Ironi sekali.
Anna Pov.
Kita menikah sudah sebulan, tapi yang dapat kurasakan hanya kehampaan dan juga kesepian. Selalu setiap pagi dan malam hanya aku sendirian di Mansion yang sebesar ini hanya bisa berdiam diri sambil meratapi nasibku.
"Kemana dia? Bukankah ini sudah mau tengah malam? Tapi kenapa dia belum pulang??" gumamku sambil melihat jam yang bertengger di pergelangan tangan dan juga dinding Mansion ini.
" Apa ada hal buruk yang terjadi? Ya Allah jangan sampai ada hal buruk yang terjadi kepadanya. Aku mohon." ucap Anna yang khawatir.
Ceklek..
"Ya Allah dia mabuk." lirih Anna dalam hatinya.
"Mila.. Aku merindukanmu.." ucapan nama yang Aldi sebut itu membuat hatiku sakit.
Yah siapa yang tak sakit saat kita mencintai pria tapi dia seakan masih stuck akan masa lalunya. Padahal Mila sudah jelas-jelas mengkhianatinya.
Perlahan tapi pasti Anna menghampiri Aldi walau dia tahu kalau dia akan di caci maki, tapi dia tak perduli. Aldi adalah Suaminya, jadi mau bagaimanapun sudah kewajibannya untuk mengurus Suami dengan baik.
" K.. Kau mabuk, ayo aku antar ke dalam kamar." ucapku dengan nada bergetar.
"Oh hy Cupu!! Kau kenapa disini hm? Apa kau mau melihat ku? " ucap Aldi sambil menaikkan salah satu alisnya yang tebal itu.
" Cupu ya!! Bawa Mila kesisi ku lagi. Aku sangat mencintainya." ucapannya bagaikan belati yang kini telah tertancap sempurna di dalam hatiku.
" Iya, nanti akan aku bawa dia, sekarang kau harus masuk kedalam kamarmu. Dan istirahat, kau terlalu mabuk Al." ucapku dengan nada terluka.
Suara pintu terbuka membuat Anna yang sedari tadi mondar-mandir bagaikan setrikaan kini mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang di buka. Disana dia melihat Aldi yang sedang berjalan dengan langkah kaki gontai sambil meraba seakan mencari sebuah pegangan.
Bagaimana aku tak terluka, dia adalah pria satu-satunya yang aku sayangi dan cintai. Pernah dulu aku mencoba untuk membencinya dengan sepenuh hatiku, tapi tetap saja tak bisa. Malah bayang-banyang saat dia tertawa dan main gitar di anak tangga tempat sekolah kita dulu selalu ada di memori otakku.
Ku buka pintu kamarnya dan ku tidurkan dengan nyaman tubuhnya di atas ranjang King Sizenya itu. Ku lepas satu persatu pakaiannya yang melekat di tubuhnya yang bau alkohol itu.
"Kenapa kau jadi seperti ini? Apa kau akan berhenti minum-minum saat Mila ada di sampingmu? "lirihku dalam hati sambil tetap melucuti pakaiannya satu persatu dan mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur.
Aku keluar dari kamarnya dengan sedikit terisak. Mila dan Mila yang selalu dia sebut dalam setiap hembusan nafasnya.
Apa aku tak pernah ada di setiap hembusan nafasnya? Cih, kau ini berfikiran apa Anna?? Tak mungkin lah dia akan menyebutmu setiap hari? Itu tidak akan mungkin. Senyuman miris ku sunggingkan di bibirku.
Aldi Pov
Pagi ini kepalaku terasa pusing bagaikan tertekan benda berat yang bertumpu di kepalaku. Pusing dan juga sangat berat.
Tok..tokk..
Siapa sih pagi-pagi sudah berabi menggangguku? " Masuk" ucapku dingin.
Dan lagi-lagi dia datang, " Ada apa?" tanyaku dengan tatapan datar.
" Aku membawakan air putih dan juga sarapan kamu." ucapnya dengan sedikit bergetar.
" Taruh saja dia atas nakas. Aku pusing mau tidur lagi." ucapku sambil menyelimuti lagi tubuhku tanpa perduli apa yang di lakukan oleh Anna.
" Aku tahu kamu belum tidur. Boleh kah aku bertanya sesuatu kepadamu?"
Hebat, dia kini sudah berani berbicara kepadaku dan kini dia bertanya? Sejak kapan dia mulai berbicara kepadaku?.
"Tanya saja!" ucapku dingin.
" K.. K.. Kamu kenapa tadi malam sampai mabuk seperti itu?" tanyanya dengan nada suara bergetar.
"Apa jawabanku penting buat kamu?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.
"Apa jawabanku penting buat kamu?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.
" Ntahlah, hanya aku ingin tahu saja." ucapnya dengan menundukkan kepalanya.
Aku bangkit dari posisiku yang tadi tidur kini berdiri dan berhadapan langsung di depannya.
" Kau mau tahu?" tanyaku sambil melangkahkan kakiku ke depan dan dia melangkah secara perlahan ke belakang.
" Kau tak perlu tahu apapun yang aku sedang dan apa urusanku. Karena kau tak berhak bertanya hal itu kepadaku. Kau masih ingat kan dengan perjanjian kita?" ucapku mengingatkan dan dia mengangguk.
Ku angkat dagunya agar dia menatap mataku.
" Kau .. Jangan mengangguku lagi lebih baik sekarang kau pergi.. PERGIIIIIIIII.. " Teriakku membuatnya tersentak dam seketika dia pergi sambil meneteskan air matanya.
Siapa yang perduli? Dia tak pantas untuk di perdulikan. Toh dia tak penting buatku.
Aku duduk di tepi ranjang, dan menerawang jauh di mana aku bertemu Mila yang aku kira dengan kekasih barunya di Club malam. Dan di situlah awal muasalnya aku menjadi hilang kendali dan meminum beberapa gelas Vodka dan beberapa Beer.
Walau banyak teman-temanku yang sudah memperingatiku, tapi aku tak perduli. Mila dengan gampangnya masuk ke dalam kamar dengan lelaki yang aku fikir itu adalah kekasihnya. Tapi, ternyata itu bukan kekasihnya. Apa Mila sekarang telah berbeda dengan yang dulu? Benarkah? Aku tak tahu. Yang jelas dan pasti aku hanya ingin mabuk dam melupakan semua tentang Mila malam ini.
BERSAMBUNG
Aldi masih mengumpulkan sisa-sisa ingatannya atas apa yang dilihatnya kemarin malam. " Apa yang aku lihat itu beneran Mila? Tapi kenapa dia dengan laki-laki berbeda?" gumam Aldi sendirian di kamar.
Sekilas dia melihat nampan makanan yang di letakkan oleh Anna di atas nakas. Tak ada keinginan untuk menyentuh apa lagi memakannya. Ntahlah kenapa Aldi selalu bersikap dingin ke Anna. Diapun belum sepenuhnya mengerti akan hal itu. Yang jelas Aldi sangat membencinya.
"Kenapa dia harus repot-repot menyiapkan aku makanan seperti ini? Toh dia kan tahu kalau selama ini aku tak pernah memakan apapun yang dia buat. Dasar wanita keras kepala." gumamnya sambil meraih air putih.
Tok..tok..tok..
" Masuk!" ucapnya dengan nada suara dingin. Dan lagi-lagi Aldi mendesah karena Anna yang datang dengan pakaian rapi pekerja kantor.
" Ada apa?" tanya Aldi to the point. Tanpa melihat muka Anna.
" Al.. Aku mau kerja. Kamu yakin mau di rumah?" ujar Anna dengan nada suara bergetar.
"Hm.." jawabnya singkat.
"Aku tadi sudah masak makanan untuk makan siang kamu. Kar--"
" Aku nanti akan minta Delivery saja. Kau tak usah repot-repot." jawab Aldi dingin.
" Baiklah, tapi kalau kau mau makan bubur ada di atas meja makan. Ak---"
" Aku kan sudah bilang nanti aku akan makan siang tapi itu Delivery, kamu ngerti gak sih? Sudah kalau kamu mau berangkat, ya sudah berangkat saja. Tak usah ingatkan aku akan hal apapun itu." seru Aldi dengan sedikit membentak.
Sedangkan Anna hanya diam dan menunduk seakan takut melihat wajah Aldi. Dia bukannya takut, tapi lebih tepatnya menghormati Aldi yang kini telah menjadi suaminya.
" Baiklah. Aku berangkat dulu. Assalamualaikum." ucap Anna mengakhiri perdebatan kecil dengan Aldi.
Aldi duduk kembali di tepi ranjangnya, dia masih mencoba untuk mengingat apa benar yang tadi malam dia temui adalah Mila, mantan kekasihnya yang masih dia cinta dan juga sayangi.
Flash Back
Aldi telah menyelesaikan pekerjaannya dengan awal. Tapi, suasana hatinya sedang tak baik.
"Akh, kalau aku pulang, aku akan bertemu lagi dengannya. Akh!! Aku ingin bertemu lagi dengannya. Hanya dia yang bisa menenangkan hatiku!" gumamnya sambil meremas rambutnya pelan.
"Hay Bro!!" ucap Bima sambil masuk dan duduk di sofa ruangan kerja Aldi.
"Oh kamu!! Ada apa kamu kesini.?" tanya Aldi tak bersemangat.
"Kamu kenapa Bro? Wajah di tekuk gitu, seperti seterikaan kusut aja." tawa Bima pecah saat Syahrul menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Aldi.
" Sialan kau!!" umpat Aldi sambil melempar pulpen yang tadi dia pegang.
"Eitss!! Woles Bro!! Kamu kenapa kusut gitu, hm? Gak di kasih jatah lo sama si Anna?" tanya Syahrul yang langsung dapat pelototan tajam dari Aldi.
"Rul, udah jangan godain Aldi." Bima menengahi pertengkaran kecil yang terjadi di dalam ruangan Aldi.
"Sialan, kau!! Aku tidak nafsu untuk nyentuh si Anna, kamu tau sendiri kan kalau aku hanya nafsu sama si Mila.!" ucap Aldi sambil kembali merangkum kedua jemarinya dan dagunya ia letakkan di jemari yang telah terangkum.
"Anna bukannya dia lebih sexy dari si Mila ya? Kalau kamu beneran tidak bernafsu biar Anna sama aku aja deh!! Aku kayaknya mulai suka sama si Anna. Wajahnya yang dulu sama sekarang itu berbeda banget!!" ujar Syahrul sambil menerawang tubuh Anna yang putih mulus itu.
"Iya Rul, aku setuju sama omongan mu!! Anna sekarang waw banget!! Tubuhnya dulu yang kurus kini agak berisi, apalagi bagian yang selalu di tutupinya. Ahh aku mau kerumah lo deh Al. Aku yakin dia belum terjamah." timpal Bima sambil membayangkan tubuh indah Anna.
"Sialan!! Dia tidak bakal mau sama kalian. Lagipula dia tidak lebih baik seperti Mila." ujar Aldi yang tetep kekeuh dengan pendiriannya.
"Kamu suatu saat pasti akan menyesal jika kamu tau siapa Mila sebenarnya. Al. Lagipula, bukankah kamu sama Mila sudah end ya?" tanya Bima sambil bertukar pandang dengan Aldi.
"Iya, tapi seminggu yang lalu gue sama dia telah berbaikan dan kembali merajut kasih lagi." ujar Aldi kini dengan senyuman di bibirnya. Berbeda dengan kedua temannya yakni Bima dan Syahrul saling menatap Aldi heran.
Siapa yang tak heran, bukankah Aldi memutuskan Mila karena Mila akan menikah? Sedangkan inu? Dia kembali lagi bersatu? Apa masuk akal?
"Baiklah, ayo kita berangkat sekarang!! Aku sudah malas dan bosan kalau harus membahas Anna." ajak Aldi yang kini sudah merapikan pakaiannya.
"Baiklah. Ayo!!" ujar Syahrul cuek. Sedangkan Bima tak menjawab ajakan Aldi dia hanya diam tapi dengan aura dingin yang masih terlihat dengan jelas.
Club X
Disinilah Aldi, Bima, dan Syahrul menghabiskan malamnya. Aldi yang menegak vodka yang dia pesan dan beberapa temannya memesan minuman yang sejenisnya. Aldi masih sendiri tanpa gadis di sampingnya. Sedangkan kedua temannya sudah bersama wanita penghibur.
"Bima, Chakra kemana sih? Kok tumben dia tidak ikut sama kalian?" tanya Aldi pada sahabatnya itu.
"Chakra? Dia sedang di Mansionnya, katanya sih dia malas gitu keluar. Gak tau deh sama anak satu itu." jawab Syahrul
Sambil memainkan tangannya di gelas yang sudah di tuang Vodka oleh Bima.
"Al, sudahlah. Bukankah ini kesukaan kamu? Sudah nikmati saja yang ada Al, jangan menolak!!" ujar Bima sambil menciumi tubuh wanita yang ada di sampingnya.
"Bim, kamu bisa kali kalau sudah tak tahan kamubawa tuh perempuan ke hotel." ucap Syahrul sambil memandang tajam Bima.
"Ah, elo Rul ganggu gue aja." ujar Bima kesal. "Cantik, ayo" ajak Bima sambil melangkahkan kakinya ke atas yang dimana banyak kamar untuk ONS.
Aldi hanya meneguk vodka yang telah di tuang oleh wanita yang ada di pangkuan Syahrul. Setelah meneguk vodka beberapa tegukan ekor mata Aldi menangkap sosok yang tadi ada di fikirannya.
"Mila" gumam Aldi pelan.
Yah itu Mila, wanita yang seminggu lalu meminta dia agar kembali. Dia datang keclub bersama dengan laki-laki lain dan mengapit lengan lelaki itu. Mereka begitu mesra hingga membuat darah Aldi mendidih seketika.
"Brengsek" umpat Aldi sambil kembali meneguk vodka yang ada di tangannya.
"Kamu kenapa?" tanya Syahrul yang secara langsung menoleh kearah Aldi.
Syahrul yang tidak dapat jawaban dari Aldi, hanya bisa mengikuti ekor mata Aldi yang menjuru pada satu titik. Mila, wanita yang tadi di bela oleh Aldi sahabatnya.
"Sudahlah Bro, bukankah aku sudah bilang!!" ujar Syahrul sambil menepuk pelan bahu Aldi.
"Aku pergi dulu." ujar Aldi yang kini mulai mengikuti Mila naik keatas gedung ini.
Aldi bukan orang bodoh, dia tahu kalau dia telah di permainkan oleh Mila wanita yang dia sayangi dan dia cintai.
"Jadi ini yang dia lakukan?" gumam Aldi saat melihat Mila masuk kedalam kamar yang ada di gedung ini dengan pria tadi.
Dengan gontai dia kembali ke meja yang tadi ia tepati. "Kosong" pikirnya. Ya jelas saja, kan para teman-temannya sudah sibuk sama pasangan One Night-nya. Sedangkan dia? Dia malah memikirkan Mila yang kini bahkan dengan laki-laki lain. Dasar bodoh. Itulah satu kalimat yang dapat di definisikan oleh Aldi pada dirinya.
Aldi tanpa mau berhenti meminum Vodka yang sudah di habiskannya satu botol.
"Al. berhenti. Nanti kamu bisa sakit jika minum seperti orang gila begini." ujar Bima yang telah selesai dengan wanitanya.
"Aku nggak apa-apa. Paling besok bakal pusing dikit. Kondisi ini saja aku masih bisa pulang sendiri." ucap Aldi tanpa mengindahkan perkataan Bima yang mulai khawatir dengan kondisinya.
"Ya sudah aku pulang dulu. Sampaikan salamku buat Syahrul ya!" ucap Aldi sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Kamu nggak perlu aku anter?" tanya Bima dengan nada cemas. Hanya gelengan yang Aldi berikan.
Aldi menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Walau dia tahu jika kepalanya mulai pening akibat minuman keras yang baru saja dia teguk tapi dia masih bisa di katakan beruntung karena masih pulang ke Mansionnya dengan selamat.
Baru saja dia melangkahkan kakinya ke dalam ruang tamu dia dapat melihat istrinya yang kinu memandangnya dengan tatapan tak percaya.
"Apa yang dia lakukan disini?" tanya Aldi dalam hatinya.
"Mila, Aku merindukanmu!" lirih Aldi sambil terus masuk berjalan ke arah anak tangga. Baru beberapa langkah Aldi seakan ingin terjatuh jika Anna tak menangkapnya.
"K.. Kau mabuk, ayo aku antar ke dalam kamar." ucapnya dengan nada suara yang bergetar.
Apa dia khawatir? Atau apa? Akh terserah yang jelas aku tak mau memperpanjang ini semua.
"Oh hy Cupu!! Kau kenapa disini hm? Apa kau mau melihat ku? " ucap ku sambil menaikkan alis tebalku.
" Cupu ya!! Bawa Mila kesisi ku lagi. Aku sangat mencintainya." ucapku tanpa perduli apa yang aku rasakan saat ini.
"Iya, nanti aku bawa dia, sekarang kau harus masuk kedalam kamarmu. Dan istirahat, kau terlalu mabuk Al." ucapnya dengan nada terluka. Aku tak bodoh, aku tahu jika sejak dulu dia selalu mencintaiku.
Tapi apa perduliku? Toh ini kan keinginan orang tua kami, bukan keinginan ku. Dapat ku lihat dia membuka pintu kamarku dan menaikkan ku ke atas ranjang terbesarku.
Dapat kurasakan jika dia sudah membuka kemeja ku, dan aku hanya diam merasakan sentuhannya. Aku terlalu lelah untuk menolak apa yang dia kerjakan sekarang. Jadi, ku putuskan untuk menutup mataku dan membawanya ke alam mimpi.
Flashback End
Aldi masih duduk di ranjang king sizenya dia menimbang apa dia akan menghubungi Mila atau tidak. Sambil sesekali dia menggenggam erat ponsel yang dia pegang.
Ting..tong..ting..tongg..
Bell Mansion yang terdengar keras menyadarkan Aldi dari lamunannya tentang malam itu. Malam saat Aldi melihat Mila dengan pria lain selain dirinya.
"Akh siall.. Kepala ku pusing lagi." umpat Aldi sambil meremas rambutnya frustasi.
Tokk..tok..tokk..
"Permisi Tuan, di luar ada mbak Mila." ucap Bi Inah pembantu Rumah Tangga yang dikirim oleh Ayahku selama beberapa jam saja.
" Suruh masuk Bi." ujar Aldi yang masih di sisi ranjangnya.
" Sayang!!" ujar Mila yang kini telah di kamar Aldi.
" Hm.. Ada perlu apa kau kesini?" tanya Aldi tanpa basa basi.
" Aku merindukanmu!!" ucap Mila Manja sambil berlari memeluk Aldi. Aldi hanya diam membatu tapi tangannya mengelus pelan rambut Mila.
"Aku juga." jawab Aldi singkat. Aldi melepas pelukan Mila lalu kembali duduk di tepi ranjangnya.
"Al, dimana istrimu?" tanya Mila sambil mengapit lengan Aldi dan duduk di sebelahnya.
"Dia sedang bekerja." jawab Aldi singkat tanpa melihat Mila.
"Kau ada perlu apa datang kemari?" tanya Aldi sambil meraih tablet dan memfokuskan dirinya ke Tablet yang dia pegang.
"Aku kan sudah bilang tadi, Aku
merindukanmu sayang" ucap Mila yang
masih bergelayut manja di lengan Aldi.
Mila meraih dagu Aldi dan mencium bibir Aldi dengan lembut, Aldi membalas ciumannya tanpa melepas Tablet yang dia pegang.
Ceklekk
Tanpa mereka sadari Anna kembali ke dalam kamar Aldi, "Ma-Maaf. Aku kesini hanya ingin memberikan ini." ucap Anna sambil memberikan bungkusan yang ada di tangannya.
"Kau!! Apa kau tidak tahu cara mengetuk pintu, hm?" tanya Aldi dengan tatapan tajamnya.
"Maaf Al, aku tak tahu kalau kau sedang bersenang-senang dengan mantan kekasihmu." jawab Anna tanpa melihat wajah Aldi.
"Siapa yang bilang dia mantan kekasihku? Dia kini telah menjadi kekasihku lagi." jawab Aldi sambil berdiri memeluk Mila.
Anna seketika membatu dengan penuturan yang Aldi berikan. Matanya berkaca-kaca dan memandang Aldi dengan tatapan tak percaya.
"Benarkah?" ucap Anna dengan sebuah senyuman yang tersungging di bibirnya.
"Aldi kini telah menjadi kekasihku lagi, jadi jangan ganggu kita. Lebih baik kau segera pergi dari sini." ucap Mila sambil kembali mengapit lengan Aldi. Anna yang sadar akan posisinya hanya bisa diam dan melangkahkan kakinya agar dia keluar dari kamar itu.
"Kekasihnya? Jadi? Jadi dia?" ucap Anna lirih sambil meremas kemeja yang sedang dia kenakan dan menggigit bibir bawahnya agar isak suara yang akan keluar tanpa permisi dapat dia tahan.
Karena dia tahu jika dia rapuh dan tak kuasa membagi suaminya dengan wanita lain. Tapi, dia tak bisa apa-apa. Dia sudah tanda tangani perjanjian yang sudah di buat oleh Aldi.
"Drrtt...Drrrttt..." suara ponsel yang ada di sakunya membuatnya tersadar jika dia kini telah duduk di tepi meja makan. Dengan malas Anna menekan tombol hijau di layar ponselnya.
"Anna, aku sekarang sudah ada di Indonesia, apa kau bisa menjemputku?" tanya seseorang di seberang sana dengan nada suara lembut.
"In..indra?" tanya Anna dengan sedikit tak percaya jika sahabat laki-laki saat dia sekolah SMA dulu mengatakan jika dia sekarang berada di Indonesia!!
"Kau sedang berada di Bandara Juanda?" tanya Anna dengan sedikit bergetar.
"Hm.. Maukah kau menjemputku?" tanyanya lagi dengan nada suara yang khas dimiliki oleh Indra. Sahabatnya.
"Baiklah, tunggu saja 40menit lagi. Oke!!" jawab Anna dengan senyuman yang masih terpancar dibibirnya.
"Baiklah. Akan aku tunggu!" ucap Indra sambil menutup telponnya
BERSAMBUNG
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!