NovelToon NovelToon

Istri Pengganti Tuan Mark Ternyata Milyarder

Bab 1. Hanya Pengganti

Tes Tes

Air mata Alisa, terus mengalir tanpa henti meski dia sudah berkali-kali menyekanya. Ini sudah larut malam, semua sudah tidur. Tapi Alisa masih harus membersihkan noda minyak yang ada di tas mahal adik iparnya.

Alisa, dia menikah dengan Mark satu tahun yang lalu. Alisa pikir Mark adalah orang yang baik, yang bahkan ketika dia terbaring tak berdaya di rumah sakit karena sebuah kecelakaan. Mark yang telah membiayai semua biaya rumah sakit untuknya. Seingatnya yang menabraknya dulu adalah seorang wanita. Tapi dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi selain wajah wanita itu.

Mark yang entah bagaimana, datang seperti malaikat bahkan melamarnya. Dan mengatakan dia memang butuh seorang istri saat itu. Untuk membalas budi, dan karena memang Alisa tidak ingat apapun setelah kecelakaan, bahkan namanya sendiri dia lupa. Alisa setuju menikah.

Namun di malam pertama, suaminya mengatakan padanya. Di hatinya dia telah menyimpan seseorang yang sangat dia cintai. Alisa, hanya pengganti karena saat itu keluarga Mark sudah menyebarkan undangan. Tapi pengantin wanitanya telah pergi.

Alisa mencoba berdamai dengan keadaan. Dia benar-benar berusaha berdamai dengan keadaan. Karena dia tidak ingat apapun tentang dirinya dan masa lalunya.

"Nyonya, biar bibi saja. Ini sudah larut malam. Sebaiknya nyonya tidur" kata bibi Dini yang memang sangat baik pada Alisa. Dan satu-satunya orang yang baik pada Alisa di rumah ini.

"Tapi tidak bisa hilang bi" kata Alisa menyeka air matanya.

'Nyonya, kamu kasihan sekali sih? kamu masuk keluarga ini bukan bahagia malah menangis setiap hari. Jika saja kamu tidak hilang ingatan, mungkin di luar sana kamu punya kehidupan yang lebih baik' batin bibi Dini.

"Bibi akan mencoba cara lain, nyonya tidur saja. Bibi pasti akan bersihkan dengan baik" Bibi Dini menepuk punggung tangan Alisa yang rasanya begitu dingin.

"Nyonya, tangan nyonya sudah dingin sekali. Cepat istirahat nyonya" kata bibi Dini yang takut kalau Alisa sampai sakit.

Karena jika nyonyanya itu sakit. Bahkan tidak akan ada yang perduli padanya di rumah ini. Tidak pernah sekalipun jika Alisa sakit, keluarga ini akan panggil dokter atau Alisa di bawa ke rumah sakit. Mark, suaminya hanya akan minta bibi Dini mengurusnya bahkan menyuruh Alisa tidur di kamar pembantu bersamanya sampai Alisa sembuh.

Benar-benar hanya seperti itu saja. Alisa mungkin punya status istri Mark Austin. Namun bagi keluarga di rumah ini. Alisa tak lebih dari seorang pelayan.

Alisa memang sudah merasa sangat kelelahan.

"Bibi, apa tidak apa-apa?" tanyanya yang merasa takut. Kalau sampai ada yang tahu, ibu mertuanya pasti akan sangat marah padanya.

"Tenang saja, bibi tadi lihat nyonya besar dan para nona sudah tidur. Bibi Maria juga sudah tidur. Nyonya, tidurlah"

Alisa mengangguk, dia pun segera pergi meninggalkan dapur dan berjalan menuju kamarnya.

Alisa membuka pintu kamar itu dengan sangat perlahan. Ternyata Mark masih berada di sofa membaca buku.

"Mandi sana! pakai jubah tidur saja!"

Alisa mengangguk dengan cepat.

"Baik" jawabnya dengan sangat patuh.

Alisa masuk ke dalam kamar mandi. Dia menyalakan shower dan membiarkan tubuhnya yang sudah kedinginan semakin menjadi dingin.

Tadinya dia mau ganti baju saja, tapi suaminya memintanya mandi. Meskipun terasa begitu dingin. Alisa tetap saja mandi, dan berganti pakaian seperti yang diperintahkan oleh suaminya.

Alisa baru keluar dari kamar mandi, sambil mengeringkan rambutnya. Saat Mark menariknya dengan kuat dan mencium Alisa dengan begitu berhasrat.

Alisa kuwalahan, dia nyaris jatuh. Tapi Mark menahan tubuh Alisa dan terus mencium bibir Alisa seolah merasa begitu haus dan bibir Alisa itu adalah minumannya.

"Su...Suamiku, rambutku masih basah" Alisa mencoba mengatakan kalau rambutnya masih basah. Karena tentu saja tidak akan nyaman di tempat tidur nanti.

Mark menarik dirinya.

"Jangan bicara, saat aku menyentuhmu. Jangan bicara sepatah katapun. Jangan bersuara"

Mark mencumbu Alisa sampai Alisa tidak berdaya. Hingga pria yang sebenarnya sangat tampan, namun sangat dingin pada Alisa itu menjatuhkan tubuh Alisa di tempat tidur.

Alisa diam, dia benar-benar menurut. Tidak boleh bicara, maka dia tidak bicara satu patah katapun.

Mark mengangkat satu kaki Alisa, Alisa menelan salivanya dengan susah payah. Suaminya mulai memiliki sikap aneh selama beberapa bulan ini. Selama setengah tahun lebih suaminya tidak melakukan hal seperti ini sebelumnya. Biasanya hanya buka pakaian, langsung pada intinya dan tidur.

Tapi hampir tiga bulan ini, Mark melakukan hal-hal yang sebenarnya membuatnya merasa lebih baik dan lebih nyaman. Tapi, dia juga merasa was-was setiap kali Mark membuatnya tak bisa menahan suara.

Karena pemanasan Mark itu membuatnya mengeluarkan suara, sulit untuk menahannya. Tapi Mark akan marah kalau dia bersuara. Jadi, serba salah juga untuk Alisa.

Mark menatap Alisa lekat-lekat. Alisa menutup mulutnya dengan tangan. Ketika pria itu mulai mencium telapak kaki Alisa.

Deg

Alisa merasa jantungnya bergemuruh, saat berada di atas tempat tidur. Suaminya benar-benar memperlakukannya layaknya istri. Tapi jika sudah turun dari tempat tidur, suaminya begitu dingin.

Alisa mencengkram kuat sprei yang ada di bawahnya. Ketika Mark juga sudah mendongakkan kepalanya dengan mata terpejam. Sepertinya pria itu sudah mendapatkan apa yang dia inginkan.

Alisa menutup mulutnya dengan satu tangan, sementara satu tangannya masih mencengkeram sprei dengan kuat. Denyutan di bawah sana, dia tidak bisa berbohong. Dia juga mendapatkan apa yang dia inginkan.

Alisa menoleh ke arah Mark, yang tak kunjung melepaskan penyatuan mereka. Tapi Alisa juga tidak berani bicara.

Tak berapa lama, Mark membuka matanya. Menatap Alisa sambil menunduk semakin mendekat ke arah wajah Alisa.

'Apa aku melakukan kesalahan, apa karena aku berdenyut tadi, dia marah... apa yang harus aku lakukan?' Alisa merasa sangat panik. Dia pikir dia telah melakukan kesalahan.

"Ternyata benar, saat kamu juga merasa puas. Rasanya lebih nikmat"

Blush

Wajah Alisa memerah.

"Kamu bisa melakukannya?" tanya Mark.

Alisa tertegun. Namun belum juga Alisa berpikir, Mark sudah memeluk Alisa dan membuat wanita itu berada di atasnya.

"Bergerak!" ujarnya yang membuat Alisa semakin tersipu.

"Jika tidak bergerak! maka tidur saja di gudang!"

Alisa langsung bergerak. Dia bergerak dengan arahan dari Mark. Pria itu kembali memejamkan matanya.

***

Bersambung...

Bab 2. Tak lebih dari Pelayan

Prang

Brakk

Alisa di dorong dengan sangat keras oleh Berta, ibunya Mark. Ketika dia memberikan gelas teh pada ibu mertuanya itu.

Gelas itu juga telah di banting oleh Marta, jadinya saat Alisa jatuh karena di dorong oleh Berta, tangan Alisa terkena pecahan gelas itu.

"Nyonya..." bibi Dini yang melihat hal itu lantas bergegas menghampiri Alisa dan membantunya untuk bangun.

"Dasar tidak becus! kamu itu bisanya apa sih? mau membakar tanganku? hahh! kamu dendam sama aku? aku bilang teh hangat? telingamu itu tulii ya? kenapa panas sekali, mau membakar tanganku juga lidahku?"

Berta marah sekali, dia terus menunjuk-nunjuk ke arah Alisa. Dia sudah berusaha melakukan apa yang dia bisa. Membuatkan teh hangat, dia merasa itu sudah hangat. Tapi, setiap yang dilakukan selalu salah di mata ibu mertuanya dan juga kedua adik iparnya.

"Ck, bikin gara-gara saja sih kamu tuh!" onel Tasya, adik Mark.

"Tahu! kalau sehari saja gak bikin ibu marah, kamu tuh gak tenang ya hidupnya. Emang gembel yang di pungut dari jalan bisa apa?" tambah Rena, adik bungsu Mark.

Alisa hanya diam sambil menahan perih di tangannya. Jika dia pergi, sebelum ibu mertuanya itu menyuruhnya pergi. Maka yang ada, nanti ibu mertuanya akan semakin mengomel.

Alisa melihat ke arah suaminya yang sedang duduk bersama keluarganya itu. Meski punya status sebagai menantu di rumah ini. Tapi Alisa memang tidak pernah makan satu meja dengan suaminya dan keluarganya ini. Dia benar-benar cuma punya status saja sebagai menantu dan istri Mark. Kenyataannya, dia di anggap dan di perlakukan seperti pelayan di rumah ini.

Alisa menoleh ke arah suaminya. Dia sungguh berharap, meski tidak perduli padanya. Suaminya menyuruhnya pergi untuk mengobati tangannya itu. Dia melihatnya, dia melihat tangan Alisa berdarah. Tapi, sepertinya harapan Alisa itu hanya sebatas harapan kosong. Mark bahkan tidak melirik ke arahnya sama sekali.

"Tahunya cuma numpang makan, numpang tidur. Ngabisin duit Mark saja. Kenapa malah bengong, bikin teh hangat yang baru!" ucap Berta dengan nada tinggi.

Alisa segera mengangguk patuh. Sebenarnya dia berusaha keras menahan air matanya. Jika dia menangis, Mark akan membanting sendok di atas piring. Mark paling tidak suka melihat orang menangis saat sedang makan. Selera makannya akan hilang. Mark pernah marah besar pada Alisa karena hal itu. Makanya sampai sekarang Alisa masih mengingatnya dengan baik.

"Baik Bu" jawab Alisa cepat dan segera pergi ke dapur.

Bibi Dini yang melihat tangan Alisa semakin berdarahh. Mengajak Alisa mengobati lukanya itu dulu.

"Nyonya, biar bibi obati dulu. Nanti bibi yang buatkan teh hangatnya..."

"Heh, Dini. Mau jadi pahlawan kesiangan kamu!" ujar Maria.

Salah satu pelayan di ruang besar Mark itu juga. Dan dia adalah penjilatt Berta dan kedua anak perempuannya.

"Maria, tolong jangan bicara seperti itu! ini tangan nyimya berdarah"

"Dih, memang kenapa? dasar dia saja tidak becus...."

"Maria, kenapa bicara seperti itu pada nyonya. Dia ini Nyonya kita!"

"Nyonya apa? dia itu gak lebih dari pelayan di sini? aku gak pernah panggil dia Nyonya juga gak masalah. Tuan dan nyonya besar juga memperlakukan dia seperti pelayan, bahkan nona Tasya dan nona Rena. Dia ini cuma gelandangan yang di pungut sama tuan, buat menggantikan nona Karina yang sakit dan berobat keluar negeri itu! kalau nona Karina tidak sakit. Mana mungkin tuan Mark mau menikahinya. Tuan Mark bahkan tidak pernah bicara padanya!"

Tes tes

Air mata Alisa mengalir. Bahkan pelayan di ruang suaminya bisa dengan leluasa merendahkannya seperti itu. Tapi yang membuat Alisa menangis bukan karena kata-kata dari Maria yang terkesan begitu merendahkannya. Tapi, ucapan Maria itu semuanya benar. Mungkin dia memang hanya gelandangan. Makanya sampai sekarang, bahkan tidak ada yang mencarinya. Mungkin dia memang tidak punya keluarga lagi di dunia ini. Dan selamanya hanya bisa di perlakukan seperti ini oleh Mark, keluarganya bahkan Maria yang hanya pelayan di rumah ini.

Bibi Dini yang mendengar ucapan Maria, dan melihat nyonyanya menangis menjadi semakin kasihan pada Alisa.

"Nyonya, sudah jangan dengarkan ocehan Maria..."

"Cih, mana mungkin dia tidak dengar Dini. Kecuali selain dia tidak punya malu, dia juga tulii!"

"Maria" bentak Dini.

"Apa?" tanya Maria malah lebih garang, bahkan berkacak pinggang di depan Alisa.

Bibi Dini yang merasa Maria keterlaluan berniat mendorong wanita yang hanya terpaut satu tahun lebih muda darinya itu. Namun Alisa mencegah bibi Dini untuk melakukan itu.

"Bibi sudah, aku tidak apa-apa. Jangan bertengkar dengan bibi Maria. Nanti ibu marah sama bibi" kata Alisa yang tidak mau memberikan masalah juga pada asisten rumah tangga yang sudah banyak membantunya itu.

Maria pergi dari sana. Alisa mencari plester luka, dia bahkan hanya menyiram lukanya itu dengan air mengalir. Lalu membalutnya dengan plester.

Sementara bibi Dini sudah membuatkan teh hangat.

"Nyonya, ini tehnya"

"Terimakasih bi!" kata Alisa yang membawa teh itu ke ruangan makan.

Bibi Dini hanya bisa melihat nyonyanya itu dengan tatapan.

'Kasihan sekali nyonya. Tuan juga melihat semuanya, tapi kenapa masih diam saja. Sungguh keterlaluan!' batin bibi Dini.

Saat Alisa sudah sampai di ruang makan. Mark sudah tidak ada di sana. Memang seperti itu, mau itu berangkat kerja, mau itu pulang kerja atau mau kemana pun. Mark tidak pernah memberitahukan pada Alisa. Bahkan bicara saja sangat jarang. Alisa bahkan tidak punya ponsel. Sudah menikah selama satu tahun lebih, mana tahu Alisa nomor ponsel suaminya.

"Bu, ini tehnya"

"Kamu ini kerjanya lelet banget ya! lamban. Kamu itu payah sekali sih!" ucap Berta lagi memarahi Alisa.

Alisa hanya diam, tak menjawab satu patah katapun. Dia meletakkan secangkir teh hangat itu di atas meja. Di dekat piring Berta.

"Mana bisa dia di bandingkan dengan kak Karina. Aku dengar kak Karina sudah sembuh. Katanya mau pulang sebentar lagi. Kakak pasti akan menceraikan wanita gelandangan ini!" ujar Rena.

"Iya aku juga dengar begitu! Baguslah. Kita jadi gak perlu lihat dia lagi di rumah ini. Bikin rusak pemandangan saja!" tambah Tasya.

"Ngapain masih bengong di sini! cuci baju sana! ingat ya. Sikat satu persatu, awas kalau sampai kamu pakai mesin cuci. Enak saja, mau makan tidur gratis disini. Nyuci pakai mesin!" kata Berta dengan sewot.

Alisa segera mengangguk dengan cepat.

"Baik Bu!" ucapnya yang langsung pergi ke ruang laundry.

"Heh, buruan nyucinya. Aku di suruh nyonya besar awasin kerjaan kamu! kalau sampai gak di sikat pakai tangan satu-satu. Aku harus lapor!" kata Maria yang duduk sambil memegang sebungkus keripik kentang di tangannya.

Alisa hanya menghela nafas panjang. Dia hanya bisa menuruti semua yang di perintahkan ibu mertuanya, kedua adik iparnya di rumah ini. Jika tidak, dia benar-benar tidak tahu harus kemana.

Kalau di pikir-pikir, pelayan saja akan mendapatkan gaji di rumah ini. Tapi Alisa, dengan status istri Mark. Dia bahkan tidak pernah melihat yang namanya uang satu tahun berada di tempat ini. Dia hanya seorang yang bisa di suruh ini itu tanpa gaji dan hanya di beri makan dan tempat tinggal.

Pelayan mungkin lebih baik, mereka juga di beri makan dan tempat tinggal. Tapi mereka di beri uang. Sedangkan Alisa, dia benar-benar hanya pesuruh yang tidak pernah di hargai sama sekali setiap pekerjaannya.

***

Bersambung...

Bab 3. Bukan Hanya Dihina

Brakk

Tangan Alisa terlalu licin, pakaian yang tadinya tinggal satu kali bilas lagi malah jatuh. Untung saja tidak begitu banyak yang terjatuh ke lantai. Namun, ember yang dia gunakan pecah.

Dan Maria yang tadinya tengah tertidur karena bosan mengawasi Alisa sampai terbangun karena suara keras ember itu.

Alisa segera memunguti pakaian yang jatuh lalu kembali memasukkannya ke ember lain dan mencoba untuk membilas ulang.

"Ya ampun! ember itu baru di beli kemarin loh. Kamu ini kalau kerja gak becus beneran ya! paling bisa nyari gara-gara. Ini harus lapor nyonya ini!"

"Bibi Maria..." Alisa berusaha menahan Maria.

Ember itu memang pecah, tapi masih bisa di gunakan. Pinggiran atau bibir embernya memang pecah, tapi tidak bocor bagian tengah sampai ke bawah.

"Ember ini masih bisa di gunakan. Tolong jangan laporkan pada ibu. Aku yang akan bilang sendiri nanti pada ibu!" kata Alisa.

Setelah menyelesaikan semua ini. Rencananya dia sendiri yang akan bilang pada ibunya. Tapi, kalau bibi Maria yang lapor. Alisa malah menjadi khawatir, terkadang demi mencari muka majikannya. Bibi Maria itu suka bicara berlebihan, melebih-lebihkan dan membuat Alisa berada dalam masalah lebih besar.

Namun, setelah Alisa mengatakan itu. Sambil menunjukkan raut wajah memonta belas kasihan, bibi Maria malah seperti sangat sinis.

"Heh, mana bisa begitu. Yang ada kamu gak akan jujur!"

Alisa menggelengkan kepalaku dengan cepat.

"Tidak bibi, aku akan jujur. Tapi tolong jangan bilang pada ibu dulu. Nanti setelah aku menyelesaikan semua ini..."

"Gak sudi lah ya!"

"Bibi Maria!"

Maria sama sekali tidak memperdulikan permintaan Alisa. Dan masih saja bergegas masuk ke dalam untuk mengadu pada Berta.

Alisa sudah pasrah, dia hanya bisa menghela nafasnya dengan panjang. Lalu mengangkat ember itu ke tempat menjemur.

Dia nyonya di rumah ini, tapi dia melakukan semua pekerjaan ini sendiri. Jika tidak ada pelayan itu wajar, tapi di rumah ini sama sekali tidak kekurangan uang dan tidak kekurangan pelayan. Pernah satu kali bibi Dini mengadukan ini pada Mark.

Namun sikap Mark pada Alisa malah semakin dingin. Dan mengatakan kalau memang tidak mau tinggal di rumah ini lagi, Alisa bisa pergi.

Selanjutnya bibi Dini tidak berani mengadukan apapun yang dilakukan oleh Berta dan kedua anak perempuannya lagi pada Mark. Tetap saja, mau itu yang menderita adalah Alisa. Yang disalahkan juga tetap Alisa.

"Itu nyonya, lihat itu nyonya! dia memecahkan ember lagi!" adu Maria pada Berta.

"Alisa!"

Tangan Alisa gemetaran, dia bahkan hanya sarapan sedikit. Dan sudah di panggil lagi oleh ibu mertuanya itu untuk membuat teh. Sekarang dia harus mencuci pakaian yang terus di tambah dan di tambah lagi oleh Tasya dan Rena. Sekarang mendengar bentakan Berta itu, Alisa merasa tubuhnya semakin menjadi lemas.

"Kamu ini! benar-benar pembawa siall! mau kamu buat bangkrut anakku, hah? mau bikin Mark bangkrut. Setiap hari ada saja yang di rusak! Kamu ini kalau punya tangan perusak, lebih baik potongg saja!"

Alisa tidak mampu berkata-kata lagi. Air matanya juga berusaha untuk dia tahan. Jika dia menangis, ibu mertuanya itu akan punya alasan menambah omelan padanya.

Alisa hanya melihat ke arah ember itu. Mungkin harganya hanya sekitar 50 ribu. Tapi ibunya marah sudah seperti kehilangan uang ratusan ribu. Bukan Alisa tidak menghargai barang itu, tapi dia tidak sengaja. Tangannya sudah kelelahan menyikat pakaian yang menggunung.

Lalu jika di bandingkan dengan kemarin Rena memecahkan guci yang harganya jutaan karena melemparkan sepatunya ke arah Tasya dan meleset. Atau Tasya yang sengaja membanting vas bunga ratusan ribu di ruangan tamu kemarin karena kesal. Ibu mertuanya itu memang sungguh tidak adil. Mereka berdua tidak dimarahi. Alisa yang tidak sengaja malah dimarahi habis-habisan.

Kepalanya di tempelengg beberapa kali. Dan pakaian yang sudah bersih tinggal di jemur itu. Di buang semua ke tanah dan di injak-injak oleh Berta.

"Bikin kesal saja! cuci lagi sampai bersih! biar kamu ada kerjaan, nanti siang kamu gak dapat makan. Itu hukuman kamu. Buat ganti ember yang pecah itu. Dasar! bisanya cuma ngabisin uang anakku saja! tidak berguna!" omel Berta yang segera masuk ke dalam rumah.

Maria terlihat senang. Dia bahkan mengejek Alisa dengan ekspresi wajahnya.

Alisa memungut lagi satu persatu pakaian yang di jatuhkan oleh ibu mertuanya ke tanah dan di injak-injak itu tadi. Air matanya sudah tidak bisa dia bendung lagi. Air mata kembali mengalir.

Bukan hanya kekerasann verbal saja, ibu mertuanya juga main tangann. Tangan Alisa sungguh sudah pucat dan gemeteran. Dua pelayan lain yang melihat kejadian ini juga tak berani membantu. Selain takut, mereka juga tidak perduli pada Alisa. Mereka hanya melihat sekilas, lalu pergi.

Alisa mengangkat ember itu kembali ke ruang cuci. Pakaiannya sudah basah semua. Dia benar-benar merasa lelah.

Satu persatu pakaian itu Alisa cuci ulang. Hanya air matanya yang harus mengalir, dan tangannya yang terus berusaha mencuci dengan cepat. Mulutnya tertutup rapat. Dia tahu, tak akan ada satu orang pun selain bibi Dini yang akan kasihan padanya di rumah ini. Dan saat ini bibi Dini sedang ke pasar berbelanja bulanan. Tidak ada yang membantu Alisa.

Bahkan ketika matahari sudah begitu terik. Alisa baru menyelesaikan pekerjaannya.

Tangannya sudah keriput, sudah sangat putih dan wajah Alisa juga terlihat pucat.

Alisa baru masuk ke dalam kamar setelah berjam-jam di luar. Dan betapa terkejutnya dia melihat suaminya yang datang bersama dengan seorang wanita cantik berpakaian bagus. Yang disambut sangat hangat oleh Berta.

"Apa kabar bibi?" tanya wanita itu.

"Karina sayang, bibi baik. Kamu sendiri bagaimana? sudah sembuh kan? semua baik-baik saja kan? bibi rindu sekali padamu!"

Alisa menghentikan langkahnya, ketika melihat wanita itu merangkul lengan suaminya.

"Aku baik bibi, semua ini karena Mark. Dia sangat mencintaiku, apalagi yang bisa terjadi padaku!"

Deg

Entah kenapa, mendengar semua itu rasanya sakit sekali hati Alisa. Bahkan suaminya tak menolak rangkulan wanita itu. Satu lagi, suaminya tersenyum pada wanita itu. Senyuman yang tidak pernah Mark tunjukkan pada Alisa.

Alisa memegang dadanya yang terasa begitu pilu, perih seperti tersayatt.

'Kenapa sakit sekali? kenapa kamu bisa tersenyum seperti itu padanya?' batin Alisa.

Namun beberapa saat kemudian dia tersadar. Mata Alisa sedikit melebar.

'Tentu saja, kenapa aku bisa lupa. Dia adalah Karina. Dia adalah calon istri dan wanita yang Mark cintai. Dia sudah kembali. Apakah aku akan di usir?' batin Alisa merasa sangat sedih.

***

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!