NovelToon NovelToon

Cinta Monyet Nadia

PROLOG

Nadia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ia adalah anak bontot sekaligus anak perempuan satu-satunya dari pak Harun dan bu Dena. Kehidupan Nadia berjalan mulus hingga lulus sekolah menengah pertama, dimana Bu Dena seorang pemilik restoran Nusantara dan pak Harun seorang pegawai bank swasta sangat menyayangi dan memanjakannya. Dan kedua kakak Nadia bernama Dani dan Alvin juga memberi perhatian dan kasih sayang untuknya.

Saat masuk sekolah menengah atas, Nadia juga mendapat banyak teman. Namun juga banyak masalah. Mulai dari kakak kelasnya yang cemburu karena cowok yang ditaksirnya menyukai Nadia. Sampai teman akrabnya memusuhinya karena masalah yang sama. Namun, tidak ada yang tau kalau Nadia menyimpan perasaan cinta untuk Faizar. Mahasiswa yang sedang PPL di sekolahnya.

Saat masih ada Faizar, Nadia sangat bahagia karena selalu mengambil kesempatan dekat dengannya. Oleh karena itu para siswa laki-laki tidak ada yang berani mendekatinya. Selama PPL di sekolah Nadia, ternyata Faizar juga memiliki perasaan yang sama dengan Nadia. Namun Faizar memilih diam karena merasa Nadia terlalu kecil untuk dijadikannya pacar. Hingga tiba saatnya Faizar selesai PPL dan harus berpisah dengan Nadia. Sejak saat itu Nadia kurang bersemangat datang ke sekolahnya.

Dalam keadaan tertekan, Nadia memilih untuk menjomblo dan menolak semua cowok yang menyatakan perasaan cinta padanya. Dia selalu mengatakan ingin fokus belajar dan tidak ingin terlibat hubungan spesial dengan siapapun. Banyak yang mundur dan memahami keputusan Nadia. Namun tidak dengan Reno, sang ketua OSIS yang terus mengejarnya tanpa menyerah.

Terus-terusan di kejar sampai berani datang ke rumahnya. Membuat Nadia akhirnya menerima cinta Reno, meskipun hatinya sama sekali tidak ada rasa. Saat menjalin hubungan dengan Reno, Nadia mendapat teror dan bullying dari kakak kelasnya yang naksir berat pada Reno. Terutama Aiko yang paling tidak terima kalau Reno memilih Nadia sebagai pacarnya.

Aiko bahkan sampai meneror Nadia ke rumahnya. Pak Harun kesal dengan teror yang sering datang ke rumahnya hingga memasang cctv di setiap sudut rumahnya. Hingga suatu hari kejahatan Aiko tertangkap kamera cctv. Pak Harun melaporkan kelakuan Aiko ke kantor polisi dan juga sekolah. Setelah kejadian itu, Aiko baru bisa dihentikan sementara.

Selesai masalah dengan Aiko, bukan berarti masalah Nadia selesai. Justru masalah kali ini datang dari sahabatnya sendiri. Riska yang selama ini selalu mengatakan kalau naksir Farhan pada teman-temannya, termasuk cerita pada Nadia, tiba-tiba menyatakan cinta pada Nadia dan ingin memutuskan hubungan dengan Reno. Masalah ini membuat perpecahan di antara Nadia dan ketiga sahabatnya. Hingga Nadia hanya tinggal memiliki satu teman saja, yaitu Dewi. Sementara dua sahabatnya memusuhinya karena menganggap Nadia pengkhianat.

Nadia memilih untuk tidak terus memikirkan masalah di sekolahnya. Dan memilih untuk memutuskan hubungan dengan Reno yang mulai over posesif padanya. Saat sedang asyik karena bisa bebas dari hubungan yang tak diinginkannya. Kakak kedua Nadia, Alvin mengajak teman-temannya ke rumahnya. Dan salah satu teman Alvin adalah Faizar. Mengetahui Faizar ada dirumahnya, Nadia sangat bahagia dan keduanya bertemu kembali setelah lama berpisah.

Nadia dan Faizar saling tukar nomer ponsel. Sejak saat itu Nadia dekat dan semakin dekat dengan Faizar. Hingga suatu hari Faizar menyatakan cintanya pada Nadia. Tanpa berpikir panjang, Nadia menerima cinta Faizar. Keduanya berhubungan diam-diam dari kedua keluarga. Sampai Nadia lulus sekolah dan Faizar harus meneruskan kuliahnya di Mesir. Mereka kembali berpisah.

Saat lulus sekolah, ayah Nadia menjodohkan Nadia dengan anak sahabatnya yang tak lain adalah Farhan. Nadia yang merasa Farhan adalah penyebab dirinya dan teman-temannya bermusuhan langsung menolak perjodohan itu. Namun, ayah Nadia tidak menggubrisnya. Perjodohan tetap dilakukan tanpa persetujuan Nadia. Apakah Nadia akan menikah dengan Farhan atau bisa bersama Faizar, cinta pertamanya?

Awal Pertemuan

Faizar, mahasiswa yang sedang magang di SMA Cendekia berjalan memasuki kelas. Dengan langkah tegap dan tubuh yang atletis, ia mampu menyihir siapapun yang memandangnya. Suasana kelas yang sebelumnya hingar bingar berubah menjadikan hening seketika. Setelah meletakkan buku dan tasnya di meja guru, Faizar berjalan ke tengah dan menatap siswa-siswi yang semuanya menatapnya sejak masuk ke kelas.

"Selamat pagi semuanya, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Mari kita awali hari ini dengan berdoa bersama," ucap Faizar.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab murid-murid serempak.

Lalu, seluruh murid menundukkan kepala dan berdoa. Termasuk Faizar yang berdoa dan menundukkan kepalanya berdiri di depan murid-murid.

"Berdoa selesai!" ucap Faizar menyudahi berdoa bersama.

Seluruh murid mengangkat wajahnya dan mulai mengeluarkan buku mata pelajarannya dari dalam tasnya.

"Maaf, sebelumnya apakah disini ada yang non-muslim?" tanya Faizar.

"Tidak ada, Kak," jawab murid-murid sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, kalau begitu kita mulai pelajaran pada hari ini, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Faizar.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab murid-murid serempak.

"Alhamdulillah, Alhamdulillahi Rabbil alamin. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan sehingga kita bisa berkumpul di tempat penuh berkah ini. Serta mari kita panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan kita nabi Muhammad Saw. Allahumma sholli Ala sayyidina Muhammad wa Ali sayyidina Muhammad."

"Eum, pada hari ini kita akan membahas tentang Tauhid. Tauhid sendiri adalah keyakinan bahwa Allah SWT adalah salah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan tidak ada sekutu atau anak bagi-Nya."

Nadia menyimak setiap kata yang di ucapkan oleh Faizar dan sesekali keduanya terlibat kontak mata. Nadia juga mencatat beberapa materi yang disampaikan oleh Faizar. Hingga jam pelajaran selesai, Faizar meminta murid-murid membuat rangkuman untuk ditanyakan di pelajaran selanjutnya.

"Baiklah, akhirnya pelajaran hari ini sudah selesai. Dan jangan lupa dengan tugas yang tadi kakak berikan. Kakak harap di pertemuan selanjutnya ada yang adek-adek tanyakan."

"Iya, kak."

Faizar merapikan buku-bukunya, lalu tersenyum dan keluar kelas. Selepas Faizar keluar, murid-murid perempuan di kelas Nadia membicarakan pesona sang mahasiswa yang baru saja mengajar mereka. Termasuk Nadia yang merasa kagum dan mengakui kharisma Faizar sangat kuat. Bukan karena tampan, tapi terlebih tutur kata dan sikapnya saat mengajar.

"Coba kalau kita diajar sama kak Faizar seharian, pasti betah di kelas terus. Haha," ucap Widya teman Nadia yang duduk di belakangnya.

"Yeei, itu sih maunya kita semua. Haha," timpal Riska terkekeh.

"Woilah, jangan digibahin terus, nanti orangnya keselek loh," sahut teman sekelas Nadia yang lainnya.

Nadia dan teman-temannya diam ketika jam pelajaran di lanjutkan dengan mata pelajaran matematika yang diajar langsung oleh guru mereka. Saat masuk dan menutup pintunya, kelas mendadak hening dan Bu Santi mulai mencatat beberapa rumus di papan tulis. Selesai mencatat, Bu Santi menutup spidolnya.

"Kalian catat dulu rumus yang ibu tulis di papan, setelah itu akan ibu jelaskan satu demi satu," ucap Bu Santi sambil duduk di kursi guru.

"Nad, habis diajar kak Faizar trus ganti sama Bu Santi jadi ga semangat ya," bisik Dewi menyenggol lengan Nadia.

"Apa sih, udah ah ... Catat aja lah, jangan gerutu terus. Nanti ga fokus!" jawab Nadia.

Ehem ....

Bu Santi berdehem dan memandang Nadia dan Dewi yang ngobrol sendiri. Seketika Nadia dan Dewi berhenti bicara dan mencatat semua yang di tulis Bu Santi. Setelah semua murid selesai mencatat. Bu Santi menjelaskan satu demi satu rumus yang sudah ia tulis di papan. Nadia dan teman-temannya fokus mengikuti mata pelajaran hingga selesai. Bel istirahat berbunyi, Nadia dan teman-temannya pergi ke kantin untuk membeli jajan.

"Nadia, ayo cepetan! Lama amat sih tinggal masukin buku di tas aja," gerutu Riska.

"Sabar Riska, aku ambil dompetku juga nih, udah ayo!" ucap Nadia sambil berdiri.

Nadia, Riska, Widya dan Dewi berjalan bersama menuju kantin. Selama berjalan menuju kantin, Nadia mendapat tatapan sinis dari beberapa siswi yang kebetulan berpapasan dengannya.

"Mereka kenapa ya ngeliatin aku kaya gitu," gumam Nadia.

"Heh, Nadia. Kamu ga sadar kalau sejak masuk udah di sinisin sama kakak kelas? Mereka marah karena cowok-cowok disini banyak yang naksir kamu, apalagi kak Reno. Masa kamu ga ngerasa?" jelas Widya. Sementara dua teman Nadia yang lain terkekeh melihat muka Nadia yang benar-benar tidak paham dengan apa yang terjadi padanya.

"Aku pikir mereka kaya gitu biasa aja, bukannya dia juga ramah ke semua cewek ya?"

"Ya nggak, dia cuma ramah dan perhatian ke kamu, buktinya waktu itu kamu bikin kesalahan malah anggotanya yang di marahin, bukannya kamu," cerocos Dewi.

Nadia mengendikkan bahunya dan mengerucutkan bibirnya. Mereka terus mengobrol dan lanjut membicarakan pesona Faizar yang baru saja mengajar di kelas mereka. Saat sampai di kantin Nadia melihat ada mahasiswa juga. Ia berharap ada Faizar juga disana.

Sampai di kantin Nadia bertemu dengan Faizar dan keduanya saling melempar senyum. Setelah memilih beberapa jajan dan minuman, Nadia dan teman-temannya ke taman sekolah untuk menikmati makanan yang mereka beli karena di kantin sudah sangat penuh.

"Eh, guys tadi aku di sapa sama Farhan. Seneng banget deh hatiku," ucap Riska sambil memegangi dadanya dan memejamkan matanya.

"Farhan teman sekelas kita?" tanya Nadia mengernyitkan dahinya.

"Iya, aku suka sejak masuk MPLS dan berdoa ingin sekelas sama dia. Eh beneran dong dia sekelas sama kita. Hehe," ujar Riska.

"Tapi Farhan suka nggak sama kamu," timpal Widya.

"Ya harus suka dong, aku kan cantik. Haha," celoteh Riska berhasil membuat Nadia terpingkal, begitu juga temannya yang lain.

Riska terus menceritakan kekaguman terhadap Farhan pada teman-temannya. Sementara Nadia menanggapinya agar Riska merasa bahagia. Sampai bel masuk berbunyi, Nadia dan teman-temannya kembali ke kelas dan mengikuti jam pelajaran hingga selesai.

Nadia dan temannya berjalan bersama menuju depan, Dewi yang sudah di jemput oleh ayahnya berpamitan lebih dulu.

"Yah, Dewi duluan deh. Eh, itu kan bis kota. Kita naik itu aja yuk, Ris," ucap Widya.

"Ayo, Nadia kita pulang dulu ya, maaf ga bisa nemenin kamu nunggu jemputan," ujar Riska sambil melambaikan tangannya.

Nadia hanya tersenyum kecut sambil menunggu jemputan di depan gerbang. Untuk menghilangkan rasa bosan menunggu, Nadia asyik bermain ponselnya. Lalu Faizar berjalan dengan teman-temannya sambil bercengkrama. Mendengar suara Faizar, Nadia mengangkat wajahnya dan tanpa sadar memperhatikannya, dan Faizar merasa di perhatikan olehnya.

"Nunggu jemputan, dek?" tanya Faizar sambil tersenyum.

Jalan-jalan Sama kak Dani

"Heum ... Eh, iya kak. Hehe," jawab Nadia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jantungnya berdebar-debar ketika melihat Faizar yang sungguh dekat dengan dirinya.

"Jangan cuma nanya, Zar. Anterin aja langsung," sahut salah satu mahasiswa yang bersama Faizar.

Faizar tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya, lalu pergi bersama teman-temannya meninggalkan Nadia. Tidak lama kemudian, mobil jemputan Nadia sampai. Ia segera masuk dan mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sampai di rumahnya, Nadia bergegas keluar dan ke kamarnya.

Meletakkan tas dan melepas sepatunya, lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. "Manis banget kak Faizar, jadi semangat ke sekolah nih. Hehe," gumam Nadia memeluk bantal berbentuk love sambil tersenyum dan memejamkan matanya.

TOK TOK TOK

"Non Nadia, disuruh makan siang sama ibu," ucap pembantu rumah keluarga Nadia.

"Iya, bentar lagi," teriak Nadia.

Nadia bangkit dan beranjak dari ranjang, lalu ke kamar mandi dan mencuci tangan, muka dan kakinya. Setelah merasa bersih, Nadia mengganti baju seragam dengan kaos dan rok sedengkul. Lalu keluar dari kamarnya menuju ruang makan.

"Bun, aku mau yang itu." Nadia menunjuk ikan nila goreng.

Bu Dena memberikan ikan yang diinginkan putrinya. Nadia segera menyantap makanannya dan Bu Dena duduk di depannya. Tidak lama kemudian, Dani, putra sulung Bu Dena turun dan langsung mengacak-acak rambut adiknya.

"Ck, kebiasaan, bisa ga sih tangannya di kondisikan." Nadia melirik tajam kakaknya yang duduk di sebelahnya sambil tertawa.

"Dani, udah dong. Jangan gitu sama adikmu," ucap Bu Dena.

"Kenapa sih Bun, lucu aja lihat mukanya. Haha," kata Dani membuat Nadia makin kesal.

Nadia menyantap makannya dengan cepat dan ingin segera pergi ke kamarnya. Bu Dena khawatir melihat putrinya, "Makannya pelan aja, Nad."

Nadia tidak menggubrisnya dan selesai dalam waktu kurang dari tiga menit. Selesai makan, Nadia beranjak dari tempat duduknya dan segera kembali ke kamarnya. Hanya di kamarnya ia merasa bebas tanpa godaan dari kedua kakak laki-lakinya.

TOK TOK TOK

Nadia yang tengah asyik mengobrol dengan temannya merasa terganggu. Setelah menghela napas panjang, Nadia beranjak dari ranjangnya dan menuju pintu. Setelah membukanya, Nadia melihat muka menyebalkan sang kakak di hadapannya.

"Jangan marah gitu dong, ayo jalan-jalan biar ga bosen di rumah," ucap Dani sambil nyengir kuda sambil membalas pesan di ponselnya bersandar di dinding depan kamar Nadia.

"Ga mau, jalan aja sama cewekmu, kakak kan punya banyak cewek tuh," jawab Nadia ketus.

"Bosen jalan sama cewekku, ayo lah Nad. Nanti kamu minta apa aja aku beliin deh," bujuk Dani agar Nadia tidak marah lagi padanya. Karena selepas Nadia pergi, ia di marahi oleh bundanya sudah mengganggu adiknya.

"Ya udah, bentar aku ganti baju dulu." Nadia menutup pintu, lalu Dani ke bawah menunggu adiknya selesai berdandan.

Nadia mengambil baju jumpsuit denim jeans biru dan kaos warna putih. Lalu melepas pakaian yang sebelumnya dikenakannya, lalu memakai jumpsuit yang sudah dipilihnya. Setelah itu menyisir rambut, bersolek sederhana dan memakai tas selempang. Nadia keluar dari kamar dan menuju lemari sepatunya yang terletak di samping kamarnya dan memilih salah satu sepatu yang dirasa cocok dengan bajunya. Setelah memakai sepatu, Nadia turun menemui kakaknya yang sudah menunggunya di ruang tamu.

"Lah, kog malah tidur sih?" tegur Nadia.

"Habis lama banget cuma ganti bajunya, tinggal tidur aja. Haha," ucap Dani terkekeh sambil memejamkan matanya, ia sengaja menggoda adiknya lagi.

"Jadi nggak?" Nadia mulai kesal kembali dan melipat tangannya di dada, melihat kakaknya tidak segera bereaksi. Nadia membalik badan akan kembali ke kamarnya.

"Jadilah Nad. Ayo kita berangkat sekarang!" ucap Dani saat melirik adiknya mulai kesal lagi dengan tingkahnya.

Nadia kembali mendekati Dani sambil mengerucutkan bibirnya. Sementara Dani semakin gemas melihat mimik muka adiknya yang masih seperti gadis kecil. Tanpa sadar tangannya mencubit pipi Nadia dan seketika Nadia berteriak sambil memukul lengan kakaknya.

"Dani, kamu apakan lagi adikmu!!" teriak Bu Dena dari belakang.

"Ga diapa-apain kog bunda," jawab Dani sambil tersenyum melihat Nadia.

Dani dan Nadia keluar rumah dan masuk ke mobil. Dani melajukan mobilnya dengan cepat dan Nadia terus memprotesnya sepanjang perjalanan. Namun, bukan Dani kalau menggubris apa yang di katakan oleh Nadia. Ia justru semakin mempercepat laju mobilnya dan Nadia sampai menangis.

"Hahaha ... Masa gini aja nangis, Nad." Dani tertawa terbahak melihat adiknya benar-benar menangis.

Dani memperlambat laju mobil, baru Nadia berhenti menangis. Sampai di Mall, Nadia dan Dani keluar dari tempat parkir. Dani menggandeng lengan Nadia seperti menggandeng pacarnya.

"Lepasin nggak!" gerutu Nadia.

"Nggak, kenapa sih Nad. Aku kan kakakmu, ga masalah dong kita pegangan erat. Haha," jawab Dani tanpa menoleh.

Nadia mendengus kesal dan mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa dimintanya sebagai upah telah menemani kakaknya jalan. "Kak, aku mau sepatu itu," tunjuk Nadia di salah satu outlet sepatu terkenal.

"Boleh, ambil aja mana yang kamu mau," jawab Dani.

Nadia mengambil tiga pasang sepatu untuk berganti-ganti saat ke sekolah. Sementara Dani tidak mengira Nadia akan mengambil banyak sepatu. "Waduh, kena palak Nadia nih," gumam Dani.

Nadia masih berputar ke bagian aksesoris dan mengambil beberapa kaos kaki. Setelah merasa puas mengambil apa yang diinginkan dirinya, Nadia menghampiri kakaknya yang sedang duduk sambil membalas pesan masuk ke ponselnya. Ketika melihat Nadia di dekatnya, Dani mengangkat wajahnya.

"Udah kak, cepat bayarin!" tegur Nadia membuat Dani menggaruk kepalanya. Dengan terpaksa Dani membayar sejumlah tagihannya ke kasir.

Selesai dengan sepatu, Nadia kembali mencari barang yang diinginkannya. Namun, Nadia berhenti mendadak saat keduanya berjalan bersama. "Ada apa kog berhenti?" tanya Dani.

"Itu bukannya cewekmu, Kak?" tunjuk Nadia ke food court dalam Mall.

"Eh, kamu kog tau itu cewekku?" Dani menatap heran adiknya.

"Aku pernah lihat fotonya di ponselmu, kak. Hehe." Nadia tertawa kecil.

"Iya juga ya, sama siapa dia. Ayo kita kesana!"

Dani dan Nadia menghampiri Erla, kekasih Dani yang keempat. "Ehem, katanya mau dirumah aja," tegur Dani dari belakang Erla.

Erla menoleh, Dani tersenyum sinis melihat Erla bersama pria lain berduaan di Mall. "Dani, aku tadi ga sengaja ketemu sama dia. Kenalin, ini Harlan. Temanku waktu SMA," ucap Erla gugup.

"Oh, teman ... Gapapa, tapi setelah ini jangan hubungi aku lagi, Er," tegas Dani denganwajah datar dan dingin.

"Apa? Putus? Ga bisa gitu dong, Dan. Kamu juga jalan sama cewek lain, dia siapamu?" tanya Erla meradang.

"Dia pacarku, untuk itu sebaiknya kita putus," kata Dani menyunggingkan senyum.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!