***
Raka Aryasatya Wicaksana, Mahasiswa semester Akhir yang sedang di pusingkan dengan skripsi. sudah dua bulan tapi skripsinya masih di Bab 1, setiap pertemuan dengan Dosen Pembimbing nya. pasti akan berakhir dengan coretan dan banyak yang harus di revisi ulang.
Dikampusnya, Raka hanya dekat dengan Dua sahabatnya dari masih sekolah dulu. Yang satu jurusan hanya satu, Fahri Alandio. mereka mengambil jurusan Manajemen bisnis. Sementara temannya satu lagi bernama Elvano Damar, dia merupakan Mahasiswa Arsitektur.
Ketiga sama-sama sedang di landa rasa pusing oleh skripsi, biasanya kalau sedang pusing begitu mereka akan berkumpul di Kafe dekat kampus. Sesekali di Apartemen milik Elvano.
Seperti sekarang, mereka sedang nongkrong di kafe. Ketiganya baru saja bertemu dengan dosen pembimbing.
“Gue belum ngasih tahu kalian kan soal Bokap.” Ucap Raka.
“Belum, kenapa bokap Lo, sakit?” Tanya Elvano.
“Atau Kawin lagi?” Tanya Fahri.
“Kawin lagi, Dua hari yang lalu. Kemarin sudah pindah kerumah, terus katanya punya anak gadis umur 20 tahun. Semester 4 kuliah di kampus yang sama kayak kita.” Jawab Raka.
“Lo setuju?” Tanya Fahri.
Raka menganggukan kepalanya. “Setuju, sebelumnya Gue udah nyari tahu soal Mak tiri Gue itu, orang baik, pekerja keras juga sama kalau bicara lembut gak kayak bokap, awalnya Gue agak khawatir, tapi Bokap selalu ngeyakinin gak bakalan kasar dan katanya udah cinta banget juga, Gue senang banget pas bokap bilang mau nikah lagi, Lo pada kan tahu selama ini bokap gak pernah dekat sama perempuan manapun kecuali Oma, gara-gara trauma pernah di tinggal selingkuh sama nyokap pas usia pernikahan baru jalan 2 tahun.” Jawab Raka.
“Kenal dimana bokap Lo sama Istri barunya?” Tanya Elvano.
“Pas beli Roti, kebetulan Mak Tiri Gue itu punya toko Roti, nah disana mereka kenal. Jalan satu tahun kenal, Bokap langsung ngajak nikah, katanya sempat di tolak.”
“Berarti nanti Lo bakalan punya adik dong.” Ucap Fahri.
“Ya iyalah, Adik ketemu gede.” Jawab Raka.
“Bukan itu, Maksud Gue Adik kandung. Siapa tahu Ibu tiri Lo hamil.” Ucap Fahri.
Raka menggelengkan kepalanya, “Gak bakalan punya anak, Rahimnya sudah diangkat. Katanya pas ngelahirin Anak nya ada Masalah jadi harus di angkat, terus di cerai sama suaminya karena gak bisa punya anak lagi, mantan suaminya itu pengen punya anak cowok.”
“Gila, ada ya cowok begitu. Kasian banget, baru lahiran langsung di cerai. Mana gak mau nganggap anak nya lagi mentang-mentang Yeng keluar Cewek.” Ucap Elvano.
“Lo belum ketemu sama adik tiri?” Tanya Fahri.
“Belum lah, masih di Apartemen nya. Gak mau ikut pindah katanya, tapi sesekali nanti bakalan nginap. sore ini mau kerumah.”
“Nanti kalau cantik kenalin ke Gue ya, siapa tahu jadi jodoh.” Kekeh Elvano.
“Gak Gue kasih, Lo kan Buaya.” Sinis Raka.
“Pepet aja sama Lo, Rak. Kan kalian cuma saudara tiri, jadi bisa lah punya hubungan.” Suruh Fahri.
“Gila Lo, Gak bakalan ya.” Bantah Raka.
Elvano dan Fahri saling lirik dan tersebut miring, “Gak yakin Gue.” Ucap Fahri.
“Kita lihat aja nanti, kalau tiba-tiba kita dengar kabar Lo punya hubungan khusus sama Adik Tiri Lo, Lo harus ngasih kita berusaha tiket liburan ke lombok, semuanya Lo yang bayar.” Ucap Elvano.
“Itu namanya pemerasan Anjir.” Ketus Raka.
Mereka tertawa, “Lo takut ya?” Ledek Fahri.
“Oke, Gue setuju. Tapi kalau gak, sampai Gue ternyata tertarik sama cewek lain. Lo berdua yang harus ngasih Gue tiket liburan.”
“Deal.” Seru mereka.
.
Raka baru sampai di Rumahnya pada jam Empat Sore. saat masuk ke dalam rumah, ia tidak sengaja mendengar suara asing.
Saat sampai di Ruang tengah, Raka melihat ke arah dapur. ternyata Ibu Tirinya sedang memasak dengan seorang perempuan masih muda, bisa ia tebak pasti itu Adik Tirinya.
“Eh, Baru Pulang Bang?” Tanya Bu Rini. Ibu tirinya.
Raka mendekat pura-pura mengambil Minuman dingin di dalam kulkas. “Iya Bu, habis nongkrong sama teman-teman.”
Raka sempat melirik kearah perempuan yang sedang sibuk memasak, “Kalau gitu Abang ke atas dulu.” Pamitnya.
Setelah Raka pergi, Perempuan yang di lirik Raka barusan menatap Ibunya.
“Bu, Ini Aku gak apa-apa kan malam ini nginap disini?” Tanya Nadine.
“Ya Nggak apa-apa, Malah Ibu senang. kalau bisa ikut pindah aja.” Jawab Bu Rini.
Nadine menghela nafasnya, “Aku di Apartemen aja, Biar lebih dekat ke Toko.”
Mereka melanjutkan memasaknya untuk makan malam, Ada Art dua orang. Tapi Bu Rini ingin memasak apalagi ditemani Putrinya, jadi Art nya diminta untuk beristirahat.
Sementara di lantai atas, tepatnya di dalam kamar Raka. Ia tidak langsung mandi, tapi malah duduk santai di balkon kamarnya.
“Kayak gak asing, pernah lihat dimana ya?” Gumam Raka.
“Mungkin pernah papasan.” Raka beranjak dari duduknya dan kembali ke dalam, badannya lumayan sudah gerah.
*
Makan Malam kali ini bertambah personil. Nadine duduk tepat di samping Raka, di depan Mereka ada Bu Rini, dan Ayah mereka, Pak Irawan. duduk di ujung. Meja. tepatnya di kursi single, tidak berjejer.
“Kita Makan dulu ya, habis itu baru sesi perkenalan nya.” Ucap Pak Irawan.
Mereka makan dengan khidmat, tidak ada yang berbicara saat makan.
Setelah selesai Makan, Mereka berkumpul di ruang tengah. Tapi sebelum itu Nadine mencuci piring bekas makan mereka terlebih dahulu, sempat dilarang oleh Pak Irawan. Tapi Nadine tetap kekeh ingin mencuci nya. Sudah menjadi kebiasaannya kalau sudah makan harus cepat-cepat di Cuci, ia paling tidak suka melihat yang kotor-kotor.
Dan kini Mereka berempat Berkumpul, dan lagi-lagi Raka duduk disampingnya Nadine.
“Walaupun kalian satu kampus, belum tentu saling kenal. bukan? Jadi Raka, ini Nadine yang sekarang jadi Adik kamu, Ayah mau kalian selalu akur dan saling menjaga, sekarang kalian saudara.” Ucap Pak Irawan.
Raka melirik Kesamping, “Jurusan Apa? Kayaknya kita pernah ketemu dikampus.” Tanya Raka.
“Tata boga, Mungkin dicara seminar. soalnya aku selalu ikut kalau ada seminar soal Bisnis.” Jawab Nadine.
Raka mengangguk-anggukkan kepalanya, “Bisa jadi.” Gumamnya.
“Besok ada kelas gak, Nad?” Tanya Pak Irawan.
“Ada, Yah. Dijam Sembilan.” Jawab Nadine.
“Kalau Abang, ada bimbingan gak?”
“Besok gak ada, rencananya besok mau ke Bengkel.” Jawab Raka.
“Nah anterin Nadine dulu ke kampus, biar kalian semakin dekat.” Titah Pak Irawan.
“Gak usah yah, nanti aku bisa naik ojol.” Tolak Nadine.
“Udah jangan nolak, biar makin akrab.” ucap Pak Irawan.
“Yaudah iya, Nanti berangkat bareng Abang.” Ucap Nadine.
Pak Irawan dan Bu Rini saling tatap. “Ayah sama Ibu ke kamar duluan ya, kalau kalian mau masih disini bisa tuh ngobrol-ngobrol. Siapa tahu nyambung.” Pamit Pak Irawan.
Setelah orang tua mereka sudah pergi, kini di ruang tengah jadi lebih sunyi. keduanya sama-sama diam.
“Emmm, Bang. Aku duluan ya, mau istirahat.” Ucap Nadine.
“Silahkan, kalau gak nyaman sama kamarnya nanti bilang aja.” Balas Raka.
“Iya, Bang.”
Dan ini disana tinggal Raka, Raka memejamkan Matanya sejenak. “Gini amat punya adek ketemu Gede, agak sungkan.” Gumamnya.
***
Sesuai kesepakatan semalam, Pagi ini Nadine ke kampus diantar oleh Raka. Sebenarnya Nadine ingin menolak dengan memberikan beberapa alasan, tapi tetap saja Ayah nya terus memaksanya untuk di antar Raka. Biar lebih Akrab.
Dan sekarang keduanya sudah berada di dalam Mobil, tadinya mau naik motor. tapi melihat cuaca di luar mau hujan, jadi Raka memilih untuk menggunakan Mobil nya saja.
Tidak ada yang mengeluarkan suaranya, mereka sama-sama diam.
“Ini gimana caranya ya biar gak canggung gini? Masa harus Gue yang duluan sih, kan gengsi.” Gumam Nadine dalam hatinya.
Sementara Raka, ia akan sesekali melirik ke arah Nadine. Ia juga bingung harus memulai percakapan darimana, ini baru kali pertama nya dari mobil dengan perempuan hanya berdua. kalau pun ada perempuan lain itu pasti ada kedua sahabat nya juga.
Matanya tidak sengaja melihat ke arah Nadine, ia sudah biasa melihat perempuan lain memakai Rok mini, tapi kenapa saat melihat Nadine yang mengenakan Rok Mini malah hatinya yang tidak tenang.
“Ekhemm, Itu kamu sudah biasa ke kampus begitu?” Tanya Raka.
Nadine Melirik kesamping, menatap Raka dengan Alis mengerut. “Gitu gimana?” tanyanya bingung.
“Pakaian kamu.” gumam Raka pelan, masih bisa Nadine dengar.
Nadine langsung menatap tubuhnya, hari ini ia mengenakan Rok diatas lutut sedikit dan kalau duduk begitu Rok nya jadi agak keatas, sementara atasannya hanya memakai kaus lengan pendek.
“Oh ini, Sebenarnya baru beberapa kali. Gak terlalu biasa juga pakai rok, karena kemarin salah bawa.” Ucap Nadine.
“Nyaman?” tanya Raka.
“Ya Nyaman, kenapa memangnya?” Tanya balik Nadine.
“Kalau gak nyaman bisa mampir ke butik atau ke Apartemen kamu dulu.” Jawab Raka.
“Gak perlu, kebetulan hari ini cuma satu pertemuan. sampai jam sepuluh, jadi nanti langsung pulang.” Ucap Nadine.
Mereka sudah sampai di Parkiran fakultas teknik. “Makasih ya, Bang.” ucap Nadine tersenyum ke arah Raka.
“Sama-sama.”
Setalah Nadine keluar, Raka memejamkan Matanya dan menghela napas. “Kenapa jantung gue berdebar agak cepat? Gak mungkin Gue suka sama Nadine?”
Raka menggelengkan kepalanya, “Jangan sampai Gue suka sama dia, pasti bakalan jadi ribet nantinya.”
Raka malah keluar dari dalam mobilnya, sekarang tujuannya adalah pergi ke perpustakaan. rencananya ia akan menunggu Nadine sampai selesai kelasnya, padahal niat awalnya mau pergi ke bengkel. Usaha nya sendiri yang sudah berjalan dua tahun.
.
Satu jam beberapa menit kemudian, Raka keluar dari dalam perpustakaan. Ia berjalan santai menuju parkiran, ia akan menunggu Nadine disana.
Tapi sebelum itu, Raka akan memberitahu Nadine dulu lewat pesan. Ia sudah meminta No Hp Nadine pada Ibu nya.
Raka : “Ini No Abang, Abang tunggu di Parkiran tempat sama.”
Raka masuk ke dalam mobilnya, sambil menunggu Nadine. Ia akan bermain games di hpnya.
Sementara di dalam kelas Tata boga. Dosen baru saja keluar dari kelas. Nadine mengambil Hp nya di dalam tasnya, ia akan memesan Taxi online.
Namun ia dikejutkan saat melihat ada pesan masuk dari No Baru, saat di buka. Lagi-lagi ie terkejut ternyata itu dari Abang Tirinya.
“Jangan bilang dari tadi belum pergi.” Gumamnya.
“Nad, udah dapat belum taxi nya?” Tanya Tari. Ia merupakan satu-satunya teman dekat Nadine.
“Gak jadi, soalnya Abang Gue udah nunggu di Parkiran.” Jawab Nadine.
Keduanya berjalan keluar, Nadine sudah berdiri soal Ibu nya yang menikah lagi dan ia yang mempunyai Abang tiri dan ternyata satu kampus, hanya saja Raka sudah semestinya akhir.
“Gue jadi penasaran yang mana sih Abang Lo itu.” Ucap Tari.
“Kalau gitu ayo kita ke parkiran, kalau Lo mau nanti Gue minta Abang Gue buat anterin Lo dulu ke kosan.” Ucap Nadine.
“Gue cuma mau liat doang, lagian Gue juga masih ada sedikit urusan sama Anak-anak BEM.” Ucap Tari.
Mereka sudah berada di parkiran, Nadine masih hafal dengan Mobilnya Raka. Walaupun baru sekali lihat tapi ingatannya cukup tajam.
“Sayang banget lagi di dalam mobil, jadi Lo belum bisa lihat.” Ucap Nadine.
“Namanya siapa memang? Siapa tahu Gue kenal.” Tanya Tari.
“Raka Aryasatya Wicaksana, jurusan manajemen Bisnis jurusan terakhir.” Jawab Nadine.
Tari melebarkan Matanya terkejut, “Anjir, jadi Bang Raka itu yang Lo maksud.”
“Kenapa? Lo kenal?“ tanya Nadine.
“Cuma kenal namanya sama pernah lihat mukanya, dia itu Sahabat Mantan Gue.” jawab Tari.
“Bang El?” tanyanya, karena yang mantan Tari di kampus in hanya Elvaro, satu nya lagi mantannya sudah kerja.
Tari Menganggukan kepalanya. “Iya, sekarang Gue udah gak penasaran lagi. Kalau gitu Gue duluan ya.” Pamit Tari.
Nadine terdiam sejenak memerhatikan kepergian Tari, setelah itu ia melanjutkan langkah kakinya menuju Mobil Raka.
Sampai disana, Nadine langsung masuk.
“Maaf ya lama.”
“Gak kok.”
“Abang dari tadi disini?” Tanya Nadine.
“Nggak, Abang habis dari perpus.” Jawab Raka. Ia mulai melajukan Mobilnya meninggalkan Area Parkiran.
“Mau nyari makan dulu gak? atau mau langsung ke Apart?” Tanya Raka.
“Langsung ke Apartemen aja.”
Keduanya kembali diam, Nadine menatap keluar jendela. tepat di lampu Merah turun hujan.
“Bang Raka, temannya Bang El?”
Raka mengernyitkan keningnya. “Elvano?” Tanya Raka.
Nadine mengangguk. “Iya.”
“Kok kamu kenal sama El?”
“Bang El itu mantannya teman aku, jadi pernah ketemu beberapa kali.”
“Ko bisa tahu Abang sahabat nya El?”
“Dari Tari, tadi dia tanya Abang tiri aku namanya siapa. Ya aku jawab sama jurusan nya sekalian, eh ternyata Tari tahu Abang.”
“Oh iya iya, Abang inget Sekarang. pernah ketemu sama Mantannya El yang itu, setiap jurusan pasti bakalan Nemu Perempuan yang jadi Mantan nya El, semuanya Adik tingkat.” Ucap Raka.
“Iya sih kata Tari juga Bang El itu buaya, Tari aja katanya Mantan Bang El yang ke Sembilan.” Ucap Nadine.
“Terus pacarannya gak pernah nyampe setahun, paling lama 10 bulan.” Sambung Raka.
Nadine geleng-geleng kepala. “Bisa gitu ya, memangnya Bang El gak punya Adik perempuan? Kalau punya takutnya Nanti adiknya jadi korban buaya darat.”
“Dia gak punya adek, punyanya juga kakak perempuan. udah nikah udah punya Anak juga, katanya dulunya pas sebelum nikah, Kakak nya itu pemain juga, terus Nikah selang 3 bulan cerai karena cowoknya pemain juga, mungkin itu karmanya. terus nikah yang kedua, ternyata langgeng sampai sekarang.” Ucap Raka.
“Turunan ternyata, jangan bilang orang tua nya juga sama?”
“Ya, mereka sama-sama pemain. Papanya mantan Playboy, Mantan nya punya 22, Mamanya Playgirl, mantannya 17. Terus suami Kakaknya yang sekarang juga dulunya playboy juga.”
Nadine hanya bisa mengusap dadanya, tidak habis pikir dengan keluar nya Elvano.
***
Hujan semakin deras, padahal baru jam setengah sebelas. Dan Raka posisinya sekarang berada di Apartemen Nadine.
Ia Mampir disana karena tidak mungkin melanjutkan perjalanan nya, Raka mendapatkan info kalau jalan menuju Rumah nya terjebak Banjir. Jadi mau tidak mau ia ikut menumpang di Apartemen Nadine.
Raka sedang duduk di Sofa ruang tengah sambil bermain game di hp nya, atensinya teralihkan saat mendengar suara pintu di buka.
Saat di lirik, ternyata Nadine yang sudah mengganti pakaian nya. Nadine memakai kaos longgar dengan celana pendek nya, tapi kalau di perhatikan seperti tidak memakai celana.
“Bang, lapar gak?” Tanya Nadine.
“Lumayan, mau pesan Makanan?” Tanya balik Raka.
“Nggak, mau masak.” Jawab Nadine sambil berjalan ke arah dapur. Dan ternyata di susul oleh Raka.
“Mau masak apa?” Tanya Raka, melihat Nadine sedang membuka kulkas nya.
“Belum tahu, ada udang, cumi, Kangkung, tempe sama daging sapi. Abang mau dimasakin apa?”
“Tumis Kangkung sama Udang goreng kayanya enak.” Jawab Raka.
Nadine mengangguk-angguk, ia mengambil dua bahan makanan tersebut.
“Butuh bantuan?”
“Apa ya? Masak nasi aja, bisa kan?”
“Bisa.”
Nadine sedang membersihkan udangnya, sementara Raka mengambil wadah dan memasukan berasnya untuk di cuci. Mereka gantian berdiri di depan wastafel nya, Raka mencuci beras dan Nadine mengambil tepung.
Raka juga membantu memotong kangkung, dan perbawangan serta cabai selama Nadine menggoreng udang.
Setengah jam lebih beberapa menit kemudian, Nasi pun sudah matang. Goreng udang dan Tumis Kangkung sudah siap beberapa menit yang lalu.
Nadine mengambil dua piring dan mengisinya dengan Nasi, goreng udang dan tumis kangkung. Ia berikan kepada Raka, setelah itu baru ia isi untuk dirinya sendiri.
“Kalau ada yang kurang bilang ya.” Ucap Nadine.
“Enak, gak ada yang kurang.” Balas Raka.
Mereka makan dengan khidmat, tidak ada yang berbicara. Hanya terdengar suara Air hujan dari luar saja.
Setelah selesai makan, Raka membantu mencuci piring bekas mereka makan. Sementara Nadine sedang membuat minuman hangat untuk Mereka.
.
Keduanya sekarang sudah duduk di ruang tengah dengan di tangan mereka masing-masing memegangi secangkir minuman hangat.
“Suka film horor gak?” Tanya Nadine.
“Lumayan, kenapa? Mau nonton Horor? Memangnya berani?”
“Beranilah, makanya barusan tanya dulu.” Jawab Nadine sambil mengutak-atik remote nya. Mencari film horor yang belum ia tonton.
Setelah menemukan nya, Dan film baru saja di mulai. Nadine duduk dengan santai, Matanya fokus ke depan.
Raka, ia sesekali melirik ke arah Nadine yang duduk di sampingnya. Ternyata benar kalau Adik tirinya itu tidak takut, padahal Raka berharap Nadine takut saat hantu nya muncul.
“Kayaknya lebih seru nonton di bioskop, biar dengar suara orang teriak-teriak takut lihat hantunya.” Gumam Nadine pelan, masih bisa Raka dengar.
“Aneh banget, masa mau dengar orang teriak-teriak.” Raka geleng-geleng kepala. Ada-ada saja memang tingkah adiknya itu.
Nadine sempat melirik Raka, tapi hanya sekilas. “Seru tahu, nonton yang romantis juga kadang suka ada yang teriak-teriak karena ikut salting.” Balas Nadine.
“Gimana kalau besok kita nonton, Abang mau ajak El sama Fahri. Kamu boleh ajak teman kamu.” Ajak Raka.
“Ide bagus, sekalian mau lihat orang reunian sama mantan.” ucap Nadine sambil terkekeh.
“Mau ajak pacar juga boleh kalau kamu mau.”
Nadine menatap Raka. “Gak punya pacar, Abang aja yang bawa pacarnya. Sekalian kenalan.”
“Sama gak punya pacar.”
Nadine memicingkan matanya, “Masa sih ngga punya, Aku nggak percaya kalau Abang nggak punya pacar.”
“Serius, malah belum pernah ngerasain pacaran.”
Nadine melebarkan matanya. “Serius?”
Raka menganggukan kepalanya, “Ya seriuslah, kalau nggak percaya tanya aja nanti sama Fahri atau sama El.”
“Tapi yang suka ada?” Tanya Nadine.
“Banyak, tapi gak ada yang menarik.”
Nadine sedikit percaya, orang sepeti Raka. pasti sangat selektif kalau mau mencari pasangan.
Mereka kembali menatap layar tv, lama kelamaan. posisi duduk Nadine berubah, mereka jadi lebih dekat duduknya, dan Nadine menyenderkan kepalanya pada bahu Raka.
Raka sempat melirik, tiba-tiba saja ada perasaan aneh ketika mereka sangar dekat seperti ini.
Dua jam kemudian, Nadine sudah terlelap sambil memeluk pinggang Raka. Raka yang hanya diam, tidak ada niat untuk membangun Nadine. Bahkan memindahkan nya pun tidak, Raka malah membalas pelukannya dan menatap wajah Nadine.
Tangannya bergerak mengelus pipi mulus Nadine, jantungnya semakin berdebar. ini baru kali pertama nya ia merasakan begitu disana berada dekat perempuan.
“Cantik.” Gumamnya.
Beberapa detik kemudian....
Cup
Entah sadar atau tidak, Raka mengecup kening Nadine agak lama.
.
Nadine membuka Matanya ketika sudah tidak terdengar suara Hujan, ia terdiam sejenak ketika merasakan ada tangan di pinggang nya.
Ia menundukkan kepalanya ternyata benar ada yang memeluk nya. Ia mendongakkan kepalanya terlihat Raka sedang tidur.
Posisi mereka sekarang tidur di atas sofa dengan Raka tidur dibelakang Nadine dan memeluk nya dengan erat.
Nadine masih memandangi wajah Raka, ternyata ia juga sama. Merasakan perasaan aneh di dadanya.
“Gak mungkin Gue suka sama Abang sendiri, walaupun Abang tiri.”
“Tapi perasan gak bisa di paksa, lagian kita juga gak ada hubungan darah.” gumam Nadine dalam hatinya.
Nadine tidak ada niatan untuk bangun, ia malah menikmati pelukan hangat Raka. selama hidupnya ia baru kali ini merasakan di peluk oleh seorang Pria seperti ini, dari bayi sampai sekarang belum pernah merasakan pelukan hangat Ayah nya.
Waktu kecil, ia percaya saat Ibu nya bilang kalau Ayah nya sudah meninggal. Namum dengan berjalannya waktu, Rahasia yang di tutupi Ibu dan mendiang Nenek nya Akhirnya terungkap juga, setelah mereka tidak sengaja bertemu dengan Ibu Ayah nya.
Saat tahu ceritanya seperti apa, tentunya Rasa sakit hati yang Nadine rasakan. kehadirannya di dunia ini tidak begitu di harapkan oleh Ayah nya sendiri.
Saking sakit hatinya, Nadine sampai tidak sadar menyumpahi Ayahnya sakit stroke. dan itu saat Nadine baru kelas 2 SMA.
Apalagi ia juga mendengar kabar langsung dari Nenek pihak Ayahnya, yang mengatakan Kalau Ayah nya itu ternyata selingkuh disaat Sebelum menikah dengan Ibu nya Nadine dan sampai punya anak jenis kelamin laki-laki.
Awalnya tidak peduli, karena berharap punya anak laki-laki dari Ibu nya Nadine. Sayangnya itu tidak akan terjadi karena Ibu nya Nadine tidak bisa punya anak lagi.
Dan lagi-lagi kabar mengejutkan, kalau Ayah nya menikah dengan selingkuhannya itu. Semakin bertambah sumpah serapahnya Nadine.
Walaupun tahu Ayah nya masih hidup, Nadine sama sekali tidak berpikir untuk mencarinya, kalaupun nikah nya nanti. Ia juga tidak akan memberitahu nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!