NovelToon NovelToon

Suami Misteriusku Ternyata Seorang Dokter

Bab 01 ~ Hari pertama co-ass

"Pak, Nara berangkat dulu ya," Nadira Keisha Azzura mencium tangan Bapaknya untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan koas selama 2 tahun.

"Hati-hati ya nak!" Azzam Radiman selaku bapak dari Nadira yang sangat peduli kepada anaknya.

"Bapak yakin mau berangkat?" Tanya Nadira saat hendak melangkahkan kakinya.

"Iya nak, Bapak sudah tidak apa-apa, kalau tidak berangkat mau bagaimana? kita makan dan biaya kamu kuliah dari mana kalau bukan dari usaha ini," sahut Azzam dengan raut muka tersenyum.

"Baiklah Pak, hati-hati ya, jika lelah pulang ya Pak!, jangan memaksakan diri," ujar Nadira dengan penuh rasa khawatir dikarenakan kondisi Bapaknya itu sedang kurang sehat.

"Iya Nara, kamu juga jaga dirimu baik-baik ya nak!" ucap sang Ayah.

"Ya Pak, ya sudah Nara berangkat dulu, Assalamualaikum," salam Nadira kepada Sang Ayah.

"Wa'alaikumus salam," balas salam Azzam.

Sesampainya Nadira di rumah sakit, Nadira langsung ke meja suster. Tak lama dari itu datanglah pembimbing Nadira yang bernama Dokter Kendrick Mahendra P. Xander, menuju meja Nadira dengan tergesa-gesa.

"Nadira, bantu saya di ruangan operasi, siapkan alatnya sekarang!" Seru Kendrick dengan cepat saat melewati meja dan mendapati Nadira yang sedang duduk.

"Pak, maaf saya baru kali ini mendapatkan tugas menemani operasi, saya belum mengetahui apa yang harus saya lakukan?" Ujar Nadira dengan segera berbicara tanpa menunda dengan langkah yang di sejajarkan.

"Ambil semua barang yang ada dilemari itu!" Seru Ken sebari menggunakan pakaian operasi.

"Semua?" Nadira pun bingung saat mencerna kata-kata sang dokter.

"Ya ampun anak koas lemot amat!" keluh Ken.

"Ga usah semua tapi peralatan di sana ambil selengkapnya tanpa ada yang tertinggal." Ken menjeda ucapannya saat ada suster menghampiri mereka. "Kebetulan ada kamu sus, tolong beri tahu Nadira peralatan yang akan digunakan untuk operasi saat ini, dan siapa yang akan membantu saya? segera bersiap!" Perintah Ken dengan tegas.

"Saya Pak," ucap siska suster yang telah lama bekerja di rumah sakit tersebut.

"Baik, ayo kita mulai operasinya!" sahut Ken dengan segera.

Operasi itu pun di mulai, mereka pun bekerja dengan khusu dan penuh konsentrasi, Nadira yang bertugas pertama kali di ruangan operasi itu pun merasakan ketegangan yang tidak terkira, dia membantu Mengelap keringat yang bercucuran dari kening sang dokter dengan menggunakan tisu yang tersedia.

Sedangkan Siska dia membantu Ken dengan memberikan segala peralatan yang dibutuhkan saat operasi berlangsung.

Setelah selesai operasi Nadira dan Siska kembali ke meja mereka, begitu juga dengan Ken.

Sedangkan di sisi lain di UGD, Thomas Edison sedang melakukan operasi kecil pada pasien tabrakan dengan menjahit sebagian luka pada tubuhnya yang sobek.

Operasi kecil itu tidak menyita banyak waktu namun pemeriksaan akan pria paruh baya itu begitu menyita waktu karena kondisi yang cukup memprihatinkan.

"Sus, Apakah Bapak ini ada keluarganya?, apa ada yang bisa kita hubungi?" Tanya Thomas yang memiliki kepedulian yang tinggi.

"Saya tidak mengetahui identitasnya Dok, dikarenakan beliau di bawa oleh Dokter Ken, saya kira ini saudaranya Dokter Ken," jawab suster yang membantu menangani pasien tersebut.

"Baiklah biar saya nanti bicarakan kembali dengan Ken, terimakasih sus sudah membantu saya, saya titip pasien ini, pantau terus hasilnya. Jika sudah terbangun dari pingsannya mohon beri dia makan, dan kabari hasil dari lab dan CT Scannya pada saya." Thomas pun berbicara saat hendak melangkahkan kaki menuju arah pintu keluar.

"Baik Pak akan saya laporkan nanti jika hasilnya telah keluar," jawab suster tersebut.

Kemudian Thomas pun bergegas menuju ruangan Ken, dengan langkah tegap dan berwibawa, juga berkharisma, saudara Ken ini sama-sama banyak dipandang para wanita sama halnya dengan Ken, hanya saja Kendrick memiliki wajah yang cool sedangkan Thomas memiliki wajah yang begitu ramah bahkan terkadang jika sudah mengenalnya dia terkesan cengengesan.

Thomas pun telah sampai di ruangan Ken tanpa mengetuk pintu.

"Bisa kaga lo kalau masuk ruangan gue itu ketuk pintu apa gimana? perasaan ga ada sopan-sopannya jadi saudara." Kendrick yang tetap fokus memeriksa dokumen kesehatan pasien di tangannya tanpa sedikitpun melirik ke arah Thomas.

"Ken, Lo udah selesai operasinya?" Tanya Thomas tanpa membahas teguran Ken.

"Udah, ga liat apa Lo?, gue udah duduk di sini?, Ha!, dan itu punya koas lemot banget sih kalau di suruh?, kesel gue!" gerutu Kendrick.

"Gue mau nanya sama lo, lo nemuin orang tabrakan dari mana sih?, Sampai suster bilang itu orang kenalan lo atau saudara lo, Lo kenal nggak sama keluarganya? gimana ini nanti administrasinya?" cecar Thomas dengan segala pertanyaannya.

"Ya ampun, gue sampai lupa, ngomong-ngomong gimana hasilnya?" Tanya Kendrick.

"Gue nanya apa, lo jawab apa? kaga nyambung lo?" protes Thomas.

"Lama ..., cepat! kasih tau gue gimana hasilnya?" Desak Kendrick yang sudah tak sabar.

"Lo kenapa kaya panik banget? sebenarnya ada apa? cerita sama gue!" cecar Thomas.

"Cepat jawab gimana hasilnya? Lo kan yang periksa dari tadi?" Tanya Kendrick.

"Iya gue. Terus kenapa kalau gue? Lo sendiri kan yang nyuruh gue?" Sahut Thomas tak kalah ketus.

"Iya gimana hasilnya?" Tanya Kendrick yang sudah tidak ingin berdebat.

"Hmm, oke hasilnya kayak gitu, sobek-sobeknya udah gue jahit, gimana aja kain yang sobek, hahaha ...," jawab Thomas dengan candanya.

"Serius gue enggak usah bercanda deh!, bercanda mulu kamu Tom," cecar Kendrick yang sudah semakin geram.

"Apaan sih Lo, thom, thom, emangnya gue tom n jerry gitu? iya lo jerrynya wkwk..., bisa kagak sih lo bilangnya jangan thom? ga suka gue dengernya." Thomas sambil berdecak kesal dan menyilangkan kedua tangannya.

"Ya udah kalau lo nggak mau dengar kata Thom, sekarang jelasin sama gue, bagaimana kondisi pasien itu? biar gue tahu hasilnya!" Ujar Ken yang sudah sangat kesal dengan sikap saudaranya itu, namun Ken berusaha tenang.

"Oke gue jelasin sekarang keadaannya baik-baik aja, sampai sekarang dia belum sadarkan diri, gue tinggal nungguin hasil labnya, masa gue harus nungguin di sana ogah banget," jelas Thomas dengan rinci.

"Oke thanks gue pergi dulu." Kendrick langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Lo mau ke mana buru-buru amat?" Tanya Thomas dengan heran.

"Mau ke ruangan pasien bye." Kendrick berlalu meninggalkan Thomas yang sedang mematung.

Kendrik pun menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan pasien yang tadi telah dia bawa.

Kemudian Dia pun membuka pintu ruang Bapak tersebut. "Assalamu'alaikum Pak, Apakah bapak baik-baik saja?, bagaimana keadaan Bapak?" Tanya Kendrick dengan Memegang tangan si bapak.

Kendrick pun memperhatikan cairan infusan yang yang berada di hadapannya.

Tak lama handphonenya pun bergetar. Dirogohlah handphone tersebut kemudian beranjaklah dia dari duduknya, kemudian keluar ruangan untuk menerima telepon.

Kendrick pun menerima telepon sambil berjalan dengan wajah yang terlihat serius.

Setelah sampai di meja perawat, langkah Ken terhenti ketika dia teringat akan infusan Bapak yang dia tengok itu telah habis.

"Nadira, Tolong ganti infusan di ruang rawat inap nomor 10 di UGD sekarang!" Kendrick pun langsung berlalu dari hadapan Nara sebelum Nara berbicara.

"Dokter tidak jelas, infusan apa coba yang harus gue ganti? mana gue tahu jenis infusannya kalau begini?" Nadira pun berdecak kesal setelah kepergian Ken.

Siska yang mendengar keluhan Nadira pun memberikan masukan.

"Ra, baiknya lo cek di komputer biar bisa tahu itu orang sakit apa?, Dari sana lo bisa mengetahui cairan infus apa yang di gunakan pasien." Siska membantu Nadira sambil membuka data di komputer.

"Lo bener sis, thanks ya," ucap Nadira dengan tersenyum, dia langsung membuka data pasien dan melihat pasien yang belum memiliki nama tersebut.

"Lho kok pasiennya nggak ada namanya sih?, Malah ada nama dokternya aja sama ruangannya?" Tanya Nadira yang merasa ada keanehan.

"Namanya juga pasien yang belum diketahui identitasnya, makanya datanya seperti ini," jelas Siska.

"Oh begitu baru tahu aku," ucap Nadira sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Ya udah cepet buruan ganti infusannya Nanti keburu Pak Ken marah lagi," saran dari Siska.

"Beneran loh! gue sampai lupa, thanks ya gue pergi dulu." Nadira pun berlalu meninggalkan Siska dengan tergesa-gesa.

Aneh Pak Ken itu, kenapa harus gue yang ganti?, bukannya di ruang UGD sudah ada anak koas dan lain sebagainya. Gumam Nadira yang merasa aneh.

Nadira pun terus berjalan menuju UGD, kemudian sesampainya di ruangan 10, dia pun secara perlahan membuka handle pintu tersebut.

Kemudian dia memasuki ruangan tersebut dan melangkahkan kakinya mendekati pasien, matanya terus tertuju kepada infusan dan selangnya tanpa sedikitpun melirik pasien.

Setelah dia selesai memasang infusan, Nadira tersenyum sambil menundukkan mukanya ke arah selang untuk mengecek alirannya melalui selang tersebut lancar atau tidak.

Namun saat matanya beralih memandang pada wajah Bapak paruh baya itu, dia pun tercengang dan ....

Bersambung ...

Bab 2 ~ Hari yang buruk

Ketika matanya tertuju ke arah pria paruh baya itu, badannya gemetar, langsung mengeluarkan cairan bening dari matanya dan .... "Ba-Bapak ..., bangun Pak, kenapa Bapak ada di sini? sejak kapan Bapak ada di sini? Bapak kenapa Pak? bangun Pak bangun, ada apa ini?" Teriak Nadira dengan tangisan yang histeris.

Klek - pintu di buka oleh seseorang.

"Dira ...? ada apa? kenapa kamu menggoyang-goyangkan tubuh pasien seperti itu?" Tegur Dokter Thomas saat memasuki ruangan pasien tersebut.

Nadira pun melirik ke arah seseorang yang sedang menegurnya.

"Di-dia Bapakku Dok, ada apa ini? Bapakku kenapa Dok? kenapa ga bangun bangun?, kenapa dia sampai ada di sini?" Nadira mencecar segala pertanyaan kepada Dokter Thomas hingga tubuhnya melorot, kini Nadira berdiri hanya dengan menggunakan kedua lututnya.

Thomas pun tercengang saat Dira mengatakan dia adalah Bapaknya.

"Bangun Ra, jangan seperti ini. Saya juga tidak tahu kenapa beliau ada di sini, beliau saat ini sedang koma, semoga tidak terjadi apapun ya, bangun yu!, kalau kamu begini Bapakmu bisa sedih, justru kamu harus kuat jadi Bapak bisa bangun dengan cepat dengan segala support yang kamu berikan, kamu tentu tahu hal itu bukan?" Thomas memberikan semangat kepada anak Koas tersebut.

Nadira pun bangun dan mengusap air matanya dengan kasar. "Pak, tapi Bapakku bisa bangun dan kembali padaku kan Pak?" Tanya Nadira seakan anak kecil yang butuh kepastian.

Dokter itu tersenyum, dan menghapus air mata Nadira, "Dengar Dira, saya hanya seorang Dokter, saya hanya bertugas semampu saya untuk mengobati pasien, selebihnya itu keputusan Allah, kamu banyak-banyaklah berdoa kepada-Nya ya," ujar Thomas mengingatkan.

Maaf gue gatau Ra, kalau beliau ini Bokap Lo, Gue juga gatau kejadian sebenarnya, semoga saja Bokap lo baik-baik aja ya Ra, gue bingung Ra, Gue pengen banget meluk Lo biar Lo tenang, tapi itu ga mungkin gue lakukan karena bisa dapat fitnah bagi Lo yang notabene wanita yang baik. Batin Thomas sambil menatap sendu wajah Nadira.

Nadira hanya terdiam membisu, tubuhnya berasa kaku, gadis itu melirik secara perlahan pada sang Ayah yang sedang berbaring di brankar kasur di ruangan tersebut.

Dada gadis itu terasa sesak, tak mampu lagi dia berkata-kata, Nadira dibantu duduk oleh Thomas, tanpa mengatakan terimakasih, Nadira mengikuti arahan tangan Thomas kepada sebuah kursi di samping pasien.

Kemudian Thomas melepaskan tangannya yang telah membantunya duduk, Nadira kembali tertunduk di dekat lengan Bapaknya. Hingga terdengar isakan tangis memilukan keluar dari mulut Gadis cantik itu.

Thomas pun terhenyak mendengar suara tangis itu, dia mensejajarkan tubuhnya mendekati tubuh Nadira yang berdiri dengan kedua lututnya.

Thomas mengusap punggung Nadira dengan lembut berharap itu bisa membuatnya tenang.

Tak lama handphone Nadira berdering, dia pun mengangkat teleponnya.

"Ya hallo sis?" Tanya Nadira dengan suara paraunya.

"Lo Di mana? Kenapa lo ga balik lagi ke meja?" Tanya Siska dengan heran.

"Maaf gue masih di ruangan pasien tadi, maaf gue izin!" sesalnya dalam telepon tersebut.

"Lo kenapa? kenapa suara lo begitu? lo habis nangis? ada apa? ga perlu izin kali waktu kerja kita habis," jelas Siska dengan rasa penuh khawatir.

Namun Nadira hanya terdiam mendengar segala yang di ucapkan Siska.

"Ra hallo, lo di mana? gue samperin lo, gue mau kasih tas lo sambil pulang, lo masih di ruangan no 10 itu kan?" Tanya siska memastikan.

"Iya thanks," sahut Nadira singkat yang langsung menutup teleponnya sebelah pihak.

Kembali Nadira menatap sang ayah yang berada di hadapannya.

"Sabar ya, semoga Bapakmu baik-baik saja dan cepat sadar dan bisa berkumpul kembali denganmu." Thomas kembali mengusapkan tangannya ke punggung Nadira.

"Iya Pak, terima kasih banyak." Nadira dengan bersedih menatap sang ayah.

Tak lama temannya pun datang dengan membuka pintu ruangan tersebut secara perlahan, kemudian menghampiri Nadira.

"Eh ternyata ada Pak Thomas," Ujar Siska yang tersentak kaget ketika membalikkan tubuhnya hendak mendekati Nadira.

Thomas pun tersenyum, "Kebetulan sekarang ada kamu sis, kalau begitu saya permisi dulu ya." Thomas melirik Siska, kemudian beralih kepada Nadira, "Karena sekarang kamu sudah ada temannya, saya tinggal dulu ya!" ucap Thomas kepada Nadira ketika hendak keluar.

"Iya pak terima kasih," ujar Nadira dengan tersenyum getir.

Thomas pun keluar ruangan yang diganti oleh Siska dengan mendekati Nadira

"Lo kenapa kok bersedih? "Tanya Siska dengan memegang bahu temannya.

"Sis ... Kamu tahu bapak ini, dia adalah Bapakku," ujar Nadira dengan suara getir hendak menangis.

"Jangan bercanda," sahut Siska tidak percaya.

"Terserah lo mau percaya atau enggak sama gue. Tapi thanks atas tasnya, Lo duluan aja balik soalnya gue mau nungguin bokap gue dulu, mungkin gue bakal nginep di sini," sahut Nadira menjelaskan.

"Oke gue percaya, tapi permasalahannya kenapa tiba-tiba bokap lo ada di sini? sedangkan lo sendiri nggak tahu ada bokap lo yang sedang dirawat? bahkan kabarnya bokap lo korban tabrakan," jelas Siska yang tidak paham akan segala kondisinya.

Nadira pun tercengang tatkala mendengar yang dikatakan oleh Siska, dengan memandang wajah Siska dengan membulatkan kedua matanya.

"APA?, APA bener yang lo katakan kalau bokap gue korban dari tabrakan?" Tanya Nadira dengan wajah penuh keseriusan.

"Lo belum tahu kabar ini?" Siska mengerutkan keningnya, dan dia teringat akan sesuatu, "Oh iya kabar ini datang saat Lo lagi sibuk ngurusin pasien lain setelah melakukan operasi. Betul ini korban tabrak lari, yang di tangani oleh dokter Thomas. Tadinya mau ditangani oleh dokter Ken hanya saja operasi besar Dokter Thomas tidak dapat melakukannya sehingga dituker lah oleh dokter Thomas," jelas Siska dengan panjang lebar.

"Kenapa tega sekali? apa dia yang menabraknya tidak melihat seorang bapak-bapak yang sedang membawa gerobak sayur sebesar itu?, tidak tahu lagi aku harus berbuat apa jika gue harus hidup tanpanya. Lihatlah sampai sekarang pun beliau belum sadarkan diri. Gue nggak punya siapa-siapa lagi selain beliau, sis," sahut Nadira dengan berlinang air mata.

"Hust itu ngomong ke mana aja, Kalau ngomong itu yang baik-baik jangan ngelantur ke mana aja, ingat kata-kata itu adalah doa, jadi lebih baik kamu banyak berdoa daripada berpikir yang macam-macam itu lebih baik," ucap Siska yang mengingatkan Nadira.

"Lo bener banget sih thanks ya udah ngingetin gue, thanks juga lo udah jadi temen gue di sini, sebaiknya sekarang Lo cepet balik pasti orang tua lo pada nungguin di rumah," ucap Nadira kepada Siska yang penuh dengan pengertian.

"Oke gue balik duluan jaga diri lo!, dan jangan lupa isi perut Lo, takutnya lo yang malah sakit. Ya udah gue balik dulu ya jaga diri lo jangan sampai lo sakit. Maaf gue nggak bisa nemenin lo, semoga bokap lo cepat sadar ya. Gue doakan, bye, Assalamu'alaikum," pamit Siska dengan penuh rasa berat meninggalkan Nadira seorang diri dalam ruangan tersebut.

"Nggak usah khawatirin gue, gue bakal baik-baik aja, oke thanks ya doanya juga, hati-hati di jalan waalaikumus salam," sahut Nadira membalas salam.

Setelah temannya berlalu, Nadira pun terdiam sendiri sesekali Nadira mengaji untuk Bapaknya, dan keluar hanya sekedar untuk melakukan shalat.

Tak terasa kini jam telah menunjukkan pukul 8 malam, Nadira sedang menggenggam jemari sang Ayah, dia kembali meneteskan air matanya.

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba masuklah seseorang ke ruangan tersebut.

Bersambung ...

Bab 3 ~ Di temani si manusia kutub

CEKLEK!

Pintu itu terbuka lebar, dan dengan seketika Nadira dan orang itu saling pandang.

"DIRA?" Tanya Kendrick yang tercengang tatkala melihat Nadira duduk di depan pasien.

"Ngapain kamu sampai jaga pasien seperti ini? bukannya jam kerja kamu sudah selesai?" Tanya Kendrick dengan ketus sambil mengerutkan keningnya.

"Iya Pak, saya sedang menjaga Bapakku," jawab Nadira sambil kembali menatap Bapaknya.

Deg!

Jantung Ken berdetak kencang, Dia terdiam terpaku tatkala mendengar perkataan Nadira. Ternyata sosok Bapak itu adalah Bapaknya dari Nadira anak koas yang sedang dia bimbing.

Kendrick pun mencoba menetralkan perasaannya dengan menghela nafas tanpa bersuara. Kemudian ....

"Lebih baik sekarang kamu pulang biar bapakmu dijaga oleh suster!" Titah Kendrick kepada Nadira, sambil mengecek kondisi bapaknya Nadira.

"Tidak saya tidak bisa pulang karena saya pasti tidak bisa beristirahat dengan tenang selama Bapak saya masih di sini, beliau tidak ada siapa-siapa lagi selain dari saya. Sehingga hanya saya yang bisa menjaganya," jelas Nadira tanpa melirik sedikit pun ke arah Kendrick.

"Terserah kamu tapi saya harap kamu besok tetap dapat melakukan tugasmu dengan baik," ujar Kendrick, sambil melangkahkan kakinya melalui pintu keluar.

Kendrick pun keluar tanpa melirik Nadira sedikitpun.

Punya pemimpin nyebelin banget, bisa kali ada prihatinnya sedikit aja, jangan cuma ngomongin kerja ... kerja!, emang hidup harus kerja terus tanpa ada yang lain?, nyebelin banget sumpah kenapa juga gue harus dapat pembimbing kayak dia, bukan Pak Thomas aja. Gerutu Nadira dengan memutar kedua bola matanya dengan malas.

Beberapa menit kemudian ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan tersebut. Nadira pun berdiri kemudian membukakan pintu tersebut.

"Iya Pak, ada apa ya?" Tanya Nadira dengan heran.

"Ini Mbak, saya hanya memberikan ini, satu bungkus nasi dari seseorang untuk Mbak," ujar seorang laki-laki itu yang berbicara kepadanya sambil menyerahkan satu kantong plastik kecil berwarna hitam.

"Dari siapa ya?" Tanya Nadira kepada pria tersebut.

"Oh saya tidak tahu Mbak, saya hanya disuruh oleh penjual nasi goreng di depan untuk memberikan ke ruangan ini," kilah pria tersebut.

"Oh begitu, baiklah Tolong ucapkan terima kasih kepada yang memberi," ucap Nadira dengan tersenyum ramah.

"Iya baik mbak, kalau begitu saya permisi," pamit pria tersebut kepada Nadira dengan membukukan badannya.

Ketika pria itu telah berlalu, Nadira pun menutup pintu ruangan tersebut dan kembali duduk di tempatnya. Nadira melihat isi di balik kantong plastik tersebut dia tersenyum. Namun dia enggan untuk memakan nasi tersebut di karenakan nafsu makannya yang telah hilang ketika dia melihat Sang Bapak berbaring di atas ranjang rumah sakit tersebut. Yang sampai sekarang belum juga sadarkan diri.

Tak lama dari itu kembali kendrick memasuki ruangan tersebut.

"Kamu masih di sini Dira?" Tanya Kendrick dengan nada ketusnya yang tidak asing lagi di dengar oleh Nadira.

"Iya Pak, saya tidak akan pulang Saya mau menginap di sini." Nadira tak kalah ketusnya dari Kendrick.

"Terserah kamu, isi perutmu jangan sampai kosong, kalau kamu sakit bisa-bisa repot saya," sahut Kendrick dengan nada ketusnya yang sudah tidak asing didengar oleh Nadira.

"Iya Pak, tenang saja ini sudah ada nasi goreng saya nanti akan memakannya," ketus Nadira dengan penuh rasa dongkol mendengar segala perkataan Dokter Ken yang tidak pernah ada lembut-lembutnya sedikitpun.

Tanpa disadari oleh Nadira ucapannya tersebut, membuat Kendrick pun tersenyum senang karena nasi bungkus tersebut dia lah yang telah memesannya, dan ialah yang menyuruh seorang pria yang untuk mengantarkan nasi tersebut. Kendrick mendatangi ruangan tersebut hanya untuk memastikan, Apakah nasi itu akan dimakannya atau tidak? Kendrick merasa khawatir kepada Nadira. Karena tidak menyangka jika Bapak paruh baya itu ternyata Bapaknya Nadira.

"Bawalah nasimu keluar dan makanlah di sana!, biar saya bisa memeriksa Bapakmu," Titah Kendrick dengan nada Datarnya.

"Kenapa saya harus memakan nasi ini di luar?, saya bisa memakannya di sinikan?" Protes Nadira dengan heran, sambil menatap ke arah Kendrick dengan mengerutkan keningnya.

"Ikuti saja perintah saya, karena saya akan memeriksa bapakmu dengan keseluruhan," seru Kendrick dengan keseriusannya tanpa ingin di bantah sedikitpun.

Nadira pun bangkit dari duduknya, dengan menggeser kursi lipat itu dengan kasar, dan melangkahkan kakinya sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kasar.

"Kenapa juga aku harus keluar nyebelin banget," gerutu Nadira sambil terus menghentakkan kakinya menuju pintu luar.

Semua itu tidak luput dari pandangan Kendrick, namun Kendrick tidak menegurnya sedikitpun, malah tersenyum simpul melihat sikap dari Nadira, sambil menggelengkan kepalanya saat mendengar gerutunya.

Sorry Dira Gue sengaja nyuruh Lo makan di luar, karena gue tahu kalau lo makan di sini lo nggak akan ada nafsu makan. Gue nggak mau lo sampai sakit. Batin Kendrick dengan menghela napas kasar.

Kendrick pun langsung memeriksa keadaan bapaknya Nadira tanpa ada yang terlewati sedikitpun dalam pemeriksaan tersebut, dan disesuaikan dengan data yang telah dia terima dari Thomas.

Pemeriksaan pun tak berlangsung lama namun dia sengaja menunggu di ruangan itu sampai Nadira kembali.

Di sisi lain Nadira yang telah berada kursi taman pun terus bergerutu, setiap bergerutu setiap satu sendok nasi habis dilahapnya.

Tak terasa Nasi itu kandas, selain kesal Nadira pun merasakan lapar yang tidak tekira.

Setelah selesai makan, Nadira pun kembali ke ruangan di mana Bapaknya di rawat, dan dia pun membuka pintu ruangan tersebut secara perlahan.

Ketika dia telah memasuki ruangan tersebut, Nadira pun tercengang saat melihat Dokter Ken yang tertidur dengan menengadahkan kepalanya, yang tertumpu tepat kepada tembok yang berada di belakangnya.

Nadira berjalan perlahan, menatap sejenak muka pria jutek nan dingin bagai kutub utara tersebut dengan jarak yang begitu dekat, Entah kenapa tiba-tiba Nadira mengembangkan senyuman di bibirnya.

Tangan Nadira hampir menyentuh tangan Ken hanya mencoba untuk membangunkannya, namun niatnya di urungkan karena merasa tidak tega melihat begitu nyamannya Dokter itu tertidur.

Kemudian Nadira pun duduk di sebuah kursi yang berada tepat di samping Dokter Ken.

Nadira pun merogoh Handphone yang berada di balik celananya, kemudian membuka aplikasi Al-Qur'an dan kemudian membaca salah satu surat dalam Al-Qur'an tersebut.

Tanpa di sadari Nadira, Kendrick pun terbangun ketika mendengar suara lantunan ayat suci yang keluar dari mulut Nadira.

Suara lantunan itu terdengar begitu menyentuh hatinya, Kendrick mengembangkan senyuman di bibirnya, dengan tetap pada posisinya saat dia tertidur.

Kendrick begitu nyaman, hingga dia tidak ingin beranjak dari posisinya agar tidak mengganggu Nadira dalam mengaji.

Untung saja malam ini gue off kerja hanya mengecek satu pasien ini karena Thomas terburu-buru pulang. Batin Ken bersyukur sehingga meneruskan dirinya berada di samping Nadira Tanpa bergerak sedikitpun ataupun berniat untuk beranjak dari ruangan itu.

Selama Nadira mengaji Kendrick terus mendengarnya tanpa membuka matanya. Namun ternyata Nadira yang telah mengaji dalam waktu setengah jam itu, tiba-tiba merasakan dirinya lemas hingga akhirnya ....

Bersambung ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!