NovelToon NovelToon

Daniel & Hana

1. Masa Lalu

Beberapa tahun yang lalu, seorang wanita kini tengah berdiri di depan pintu rumahnya. Entah apa yang membuatnya ragu untuk masuk ke dalam. Ditemani seorang pria yang berbadan tegap dan tubuh yang tinggi menjulang, Hana Elodie Brown memantapkan jiwa dan raganya untuk mengetuk pintu rumahnya.

"Kau pasti bisa, Hana. Aku akan tetap menemanimu." Ucap Axel, sepupu Hana. 

"Aku akan mati kali ini, Ax." ujar Hana sembari mengatur nafasnya. 

"Percaya padaku, itu tak akan terjadi. Kau adalah adikku yang paling tangguh."  ujar Axel meyakinkan.

Hana menggenggam tangan Axel dengan kuat lalu berkata, "kau janji tak akan memberitahu pada siapapun tentang kehamilanku inikan?" tanya Hana dengan cemas.

"Aku janji. Tapi kali ini tentu saja kedua orang tuamu akan segera mengetahuinya." sahut Axel.

Hana menggigit bibir bawahnya tanda ia sebenarnya masih ragu dengan cemas atas keputusan yang ia ambil. Hana hamil saat ia bekerja di Hamburg, dan kekasihnya tak mau bertanggung jawab. Entah ia pergi kemana sekarang, Hana tak tahu. Hanya Axel yang mengetahui kabar ini karena Hana hanya bercerita kepada sepupunya itu. Ia tahu bahwa ayahnya lebih mempercayai apa yang dikatakan oleh Axel dibandingkan dengan dirinya. Hana juga sangat mengerti, bahwa apa yang dikatakan oleh Axel kepada ayahnya nanti tentu akan sangat membantu dirinya untuk bisa kembali ke rumah meski dalam keadaan hamil. 

TING 

TONG 

Pintu pun dibuka oleh seorang pelayan lalu membiarkan Tuan dan Nona muda tersebut untuk masuk ke dalam. 

"Dimana Daddy?" tanya Hana kepada pelayan tersebut. 

"Tuan berada di dalam kamar bersama Nyonya, Nona." jawab pelayan itu. 

"Beri tahu mereka, ada aku dan Axel." sahut Hana.

"Baik Nona." Pelayan tersebut mengangguk patuh dan langsung memanggil tuan besarnya. 

"Tenangkan dirimu." ujar Axel sembari menyentuh dengkul Hana yang sejak tadi terus saja bergerak tanda kegugupan menyerang wanita bertubuh tinggi itu. 

"Axel? Tumben sekali kau datang." ujar Jordan Brown, ayah dari Hana.

"My little princess." Christy, ibu dari Hana mengecup pipi Hana. 

"Uncle, aku kemari mengantar adik kesayanganku." sahut Axel.

"Hana, kau jangan terlalu manja kepada Kakak sepupumu itu. Dia pasti sangat sibuk dan kau malah mengganggunya." ujar Jordan. 

"Tidak Uncle, aku memang ingin mengantarnya dan itu sangat tidak menggangguku." sahut Axel. 

"Juga ada sesuatu yang ingin Hana bicarakan pada Uncle." 

Jordan mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Axel. "Pembicaraan? Tentang apa? Biasanya Hana akan langsung memberitahuku tanpa harus merasa sekaku ini." ungkap Jordan. 

"Dad.. a-aku.." Hana menggantungkan ucapannya. Ia menoleh ke arah Axel dan Axel pun menganggukkan kepalanya seolah berkata 'ayo katakanlah'.

"A-aku.. Aku hamil." 

DEGH

"Siapa yang menghamilimu?" Jordan menoleh ke arah Axel dengan tatapan tajam bak singa yang siap menerkam mangsanya.

"Tidak, bukan Axel. Tapi kekasihku." ucap Hana dengan cepat agar Jordan tidak salah paham menuduh Axel.

"Lalu dimana kekasih brengsekmu itu? Bukankah seharusnya dia yang datang menghadap kepadaku?!" ujar Jordan dengan rahang yang mengeras menahan amarahnya. 

"D-dia pergi entah kemana dan tak mau bertanggung jawab." 

Bagai petir di siang bolong, Jordan dan Christy begitu terkejut mendengar kabar yang sangat tiba-tiba ini. Christy terdiam dengan mata yang berkaca-kaca, terlihat begitu kecewa di raut wajah yang sudah tak lagi muda. 

"Kau tahu bukan? Ini tidak pernah terjadi di dalam keluarga besar kita? Mengapa kau melanggarnya?!" ucap Jordan dengan penuh amarah.

"Maafkan aku, Dad." lirih Hana dengan mata yang mulai basah.

Christy berpindah posisi dan duduk di samping Hana untuk memeluk tubuh rapuh putri semata wayangnya.  Hana menangis di pelukan sang ibu sembari membalas pelukan Christy. 

"Gugurkan.." 

Semua orang yang berada di sana menatap ke arah asal suara. Jordan berkata dengan wajah yang datar, membuat semua orang yang berada di sana terkejut. Pasalnya meski Jordan dikenal sebagai ayah yang otoriter, tapi di lubuk hatinya yang paling dalam ia adalah pria yang sangat mencintai keluarganya. Jangankan keluarga, melihat semut terinjak saja ia seakan tak rela dan ingin menyelamatkannya, tapi ada apa dengannya kali ini? Ia dengan lugas mengatakan untuk menghilangkan nyawa seorang janin yang tak berdosa? 

"Gugurkan janin itu sebelum semuanya mengetahui aib ini. Bagaimana dengan pandangan seluruh keluarga besar kita?! Kita akan di cap sebagai orang tua yang gagal dalam mendidik anak semata wayang kita!" 

Hana menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Tidak, Dad. Aku tidak akan melakukannya!" tegas Hana kepada Jordan.

"Kau siap hidup menanggung malu sampai kau mati, Hana?" tanya Jordan.

"Aku lebih baik menanggung malu dari pada harus menanggung rasa bersalah seumur hidupku karena telah membunuh darah dagingku sendiri!" Hana menangis tersedu-sedu. Ia tak menyangka, baru kali ini ia melihat sisi jahat sang ayah yang dikenalnya selama ini sebagai pria yang tegas sekaligus lembut. 

"Benarkah? Kau yakin bisa melakukan itu semua SE-UM-UR HI-DUP-MU?" Jordan mengatan dengan penuh penekanan dan Hana mengangguk dengan mantap. 

"Uncle, tenanglah dulu. Kita cari jalan keluarnya tanpa harus merugikan satu sama lain. Kita tidak bisa mengambil keputusan gegabah dalam hal ini." Kali ini Axel ikut berbicara. 

"Tidak ada solusi lain. Hanya itu keputusan yang terbaik. Hana harus menggugurkan kandungannya dan kembali menjalani kehidupannya seperti dulu TANPA ANAK DILUAR PERNIKAHAN!" Tegas Jordan seolah tak bisa ditolak lagi. 

"Uncle, aku mohon tenanglah. Jangan seperti itu, aku janji aku akan memberikan sebuah solusi yang tentu akan saling menguntungkan. Asal Uncle mau bersabar. Lagi pula kandungan Hana masih muda dan belum terlalu terlihat. Kasihan, Hana. Aku sangat menyayanginya bagaimana pun kondisi Hana. Ia sudah seperti adik kandungku sendiri, jika ia terpuruk maka aku juga akan merasakan hal yang sama dengannya." ucap Axel berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan Jordan. 

"Keputusanku adalah hal mutlak, sekarang kau masuk ke dalam kamar!" ujar Jordan kepada Hana dengan nada yang meninggi.

Mau tak mau Hana pun menuruti permintaan ayahnya. Hana berlari menuju kamarnya ditemani air mata yang masih deras membasahi pipinya. Axel masih berada di sana, menatap nanar sang adik sepupu yang perlahan menghilang dari pandangannya. 

Selama tiga jam Axel berada di sana, mencoba untuk memberikan solusi terbaik untuk Jordan, Christy dan juga Hana. Perdebatan yang sangat alot itu kini dimenangkan oleh Axel. Christy pun bernafas dengan lega, karena sejatinya ia tidak setuju dengan ide dari sang suami. Bagaimana pun janin yang dikandung Hana adalah cucunya.

Axel memasuki kamar Hana yang tidak dikunci. Saat ia berada di dalam, terdengar suara isak tangis dari balik selimut. Axel membukanya perlahan dan melihat Hana yang sedang meringkuk di atas ranjang dengan bantal yang basah karena air mata. 

"Aku berhasil membujuk Uncle." satu kalimat yang lolos dari mulut Axel mampu menghentikan tangisan Hana. 

Hana bangkit dari tidurnya lalu duduk menghadap ke arah sepupunya itu.

"Tapi dengan satu syarat, ketika dia lahir maka kau tidak boleh mengakuinya sebagai anak di hadapan semua orang. Dan Uncle hanya akan membiayai saat kehamilan dan persalinan, selebihnya kau harus mengusahakannya sendiri." 

Mendengar lanjutan penjelasan dari Axel membuat Hana sedikit tenang sekaligus sedih. Tapi tak apa, setidaknya janinnya kini selamat. Masalah biaya, Hana bisa kembali bekerja nanti setelah ia melahirkan. 

...- Hana Elodie Brown...

TBC

HALO GUYS!!! SUDAH SIAP UNTUK SEQUEL DARI YOU'RE MINE BRIANNA?? HAPPY READING YAAA. JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, FAVORIT, ATAU KIRIM HADIAH PUN BOLEH BANGET HIHIII

LOVE U TOMAAT❤

2. Pemberontakan

"Berhati-hatilah sayang. Kau jangan khawatir, Mom akan menjaga Liam dengan sangat baik." 

"Mom, maaf aku sudah sangat merepotkanmu." Hana menatap mata Christy dengan mata yang berkaca-kaca. 

"Pergilah, kau berhak bahagia dengan pilihanmu yang lain. Lagi pula, Mom percaya kau tak akan melakukan kesalahan yang sama kali ini." ujar Christy lalu memeluk anak semata wayangnya. 

"Liam..." sahut Hana.

"Percayakan pada Mommy sayang. Para pria yang akan dijodohkan denganmu, belum tentu bisa menerima masa lalumu dengan baik. Bukankah suatu saat kau ingin mengenalkan pada dunia bahwa Liam adalah anakmu?" ujar Christy dan Hana mengangguk.

"Maka pergilah, bekerjalah di tempat yang kau inginkan dan carilah pria yang bisa menyayangimu dan Liam dengan tulus. Jika kau berhasil, maka kau akan bisa membawa Liam bersamamu." Christy meyakinkan Hana. 

"Aku pergi, berikan kecupan di pipi Liam untuk mewakilkanku, Mom. Aku akan mengabarimu dengan nomor baru, aku juga akan selalu mengirimkan uang untuk semua kebutuhan Liam." ujar Hana.

Christy mengangguk lalu mencium kedua pipi Hana. 

Dengan berat hati, Hana meninggalkan anaknya dengan langkah cepat. Hana berusaha untuk pergi dari rumahnya secara diam-diam di tengah malam dibantu oleh Christy, sang ibu. Entah sudah berapa kali ia kabur dari rumah hanya untuk menghindari ayahnya yang selalu mengatur kehidupannya tapi selalu gagal. Hana bahkan tak pernah diberikan kesempatan untuk mengutarakan keinginannya dalam berbagai hal. Kekuasaan dan kepemimpinan di dalam rumahnya terpusat pada satu individu tanpa mementingkan pendapat yang lainnya.

BUGH

Hana melempar ranselnya ke bawah, lalu ia perlahan menuruni pagar rumahnya yang cukup tinggi.

"Ini bukan kali pertama aku melakukannya, tapi mengapa kali ini terasa sangat menakutkan." Ucap Hana dengan nafas yang tersengal.

"Ku harap Daddy tak akan menemukanku kali ini." lanjutnya sembari menggendong tas ransel yang berisikan beberapa pakaian serta uang tunai yang sangat banyak di dalamnya.

Hana mulai berlari kecil meninggalkan lingkungan rumahnya. Ia bertekad untuk tak akan kembali ke sana dalam waktu dekat. Ide gila ayahnya yang akan menjodohkan dirinya dengan pria yang sudah memiliki dua istri, membuatnya benar-benar kesal dan melakukan pemberontakan lagi.

Ya, perjodohan gila ini memang bukan yang pertama. Entah mengapa Ayahnya begitu obses untuk menikahkan Hana dengan pria yang menurut Ayahnya bisa membuat kehidupan Hana menjadi lebih baik. Padahal semua pria yang dikenalkan padanya, sangat tidak memenuhi standar kriteria calon suami idaman menurut Hana.

"Daddy yakin kau akan bahagia dengan dia, Hana! Apa yang kau ragukan lagi?!" Teriak Jordan dengan keras karena kesal.

"Apakah Daddy buta? Pria itu sudah tua, Dad! Aku tidak mau!" dengan lantang Hana menolak keras keinginan Jordan, sang Ayah.

"Tua? Kau bahkan masih memikirkan usia yang justru menurut Daddy itu tak berarti apa-apa dibandingkan kehidupanmu yang akan sangat bahagia dan bergelimang harta nantinya?!" Jordan tak kalah kesal dari sang putri.

"Aku bahkan bisa menemukan pria kaya yang lainnya dengan usia muda juga berparas tampan!"

"HANA!"

"Oh come on, Dad. Bahkan aku tak bisa menikmati kegiatan ranjangku dengan pria yang sudah berbau tanah!"

"Kau ingin yang masih segar rupanya." sahut Jordan.

"Tentu saja! Anakmu ini masih muda dan seksi. Jika aku bisa mendapatkan pria tampan nan gagah, mengapa aku harus menyerahkan diriku ini pada seorang pria tua?"

"Baiklah, aku akan mengenalkanmu pada Louis. Kebetulan kemarin dia menghubungi Daddy dan ingin bertemu denganmu." ujar Jordan yang masih tak patah arang untuk menjodohkan Hana.

"Dad, are you kidding me? Louis anak dari sahabatmu?!"

Jordan mengangguk semangat.

"Dad! Dia sudah memiliki dua istri! Apa Daddy sudah tak waras? Mengapa semua pria yang ingin kau kenalkan padaku tak ada yang normal? Dengan sangat yakin, tentu saja aku akan menolak-- lagi!" Tegas Hana dengan emosi yang hampir meledak.

"HANA ELODIE BROWN! Kau sekarang sudah berani menantangku?!"

"Jelas aku menantangmu! Ini sungguh ide yang sangat gila! Ayolah Dad, beri aku kesempatan untuk menentukan hidupku sendiri! Aku sudah dewasa dan aku berhak atas itu!"

"Kau adalah anakku, jadi kau harus mengikuti semua perintahku, Hana!"

"Sebenarnya apa yang ada di dalam pikiran Daddy? Semua kehidupanku diatur oleh Daddy! Cukup Dad, cukup hanya sampai pendidikan, cita-cita dan pekerjaan yang Daddy atur. Tapi untuk percintaanku, Daddy tidak berhak melakukannya! Aku sudah terlalu banyak untuk terus mengikuti keinginan Daddy! AKU MUAK, DAD!"

"JIKA KAU MEMANG BISA MENGATUR HIDUPMU, SEHARUSNYA KAU TIDAK SAMPAI HAMIL DI LUAR PERNIKAHAN HANA!" Teriak Jordan yang tak kalah kencang dari suara Hana. 

Begitulah pertengkaran yang terjadi sekitar tiga hari yang lalu. Hana meringis saat otaknya memutar kembali bayangan saat Hana dipertemukan dengan seorang pria tua yang akan dijodohkan dengannya. Hana juga menggelengkan kepalanya saat ia membayangkan menjadi istri ketiga dari anak sahabat ayahnya. Meski Louis cukup tampan, tapi itu tak akan menjadi alasan Hana untuk menerima perjodohan gila ini. 

Sebenarnya Hana cukup tahu diri mengenai kondisinya saat ini. Ia yang bahkan tidak menyandang status istri atau pun janda, tapi kini sudah memiliki anak. Lalu apa yang ia harapkan? Menikah dengan seorang perjaka yang bisa menerima status dirinya adalah hal yang mustahil. 

TING

TONG

Hana baru saja sampai di apartemen milik sahabatnya, Mia. Cukup lama Hana menunggu Mia membukakan pintu. Hana bahkan hampir menyerah setelah ia berkali-kali menekan bel dan bahkan menggedor pintunya.

"Apa dia sudah tidur? Atau ia tak ada di dalam?" Ujarnya bermonolog.

Baru saja Hana akan melenggang pergi, Mia tiba-tiba saja membuka pintunya. Hana memutar tubuhnya dan menghembuskan nafasnya dengan lega.

"Oh syukurlah. Biarkan aku menginap di sini untuk beberapa waktu, Mia." ujar Hana yang tak memberikan jeda pada Mia untuk berbicara.

Mia tak menjawab, ia hanya menyampingkan tubuhnya memberikan celah agar Hana bisa masuk ke dalam apartemennya. Sepertinya Mia memang sudah terbiasa dengan kedatangan Hana yang selalu tiba-tiba.

"Kali ini kau menghindari apa lagi, Hana?" Tanya Mia saat ia sudah menutup pintunya.

"Ayah gilaku akan menjodohkanku dengan pria yang aarrghhhh!!!!!" Hana menjawabnya dengan nada kesal dan menjatuhkan tubuhnya begitu saja ke atas sofa empuk.

"Baguslah, berarti kau akan segera menikah." jawab Mia.

"Bagus? Aku penasaran apakah kau akan tetap mengatakan ini ide bagus jika aku mengatakan ayahku akan menjodohkanku dengan anak sahabatnya yang sudah memiliki dua istri?!"

"APA?!" Pekik Mia tak percaya. Mulutnya terbuka lebar tanda tak percaya dengan apa yang baru saja di katakan oleh sahabatnya.

"MIAAA AKU MUAK DENGAN SEMUANYA!!!" Teriak Hana dengan frustasi.

"Ini ide gila, Hana. Jika aku berada di posisimu, aku pun akan melakukan hal yang sama denganmu." ujar Mia membenarkan pemberontakan yang dilakukan oleh Hana.

"Kau boleh menginap di sini selama yang kau mau." lanjut Mia.

Hana menggeleng, "Aku tak akan lama di sini. Sudah pasti Daddy akan menemukanku dan membawanya kembali untuk menikahkanku dengan pria sialan itu."

"Yaa terserah kau saja."

"Mia, besok aku akan mengambil semua uang yang selalu ku kirim padamu." ujar Hana.

Selama ini, Hana selalu membagi uang gaji setiap bulannya untuk di kirim ke rekening Mia dan Bethany juga untuk membiayai anak yang tak bisa ia ceritakan pada siapapun termasuk sahabatnya. Hana berjaga-jaga jika suatu waktu ia harus pergi dari rumahnya, ia sudah memiliki tabungan lain tanpa harus bisa di lacak keberadaannya melalui kartu debit miliknya.

TBC

3. Kehidupan Baru

Dua tahun berlalu..

Hana berhasil membuat hidupnya menjadi lebih baik. Dengan bantuan Axel tentunya. Hana bekerja di sebuah perusahaan milik rekan kerja Axel di Moskow, Rusia. Axel menyiapkan semuanya agar Hana hanya tinggal duduk manis dan langsung bekerja. Axel bahkan sudah menyiapkan apartemen untuk Hana tinggal di sana. Tak lupa sepupunya itu juga menutup akses mengenai Hana dari ayahnya. 

"Haahhh.." Hana menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Rasa lelah yang menjalar ke seluruh tubuhnya sudah tak bisa lagi ia tahan. 

Tiga hari ia mengikuti sang bos untuk dinas ke Saint Petersburg, akhirnya sekarang ia bisa menikmati hari liburnya selama beberapa hari ke depan.

"Aku harus berterimakasih padamu Axel, karena kau sudah membuatku bekerja dengan bos yang berhati malaikat." ujar Hana bermonolog. 

Dengan semangat, Hana mengambil ponselnya untuk mengirimkan pesan kepada sang ibu. 

Aku sudah di apartemen. 

Hana memang selalu mengirim pesan terlebih dahulu kepada Christy, lalu jika Christy sudah membalasnya maka ia akan segera menelponnya dan bercengkrama dengan Liam anak semata wayangnya menggunakan ponselnya yang lain. Tapi sudah hampir dua puluh menit, Christy tak kunjung membalas pesannya.

"Apa Mommy dan Liam sudah tidur?" tanya Hana kepada dirinya sendiri. 

"Mungkin sebaiknya aku harus segera membuat jadwal untuk liburanku kali ini." 

Hana mengambil Ipad-nya kemudian ia mencari daerah mana yang bagus untuk dikunjungi. Semenjak ia tinggal di Rusia, ia hanya sibuk bekerja, bekerja dan bekerja. Ia hampir melupakan bahwa dirinya juga butuh refreshing untuk mengcharger kembali energinya. 

Setelah selesai, Hana menaruh Ipadnya di atas nakas dan memilih untuk beristirahat agar besok ia bangun dalam keadaan segar dan siap untuk memulai perjalannya. 

*** 

"Aku tidak ingin mendengarnya jika tidak terlalu penting, Semyon." Daniel Leonardo Smirnov angkat bicara sesaat setelah Semyon memasuki ruangan perpustakaan pribadi miliknya.

"Maaf Tuan, tapi saya harus menyampaikan pesan dari Ayah anda." jawab Semyon sembari membungkukkan tubuhnya sedikit. 

"Katakan." 

"Ayah anda menginginkan anda untuk segera menikah kembali dan memberikannya cucu untuk penerus Bratva."

Wajah Daniel yang semula teduh kini berubah menjadi kusut. Pasalnya permintaan Dimitri Leonardo Smirnov selalu saja menghiasi hari-harinya yang gelap. 

"Katakan pada Ayahku, jika soal penerus Bratva aku bisa saja mengadopsi dari panti asuhan dan mencari yang terbaik." jawab Daniel dingin. 

"Sesuai keinginan Anda, Tuan. Ada satu lagi kabar yang harus anda dengar." 

"Apa lagi?" 

"Kapal kita yang menuju Kuba ditahan oleh anggota kartel baru bentukan Al Capone, Tuan." 

"Bajingan! Berani-beraninya mereka." 

"Siapkan jet pribadinya dalam satu jam, Semyon. Lalu hubungi Gaston dan Nikolai untuk segera bersiap." 

"Baik Tuan." 

Semyon membungkukkan kembali tubuhnya lalu keluar dari ruangan perpustakaan. Daniel benar-benar murka mendengar kabar tersebut, hal itu mengacaukan aktivitas membacanya yang selalu ia lakukan di malam hari. Daniel sangat menyukai membaca, bahkan berbagai macam genre buku ada di perpustakaan pribadinya. Dan kali ini, entah sudah keberapa kali waktu membacanya terganggu. Pasalnya kapal  yang membawa senjata selundupan milik Daniel yang harusnya tiba di Kuba lusa senilai 40 juta ₽ (RUB), ditahan dengan mudahnya. 

Malam itu Daniel, Gaston serta Nikolai terbang menuju Amerika untuk bertemu dengan pimpinannya. Negosiasi yang dilakukan cukup alot, mengingat Al Capone mengusai hampir sebagian besar Amerika dan mereka juga menjalin hubungan yang sangat menguntungkan dengan pemerintahan di sana. Daniel juga merogoh sakunya untuk diberikan kepada mereka juga pemerintah setempat agar barang miliknya bisa berlayar menuju Kuba. 

Kepergiannya menuju Amerika tidak hanya untuk merugi. Bukan Daniel namanya jika ia tidak bisa mendapatkan peluang untuk bisnis gelapnya di tanah yang ia pijaki. Daniel membangun markasnya di wilayah Chicago untuk mengawasi kegiatannya dalam pengiriman barang-barang selundupan miliknya yang mungkin saja melewati wilayah mereka. Hal tersebut telah disetujui oleh Robert, sang pemimpin Al Capone. 

"Senang bekerja sama denganmu, Daniel." Ujar Robert. 

"Semoga setelahnya tak ada kejadian seperti ini, Robert." sahut Daniel.

"Tuan.." Gaston mendekat dan membisikkan sesuatu kepada Daniel.

Rahang Daniel mengeras serta tangannya mengepal, ia menahan amarahnya yang rasanya akan meledak saat ini juga. Daniel, Gaston serta Nikolai kembali menuju hotel untuk membahas kabar yang baru saja ia dengar. 

Di dalam mobil, Daniel menyeringai saat mendengar bahwa yang membuat kapalnya tertahan oleh kartel baru bawahan Al Capone adalah karena bocornya informasi mengenai pengiriman barang yang dilakukan oleh seorang anggotanya. 

"Cari dia sampai dapat ku beri waktu satu malam dan aku ingin kabar penemuannya ku dengar besok pagi." ujar Daniel.

"Baik, Tuan." jawab Nikolai. 

"Hentikan panggilan formal itu jika kita hanya bertiga seperti ini." sahut Daniel.

"Hahaha maaf, aku lupa." jawab Nikolai. 

Gaston dan Nikolai memang sudah menjadi bagian dari Kartel Bratva sejak lama. Daniel bahkan sudah mengganggap mereka sebagai sahabatnya. Hal itu ia lakukan mengingat dedikasi keduanya terhadap dirinya yang patut diacungi jempol. 

"Aha.. kemanapun kau bersembunyi pasti akan selalu ku temukan dasar pengkhianat." sahut Nikolai yang sejak tadi sudah fokus dengan laptopnya. Nikolai memang seorang hacker handal, salah satu keahliannya ia bisa meretas CCTV dimanapun. 

"Dimana dia?" tanya Daniel.

"Vladivostok." 

"Hubungi anggota kita yang berada di sana. Suruh mereka memburu binatang itu tapi pastikan dalam keadaan hidup. Aku tak mau kematian seorang pengkhianat yang terlalu mudah." ujar Daniel tegas.

"Pincang sedikit mungkin tak apa, atau patahkan tangannya." Gaston menimpali dan disetujui oleh Daniel.

*** 

Perjalanan selama hampir sembilan jam menggunakan pesawat cukup membuat tubuh Hana terasa lelah di hari pertama kedatangan Hana di kota tersebut. Hingga akhirnya Hana memutuskan untuk ke hotel terlebih dahulu dan mulai berjalan-jalan di keesokan harinya yang tepatnya pada hari ini. Benar saja, semua rasa lelah itu terbayarkan saat ia mulai melihat pemandangan yang sangat indah. 

Perjalanan pertama ia mulai mengunjungi Eagle's Nest Hill, tempat itu sangat populer dan terkenal di Vladivostok. Hana begitu puas melihat panorama kota yang menakjubkan. Tak salah memang Luvena menyarankan Vladivostok untuk di kunjungi dan Eagle's Nest lah yang wajib ia datangi. Banyak yang bilang bahwa tempat itu cocok untuk mulai mengenal Kota Vladivostok, karena dari tempat itu Hana bisa melihat kota dan Teluk Zolotoy Rog yang sangat mempesona terutama saat matahari terbit atau terbenam. 

"Ahhh... Sudah lama aku tidak merasakan ketenangan ini." Ujar Hana sembari menghembuskan nafasnya. 

Hana duduk di bagian yang cukup sepi kemudian ia menyalakan satu batang rokok untuk ia nikmati sambil melihat detik-detik matahari akan terbenam. Disaat-saat itulah, Christi sang ibu melakukan panggilan video.

"Halo, Mom." pekik Hana dengan girang.

"Sayang, bagaimana liburanmu?" tanya Christy.

"Di hari kedua ini aku berada di tempat yang sangat indah, Mom. Aku ingin membawa Liam ke sini." jawab Hana.

"Liam, lihatlah. Ibumu sedang berada di tempat yang indah." sahut Christy memberitahu cucunya.

"Moooommm!!!" 

"Ssssuuuuutt pelankan suaramu, kid. Jangan sampai Grandpa mendengarnya." ujar Christy.

"Sorry, Grandma. Aku hanya senang bisa melihat Mommy." jawab Liam yang kini sudah berusia empat tahun. 

Meski terlalu dini, tapi Liam sudah sangat pintar dan ia bahkan memahami situasi keluarganya bagaimana. Ia cukup dewasa dibandingkan anak yang lainnya. Meski kadang hal tersebut membuat Hana sedih karena Liam tak bisa seperti anak lainnya yang leluasa bertemu dengan sang ibu atau bahkan memanggil Hana dengan panggilan Mommy di depan semua orang. 

"Tak apa, Sayang. Jika Grandpa terlanjur mengetahui semuanya, Mommy akan membawamu tinggal bersama Mommy di sini." sahut Hana. 

"Tidak! Mommy akan dimarahi oleh Grandpa nanti. Aku tak mau melihat Mommy sedih." jawab Liam. 

Hana terharu mendengar ucapan anaknya yang seperti orang dewasa. 

"I miss you so much, Mom." ujar Liam dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"I miss you too so much, my little boy." Hana tak lagi bisa menahan air matanya. Tetesan demi tetesan mulai membasahi pipinya. 

"Kapan Mommy akan pulang dan menjemputku? Aku ingin tinggal bersama Mommy saja." rengek Liam tak biasa.

Hana terdiam, ia tak bisa menjawabnya. Ia masih perlu berpikir lagi atas tindakan yang akan ia ambil. Hana tak bisa menjanjikan sesuatu yang belum pasti kepada anaknya. 

"Suatu saat nanti, Mommy pasti akan kembali dan menjemputmu untuk tinggal bersama Mommy. Bersabarlah sayang." 

Liam mengangguk patuh meski sebenarnya hatinya begitu kecewa. Tapi Liam mengerti akan kondisi ibunya, ia tak bisa memaksakan keinginannya. Ia percaya bahwa Tuhan akan kembali menyatukan mereka di waktu yang tepat. 

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!