Suara ketukan heels itu terus terdengar dengan lajunya dia berlari. Wanita itu terus berlari memasuki loby perusahaan tempat dia berkerja, membuat semua mata melihat kearahnya dengan bingung tapi wanita itu tidak peduli sama sekali.
Saat sudah sampai didepan pintu lift, dia harus menunggu sampai pintu itu terbuka setelah terbuka, dia dengan cepat masuk dan menekan tombol nomor lantai yang dia tuju.
"Ayolah lebih cepat,aku bisa dipecat nanti karena mu."
Bagaimana mungkin lift disalahkan dalam hal ini. Hay nona, diri mu lah yang terlambat bangun pagi ini.
Saat lift itu terhenti tepat dimana lantai yang dia tuju,dia dengan cepat keluar dari lift itu dan lanjut berlari menuju ruang kerjanya.
"Oh Rose kau baru datang?"tanya rekan kerja satu ruangannya.
Dia Roseline wanita berparas cantik itu, melangkah memasuki ruang kerjanya dan duduk dikursi kerjanya dengan nafas yang masih menderu.
"Kenapa?kau kesiangan lagi?"tanya rekan kerjanya.
"Aku kesiangan karena harus mengerjakan berkas keuangan kita bulan ini,aku lambat tidur dan bangun pun lambat."jawab Rose.
"Itulah kebiasaan diri mu membawa pekerjaan kerumah itu hanya akan mengganggu waktu istirahat mu."ucap rekan kerjanya.
"Aku harus menyerahkannya pagi ini Lin,jadi harus cepat aku kerjakan walau aku lembur malam tadi hasilnya pun tetap sama."balas Rose
"Hhhmm terserah diri mu,aku berharap pak Karon tidak mengetahui keterlambatan mu hari ini."ucap Linda rekan kerja Rose.
"Semoga saja."
"Permisi Rose kamu dipanggil pak karon untuk menemuinya sekarang."ucap seseorang yang baru masuk keruangan mereka.
"Apa?kenapa aku dipanggil?"tanya Rose
"Aku tidak tahu, lebih baik kamu datang lah cepat keruangannya."jawab orang itu lalu pergi dari hadapan mereka.
"Semoga saja diri mu selamat hari ini nona Rose."ucap Linda sambil terseyum jahil.
"akan ku habiskan kau nanti."ucap Rose lalu melangkah pergi.
Linda hanya terkekeh melihat kebiasaan sahabat karipnya itu,mereka berteman sudah cukup lama itu membuat mereka mengenal bagaimana kebiasaan diri mereka masing-masing.
Tangan Rose terasa dingin apakah dirinya akan dipecat, sekarang bagaimana nasipnya nanti jika dirinya dipecat.
tok tok tok
"Masuk."suara balasan dari dalam ruangan.
Rose membuka pintu itu dengan pelan, lalu memunculkan dirinya dari balik pintu.
"Permisi pak selamat pagi."ucap Rose sambil sedikit membungkukan badannya.
"Pagi Rose,duduklah."balas pak Karon, Rose melangkah mendekati meja atasannya dan duduk dikursi depan meja itu.
"Ada apa perlu apa bapak memanggil saya?"tanya Rose.
"Kamu tau aturan diperusahaan kita ini bukan?"Rose mengangguk pelan.
"Tidak perlu setegang itu,aku hanya sedang mengingatkan mu saja masalah ini jangan diulangi lagi Rose."ucap pak Karon.
"Baik pak saya mengerti."ucap Rose menunduk.
"Dan kamu juga akan dipindahkan keperusahaan pusat, karena disana membutuhkan karyawan tambahan yang berpengalaman seperti mu."ucap pak Karon membuat Rose terkejud.
"Apa pak?...dipindahkan?"tanya Rose tidak percaya
"Iya kamu dipindahkan keperusahaan pusat, karena bagian manajemen keuangan sedang memelurkan karyawan sekarang."jawab pak Karon.
"Tapi pak,bukankah ada yang lebih berpengalaman dari saya....kenapa harus saya?"
"Semua data karyawan yang berada disini pastinya juga ada disana,melihat dari hasil kerja mu selama ini kamu tidak pernah melakukan kesalahan kecuali,keterlambatan datang berkerja."ucap pak Koren Rose hanya terseyum kiku.
Keterlambatannya ini bukan hanya sekali bahakan sudah berkali-kali,tapi tidak terlalu sering dia hanya akan terlamabat jika dia lembur berkerja
"Jadi mulai hari ini kamu tidak perlu bekerja disini,persiapkan diri mu untuk berkerja dikantor pusat."ucap pak Karon.
"Baik pak."Rose hanya pasrah menerima perpindahan kerjanya.
Rose melangkah lesu menuju ruang kerjanya,saat masuk dalam ruangan itu dilihatnya linda menatapnya meminta penjelasan.
"Bagaimana?apa pak karon memarahi mu?"tanya Linda menatapnya lekat.
"Apa yang kau harapkan aku dipecat begitu?"tanya balik Rose
"Bukan seperti itu,apa kau menadapatkan hukuman atas keterlambatan mu?...apa kau akan di suruh lembur seharian ini?"tanya Linda.
"itu tidak seberapa,ini lebih parah lagi,aku akan dipindahkan keperusahaan pusat karena disana membutuhkan karyawan tambahan di bagian manajemen keuangan."ucap Rose lalu meletakan kepala di meja kerjanya.
"APA? jadi aku akan meninggalkan ku sedirian disini,kau jahat sekali Rose."suara Linda melengking memasuki gendang teling Rose.
"Kecilkan suara mu linda,gendang telingku pecah oleh mu."ucap Rose sambil mengusap telinganya yang sakit.
"Maafkan aku,aku hanya terkejud kau akan dipindahkan disana lalu bagaimana aku disini."ucap Linda sedih.
"mana aku tau.jika ingin komplein maka datanglah keruangan pak karon."ucap Rose sambil menunjuk arah pintu dengan gerakan tanganya malas.
Linda hanya menatapnya malas,wajahnya terlihat cemas bukan cemas akan kesendiriannya disini tapi cemas apakah Rose akan bisa berkerja dengan baik disana.
"Aku menghawatirkan mu,aku tau bagaimana diri mu,kau akan sulit menyesuaikan diri dilingkungan kerja baru tanpa adanya teman atau orang yang kau kenal,tidak seperti disini karena masih ada diri ku"ucap Linda Rose menatapnya sedih
"Lalu aku harus bagaimana,aku hanya bisa menerima nasip ku linda."ucap Rose Linda menatapnya sedih
Bagaimanapun dia tidak ingin pisah dari teman seperjuangannya ini.
~°°°○○○●●●•••■■■•••●●●○○○°°°~
Keesokan harinya
Disinilah Rose sekarang berdiri didepan gedung pencakar langit,membuat kepala mendanga keatas melihat ketinggian gedung ini.
"Mungkin,jika jatuh dari atas sana tubuh ku akan remuk dibawah sini."Rose bergumam memikirkan hal itu mungkin saja terjadi,jika dia tidak bisa berkerja dengan baik disini.
Dia menggelengkan kepalanya membuang pemikiran buruk itu, bagaimanapun dia harus bisa menjalani ini.
"Kau pasti bisa Rose....pasti!"Rose melangkah pasti memasuki loby perusahaan itu.
Semua mata langsung tertuju padanya,bukan hanya karena orang pertama kali melihatnya,tapi juga karena kencantikan yang dimiliki oleh Roseline yang begitu memukau.
"Wow bahkan bagian loby sudah semegah ini."Rose bergumam memperhatikan bangunan loby itu.
"Permisi nona ada yang bisa saya bantu?"tanya sang resepsionis
Rose mendekat dan mengatakan tujuannya datang keperusahaan ini.
"Saya karyawan pindahan dari perusahaan cabang,saya dipindahkah kebagian manajemen keuangan,apa nona tau diaman ruanganya?"tanya Rose.
"Ruangan manajen keuangan ada dilantai 15 tapi anda harus menemui pak ketua manajemen lebih dulu"ucap resepsionis
"Aa begitu,dimana ruangan ketua manajemen?"tanya Rose.
"Ada dilantai yang sama ruangan sebelah kanan"jawan resepsionis.
"Baiklah,terimakasih nona...."
"Mita,nama saya Mita."balas Mita.
"Baiklah,terimakasih Mita."rose menunduk sedikit yang dibalas seyuman oleh Mita.
Rose melangkah mendekati lift dan menunggu pintu lift itu terbuka setelah menekan tombol atas,pintu lift itu terbuka Rose memasuki lift dan menekan tombol angka 15 untuk menuju lantai tempat dia berkerja.
Saat samapi disana pintu itu terbuka memperlihatkan bangunan luas yang membuat mata Rose berbinar melihatnya.
"Wahhh bangunan ini lebih luas dari yang ku bayangkan."gumam rose.
Rose terus memperhatikan sekitar,sampai tanpa sadar dia menabrak tubuh tegab dan tinggi didepannya.
"Aww, aduh kening ku."rose mengusap keningnya yang terasa sakit terbentur dengan punggung tegab itu.
"Kalau jalan gunakan matamu dengan baik."ucap orang pemilik punggung itu mantap Rose dingin.
"Salah anda yang berdiri ditengah jalan,hay tuan orang pasti jalan menggunakan kaki bukan mata."balas Rose.
Orang yang berada disana tertegun memdengar balasan dari Rose.
"siapa wanita lusuh ini?"tanya orang itu membuat Rose menatapnya bengong.
"Wanita lusuh,maaf tuan tapi penampilan saya baik-baik saja, tolong jaga bicara anda."Rose tidak mau kalah dia pun membalas tatapan dingin itu.
"Maaf tuan dia karyawan pindahan dari perusahaan cabang."ucap seorang wanita yang berada disamping pria tinggi itu.
"Saya permisi tuan dia masih butuh pelajaran,kamu ikut saya."ucap wanita itu mantap Rose sengit membuat Rose tertegun.
Rose mengikuti langkah wanita itu yang entah kemana meninggalakan pria yang manatap punggungnya.
"Manarik."gumam pria itu lalu melangkah pergi dari tempatnya.
《》♡《》♡《》♡《》♡《》♡《》
"Kamu itu karyawan baru tidak bisa kah sopan sedikit pada tuan."ucap wanita itu natap Rose tajam.
"Maaf bu saya tidak tau kalau pria itu tuan CEO."balas Rose menunduk takut.
"Jika kamu membuat masalah lagi, akan ku pastikan kamu tidak mendapatkan keperkejaan lagi."wanita itu mengancam Rose dengan beraninya memangnya siapa dia.
"Maaf bu mohon maafkan saya.....saya janji tidak akan mengulanginya lagi."ucap Rose menunduk takut.
"Siapa nama mu?"
"Nama saya Rose..Roseline Salin bu."jawab Rose.
"Baiklah pergi keruangan mu sekarang."ucap wanita itu.
"Dan yah panggil aku Desi,umur kita tidak beda jauh,saya wakit ketua manajemen disini,karena ketua sedang tidak bisa hadir hari ini jadi saya yang mengatur mu hari ini."ucap wanita itu Desi.
"Baik bu desi,saya permisi."ucap Rose menundukan badannya lalu melangkah keluar.
Diluar ruangan Rose melangkah mencari dimana ruangan manajemen berada,saat sudah sampai diruangan itu Rose mengetuknya saat ada belasan dari dalam ruangan,Rose membuka pintu itu dan melihat seorang wanita dan pria yang duduk berbeda meja kerja.
"Oh kau Roseline itu kan karyawan baru."ucap wanita itu kegirangan.
Melangkah mendekati Rose dan merangkulnya.
"Akhirnya kau datang juga,aku sudah bosan jika harus berkerja berdua saja dengan pria ini."ucap wanita itu.
"Aku lebih bosan dari mu,kau wanita menjengkelkan yang pernah aku kenal."balas pria yang menatap wanita itu malas lalu terseyum pada Rose.
"Selamat datang Rose,nama ku Seron Bramasta kamu bisa memanggilku Reron."pria itu memperkenalkan diri mengulurkan tanganyanya.
"Senang mengenal mu,nama ku Roseline Selin kau bisa memanggil ku Rose."Rose membalas uluran tanganya itu mereka saling melempar seyum.
"Dan aku,nama ku leni nursela kamu bisa memanggil ku leni."Rose dan Leni saling terseyum dan berjabat tangan.
"Baiklah,itu kursi mu dan kamu bisa mulai berkerja."ucap Leni Rose menangguk.
Rose mendekati meja kerjanya dan melihat keadaan sekitar,tidak buruk batinya. di sini lebih nyaman dari pada di kantornya dulu,tapi tetap saja linda adalah orang paling penting baginya tanpa wanita itu rose merasa kesepian.
"Semangat Rose kamu pasti bisa."
Semoga dia nyaman bekerja disini dan semoga saja dia tidak melakukan kesalahan lagi dengan kebiasaannya datang terlambat.
Hari ini adalah hari kedua dia memasuki perusahaan megah itu. Kakinya terus melangkah sampai didepan pintu lift, ditekan tombol untuk menuju lantai atas, saat pintu itu terbuka dia masuk kedalam dan menekan tombal 15 dimana lantai tempat ruangannya berada.
Ting
Pintu lift itu terbuka, bertepatan dengan itu seorang pria masuk, karena matanya yang tertuju pada tablet ditanganya dia tidak sadar ada seseorang didepannya sampai.
Bruk
"Akh."wanita itu merintih saat merasakan bagian belakang tubuhnya membentur dinding lift.
"Punya mata atau tidak sih?"teriak pria itu membuat wanita itu terkejud.
"Maaf tuan tapi tuan yang menabrak saya."sang wanita tidak mau kalah.
"Kau yang menabrak ku."
"Maaf tuan tapi saya tidak menabrak anda. Tapi anda yang menabrak saya, karena anda terlalu fokus dengan tablek ditangan anda"ucap wanita itu mulai kesal.
"Kau menyalahkan ku?"ucap pria itu menatapnya sengit.
"Maaf tuan tapi memang tuan yang menabrak saya."ucap wanita itu.
"Kau wanita lusuh itu bukan? Siapa nama mu... oh iya Rose,hah wanita seperti mu memang tidak ada baiknya."ucap pria itu kasar.
Emosin Rose meningkat. Jika hanya disalahkan mungkin dia bisa menahan, tapi jika tentang harga diri maka dia akan melawan.
"Hay dengar ya tuan Angga Hardiwijaya yang terhormat,saya masih bisa memaafkan anda jika tentang kejadian ini. Tapi jika menyangkut harga diri saya maka saya tidak terima, anda tidak berhak menghina saya."ucap Rose sambil menunjuk wajah sang CEO tempat dia berkerja.
"Ternyata kau punya nyali juga ya."ucap Angga terseyum miring.
"Lihat saja apa yang akan ku lakukan pada mu."ucap angga.
"Saya tidak peduli jika saya harus dipecat dari perusahaan ini maka itu lebih baik dari pada harga diri saya diinjak oleh anda tuan wijaya yang terhormat."ucap Rose lalu melangkah pergi, meninggalkan Angga didalam lift itu yang terseyum miring melihat kepergian Rose.
"Rose apa yang sudah kamu lakukan,reputasi mu hancur."gimam rose menyesali perbuatannya tadi.
Karena terbawa emosi dia sampai berkata kesar pada bos besarnya itu.
"Bagaimana ini?"gumam rose mengacak rambutnya prustasi.
Leni dan Seron menatapnya bingung. Ada apa dengan wanita itu saat masuk kedalam ruanan wajahnya sudah terlihat kacau, bahkan wajahnya memerah. Sekarang wanita itu seperti orang prustasi.
"Ros apa yang kau pikirkan sampai kau seperti orang gila?"tanya Seron Rose menatapnya tajam.
"Jangan menganggu ku aku sedang pusing jika ingin nyawa mu aman."balas Rose.
Leni dan Seron meneguk liur, mendengar ucapan Rose sepertinya wanita itu dalam masalah sampai membuatnya seperti itu.
"Permisi apa benar disini ruangan Roselina Selin?"tanya seorang pria yang memasuki ruangan mereka.
"Iya, saya Roseline"ucap rose.
"Nona diminta untuk datang keruangan tuan Angga,"ucap pria itu membuat Rose terdiam begitu juga Leni dan Seron.
"Baiklah terimakasih."ucap Rose pria itu mengangguk lalu melangkah pergi.
"Rose semangat."ucap Leni dan Seron, Rose hanya mengangguk lesu.
"Apa yang Rose lakukan, sampai dia harus dipanggil seperti itu,semoga saja Rose selamat."ucap Seron Leni menganggu setuju.
Hah
Helaan nafas itu kembali terdengar. Entah sudah berapa banyak dia menarik nafas, tapi itu tidak mampu menghilangkan kegugupannya.
"Ayo RosE kamu sudah bicara seperti itu, maka kamu harus menghadapinya. Apa pun yang terjadi itu semua yang terbaik untuk mu."ucap Rose memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
Tok tok tok
"Masuk"
Angga yang saat itu sedang sibuk dengan berkas ditangannya, harus terhenti saat mendengar suara seorang wanita yang dia tunggu sejak tadi.
"Permisi tuan,apa tuan memanggil saya?"tanya Rose yang baru memasuki ruang CEO itu.
"Iya, saya memanggil mu."jawab Angga menatap Rose tajam.
"Terimalah nasipmu Rose, setelah ini kamu harus berjuang lagi untuk mencari perkerjaan baru."batin Rose takut.
"Ada apa tuan memanggil saya?"tanya Rose menunduk pada Angga.
"Apa kau takut,kenapa nada bicara mu berbeda saat dilift tadi?"tanya Angga menatap Rose lekat.
Wanita itu hanya diam, tidak berani menjawab pertanyaan dari bos besarnya itu. Angga beranjak dari duduknya melangkah mendekati Rose, dan bersandar didepan meja kerjanya.
"Kau tau apa kesalahan mu bukan?"
"Iya saya tau tuan, dan saya siap menerima hukuman yang anda berikan pada saya."ucap Rose masih menundukan badannya.
"Tenang saja aku tidak akan memecat mu,"ucap Angga persaan lega menghampiri Rose.
Setidaknya dia tidak harus cepak mencari pekerjaan lagi.
"Tapi kau akan ku angkat menjadi sekretaris ku."lanjut Angga membuat Rose terkejud.
"Apa?"Rose mendongakan kepalanya melihat manik hitam mengkilap didepannya.
"Kenapa terkejud seperti itu,santai saja kau hanya akan menjadi sekretaris ku."ucap Angga terseyum miring.
"Hanya kau bilang,aku bisa menjamin aku bukan hanya jadi sekretaris mu tapi aku akan kau jadikan budak mu."batin Rose.
"Sepertinya itu menarik,"Rose terkejud mendengar ucapan Angga.
"Menjadikan mu budak ku."Rose menatap Angga.
"Kenapa kau tidak setuju, bukan kah kau sendiri yang memikirkannya."ucap Angga enteng,
"Dasar tuan muda kejam."
"Aku tidak peduli kau menyebutku apa,mulai sekarang kau harus melayaniku,"ucap Angga memajukan tubuhnya tepat didepan Rose.
Tanggannya terangkat mengelus pipi itu lembut, membuat sang empunya terdiam mematung.
"Dan aku tidak suka penolakan,"ucap Angga suaranya terdengar biasa tapi menusuk.
"Apa kau ingin protes?"
"Tidak tuan,"balas Rose.
"Walau aku protes kau tidak akan mendengarkannya,dasar tuan muda yang kejam,"batin Rose menatap sepatu Angga tajam.
Hanya sepatu itu yang bisa rose tatap dengan tajam. Jika dia membalas tatapan tajam tuan muda itu, bisa dijamin Rose tidak akan selamat lagi.
"Kembalilah keruang mu dan kemasi barang-barang mu, aku tunggu kau dalam waktu sepuluh menit. Jika kau belum kembali kesini dalam waktu yang ku tentukan maka kau akan mendapatkan hukuman,waktu sudah dimulai dari aku mengucapkannya pada mu tadi."Rose yang terkejud pun, langsung berlari keluar ruangan CEO itu dan melangkah menuju lift.
"Ini baru permulaan wanita lusuh,"gumam Angga.
"Memangnya dia pikir dia siapa, seenaknya saja seperti itu."ucap Rose.
Brak
Rose membuka pintu itu dengan kasar, membuat dua orang itu teperanjak kaget. Lalu Rose melangkah menuju meja kerjanya.
"Rose apa yang terjadi sampai kau terlihat semarah itu?"tanya Leni menghampiri Rose.
"Dia pikir dia siapa,seenaknya mengatur ku seperti itu."
"Siapa ros?"
"Tuan muda angga itu siapa lagi,manusia kejam itu tidak pantas desebut tuan muda,"ucap Rose.
"Rose kau tidak bisa bicara seperti itu, kau bisa mendapatkan masalah,"Seron menegur ucapan Rose.
"Aku tidak peduli,dia seenaknya memindah kan ku menjadi sekretarisnya aku bisa menjamin aku bukan menjadi sekretarisnya melainkan menjadi babu untuk dirinya,dasar tuan angga hardiwijaya yang kejam tidak memiliki rasa kasian,"Rose terus saja mengeluarkan emosinya, tanpa dia sadar bahwa orang dia dia bicarakan mendengar semua ucapannya.
"Kau wanita yang pemberani rupanya,lihat saja apa yang akan ku lakukan pada mu."gumamnya terseyum miring.
¤♢~●○●○~○●○●《¤♢¤》●○●○~○●○●~♢¤
"Aku pulang,"ucap Rose yang baru memasuki rumahnya sekarang sudah menunjukan jam 7 malam. Bos kejamnya itu benar-benar menghukumnya, dengan mengerjakan semua berkas itu.
"Mamah,"panggil Rose mencari keberadaan ibunya.
"Mah rose bawakan makanan kesukaan mamah."ucap Rose sambil meletakan bungkusan makanan yang dibelinya tadi saat dijalan pulang.
"Mah,"teriak Rose lagi tapi tidak mendapatkan balasan.
Akhirnya Rose melangkah menuju kamar ibunya, dan membuka pintu itu perlahan jikalau ibunya sudah tertidur.
"MAMAH."
Ibunya tergeletak dilantai dengan keadaan kacau, barang berserakan dimana-mana.
"Mamah...mah bangun mah."
"Mamah jangan tinggalin rose sendirian mah....hiks...mahhhh."Rose terus menggoyangkan tubuh ibunya, berharap wanita itu bangun tapi tidak mendapatkan respon dari ibunya.
Rose meraih tasnya, dan mengambil ponselnya menghubungi ambulane. Beberapa menit kemudian ambulane pun datang dan langsung membawa ibunya menuju rumah sakit.
"Mah bertahan lah,jangan tinggalkan Rose sendiri."ucap Rose terus menggenggam tangan ibunya erat.
Sesampainya dirumah sakit, para tim medis langsung membawa ibu Rose menuju ruang UGD, karena setelah dipriksa ibunya mengalami serangan jantung ringan.
Rose terus saja berdoa agar ibunya baik-baik saja, andaikan saja Rose bisa pulang lebih cepat, andaikan saja Rose tidak mendapatkan hukuman itu, andaikan saja Rose tidak terjerat dengan tuan muda kejam dia pasti bisa lebih cepat pulang.
Kaki itu terus melangkah memasuki gedung bernuansa putih dan bau obat-obatan,terlihat seorang pria bertubuh tinggi tegab melangkah menyusuri loby dan masuk mencari ruang kamar inap yang dituju.
Saat sudah didepan pintu itu dengan cepat dia membuka pintu,memperlihatkan seseorang yang terbaring lemah diatas ranjang pasien dan wanita yang duduk disamping ranjang pasien.
"Rose."panggi pria itu.
Rose menoleh kearah sumber suara.
"Derin mamah.."dengan cepat Derin memeluk Rose erat.
"Mamah..hiks..."
"Apa yang terjadi? kenapa mamah bisa masuk rumah sakit."ucap Deri.
"Mamah terkena serangan jantung...hiks..."Rose terus menangis dalam pelukan kekasihnya itu.
Derin memeluk Rose erat dia juga sama khawatirnya pada ibu Rose, karena baginya ibu Rose sudah seperti ibunya sendiri.
"Sssttt tenang lah sayang,mamah pasti baik-baik saja kamu harus kuat demi mamah mu."ucap Derin.
Rose terus menangis dalam pelukan Derin, kekasihnya itu dengan setia terus memberikan kehangatan untuk wanitanya.
"Kamu baru pulang kerja?"tanya Rose Derin mengangguk
"Aku mendapatkan kabar dari sekretaris ku tentang mamah."ucap Derin.
"Maaf aku tidak sempat menghubungi mu,aku terlalu panik."ucap rose menunduk.
"Hy tidak papa,aku mengerti keadaan mu sayang. Sekarang berhentilah menangis kamu harus kuat untuk mamah."ucap Derin menangkup wajah kecil Rose dan mengahapus jejak air mata wanita itu.
"Apa kamu sudah makan?"tanya Derin Rose menggeleng.
Memang setelah pulang dari kantor rose tidak ada memasukan makanan sedikit pun dalam perutnya.
"Aku belikan makan ya."ucap Derin Rose hanya mengangguk.
Derin terseyum, ini yang dia suka dari rose wanita itu selalu menurut apa pun yang dia bilang.
"Kamu tunggu disini aku akan kembali"ucap Derin Rose terseyum simpul dan mengangguk.
Rose kembali menghadap ibunya yang masik memejamkan matanya.
"Mah...jangan tinggalin Rose sendirian....Rose masih butuh mamah...hanya mamah yang rose punya."ucap Rose menggenggam tangan ibunya erat menyalurkan kehangatan yang mungkin bisa membuat ibunya cepat sadar.
7 tahun yang lalu dimana saat itu didalam sebuah mobil, terdapat tiga orang yang tertawa bahagia. Rose yang duduk dikursi belakang dan orang tuanya yang duduk di kursi depan.
Hari itu cuaca hujan deras dan mereka pulang dari piknik mereka diperbukitan.
"Ayah kita pelan-pelan saja,Rose takut."ucap Rose.
"Iya sayang ayah sudah pelan-pelan."balas ayahnya sambil terseyum.
Saat mobil mereka ingin berbelok, dari arah depan sebuah truk yang hilang kendali menghantam bagian depan mobil bagian kanan dimana ayahnya yang sedang mengetir
Mobil itu membentur tebing besar dipinggir jalan dan kehilangan kendali sampai mobil itu merosok masuk kedalam jurang.
"Ayah....mamah"Rose yang masih sadar berusaha memanggil orang tuanya.
"Mah"
"Ros kamu baik-baik saja sayang"ibunya yang tersadar pun membalikan badan menghadap putrinya.
"Kepala ros sakit mah"
"Kamu yang kuat ya sayang bertahanlah sebentar lagi"ucap mamah Rose sambil menggengam tangan Rose.
"Mah....ayah"Rose melihat ayahnya yang tidak bergerak sama sekali.
Air matanya mulai mengalir dia menangis keadaan ayahnya cukup tragis dimana bagian kakinya yang terjepit.
"AYAH"
Rose terbangun dari tidurnya dengan keringat membanjiri tubuhnya, dia melihat sekeliling ini masih dikamar inap ibunya.
Mimpi itu sering terulang kembali, disetiap dia merindukan ayahnya, dan semenjak itu lah Rose begitu takut yang namanya hujan. Wanita itu akan merasa panik jika terjadi hujan yang deras.
Dia teringat akan Derin yang membelikannya makan di lihatnya di meja terdapat bungkusan dibukanya bungkusan itu terdapat makanan kesukaan Rose.
"Kamu sudah bangun."ucap seseorang yang baru saja masuk.
Derin hanya memakai kemeja kantornya,lengan bajunya yang digulung sampai siku dan celana hitam yang menutupi kaki jenjangnya.
"Tadi saat aku kembali kamu sudah tertidur,jadi aku memindahkan mu kesofa."ucap Derin sambil mengusap kepala rose dan ikut duduk disamping kanan Rose.
"Aku memimpikannya lagi."ucap Rose memeluk Derin dari samping.
Derin terdiam dia tau kekasihnya memiliki trauma akan hal itu
"Tenanglah ada aku disini,akan aku pastikan mamah mendapatkan pengobatan yang baik."ucap Derin, Rose mengangguk.
Derin mencium kening Rose lembut, membuat wanita itu menikmatinya.
"Sekarang makan lah,aku akan menyuapi mu."ucap Derin melepas pelukan Rose dan membukakan bungkusan makanan itu mengerluarkan satu kotak makan.
"Buku mulut mu"Derin menyodorkan satu suapan pada Rose.
"Aku bisa makan sendiri"
"Tidak aku akan menyuapi mu,kamu pasti tidak akan menghabisinya jika makan sendiri"ucap Derin yang ingat betul bagaimana kebiasaan kekasih cantiknya ini.
Rose terseyum lalu membuka mulutnya menerima suapan Derin, mereka menikmati makan malam itu bersama saling melempar seyum dan Derin yang terus memberikan perhatian pada Rose.
"Aku akan menemani mu disini malam ini"ucap Derin yang sudah menyuapkan satu sendok terakhir pada Rose.
"Tidak,kamu pulang lah ibu mu pasti marah jika tau kamu menemani ku disini."ucap Rose derin menatapnya lekat.
"Kamu begitu takut pada ibu ku."
"Bukan,aku tidak takut hanya saja aku tidak mau menyusahkan mu, ibu mu pasti akan menghawatirkan mu jika tidak pulang malam ini."ucap Rose Derin menggengam tanganya erat.
"Baiklah jika itu mau mu. Aku akan pulang,terlpon aku jika ada sesuatu terjadi."ucap Derin Rose tsrseyum dan mengangguk.
"Hah...jika saja mamah sudah memberikan restu pada kita, aku tidak mungkin meninggalkan mu sendiri disini."ucap Derin.
"Sudahlah tidak papa, Kita akan berusaha lebih kuat untuk mendapatkan restu mamah mu."ucap Rose derin terseyum lalu mencium kening wanita itu lama.
"Aku mencintai mu.."Rose terseyum mendengar kalimat itu
"Aku juga mencintai mu.."balas Rose Derin begitu menyukai seyum itu tidak akan dia biarkan seyum itu luntur dari bibir kekasihnya.
Derin beranjak dari duduknya melangkah pergi meninggalkan kamar inap ibu Rose, dan pergi menuju parkiran sesampainya diparkiran rumah sakit dia memasuki mobilnya dan menyalakan mobil itu pergi dari area parkir.
Beberapa menit perjalanan menuju rumahnya, mobil Derin berhenti disebuah rumah mewah bergaya klasik. Dia melangkah memasuki rumah itu saat ingin menaiki tangga menuju lantai dua ternyata ibunya menunggu diruang tamu.
"Dari mana saja kamu derin,apa kamu menemui wanita miskin itu?"
"Mah tolong rose itu kekasih ku jangan menyebutnya seperti itu."
"Kekasih,dia hanya ingin uang mu Derin, Wanita miskin itu hanya ingin menguras habis uang mu untuk dirinya."ucap mamah Derin.
"Mah cukup,kenapa mamah selalu memandang Rose sebelah mata Rose wanita yang baik dia mencintai Derin tulus mah."ucap Derin tidak terima.
"Cinta...tulus...omong kosong. Orang miskin tetap saja miskin, sampai kapan pun dia tidak akan pernah pantas menjadi menantu dikeluarga ini,mamah juga sudah mencarikan mu calon yang pantas untuk keluarga kita."
"Mah cukup Derin sudah besar mah, Derin sudah bisa memilih wanita mana yang pantas untuk derin. Kenapa mamah selalu saja berusaha menjodohkan Derin?"nafas Derin sudah memburu dia marah dengan ibunya yang selalu menghina kekasihnya.
"Karena kamu anak mamah sayang, mamah ingin yang terbaik untuk kamu. Kamu dengan wanita miskin itu tidak akan pernah cocok, Derin dia hanya wanita miskin yang akan menghabiskan uang mu mamah tidak ingin itu terjadi."
"CUKUP MAH ROSE BUKAN WANITA YANG SEPERTI ITU."kesabaran Derin sudah mulai habis bagaimana pun Derin tidak mau wanita yang dia cintai itu dihina.
"Kamu berani melawan mamah ya derin,apa kamu mau semua aset mu mamah sita jika kamu berani membela wanita itu lagi"ancam mamah Derin.
"DErin gak peduli jika mamah ingin melakukan itu maka lakukanlah, aslakan jangan pernah menghina wanita yang derin cintai."ucap Derin menyerahkan kunci mobilnya dan pergi berlalu dari hadapan ibunya.
"Derin"pria itu tidak memperdulikan panggilan ibunya dia terus melangkah memasuki kamarnya menutup pintu itu keras.
Derin mendudukan dirinya ditepi kasur miliknya, tanganya terangkat mengambil foto yang diletakan dimeja nakas samping tempat tidurnya.
"Aku mencintai mu sayang,aku tidak mau kehilangan mu. Akan ku buktikan bahwa cinta kita tulus dan akan ku buktikan pada mamah bahwa kamu adalah wanita yang pantas untuk ku."gumam derin mengelus poto berbingkai itu.
Foto seorang wanita cantik yang terseyum. Hasil poto yang sangat memukau dia berhasil menangkap foto kekasihnya itu saat mereka berlibur kepantai, seyum manis dengan mata sipit itu menambah kecantikan seorang Rose.
"Kau hanya milik ku,hanya milik ku."gumam Derin memeluk poto itu.
Jangan lupa kasih like dan komen kalian dan jangan lupa follow aku ya manteman
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!