Disebuah ruangan tampak elegan, bersih dan wangi. Terbaringlah seorang gadis memakai baju putih. Rambutnya di biarkan ter urai. Dengan sorot mata yang tajam gadis itu pun terbangun. Keringat bercucuran di dahinya. Tampaknya gadis itu tengah bermimpi buruk. Gadis itu mengedarkan sekelilingnya dan menaikkan salah satu alisnya.
Dimana ini, bukankah aku mati tertabrak mobil saat menolong se ekor kucing
Gadis itu pun merasakan ke anehan pada dirinya, ia meraba dadanya lalu melihat kedua tangannya.
Baju apa ini? aku tidak pernah memilikinya.
Gadis itu turun dan melangkah kan kakinya menuju ke arah cermin yang besar. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit gadis itu terduduk lemas. Ia melihat wajahnya di cermin. Gadis itu memegang wajahnya.
Bola mata warna biru, hidung mancung, kelopak mata yang lentik, bibir kecil semerah chery, kulit putih seputih susu, halus dan lembut.
"Wajah ini mirip,,"
krek
Cellin menoleh ke arah pintu, melihat dua pelayan masuk dan menunduk hormat.
"Ratu, Ratu sudah bangun. Kenapa Ratu bisa jatuh?" tanya salah satu pelayan menatap khawatir.
Gadis itupun berdiri, di bantu oleh kedua pelayan.
Tubuhnya lemas, rasanya ia tidak memiliki tenaga sama sekali.
Aku Cellin Anastasya, dan wajahnya ini. Wajah sebuah novel dan komik yang pernah aku baca lalu. Kebetulan nama Ratunya Anastasya, apa karna namanya mirip di belakang lalu aku masuk kedalam dunia novel atau dunia komiknya.
Cellin menatap ke arah kedua pelayan, "Apa nama mu Merry?" tanya Cellin dengan penuh tanda tanya. Ia mengingat betul gambar di komiknya, bola mata hijau pelayan setia Ratu Anastasya, bahkan pelayannya juga ikutan mati karna membela Ratu Anastasya.
"Benar Baginda."
"Tamatlah riwayatku," gumam Cellin yang masih mampu di dengarkan oleh kedua pelayannya.
"Mak, maksud Baginda?" tanya pelayan satunya.
"Kalian keluarlah," perintah Cellin tanpa menatap ke arah ke dua pelayannya.
"Baginda, apa perlu hamba memanggilkan dokter istana?" tanya Mery menatap khawatir.
"Tidak perlu, kau keluarlah. Biarkan aku istirahat sebentar." tegas Cellin, Dadanya naik turun merasa khawatir. Bagaimana dengan kehidupan keduanya, Negeri asing yang tak pernah ia tau. Justru ia malah terlempar kedalam dunia novel dan komik.
(Ratu Anastasya berumur 21 tahun. Anak satu-satunya dari Duke Erland dan Duchess Audrey. Duchess Audrey meninggal pada saat Anastasya berumur 5 tahun dan Duke Erland tidak pernah menikah lagi karna kecintaannya terhadap Duchess Audrey)
"Baik Baginda," ucap kedua pelayan seraya menunduk hormat.
Setelah kepergian kedua pelayan, Cellin turun dari ranjangnya, ia berjalan mondar mandir. Ingin rasanya ia menangis darah namun tidak bisa keluar darah, ingin rasanya ia berteriak tapi takut disangka menjadi orang gila.
Sedih, takut, khawatir, perasaan itu bercampur aduk. Cellin melangkah kan kakinya kembali menuju ke arah cermin besar.
"Pertama aku harus merubah jalan ceritanya, aku tidak tau, caku terdampar dari awal, setengah atau terakhir. Tapi yang jelas aku harus berusaha untuk hidup. Aku tidak ingin mati konyol disini.
Tapi kenapa nasib ku jadi begini, seorang bos mafia masuk kedalam novel atau komik. Lucu, lucu sekali sampai aku ingin menangis disini.
hais,"
Cellin memijat pelipisnya, ia melangkah kan kakinya menuju balkom kamarnya, ia mengederkan pandangannya ke sekeliling kastil.
"Indah tapi sayang aku tidak suka di dunia ini," ucap Cellin seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Bagaimana dengan kabar Kevin dan Ellena? aku merindukan mereka,"
Lagi-lagi Cellin teringat akan dirinya, ia mengacak rambutnya frustasi.
"Bisa-bisanya aku berada disini, yang harus mati konyol karna wanita ular itu. Di dalam novel ini, Kaisar Alexander 27 tahun. Anak dari Kaisar Hugo dan Ratu Clare. Kaisar Alex tidak pernah mencintai istrinya, mengabaikannya, bahkan Kaisar Alexander memberlakukannya dengan kejam. Para pelayan pun tak pernah menaruh hormat pada Ratu Anastasya dan Kaisar Alexander hanya mencintai kekasihnya. Elisa berasal dari kasta rendah. Sebelum pernikahan itu terjadi Kaisar Alexander meminta Ratu mendatangani sebuah kontrak dimana ia tidak boleh ikut campur urusannya dan lebih menjengkelkan lagi. Semenjak itulah penderitaan Ratu Anastasya di mulai."
"Pertama-tama aku harus merebut orang yang berada di pihak Elisa,"
"Aku sekarang bukanlah Cellin Anastasya, tapi Ratu Anastasya." ucap Cellin mengepalkan tangannya.
Ke esokan paginya, Anastasya terbangun, ia terusik silaunya matahari dan angin yang melewati jendela kamarnya. Anastasya turun dari ranjangnya, ia melangkah kan kaki menuju ke arah balkom.
Hah
"Aku harus memulai kehidupan baru ku disini,"
krek
"Hormat saya, Baginda." ucap pelayan Mery.
"Hemz, aku ingin berbicara dengan mu Mery. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan,"
"Apa kamu kenal dengan Elisa?" tanya Anastasya menatap ke arah Mery.
"Elisa, bukankah nama itu, nama wanita yang di bawa oleh Baginda Kaisar setahun lalu, Ratu." jawab pelayan Mery merasa keheranan.
Untuk apa Ratu menanyakan Elisa
Deg,
Berarti permainan ini sudah berjalan. Di dalam novel, Elisa di selamatkan oleh Kaisar Alex pada saat ia berperang, ia menemukan Elisa di jalan terluka parah dan Kaisar Alex merawatnya. Hingga mereka jatuh cinta. Setelah itu Kaisar Alex selalu menemani wanita uler itu. Bahkan mereka sering memandu kasih. Oh, baiklah. Berarti aku harus mencari Kesatria itu sebelum di dahului Elisa.
"Baiklah, aku mandi dulu." ucap Anastasya.
Tiga puluh menit kemudian.
Anastasya keluar dari kamarnya di ikuti Mery. Ia menuju ke ruang makan. Perutnya sudah bergendrang. Biasanya di kehidupannya dulu, setiap malam ia menghabiskan dengan camilan dan melakukan aktivitasnya sebagai Mafia, pemberantas kejahatan yang di akui oleh pemerintah.
Anastasya duduk, ia makan dengan nikmat. Sesekali ia melirik para pelayan yang berbisik dan menatapnya sinis.
Anastasya tidak memperdulikan nya, di dalam kehidupannya. Biarlah anjing menggonggong.
prak
Seketika para pelayan diam menunduk, Ratu Anastasya beranjak berdiri, ia menghampiri para pelayan yang berjejer rapi.
Ia menatap tajam satu per satu wajah pelayan itu. Sementara para pelayan entah mengapa tiba-tiba tubuhnya merinding.
"Mery bawa kursi itu kesini," perintah Ratu Anastasya.
Mery pun menuruti sang Ratu, ia membawa Kursi. Setelah itu Anastasya duduk menyilangkan kedua kakinya dan duduk dengan bersendekap.
"Mery, bawa ketua pelayan kesini," perintah Anastasya.
Mery sempat kebingungan, ia tidak mengatakan apap pun hanya menuruti semua perintah junjungannya. Ia pun langsung pergi memanggil ketua pelayan, Tuan Devano.
Ratu Anastasya diam, ia hanya menatap sinis dan menyunggingkan bibirnya. Menatap ke enam pelayan yang berdiri, berjejer rapi.
"Hormat saya, Baginda Ratu." ucap salah satu pria paruh baya dengan menunduk hormat.
Anastasya melirik, Rambut kriting, memakai kaca mata. Hidung mancung, itulah gambaran dari dunia komik yang ia baca. Ketua pelayan setia Kaisar Alexander.
"kau,"Anastasya menunjuk salah satu pelayan tadi yang menatapnya sinis.
Pelayan itu berjalan dengan tatapan sinis. Sangat terlihat diwajahnya yang mengejek Anastasya. Bahkan di dalam novel dan komik, dengan terang-terangan para pelayan membentaknya, mengacuhkannya hingga membuat Anastasya menangis.
Anastasya berdiri, ia menghampiri pelayan itu dan
Plak
Tamparan keras, mendarat di pipi mulus pelayan itu. Hingga membuat pelayan itu jatuh ke lantai. Mery, Ketua Pelayan dan para pelayan lainnya terkejut melihat keberanian Anastasya yang menampar pelayan itu.
"Apa Ketua Pelayan tidak bisa mengajarkan kesopanan pada seorang pelayan?" tanya Anastasya menatap tajam ke arah Ketua Pelayan Devano.
"Saya.."
"Ajarkan pelayan rendahan ini sopan santun, jika pelayan ini memandang rendah diriku. Buang dia ke sungai." perintah Anastasya dingin.
glek
Ketua Pelayan masih setia menunduk, ia tidak berani mendonggakkan kepalanya. Suaranya saja sangat merinding apalagi melihat matanya membuat Ketua Pelayan itu gemetar, sesekali ia membenarkan kaca matanya.
"Mery bawakan saya buah-buahan, o iya Ketua Pelayan aku tidak ingin ada kesalahan lagi. Jika aku menemukan kejadian seperti ini lagi," Anastasya menjeda perkatannya, ia melirik Ketua pelayan, "aku tidak akan segan menghukum mu." ucap Anastasya berlalu pergi.
Setelah kepergian Anastasya, Ketua pelayan dan para pelayan kini bernafas lega. Entah mengapa perkataan sang Ratu membuat hawa dingin di ruang makan itu.
Sedangkan Anastasya, ia duduk seraya menopang dagunya. Ia memikirkan jalannya komik dan novel yang ia baca.
"Baginda," Mery merasa keheranan melihat Anastasya diam saja.
"Baginda," Mery kembali bersuara. Karna merasa keheranan, tanpa sadar Mery memegang pundak Anastasya.
"Eh, ada apa Mery?" tanya Anastasya terkejut.
"Maaf, Saya lancang. Memegang bahu Baginda. Karna Saya,,"
Anastasya menghela nafas, Kini ia mengerti kekhawatiran Mery, "Tidak masalah, Mery apa sekarang Baginda Kaisar sudah berperang?" tanya Anastasya membuat dahi Mery sedikit berkerut.
"Baginda Kaisar telah berperang selama dua tahun Baginda," jawab Mery yang masih dilanda kebingungan, "Memangnya ada apa Baginda?"
Berarti Kaisar Alex telah bertemu dengan kekasihnya, ya di dunia novel dan komik setelah berperang, Kaisar membawa wanita itu. Berarti aku harus secepatnya mencari kedua kesatria itu. Di dalam dunia novel Kesatria itu sebenarnya Adik Kakak yang mengemis, lalu mereka bertemu dengan Elisha, Karna kasihan Elisha membawa mereka ke istana dan Kaisar Alex menyuruh Duke Rachid mengajari mereka berpedang. Hingga mereka menjadi Kesatria yang tidak tertandingi. Oke baiklah, aku harus lebih dulu membawa mereka dan berpihak kepada ku.
"Hem, Mery. Aku ingin keluar untuk membeli sebuah buku dan baju. Dan Aku juga ingin jalan-jalan." ucap Anastasya datar membuat pelayan Mery terkejut. Pasalnya baru pertama kalinya sang Ratu ingin keluar dari istana.
"Hamba akan mempersiapkan segalanya Ratu," ucap Mery menunduk hormat.
Lima belas menit kemudian, Kereta istana pun berjalan. Anastasya sibuk hanya menatap ke arah keluar jendela, sedangkan Mery hanya diam mengikuti alur keheningan. Tak terasa kereta pun telah sampai di pasar.
Anastasya turun, ia melihat kanan kirinya mencari sesuatu. Ia terus melangkah kan kakinya.
Setelah melihat ke arah pengemis, Anastasya hanya mengeluarkan uangnya, yang ia cari masih belum menemukannya.
Anastasya tak menyerah ia terus melangkahkan kakinya seraya celingak celinguk kanan kiri. Hingga langkah kakinya berhenti di sebuah gang sempit. Anastasya mendekati kedua laki-laki yang berpakaian lusuh dan menyodorkan tangannya yang sedang meminta-minta.
Sebelum Anastasya mendekati kedua laki-laki itu, terlihat lima orang berwajah galak dan berbadan besar menuju ke arah kedua laki-laki itu. Salah satunya laki-laki itu ber wajah cacat, terdapat bekas luka di sebelah alisnya.
Dengan wajah tegas dan dingin, laki-laki itupun menarik kerah baju salah satu dari mereka, "Heh, cepat berikan uang kalian pada saya," bentak laki-laki itu. Sementara para anak buahnya tertawa mengejek.
"Tunggu," teriak Anastasya seraya mempercepat langkah kakinya menuju ke arah mereka.
"Lepaskan dia," bentak Anastasya menatap dingin dan tajam.
"Ratu sebaiknya kita pergi," ujar Mery ketakutan melihat tatapan buas dari kelima preman. Yang ia takutkan bukan dirinya, tapi keselamatan junjungannya.
"Heh, apa urusan mu dengannya?" tanya laki-laki itu sambil melepaskan cengkraman nya.
"Bagi..."
"Kalian butuh uang, bukan. Aku akan memberikannya. Maka dari itu lepaskan mereka." sanggah Anastasya menghentikan perkataan Mery.
Di dalam novel dan komik mereka, tidak mau melepaskan kedua anak ini. Hingga Kaisar Alex turun tangan sendiri.
"Aku akan memberikan kalian uang lebih, jadi lepaskan mereka." teriak Anastasya dengan nada dingin.
Kelima laki-laki itu saling menatap. Lalu tertawa keras.
Hahahaha
"Jika kami tidak mau, kami hanya menginginkan anda Lady," ucap ketua preman.
Anastasya berdecih, ia jijik dengan kelima preman ini. Sebagai boos mafia, harga dirinya terlalu tinggi jika di remehkan.
Anastasya tersenyum mengejek. Hingga Ketua preman itu melangkah kan kakinya, mendekati Anastasya. Sangat jelas di mata Anastasya, Ketua preman itu mengeluarkan wajah gairah. Ketua Preman itu menggerakkan tangannya ke arah pipi Anastasya bermaksud membelainya dan
krek
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!