Kelulusan sekolah menengah atas menjadi lulusan yang paling sedih, mereka melanjutkan hidup tergantung dengan ekonomi atau akademik yang mereka miliki.
Tapi banyak sebagian orang yang memiliki akademik yang baik memilih untuk berhenti mengejar cita-citanya dan banting setir untuk menjadi pegawai untuk membantu perekonomian keluarga,ada juga yang ekonomi mendukung tapi dia bermalas malasan untuk belajar.
Kadang hidup memang tidak adil,tidak berpihak kesiapapun kecuali mereka berusaha sekuat tenaga,itupun kalau beruntung,kalau gagal?
Hanya bisa pasrah,menjalin hidup yang masih panjang dengan keadaan apapun di depannya.
Hanna ghania afifah sering di sebut hanna, seorang anak ulama yang memiliki pesantren dengan murid ribuan,keturunan arab dan khatam hafalan al quran di umur 15 tahun,dia memiliki badan yang bagus tak jarang orang mengiranya orang luar,bukan hanya badan dan mukanya yang bagus,pakaian hanna yang ia jahit sendiri menjadi perhatian banyak orang.
🐼
hobinya memang di bidang fashion,meskipun di tentang keluarga,hanna rela melakukan apapun untuk membeli alat yang mendukung hobinya.
''hanna,udah baca al quran berapa juz main alat jahit?'' suara abah zain membuka kamar hanna,hanna tidak mendengar suara pintu terbuka atau suara abah zain,dia terlalu fokus dan suara mesin mengalahkan suara tersebut,abah zain mengulangi pertanyaannya lagi tapi tidak ada respon sedikitpun,dia mencabut saklar yang nyambung ke mesin jahit,hanna menoleh kearahnya dan mendelik kaget melihat abah zain yang mengerutkan keningnya,hanna tertunduk
''abah udah tanya kamu 3 kali kamu nggak dengar?mesin jahitnya abah pindah!nggak ada tapi tapian!'' jelasnya sedang suara lantang,hanna berlutut memohon ke abahnya
''maafin hanna bah, itu hadiah hanna lo bah''
biasa dengan sifat Hanna yang begitu,abah zain pergi tanpa ucapan.
Hanna menutup kamar dan kembali melanjutkan baju jahitannya,kali ini dia menjahit gamis dengan pola glamor untuk persiapan acara perpisahan dengan temannya yang akan perpindahan kuliah di luar negeri.
🐼
''hanna...ayo simaan'' suara wanita lembut memasuki kamar Hanna ''ibu bentar,Hanna lagi di kamar mandi'' ''ibu tunggu di aula 5 menit lagi harus sampai,nggak ada alasan''
pintu kembali tertutup,Hanna buru buru mengusap wajah pakai handuknya sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan,Hanna lari terbirit birit sambil memakai muknanya.
sampai di samping ibunya,mic langsung di kasih ke hanna
''udah sampai mana bu?'' tanya Hanna menutup mic pakai satu tangannya, ibu afifah kembali merebut mic dan melanjutkan hafalannya yang di depan ratusan santriwati yang sedang menyimaknya
Hanna merasakan nggak enak,pasti akan terjadi hal yang tidak diinginkan,benar saja usai solat isya berjamaah,hanna di suruh mengikuti ibu afifah ke kamarnya.
''abah,ibu setuju sama orang tadi,hanna memang perlu di bimbing langsung, kita nggak cukup untuk hanna''
mendengar ucapan ibu afifah,hanna melotot ke arah abah zain dan ibu afifah dengan penuh pertanyaan
''abah,ibu maksud kalian apa? Bimbing siapa?'' tanya hanna bingung ''tadi ada orang yang melamar kamu,tadi ibu mikirnya kasihan kamu masih kecil tapi lihat kamu tadi dan dengar cerita abah kamu memang harus di bimbing langsung secara mandiri''
seketika tubuh hanna bergemar, seperti mimpi mendengar ucapan ibu afifah,brosur di tangan hanna tertutup mukena diremas tangan hanna, tatapan penuh berkaca kaca melihat ke arah abah zain dan ibu afifah.
''abah ibu,hanna itu punya cita-cita'' ujarnya dengan sesak menahan tangisannya ''ibu sama abah tau hanna, kamu udah berapa kali fokus sama mesin jahit kamu tanpa mendengarkan kita sebagai orang tua kamu? Kamu nggak mau mondok kami setuju, kamu juga sering pergi sama teman temanmu itu tanpa izin sama kami kan? Ibu sama bah tau hanna, ini udah keputusan terakhir ngak ada alasan lagi kamu menolak'' ''hanna,kamu harus tau abah sama ibu melakukan ini demi kebaikan kamu,di luaran sana banyak pergaulan bebas yang kamu nggak tau,abah sama ibu nggak mau kamu terjerumus dalam pergaulan itu'' ujar abah zain memeluk hanna yang masih menangis
''hanna udah lulus ujian universitas yang hanna impikan bah'' ujarnya dalam pelukan abah zain,abah zain mengelus kepalanya
Hanna memang suka membantah, tapi kali ini dia nggak bisa berkutik, dia mengurangi kegiatannya yang suka gambar desain baju dan menjahit, kini dia lebih banyak mengikuti kegiatan yang ada di pesantren, entah itu menjadi guru mengaji atau melafalkan Al quran yang di simak oleh santriwati,kadang juga dia mengikuti kajian yang di pimpin oleh ibunya
Semua itu hanna lakukan untuk mengubah pandangan abah zain dan ibu afifah.
🐼
''abah ibu,hanna izin pergi boleh?'' tanya hanna waktu mereka menikmati makan malam ''udah ketebak hanna,kamu berubah selama ini karena ada maunya, mau pergi kemana?'' tanggap ibu afifah sambil menyuapi adik hanna makan ''hanna besok mau pergi sama temen hanna,kita cewek semua kok bah,cuma berempat,izinin ya,soalnya teman hanna pada mau pergi dari kota ini'' ''boleh hanna,tapi malamnya kamu ikut abah sama umi ya'' jawab abah zain santai ''oke bah, kaya biasanya nggak ikut aja'' jawab hanna dengan senyuman
Sebelum hanna di telefon kakak kakaknya yang lagi menempuh pendidikan di kairo mesir, selain punya adik laki laki yang masih umur lima tahun hanna juga memiliki dua kakak laki laki yusuf dan ali,mereka selisih satu tahun jadi banyak orang yang mengira mereka kembar.
''assalamualaikum wahai adik yang paling cantik'' [yusuf]
''wa'alaikumsalam bang yusuf kak ali, tumben vc jam segini,emang belum pada tidur?'' [hanna]
''disini kan jam tahajud dek,abah sama ibu nggak sama kamu?'' [yusuf]
''nggak bang,tadi hanna langsung ke kamar selesai,in jahit baju'' [hanna]
''abah sama ibu udah setuju kamu kuliah fashion?'' [ali]
''belum si kak,tapi hanna udah lulus seleksi di universitas negeri jakarta'' [hanna]
''coba abang sambungan sama mereka'' [yusuf]
abah bergabung dalam panggilan
''assalamualaikum kakak abang,baru pada solat?'' [ibu]
''wa'alaikumsalam ibu abah, kami udah solat dari tadi'' [ali]
''sehat kalian?'' [abah]
''alhamdulillah sehat abah,abah ibu sehatkan?'' [yusuf]
''alhamdulillah sehat juga, hanna jam segini belum tidur?'' [abah]
''hanna masih lihat brosur bah,hanna kan keterima di universitas impian hanna,jadi hanna boleh kuliahkan?'' [hanna]
''boleh dengan syarat,jodoh hanna di tangan abah'' [abah]
''oke abah hanna setuju,jadi mau daftar ulang kapan?'' [hanna]
''jangka waktunya masih lama kan? Uangnya abah pakai buat yang lain dulu'' [abah]
''iya abah, bang yusuf kak ali hanna matiin dulu ya assalamualaikum'' [hanna]
Hanna mengakhiri panggilan
hati senang tidur pun tenang,meskipun akhir akhir ini banyak hal yang membuat hanna menjadi sedih,keluarganya menyetujuinya hanna lanjutin pendidikan di bidang yang hanna suka sudah menjadi obat sedih bagi hanna,
apalagi besok hari yang paling di tunggu tunggu sama hanna,sekian lama hanna tidak bertemu dengan sahabatnya,besok akan tiba hari dimana mereka melepas rindu dan melepaskan tangan persahabatan mereka dalam jangka panjang.
🐼
jam 09.00 am mereka janjian bertemu di salah satu caffe yang mereka telah booking satu ruangan,hanna datang jam 08.30 am untuk mengejutkan ketiga sahabatnya,dia juga menyiapkan baju kenang kenangan yang ia jahit pakai tangan sendiri untuk mereka.
satu jam berlalu belum ada tanda kedatangan mereka,tapi hanna tetap semangat karena dia membawa kabar gembira untuk para sahabatnya.
waiter datang untuk kembali menanyakan pesanan yang sudah mereka pesan mau di sajikan jam berapa,tapi hanna masih mengulur waktu, sampai jam solat dzuhur hanna memutuskan untuk solat terlebih dahulu sambil hanna pantau dari jendela musola yang menghadap ke parkiran
hanna datang,mereka bertiga mengejutkan hanna dengan dandanan mereka yang sangat glamor dan elegan dengan baju yang hanna sudah siapkan sebelumnya
hanna memeluk satu persatu dan memuji kecantikan mereka
''makasih loh han,nanti aku bawa ke luar'' ujar alena yang mau melanjutkan pendidikan di Australia dengan jurusan manajemen, elena memang orang yang paling pintar di antara mereka,selain itu juga orang tua alena pengusaha ekspor jadi mimpi elena sangat di dukung oleh keluarganya.
beda dengan rizka sahabat hanna juga dia pintar tapi orang tuanya menyuruhnya untuk kerja membiayai adiknya yang masih kecil,bersyukurnya rizka orang yang beruntung mendapatkan beasiswa kedokteran di universitas gajah mada ,jadi dia bisa melanjutkan pendidikan dengan bekerja part tim di jogja.
sedangkan diana dia mengikuti orang tuanya yang mempunyai bisnis di Singapura,dia orang paling males di antara mereka bahkan sekolah pun hanya untuk formalitas,dia ambil jurusan bisnis sesuai arahan orang tuanya.
Hanna nyeritain mimpinya yang kini didukung oleh orang tuanya, mendengar hal itu sahabatnya tentu ikut senang,selain mereka bersahabat mereka juga menjadi saksi perjuangan hanna untuk mewujudkan impiannya.
Sebelum mereka sibuk dengan impian mereka,mereka bersenang senang karaoke,main game dan berjoget joget seolah mereka yang paling senang di hari itu,nggak lupa momen tersebut di abadikan dalam bentuk video ataupun foto.
Hanna fokus nyanyi karena suaranya paling mendukung di antara mereka sedangkan para sahabatnya mereka menyawer hanna dengan uang seolah mereka penonton hanna,tiba tiba mereka sedih karena hanna menyanyikan lagu perpisahan,mereka saling rangkul dan nyanyi bareng.
Waktu berlalu begitu cepat,enam jam sudah mereka bersenang senang,hp hanna tidak berhenti berdering,abah dan ibunya menelpon sudah lebih dari sepuluh.
Hanna berpamitan dengan sahabatnya dan mengganti bajunya,sahabatnya yang sudah terbiasa dengan hanna yang tiba tiba pergi mereka membantu meringkas barang barang hanna,hanna keluar dari ruangan mereka,pandangannya masih tertuju ke sahabatnya yang masih ada dipintu,hanna melambaikan tangan dan tersenyum
''hanna jangan lupain kita ya'' ucap Diana di beberapa langkah hanna
''nggak akan pernah lupain kalian,kalian hati hati ya,maaf aku duluan'' kata kata terakhir hanna dengan senyuman manis di bibirnya
Dari kejauhan,terlihat muka abah zain di dalam mobil hrv hitam tersenyum,hanna menjadi lega melihatnya
''udah solat maghrib?'' tanya ibu afifah yang duduk di kursi belakang sambil menyimak dzaka yang lagi setor hafalan surah pendek ''belum ibu,hanna solat di tempat makan aja''jawabnya sambil menutup pintu mobil
''sekalian tu,make punya di hapus''
''iya ibu'' jawabnya sedikit kesal
Sampai di salah satu rumah makan joglo,mereka berhenti,hanna langsung disuruh solat karena jam maghrib sudah mepet
Selesai salam ibu afifah sudah menunggu hanna di belakangnya,dia melepaskan mukena yang di pakai hanna dan menyuruhnya untuk memakai hijab untuk mempercepat waktu
''ada apa si bu? Buru buru amat'' tanya hanna sambil merapikan kerudungnya
''tamunya udah nungguin kamu,kamu cepetan dikit nggak enak kita'' jawab ibu afifah membantu hanna merapikan kerudungnya
Hanna di gandeng ibu afifah ke ruangan yang ramai orang menanti kedatangan hanna,hanna bingung dengan ribuan pertanyaan yang ada di kepalanya,dia menyalimi tamu muhrimnya satu persatu dituntun dengan ibu afifah,nggak terhitung orang yang memuji kecantikannya, hana cuma tersenyum bingung dengan banyak orang yang ada.
Hanna duduk di samping abah zain dan ibu afifah,Hanna hanya tersenyum di tengah obrolan mereka.
''hanna,di depan kamu ada mas fariz''
hanna mengangkat kelopak matanya,matanya tertuju kepada laki laki memakai peci dan kemeja hitam tersenyum manis ke arahnya dan kembali tertunduk,hanna mengamati penampilannya,memakai jam tangan di tangan kirinya,tangan yang bersih,melihat ke meja bawah,memakai sarung hitam bercorak,dan sandal slop yang cukup hits,dia mengamati penampilannya sampai omongan abah zain tidak terdengar jelas olehnya
''gimana hanna?'' tanya abah membuat sofia tersadar dari fokusnya ''hanna ikut abah aja'' jawab hanna asal
''alhamdulillah'' suara retakan itu membuat hanna bingung,dia menanyakan kepada ibunya,tentang apa yang mereka obrolkan
''kamu kan barusan terima lamaran dia han,kok tanya ibu'' bisik ibu afifah
mata hanna melotot,baru kali ini dia menyesali ucapannya,nafas menjadi tidak teratur,tangannya sibuk meremas jarinya,tatapanya langsung menghadap ke lantai,keringat dingin mulai keluar dari sela sela jarinya,pikirannya langsung kacau kemana mana,tangannya hancur,dunia langsung berubah tiga ratus enam puluh derajat,dari pagi sampai sore ketawa lepas dengan sahabatnya,malamnya langsung senam jantung.
Kini ia mendengarkan detail orang orang yang lagi membahas pernikahannya,sana sini debat tanggal nikah beserta acaranya,hanna hanya terdiam menunduk,sesekali dia tersenyum ketika seorang meminta pendapatnya,pipi hanna merah mata hanna berkaca kaca,dia menoleh kearah ibunya yang ikut berdebat masalah pernikahan,dia menghiraukan tatapan hanna,seolah hanna tidak menghadap kearahnya.
~bersambung~
Debat panjang lebar hanna tidak membuka suara satu katapun,sampai pada akhirnya umi khodijah sebagai ibu dari fariz orang yang mau dijodohin dengan hanna,mengutarakan pendapatnya untuk mereka segera menikah di waktu itu juga
''haa nikah?!'' guman hanna dengan mata melotot,hanna menyenggol kaki ibu afifah,ibu afifah memegang tangan hanna untuk memberi ketenangan pada hanna yang tampak tambah gelisah dengan keputusan tentang dirinya.
''saya setuju dengan pendapat umi khodijah, mereka bisa nikah secara agama terlebih dahulu untuk masa perkenalan mereka, selain untuk menghindari maksiat,mereka juga bisa lebih leluasa untuk mengenal satu sama lain'' tanggap abah zain
''abah'' rengek hanna lirih
''hanna nurut aja apa kata abah'' bisik ibu afifah mengajak hanna untuk beranjak dari duduknya ''maaf, hanna mau ke kamar mandi tapi nggak berani sendiri'' pamit ibu afifah
''oh ya silahkan ke kamar mandi dulu aja,dari pada ditahan nggak baik'' jawab umi khodijah
🐼
hanna di gandeng ibu afifah untuk keluar dari ruangan tersebut,keluar dari ruangan wajah hanna mengeluarkan ekspresi yang sebenarnya hanna rasakan,dia merengek menangis dan menentang #perjodohannya karena menurutnya itu masih dini
''hanna masih 17 tahun bu,masih mau kuliah dulu'' rengek hanna dalam tangisannya
Ibu afifah memeluk hanna
''sayang,lanjut kuliah boleh kok, kan ini nikah agama,nggak banyak orang yang tau, kamu bisa hidup seperti biasa cuma kamu sudah menjadi istri mas fariz'' ucap ibu afifah menenangkan hanna sambil mengusap kepalanya
''gini aja,buat tambah keyakinan kamu sekarang, ibu kirimin brosur kampus kamu,ibu langsung daftar ulang sekarang juga,gimana?'' lanjut ibu afifah seraya melepas pelukannya dan mengusap air mata hanna yang sudah membasahi kedua pipi manisnya,
Hanna terdiam sesenggukan
''nggak enak kita lama disini,cuci muka dulu sana ibu tunggu disini'' ucapnya mendorong hanna mendekati wastafel
🐼
Sebelum kembali ke tempat makan mereka, ibu afifah kembali menenangkan hanna dengan beribu janjinya untuk mendukung hanna dihobinya yang selama ini ia tantang, bukan hanya itu iu afifah juga memoles wajah hanna dengan sedikit riasan untuk menutupi kemerahan kemerahan bekas nangis yang masih ada di wajahnya.
''gimana hanna, fariz sendiri sudah menyetujui pendapat umi, sekarang tinggal menunggu jawaban kamu'' tanya idris kakak dari fariz
''han-na ikut keputusan abah sama ibu aja''jawabnya lirih dengan keraguan yang masih terasa
''oke kalau begitu,dengan keberadaan kita semua yang ada disini,udah cukuplah untuk menjadi syarat menikah mereka'' ujar idris
🐼
Kebetulan yang punya rumah makan tersebut menantu umi khodijah,jadi mereka tinggal pindah keruangan yang beralasan karpet,mereka dekor dadakan dengan bahan seadanya,
Ibu afifah memeluk hanna sambil menceritakan pahit manisnya kehidupan yang akan hanna alami setelah menikah,sebelum acara dimulai ibu afifah juga menelpon anaknya yang ada di negeri orang untuk ikut menyaksikan adik perempuannya menikah.
melihat muka adiknya yang mengerutkan bibirnya,mereka langsung faham dengan perasaan hanna, nggak ada yang mereka bisa bantu kecuali kata-kata cinta yang manis untuk menumbuhkan mood hanna.
disisi lain abah zain menjabat tangan fariz dengan tegas untuk memberikan putri semata wayangnya untuk menjadi pengganti hidupnya.
Suasana mulai tegang dan sunyi,mereka terdiam mendengarkan ijab kabul yang lantang dan tegas keluar dari mulut abah zain ataupun fariz
''qabiltu nikahaha wa tazwijaha hanna ghania afifah binti zain Ibrahim 'alal mahril madzkur hallan'' ucap fariz tak kalah tegas dengan abah zain
Abah zain menanyakan 'sah' kepada para saksi mereka menjawab 'sah'
Langsung di lanjut dengan doa,sedangkan hanna di belakang dipeluk ibu afifah yang terharu dengan pernikahan anaknya yang sudah tidak kecil lagi
''selamat ya sayang,mau kamu udah nikah pun, ibu tetap ibumu,kamu tetap putri kecil ibu'' bisik ibu afifah dalam pelukannya,hanna mengusap air matanya sendiri sebelum menetes mengenai baju ibunya,dia pelepasan pelukannya dan tersenyum
''semoga keputusan ini baik ya ibu'' ucap hanna sebelum maju kedepan untuk memakai cincin yang menyalimi fariz yang sekarang telah sah menjadi suaminya
Meskipun begitu,hanna tetap ikut pulang abah zain dan ibu afifah, dia menolak ajakan mertuanya untuk ikut pulang bersama,ibu afifah juga menolak ajakan tersebut karena ibu afifah tau perasaan yang di rasakan oleh hanna sekarang.
''abah ibu,hanna ngelakuin ini demi kalian ya, hanna aslinya nggak suka'' ucapnya waktu diperjalanan pulang ''bukan nggak suka tapi belum suka, namanya aja masa pendekatan nggak ada yang langsung suka hanna, sekarang kalau kamu kemana-mana bukan hanya izin sama abah dan ibu tapi juga mas fariz'' jelas abah zain menutup matanya yang sudah berat ''hanna tetap putri ibu,hanna nggak perlu khawatir sama hidup'' lanjut ibu afifah sambil memeluk hanna dan menciumi kepalanya
''ibuuu'' ucapnya manja memeluk ibu afifah
🐼
Setelah menikah,satu katapun belum pernah fariz ataupun hanna ucapkan,mereka masih cuek dan sibuk dengan kesibukan masing masing, meskipun ibu afifah sudah memberikan nomor fariz ke hanna,hanna tetap sibuk dengan hobinya, orang tua hanna sudah tidak berani melarang hanna,mereka janji akan mendukung hanna karena hanna sudah mengikuti apa yang mereka pilih untuk hanna.
''ngapain kemarin nangis ya kalau ternyata nggak ada perubahan jelek dihidupku'' guman hanna tersenyum dengan pekerjaan untuk persiapan ospek di kampusnya
''mbak hanna'' teriak dzaki dari balik pintu kamar hanna
''ada apa dek,masuk aja mbak hanna lagi sibuk'' jawab hanna fokus dengan kain yang lagi dia potong
''saya boleh masuk?''
Tangan hanna berhenti,mata hanna melotot dengan suara asing yang barusan ia dengar,dia melihat ke arah dirinya yang masih memakai baju tidur dengan rambut kuning yang terurai
''mbak hanna kok diem aja,dzaki buka ya pintunya'' ujar dzaki bersamaan dengan suara selot pintu yang turun ''jangan!!''teriak hanna menahan pintu kamarnya ''tunggu aja disitu'' ucap hanna dengan detakan jantung yang cepat
hanna memegang dadanya,mengatur nafasnya untuk menetralkan jantungnya,dia mengganti baju memoles wajah dengan riasan tipis dan menggunakan kerudung,tak lupa dengan parfum yang membuatnya menjadi percaya diri,memastikan kerapiannya,dia bolak-balik berkaca sebelum keluar
Selot pintu hanna turunkan perlahan,membuka pintunya sedikit mengintip keluar kamarnya mencari keberadaan suara asing yang tadi mengagetkannya,ternyata kosong nggak ada orang yang duduk di sofia ruangan depan kamar hanna,hanna keluar cepat dan menutup pintunya
''udah siap''
''haaa'' tubuh hanna bergetar,dia menoleh ke sumber suara yang membuatnya kaget,dia berpenampilan sama seperti awal mereka ketemu,baju timang sarung hitam corak,jam tangan di tangan kiri dan peci hitam di kepalanya,dia tersenyum melihat hanna yang memperhatikan penampilannya
''kamu grogi?'' tanyanya dengan muka penasaran 'a-apa? Gero-gi? Nggaklah apa itu grogi'' tanggap hanna berjalan meninggalkan fariz, dia kembali mengatur nafasnya
''saya mau ngobrol sama kamu,enaknya ngobrol dimanja ya?'' tanya fariz menyusul hanna yang sudah menuruni tangga ''ngobrol diluar aja'' jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dan jalannya
🐼
Di mobil hanna menghadap keluar,fariz fokus menyetir dan mengetuk setiran memakai jarinya
''ekhem,canggung juga ya kaya gini,putar musik kali ya'' ujar fariz memencet radio yang ada di samping setir mobil,tidak ada respon lirikan atau jawaban dari hanna
''kamu mau request lagu apa?'' kedua kalinya juga nggak ada perubahan sama sekali ''berat banget ya nikah sama saya? Atau terpaksa?'' ''iya terpaksa'' jawabnya lirih dengan fokus pemandangan di kiri jalan
''oh terpaksa,kenapa nggak menolak aja? Kaya gini kan jadi nggak enak'' jelasnya ''apa tadi? Nggak enak apanya ya?'' tanya hanna mengalihkan pandangan ke fariz ''kamu tadi jawab terpaksa'' ''ooh aku keceplosan kebenaran, ya syukurlah kalau kamu tau,aku nggak perlu drama-drama romantis'' jelas hanna ''yang nyuruh kamu drama siapa hanna? Saya tau kamu hanya ikutin omongan orang tua kamu kan?'' ''kamu tau kenapa nggak kamu aja yang nolak?'' tanya hanna menatap tajam fariz yang fokus menyetir
''ya karena saya sama kaya kamu'' jawab fariz menyingkirkan kepala hanna ''oh kamu juga terpaksa?'' ''bukan'' ''terus?'' ''ikuti orang tua''
Hanna menghela nafasnya
''gini aja deh,aku ngomong terus terang aja, alesan aku mau nikah biar aku diizinin kuliah sesuai dengan fashion aku'' ''oooh,kirain main pacaran'' ''nggak, kamu tau aku masih kecilkan? Aku masih mau ngejar mimpi aku, aku masih masuk kuliah,punya usaha,masih mau main,masih mau nongkrong-'' ''masih mau bebaskan? Abah sama ibu udah bilang sama aku'' ''mereka bilang apa?'' ''yang barusan kamu omongin'' ''oke deh kalau begitu, aku nggak perlu ribet bilang sama kamu'' jawab hanna merasa lega dengan kekhawatirannya, hanna membuka jendela mobilnya menutup matanya dan tersenyum menikmati angin sore
''kamu nggak nanya pendapat aku sebagai suamimu?''
''ya kamu harus setuju lah, kalau nggak ya udah sana pergi jauh'' jelasnya tanpa pengalihan pandangan,fariz tersenyum
🐼
Senja di caffe dengan banyak pemandangan alam yang sejuk,hpnya hanna tidak lepas dengan kamera,setiap sudut ia foto untuk dikirim ke sahabatnya yang sudah pada keluar dari kota indah itu
''seneng banget kayaknya'' ujar fariz duduk di hadapannya
''seneng tapi sedih,mungkin kalau mereka disini,pasti mereka nyusulin kesini'' jelas hanna fokus dengan hpnya ''ya udah,besok besok ajakin mereka kesini'' tanggap fariz ''nggak usah,aku juga mau pergi''
''pergi?' tanya fariz memastikan omongan hanna
''abah sama ibu nggak cerita kalau aku kuliah di jakarta?'' ''eng-gak'' ''duh mereka cerita setengah-setengah ya, aku nggak perlu rayu kamu kan untuk izin kuliah di jakarta, udah daftar ulang juga'' ucapnya menatap fariz tajam,fariz terdiam dan balik menatap hanna
''gimana ya enaknya....'' jawab fariz mikir
''lah...kita baru kenal masak kamu udah mau ngelarang aku kuliah''jawab hanna bete ''akan aku suami kamu sekarang, ya boleh kuliah tapi kok jakarta ya...mau tinggal dimana,sekarang kalau ada apa-apa sama kamu aku loh yang tanggung jawab''
Obrolan mereka tambah serius,hanna menjelaskan kalau dia sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari,mulai dari tempat tinggal,kendaraan,bahkan baju hanna sudah terbungkus rapi di koper
''kamu sibuk sama urusan kamu,aku sibuk sama urusan aku,masalah tanggung jawab biar orang tua aku aja yang urus,mereka juga udah janji, ngak usah khawatir sama aku'' jelas hanna kesal ''nggak ada kaya gitu, aku ni suamimu ya berhak melarang kamu''
Baru merasakan enak hobinya yang sudah di dukung oleh orang tuanya kini dia kembali seperti orang yang punya hobi terlarang,apalagi terlarang orang yang baru kenal meskipun itu suaminya,hanna terdiam melihatkan kekecewaannya kepada faiz
''kalau kaya gini kita mending nggak usah lanjut'' ujar hanna kemudian membanting pintu mobil pajero dan masuk kedalam rumahnya tanpa berpamitan ke fariz
~BERSAMBUNG~
dari kejadian itu hanna memblokir nomor fariz,membuang cincin pernikahannya dan mengurungkan diri dalam kamar
bukan hanya kesal dengan fariz,tapi juga kedua orang tuanya yang justru mendukung keputusan fariz padahal sebelum itu sudah menjanjikan hanna untuk mengizinkan kuliah di kampus impiannya
berulang kali fariz membujuk hanna untuk ngobrol berdua tapi tetap hanna hiraukan, dia memilih menggambar desain baju untuk memperdalam karyanya
''bu minta uang buat beli bahan'' ucap hanna kepada seorang wanita yang lagi mengaji ''bahan buat apa si han? bajumu kurang?'' ''bukan udah janji mau penuhi hobi hanna'' ''oke, setori dulu surah ibrahim'' ''tapi janji ya'' ''iya sayang''
hanna mulai melafalkan surah Ibrahim disimak ibu afifah dengan teliti panjang pendeknya,salah sedikit harus ngulang satu ayat sebelumnya, bacaan hanna nggak banyak salahnya tapi hanna gugup mau beli kain jadi panjang pendeknya hanna singkat
''nggak kaya gitu han,ibu udah bilangin kamu kan,ngaji itu jangan dipercepat harus tartil panjang pendeknya harus teliti'' komen ibu afifah seraya menghitung lembaran uang yang mau dikasih ke hanna
''ibu si,hanna kan lagi mau pergi wajarlah kalau di cepetin''
''mau pergi sama siapa?'' tanya ibu afifah sebelum ngasi uang ke hanna ''ni lihat bu, hanna sendiri pakai taksi online'' jawab hanna memperlihatkan pesanan taksi di hpnya ''sebelum jam lima udah sampai rumah nggak ada alasan lain'' ''iya ibu,pamit dulu ya'' pamit hanna mencium tangan ibunya ''hati-hati dijalan,jangan keluyuran kemana mana, ibu ridhonya beli kain aja'' ''iya ibu'' jawabnya seraya menutup pintu kamar ibu afifah
hanna mencari ke toko langganan hanna yang ada di mall,dia keliling mencari kain yang dia inginkan di bantu dengan karyawan toko yang sudah akrab dengannya
''nggak pernah gagal outfitmu, nanti kalau disini kosong kita cari ke toko ibunya ya yang lebih lengkap tapi ada di pasar nggak papa kan han?'' jelas karyawan toko dengan berkeliling membuntuti hanna ''oke mbak nggak papa, aku kesini pakai taksi nanti kesannya aku nebeng ya'' ''tumben amat,biasanya pakai mobil'' hanna tersenyum ''nggak ada mobil,ya udah mbak ayo cari di toko yang tadi mbak sebutin, kayaknya nggak ada yang pas sama gambaran aku''
''hanna'' panggil seorang lelaki yang lagi lagi memakai pakaian serba hitam,kali ini dia jubah hitam ''bisa ngobrol?'' ''mau ngomongin apa? langsung aja waktuku nggak banyak'' jawab hanna melihat jam tangan yang menunjukkan sudah jam 03.40 pm ''saya minta maaf'' hanna tersenyum sinis ''udahlah,nggak perlu minta maaf segala, anggap aja kita nggak kenal,mungkin kita belum saatnya ketemu'' jelas hanna kemudian menggandeng karyawan kain untuk menjauh dari fariz
sampai di rumah hanna langsung mencari ibu afifah untuk laporan bahwa anaknya sudah pulang
''tadi fariz kesini,ibu suruh nyusulin kamu,kamu ketemu?'' tanya ibu afifah dengan tangan sibuk mengupas jahe ''ketemu,dia minta maaf,tapi hanna bilang nggak'' ''nggak boleh kaya gitu han, kamu harus memberikan kesempatan buat orang yang merasa salah sama kamu'' ''ah ibu mah udah jelas bela dia,udah ah hanna mau masuk kamar aja'' ''enaknya aja masuk kamar, bantu ibu ngaji habis maghrib '' ''iya ibu,hanna bersih bersih dulu'' jawabnya menaiki anak tangga ke kamarnya
kali hanna fokus menyimak setoran hafalan santriwati, metodenya sama seperti ibu afifah salah sedikit mengulang satu ayat sebelumnya,dia nyimak hafalan sampai adzan isya,habis jama'ah isya di lanjut hanna yang deres di simak oleh ibu afifah dan abah zain, setelah itu hanna baru bisa lanjutin jahitannya yang ketunda tadi sore
''hanna kamu belum ke rumah fariz selama kamu menikah, abah kemarin ketemu abi fatah dia nanyain kamu'' ujar abh zain waktu mereka menikmati sarapan paginya ''hanna udah tau, abah sama ibu pasti tetap dukung dia dari pada hanna anak kandungnya'' ''bukan kaya gitu nak, setiap orang yang berpasangan pasti ada selisihnya, itu yang menjadi benih-benihnya cinta,selesaikan baik baik cari jalan keluarnya,kalau kamu kaya gitu nggak akan selesai'' jelas abah zain ''iya bah'' ''jangan iya iya aja,nanti kalau fariz kesini temuin'' lanjut ibu afifah ''iya ibu''
Baru tadi di omongin,fariz datang ketika abah sama ibu pergi undangan,mau nggak mau hanna nemuin fariz karena hanna sudah terlihat oleh fariz
''mau minum apa biar disiapin?''
''nggak usah, kamu mau ngobrol aja saya udah senang'' ''nanti bilangnya nggak ditawarin minum'' ''nggak dong, kamu jadi kuliah di jakarta?'' ''jadilah besok jumat berangkat'' ''tinggal dimana disana?'' ''aku udah cari kost yang dekat kampus,kenapa?'' ''ni ada apartemen nganggur dekat juga dari kampus yang kamu bilang'' ujarnya meletakkan kartu akses apartemen ''punya siapa?'' ''punya kamu sekarang,udah komplit kamu tinggal bawa baju aja'' ''kenapa kamu tiba-tiba baik sama aku?'' ''ya aku mah baik,kamu aja yang nggak kenal aku'' hanna menatap fariz tajam ''kamu pasti punya kemauan'' fariz tersenyum
''ya udah kita bikin perjanjian aja,kamu punya kemauan, aku juga punya''
''perjanjian?''
hanna menjelaskan kalau dirinya masih ingin bebas tanpa larangan meskipun fariz suaminya,sedangkan fariz juga punya aturan untuk hanna,mereka debat panjang kali lebar untuk menyetujui apa yang hanna dan fariz inginkan
Mereka berjabat tangan dengan senyuman licik
''besok ada acara di rumah mbak halimah, walimah anaknya khitan, saya jemput pagi ya'' ujar fariz ''emang abah ibu nggak datang? Aku bareng mereka aja'' fariz langsung membacakan surat perjanjian keempat ''oke oke, udah kan ini aja yang mau diobrolin, aku sibuk'' ''silahkan lanjutin jahitanmu, saya juga mau pulang'' ''satu lagi,jangan pakai kata saya,aku kamu aja biar enak didengar,kelihatan banget kamu tua'' ''oke'' jawab fariz keluar dari rumah hanna
waktu hanna ketemu fariz,fariz lagi lagi berpakaian hitam hitam,kali ini dia nggak tahan untuk ngungkapin kerisihannya terhadap pakaian fariz
''satu lemari kamu hitam hitam semua isinya?'' pertanyaan hanna ketika bertemu dengan fariz ''emang kenapa dengan hitam?'' ''aku liatnya gerah,dari pertama kita ketemu pakaianmu hitam terus'' ''jadi kamu merhatiin aku?'' gurau fariz mendekati hanna ''nggak usah dekat-dekat'' tanggap hanna mendorong fariz sambil jalan keluar
mereka ke toko baju terlebih dahulu sebelum ke tempat acara,hanna merubah penampilan fariz yang tadinya hitam menjadi warna coklat muda
''oh bilang aja kamu pengen couple dengan aku'' ucap fariz masuk ke mobilnya,hanna melihat baju yang ia kenakan juga warna coklat,hanna menghela nafas ''terserah deh apa yang kamu tanggap,yang penting bukan hitam lagi'' jelas hanna sambil mantengin hpnya
sampai ditempat acara,hanna jalan dibelakang fariz,dia ngumpet dari sinar matahari yang sudah mulai naik ke atas kepala,selain itu dia juga malu karena banyak santri yang berkeliaran dan tamu undangan yang berdatangan,mereka datang kebetulan lagi acara solawat,fariz maju ke grub hadroh untuk menjadi slah satu pemain darbuka,hanna duduk di kursi depan dengan saudara fariz
''tumben banget fariz mau seragam,itu kamu yang nyuruh?'' tanya halimah, hanna tersenyum ''suara ibumu pasti nurun ke kamu,ayo solawat thola'al,kiai mau naik panggung'' ujar umi khodijah menyodorkan mikrofon,hanna tersenyum malu sambil menerima,waktu hanna buka suara,orang orang pada mencari sumber suara yang merdu itu,bahkan fariz pun ikut mencari sumber suara itu,bertanya ke sekeliling orang yang ada disitu,dia baru menyadari waktu mahalul qiyam dan mereka berdiri,hanna terlihat menutup matanya dan khusyuk dalam mahalul qiyam di mikrofon,fariz terpukau melihat hanna sampai hpnya nggak lepas untuk merekam istrinya
Acara selesai,mereka makan bareng bersama para ulama yang datang,ngak sedikit juga yang kenal hanna sebagai anaknya abah zain
''kamu nginap aja disini,banyak kamar kosong tenang aja'' ujar zaina kakak pertama fariz,hanna tersenyum sebelum menolaknya,dia menjelaskan kalau dia udah mau berangkat ke jakarta untuk melanjutkan pendidikannya
''aduh,anak cewek ngapain merantau jauh,apalagi cuma buat jahit,disini banyak les jahit'' tanggapnya,hanna tersenyum ''fariz punya penghasilan apa yang kamu cari lagi han?" tanya halimah,disitu hanna cuma tersenyum waktu hampir semua saudaranya memojokkan dia ''baju juga sekarang banyak yang bagus,kalau kamu bikin brand sendiri pasti sulit untuk naiknya'' ''kamu suaranya bagus,nggak perlu jahit aja pasti banyak yang mengundangmu'' lanjut zaina,hanna nggak bisa menjawab,dia cuma mengaduk makanan yang ada dipiring dan menelan makanannya dengan pelan
banyak orang yang meremehkan,banyak orang yang memandang dengan sebelah mata ketika hasil belum terlihat didepannya mata,nggak perlu putus asa,hasil memang belum ada tapi usaha pasti ada hasilnya
~BERSAMBUNG~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!