Ini adalah hari pertama Mawar tidur di kamar yang tak diketahui sebelumnya.
Pertama kali ia membuka matanya yang sembab, karena terlalu banyak menangis tadi malam. Dihari pernikahannya terjadi tragedi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Di dalam otaknya berpikir, apakah ini sebuah mimpi yang menjadi bunga tidur ataukah kenyataan pahit?
Ya! Ini adalah kenyataan, ketika Ia mencubit lengannya terasa sakit. Pertanda dirinya tidak sedang di alam mimpi.
Akhirnya Mawar bangun dari tidurnya, entah bisa disebut tidur atau tidak di malam itu, jika tidur maka mata akan terpejam, dan melupakan segala sesuatu, namun sesuatu itu tak hilang dari ingatannya, walau sebentar saja, akhirnya ia bangkit dan membuka tirai jendela kaca yang ada di rumah itu.
Ia mengamati sekeliling sepertinya hanya ia sendiri yang ada di dalam kamar itu.
Dan baju yang ia kenakan, masih baju yang dipakai tadi malam, yaitu atasan broklat warna putih dengan ekor menjuntai panjang dan bawahan jarik batik.
Masih sangat segar terlintas di ingatannya, bahwa ia tadi malam telah resmi menjadi istri seseorang, yang sama sekali tak di kenal.
Lelaki itu siapa?
Waktu itu adalah hari yang seharusnya sangat membahagiakan untuk Mawar, karena malam itu adalah malam dimana diadakan ijab qobul, serta digelar acara resepsi pernikahannya bersama Dimas, yang di hadiri oleh kerabat, dan teman kerja dari kedua mempelai.
Keluarga mempelai pria belum ada yang terlihat, namun semua undangan dan teman dari mempelai pria sudah hadir.
Acara ijab qobul seharusnya dilaksanakan satu jam yang lalu, dikarenakan mempelai pria belum hadir, maka ijab akan ditunda. Para undangan tentu masih bisa bersabar.
Namun setelah menunggu selama empat jam, para tamu sudah mulai tak nyaman, sebagian ada yang pulang, mulai lapar, serta ucapan kurang mengenakan hati mulai terdengar.
Keluarga Mawar mulai resah dibuatnya, begitu pula dengan Mawar, tak henti hentinya air mata keluar dari kedua sudut matanya, merusak semua make'up pengantin yang telah menempel di wajahnya menemani beberapa jam lalu.
Mawar gadis ayu, dengan tinggi badan 165cm, dengan kulit putih halus, mata yang indah serta bulu mata yang sangat lentik, ketika tersenyum nampak lesung pipinya. Hatinya sangat hancur, telah menunggu empat jam, calon suami tidak jua kunjung datang.
Sesungguhnya apa yang telah terjadi?... Mawar dan keluarganya tidak ada yang tau. Karena tiba-tiba handpone Dimas calon mempelai laki laki tidak aktif, nomor rumah juga tidak bisa dihubungi.
Ada teman Dimas yang mencoba untuk mendatangi rumah nya, ternyata tak ditemui satu orangpun, rumah tampak sepi tak berpenghuni.
Hanya ada Security yang berjaga
di luar gerbang. Ketika ditanya ia tidak tau apa-apa soal majikannya, yang ia tau hanya setelah mendapat telepon ia langsung pergi dan membawa koper besar, serta memesan tiket mendadak ke luar negeri, itu sedikit informasi dari penjaga rumah Dimas.
Teman Dimas, bernama Rinto, segera kembali, ia memberitahukan yang telah terjadi.
Segera melajukan kendaraan menuju gedung, dimana acara tempat pernikahan Mawar dan Dimas akan dilaksanakan.
Dengan terburu buru menghampiri Mawar, ia berbisik di telinganya tentang apa yang ia ketahui baru saja.
Setelah tahu semuanya, Mawar seperti hilang kekuatan tubuhnya lemas terkulai bak disambar petir. Tangisnya pecah seketika dan memeluk ibunya.
"Bu, tolong segera akhiri semua acara ini."
"Dimas tidak akan pernah datang lagi Bu! kenapa ini terjadi padaku, Bu! Apa kesalahan yang telah aku lakukan.
Sambil memeluk ibunya yang sedari tadi berada disampingnya. Bu Rasmi ikut menangis karena merasakan kesedihan yang amat dalam dan malu.
Hal seperti ini memang sangat memalukan bagi keluarga wanita, belum lagi nanti pasti akan banyak cemo,ohan dari tetangga.
"Baiklah nak,
Ibu akan memberitahu bapakmu, agar semua tamu untuk diperbolehkan pulang."
Mendapat perintah dari bu Rasmi, Bapak Mawar segera menuruti kemauan putrinya.
Mungkin ini sudah keputusan yang benar.
"Mohon maaf untuk semua, tamu undangan, Dan kerabat dekat. Karena suatu hal acara pernikahan ini dibatalkan" ucapnya dengan Mimik muka yang mulai tak menentu.
Kerabat dan undangan berangsur menuju pintu keluar.
"Pernikahan ini akan tetap berlangsung!" Suara lantang itu berasal Dari belakang.
Siapa laki laki itu?
Sontak semua mata tertuju kepada arah suara tersebut. Beberapa tamu undangan terheran.
Semua mata tertuju pada pria berhidung mancung, memiliki kulit warna kuning langsat, alis hitam dan tebal, tinggi badan sekitar175 cm, serta tubuh yang atletis usianya sekitar 27 tahun. Menandakan dia afalah pria yang rajin olah raga dan merawat tubuhnya. Dan Wajahnya sangat rupawan
"Kumohon jangan pulang dulu, tunggulah ijab qobul selesai," ucapnya.
"Bukankah kalian semua menunggu mempelai pria, ini aku sudah datang." Pria itu berjalan ke depan dengan memamerkan tubuh gagahnya.
kini pria itu berjalan menghampiri keluarga Mawar.
"Bukankah seperti itu Bapak? Ibu?"
"Apakah anda menyetujui, jika hari ini aku menikahi putrimu, akan lebih baik jika semua ini terjadi, bukankah ini demi kebaikan Mawar dan kalian semua," ucapnya lirih di samping pak Mizdi, ayahnya Mawar.
Pak Mizdi sangat bingung namun akhirnya mengangguk, tanda ia menyetujui usulan dari pria tersebut.
"Apakah kamu serius dengan ucapanmu."
Pak Misdi menatap lekat pria tak dikenal yang berdiri di depannya.
Pria itu tersrnyum dan sekali saja mengangguk.
"Penghulu bisa di mulai sekarang, mohon maaf jika telah menunggu lama." berjalan menghampiri penghulu dan duduk bersimpuh di depannya.
Mawar yang mendengar semuanya, semakin histeris, bulir-bulir air mata mulai membanjiri pipinya kembali. Ia merasa bahwa kini pernikahannya seperti sebuah lelucon.
"Ini tidak benar! iya kan Bu?" Meminta pembelaan dari Ibunya. "Mawar tidak tahu siapa?Apalagi mengenalnya Mawar mohon jangan dilanjutkan Bu..."
"Mawar tidak mengenalnya, hiks,hiks,hiks" ucapnya sambil terisak isak.
"Tidak ada pilihan lain nduk! Kamu ikuti Bapakmu saja," ucap Bu Rasmi menenangkan putrinya.
sebenarnya hatinya juga sangat sedih. Ia tidak tega memaksakan pernikahan ini.
***
Setelah tiga puluh menit kemudian Mawar dan Dirga adi wijaya, resmi menjadi suami istri yang sah.
Semua tidak dapat diduga, kalau ini terjadi. Dirga yang menjadi tamu undangan dalam acara, serta posisinya sebagai relasi kerja Dimas, malah kini menjadi suaminya.
Setelah semua selesai semua undangan lega, beberapa ada yang sedang menyantap hidangan, ada juga yang pamit memohon diri karena hari semakin larut malam.
"Sebaiknya kamu sekarang ikut aku,karena bagaimanapun kamu sudah sah menjadi istriku, dimata Hukum dan Agama.
Tidak benar jika kamu pulang bersama orang tuamu." tuturnya lembut kepada Mawar.
Karena itulah alasan kenapa sekarang Mawar berada ditempat asing ini, mungkin kebahagiaan atau penderitaan semua akan berawal dari sini. Menyesali seakan tiada berguna lagi. Sebaiknya di jalani saja.
Semua yang terjadi hari ini sudah pasti rencana Tuhan Yang Maha Kuasa, kita sebagai makluk, hanya bisa menjalani suratan takdirnya.
Dalam batin Mawar berkecamuk penuh tanda tanya, tubuhnya pun mulai lelah, banyaknya air mata yang terkuras, memikirkan apa saja yang telah terjadi.
"Dimas kamu sangat keterlaluan sekali, dihari pernikahan kita, kamu bisa bisa nya pergi, lalu apa selama ini kamu juga berbohong telah mencintaiku, klo iya kamu adalah pembohong hebat, ini berat sekali untukku, sungguh ini mimpi buruk, sulit rasanya memaafkanmu setelah ini
Air mata masih saja terus berlinang, membanjiri pipi dan baju putihnya, bercampur sisa riasan tadi malam, sehingga tak nyaman di gunakan lagi.
"Lalu, Siapa pria tadi malam?.... Yang telah menikah denganku?... Kenapa dia mengambil keputusan sebesar ini, bagaimana jadinya klo dia ternyata sudah beristri," berjuta tanya menyeruak kembali keluar dari otaknya.
"Aku harus mencari tau."
Mawar mengalihkan pandangannya dari jendela kaca didepannya. Kini melihat dirinya sendiri yang memprihatinkan.
Sepertinya aku harus mandi, tapi aku tak punya satupun baju ganti disini, matanya tertuju pada lemari besar yang ada dikamar itu.
"Apakah aku harus membuka lemari itu, mungkin disitu ada baju ganti".
Greeet.....! suara lemari besar itu, ketika di buka mawar terbelalak, karena yang ada cuma celana bokser, kaos dan ****** *****, Oh Tuhan, ini tentu semua baju pria, dengan buru buru menutupnya kembali dengan menyesal karena sudah berani lancang. ia berbalik dan menyandarkan tubuhnya pada lemari tersebut.
Tok..tok...tok, Non!, setelah pintu diketuk ada suara panggilan dari luar.
"Iya!". Mawar segera mendekat pintu, dipegangnya gagang pintu, dengan segera Ia membukanya.
"Non tadi tuan titip ini." Sambil menyerahkan dua bungkus paper bag.
Non kenapa mata non, bengkak sekali, apakah non lagi sakit" tanya Bi Susi lagi, Bi Susi nama ART nya Dirga usianya sekitar 52 tahunan.
"Tidak Bi, aku tidak sedang sakit." Mawar sedikit menyunggingkan bibirnya, sebagai tanda terima kasih, karena bibi telah mengantarkan baju ganti untuknya.
" Siapakah yang membeli ini, Bi?, Apakah jam segini, Orang itu sudah berangkat"
"Sudah nyonya, ini sudah jam delapan," ucap Bi Susi.
"Terima kasih, baju gantinya!"
"Sama-sama nyonya. ucap Bi Susi lagi sambil berlalu pergi.
Dengan segera Mawar menuju kamar mandi, ingin segera mengguyur badannya dengan air, badannya sudah terlalu letih begitu juga pikirannya.
Selesai mandi Mawar membuka baju di dalam paper bag tadi, dengan maksud ingin segera memakainya.
"Astaga! Kenapa baju nya segede ini, dia pikir aku gendut ya? Mawar menggeleng gelengkan kepalanya.
Tapi tak apalah kegedhean, daripada kekecilan, tapi kapan ia beli ya?" sambil tangannya merogoh paperbag yang satunya, ternyata isinya pakaian dalam wanita.
Selesai semuanya, Mawar bercermin sebentar, ia hanya menyisir rambutnya, dan tak ada niatan untuk memakai bedak atau lipstik.
Selesai merapikan diri, Mawar meraih ponselnya, jari jemarinya hendak menyalakan tombol aktif, namun diurungkan, ia berfikir pasti akan ada bertubi tubi pertanyan dari temannya, ia belum siap menjawab. Apa coba yang harus ia katakan?.. Mawar adalah salah satu karyawati di pabrik Garmen, dikota surabaya disana ia bekerja dan Dimas adalah pemilik pabrik tersebut .Cinta mereka tumbuh kuat dan kokoh seiring berjalannya waktu.
Namun sebenarnya Mawar membutuhkan jawaban dari Dimas. Apa alasan sebenarnya, mengingat ia sudah mengenalnya bertahun tahun. Setahunya lelaki itu sangat menyayanginya, walaupun di awal mamanya tidak setuju, namun akhirnya merestui juga.
****
Krucuk... Krucuk...
"Ih, aku lapar sekali" Perutnya mulai berdendang. Mau tidak mau Mawar harus turun kebawah, untuk mengisi perutnya yang sejak dari sore belum terisi.
Sampai di dapur, Mawar menghampiri bi Susi yang sedang mengaduk masakan. Tangannya menggenggam spatulanya di dalam panci penggorengan.
"Masak apa, Bi?Sepertinya sedap sekali?" Mawar membuka pembicaraan terlebih dahulu.
"ini Nyonya tumis kangkung, kesukaan bibi, enak sekali apa Nyonya juga suka?. Biasanya kalo dikampung saya suka metik sendiri di sawah non,rasanya lebih nikmat kalo baru metik". curhat bibi
"Klo non mau makan yang lain sudah ada di meja makan. Soalnya setiap pagi Tuan suka sarapan dirumah. Jadi udah Bibi siapin, Klo di kerja,an suka lupa makan". Bibi menjelaskan panjang lebar tentang kebiasaan Tuannya.
"Iya makasi,Bi".
"Aku makannya pake kangkung aja, sama kaya Bibi".
Mawar tersenyum setidaknya ia punya teman baru dirumah ini.
Mawar bergegas mengambil piring yang berisi nasi, ia menuangkan oseng kangkung diatasnya.
"Mari Bi!, kita makan bersama di meja makan." Ajak Mawar pada Bi Susi.
"Ayok Bi, mari!" Ajak Mawar lagi.
"Baik, Non." Bibi dan Mawar berjalan menuju meja makan. Mereka berdua mengawali sarapan pagi ini.
Sambil mulai menyuapi nasi ke bibir mungilnya, Mawar bertanya lagi.
"Rumah nya sepi kemana Mama dan Papanya Dirga?"
"Tuan disini sendiri non, sebenarnya pindah kesini supaya dekat dengan pekerjaan.
Sebenarnya orang tuanya tinggal di Jogja, Elisa adek Tuan masih sekolah SMA disana."
Tuan orangnya mandiri non, ia mengawali usahanya ini semua dari nol.
" Ooooo." Mawar manggut manggut.
Bibi banyak tau ya? Mawar sambil meraih gelasnya dan meneguk air putih tersebut.
"Apa mas Dirga udah beristri?." Mawar masih bertanya lagi dan lagi.
"Uhuk...! Uhuk....!"
Bibi langsung tersedak dengan minumannya. Heran dengan pertanyaan yang satu ini.
"Bukankah tadi malam baru saja menikah dengan non Mawar." Ucap Bibi
Mawar mengusap dahinya, segera menyadari pertanyaannya tadi.
Ia dapatkan jawaban klo, Dirga suaminya, ternyata belum pernah menikah, selain dengan dirinya. Mawar menyudahi sarapannya hari ini, ia bergegas ke wastafel untuk mencuci tangan. Dan kembali ke kamar.
Hari sudah sore, terlihat mobil warna putih memasuki parkiran, itu pertanda sang tuan rumah sudah pulang. Mawar bisa melihatnya karena letak kamarnya di lantai atas. mempermudah ia mengamati pemandangan di taman rumah itu.
Biasanya Dirga lebih sering pulang larut malam, Ia lebih sering menghabiskan waktu dengan pekerjaannya, entah apa yang membuatnya sore ini sudah pulang.
Sesampai dirumah, Dirga segera mengetuk pintu tak lama Bi Susi mendekat untuk membukakan pintu tersebut.
"Bi ... tolong bikinkan kopi ya! nanti antar kekamar!" Sambil berjalan menuju ke dalam kamar barunya di lantai bawah. melepaskan lelahnya seharian berkutat dengan pekerjaan.
"Baik Tuan, kopi akan segera siap." ucap Bi Susi wanita paruh baya itu segera melangkahkan kaki ke dapur. Tak lama ia telah kembali bersama kopi hangat di tangannya.
"Apakah Mawar tadi mau makan?" tanya Dirga, sambil melepaskan dasi dan jasnya.
"Makan tuan, tadi pagi makan bersama dengan saya, cuma pas pertama saya lihat, mata Nona Mawar sangat bengkak, seperti habis nangis semalam, Tuan. Kenapa dia harus menagis mendapat suami seganteng tuanku ini, he ... he ... he ..." Bi Susi terkekeh menggoda majikannya.
"Terima kasih kopinya, Bibi boleh pergi."
Dirga bermaksud mengakhiri pembicaraan dengan Bi Susi, karena ia tidak ingin Bi Susi tau lebih jauh tentang pernikahannya.
****
"Tok ... tok ... tok ...." Suara pintu diketuk.
Dirga mengetuk pintu pelan -pelan.
"Mawar!" panggil Dirga dari luar pintu kamar Mawar. Wanita yang kini menyandang gelar menjadi istrinya.
"Tolong buka pintunya!" Sepi tanpa ada sahutan dari dalam.
"Ceklek!" Suara handle pintu ditarik. Mawar kembali masuk ke dalam, ia kemudian duduk di sofa yang ada di ruangan kamar itu. Dirga yang dua langkah di belakangnya ikut duduk di sofa di sebelah Mawar.
Hai ... Mawar ... betul kan nama kamu Mawar," tanya Dirga berbasa basi.
Mawar mengangguk. "iya ... " ujar Mawar dengan suara tercekat.
"Maafkan aku, mungkin menurutmu aku pria konyol, tapi semua itu aku lakukan karena aku ..."
"Karena apa? ,Karena kasihan padaku!" ujar mawar lirih, ia sangat terluka dengan keputusan Dirga yang di ambil secara terburu- buru, tanpa persetujuan darinya terlebih dahulu.
"Apa yang akan terjadi dengan pernikahan seperti ini, Ga" Bulir air mata kembali menetes membasahi pipi Mawar. "Aku saja tak mengenalmu, apalagi mencintaimu, pernikahan macam apa ini?"
"Tenangkan saja dirimu. Aku disini tak akan menyakitimu, aku juga tak memaksa kau harus mencintaiku." Dirga menatap Mawar dengan tatapan sendu "Mawar, berhentilah menangis, aku sungguh tak bisa klo melihat wanita menangis."
"Aku tak tega melihat bapak dan ibumu. Apa kamu tak melihat kedua orang tuamu waktu itu? Kamu tau sendiri kan? tamu undangan yang hadir itu banyak banget. Orang tuamu pasti akan sedih, malu." imbuhnya lagi. sambil memutar mutar handpone di tangannya.
"Kamu tak mencintaiku untuk saat ini tak apa- apa. Akan masih ada banyak waktu untuk saling mamahami dan saling mencoba melengkapi." Kini pandangan Dirga beralih memberhatikan baju Mawar yang baru saja ia belikan.
"Hey kenapa baju yang aku belikan kebesaran gini?" Dirga sengaja mengalihkan pembicaraan. Agar Mawar tidak terlalu terbuai dengan kesedihannya.
"Ya sudah kita keluar malam ini beli keperluan kamu, siap-siap ya aku tunggu dibawah." Dirga menepuk pundak Mawar dan pergi ke luar kamar.
Mawar hanya mengangguk. Tak ada alasan untuk menolak ajakan Dirga.
Malam ini adalah pertama kali Mawar keluar bersama Dirga. Ia mendatangi pusat perbelanjaan terbesar dan terlengkap di Surabaya. Dirga fokus mengemudi, karena kebetulan ini malam minggu, jadi jalanan lumayan ramai. Hanya sesekali ia menoleh kearah Mawar dengan curi pandang.
Tak lama kemudian mobil mereka sudah sampai di parkiran, mereka segera masuk. Dirga mengambil satu troly, dan mendorongnya, ia berjalan melangkah beriringan dengan Mawar.
Sesekali tangannya menunjuk pada baju yang menurutnya bagus. Mawar lebih sering menggelengkan kepala karena dirasa baju yang Dirga tunjukkan ia kurang suka. Tak lupa ia juga membeli beberapa alat make,up.
Dirga diam diam memperhatikan Mawar, ia menyadari bahwa wanita di depannya ternyata amat cantik.
Selesai semuanya, Dirga mengajak Mawar makan ke restoran kesukaannya. Disana ia memilih menu yang sama dengan mawar. Mereka pulang ketika tengah malam Dirga dan Mawar masih tidur di kamar yang terpisah.
****
Dimas yang berada dinegara asing sangat gusar, hatinya gundah gulana, pikirannya kemana mana memikirkan keadaan Mawar yang ia tinggalkan di hari H pernikahannya. Berkali kali menghubungi Mawar namun handpone Mawar tak aktif.
Sedangkan disini ia harus menunggu Mamanya, yang berbaring lemah di rumah sakit. Mamanya terjatuh dari tangga dan harus dirawat di rumah sakit. Ketika tepat di hari pernikahannya.
Waktu itu ia tergesa gesa berangkat, dan tak menyadari ia meninggalkan handponenya diatas meja kerjanya dalam keadaan batre low.
Hati Dimas perih, nafasnya serasa sesak, sulit melupakan kejadian malam itu, Ia memejamkan matanya, Menghembuskan nafasnya dalam dalam.
"Mawar susah payah Aku meyakinkan Mama, Kini Mama sudah merestui, bersabarlah sedikit, ketika Mama sembuh nanti Aku akan menghalalkanmu walau nanti asal kita resmi sah suami istri aja dulu."
"Kali ini aku tak bisa melihatmu memakai baju pengantin pilihanmu, mungkin aku akan melihatmu lagi, kau memakai gaun pilihanku."
Tak terasa setitik air bening menetes di pelipis laki laki itu.
Dimas segera mengusap air matanya, " huff!kenapa tiba-tiba aku jadi cengeng seperti ini."
"Betapa rapuhnya aku jika tanpamu, Aku kangen banget sama kamu, tapi handpone ku juga tertinggal bahkan fotomu saja saat ini tak bersamaku" Dimas menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi yang ia duduki.
"Mawar biasanya setiap malam seperti ini kau selalu membuatku tertawa dengan kata katamu, Good night My honey ... Don't forget to brush your teeth before bed I love you!"
Setiap kali ia ingin menutup teleponnya tak lupa Mawar selipkan kata- kata itu.
Itu kata-kata konyol Mawar yang selalu membuat Dimas tersenyum, wanita sederhana itu sudah mampu membuat Dimas klepekan dikala jauh rasanya rindu mendera, Dimas yang dipenuhi dengan bayangan Mawar tak henti mengenang saat- saat kebersamaan mereka.
Andaikan tidak ada insiden seperti ini Dimas mungkin sudah menjadi pengantin baru yang sedang berbulan madu. Memadu kasih dengan sang istri tambatan hatinya.
Dimas menghampiri mama Lita yang berbaring, ia tertidur pulas mungkin karena efek obat yang baru saja ia minum.
"Mama semoga segera sembuh." Dimas sayang sama Mama. Bisik Dimas dalam telinga Mama Lita, dan tangan kanannya memeluk tubuh nya. Lalu ia mengecup pipinya.
Dimas ke apartemen dulu, Ma. Sekarang bergantian Papa yang akan jaga Mama.
Dimas pergi meninggalkan rumah sakit, ia mengendarai mobil menuju apartement yang ia singgahi, ketika tinggal dinegara tersebut, tak lupa ia mampir ke mall untuk membeli Handpone dan satu buah sim card.
Selesai membeli Dimas segera pulang.
Sampai di kamarnya segera mengaktifkan Handpone barunya dan ia segera menelpon nomor kantor karena hanya nomor kantor yang ia hafal saat ini.
Tring!...tring!...tring!..
"Ia..Hallo....!"
"Dengan siapa ya?..."
ternyata suara Lisa yang terdengar, Lisa sekretaris Dimas yang mengangkat telepon tersebut.
"ini aku Dimas."
"Oh pak Dimas selamat sore pak."
"Ada yang bisa saya bantu pak!."
"Ia untuk beberapa hari ini aku tidak bisa masuk Lisa, nanti biar Rinto yang handle semua pekerjaanku, dan kamu harus mendampingi dia untuk sementara waktu.
"Lisa tolong sambungkan panggilanku ke Rinto!." Perintah Dimas pada Lisa.
" Baik pak." Dengan cekatan lisa segera menyambungkan panggilan kepada Rinto.
Dalam hitungan detik saja Rinto segera menyambar telefon yang ada dalam ruangannya tersebut.
Rinto adalah sahabat Dimas. Sekaligus menjabat sebagai manajer pemasaran prodak di kantor Dimas.
"Dim, sepertinya kau sudah gak waras ya!"
"Lo kenapa undang kita semua, nah,lo sendiri gak hadir dalam acara pernikahan lo!"
"Aku jadi heran dengan jalan pikiran lo sekarang ."
Rinto terus saja mengumpat Dimas dengan kata kata kasarnya. Dan menjelaskan panjang lebar tentang perihal pernikahannya tersebut.
Kekecewaan Mawar, tangis histerisnya, semua, hingga akhirnya, Dirga menggantikan posisinya sebagai mempelai laki-laki Rinto menjelaskan semuanya.
Sedangkan Dimas disana hatinya remuk seketika, sekujur tubuhnya kaku, handpone yang di genggamnya ia lempar entah kemana, setelah mengakhiri panggilannya dengan Rinto.
Nyawanya tersengal sengal menahan Marah.
Amarah yang ia tunjukan saat ini hanya untuk Klien bisnisnya Dirga. Tangannya mengepal sangat keras dan ia tinjukan ke cermin.
"Prakk!!!.
"Dirga berani beraninya kamu mengambil calon istriku, Baby ku "
" Berani sekali Haaah."
"Aku akan bikin perhitungan denganmu".
Darah segar mengalir deras dari sela sela jarinya. Sakit yang tadinya tidak terasa kini mulai terasa perih, namun tidak sebanding dengan luka dalam yang ia alami, ia membiarkan ceceran darah itu.sekarang Dimas menyandarkan dirinya di pinggir ranjang.
Ia menikmati lukanya itu seorang diri.
*****
Hal sama yang dirasakan Mawar malam ini, ingin tidur mata susah untuk terpejam. ia tak bisa lagi menahan dirinya untuk mengaktifkanan gawainya. Setelah ia mengaktifkan gawainya ia berharap ada pesan dari Dimas.
Atau panggilan tak terjawab, namun tak ada, yang ada cuma serentetan Pesan Whatsapp
Dari teman teman nya.
"Bahkan kau tak menghubungiku Dim."
Apakah kau ini manusia yang berubah dalam satu hari.Aku seperti tak mengenal sifatmu yang satu ini. Bisikan hatinya selalu mengarah pada hal yang negatif.
Ia lalu melemparkan gawainya diatas bantal sebelahnya.
Hingga seiring berjalannya jarum jam dan malam yang sunyi mulai menghampiri akhirnya insan yang lemah ini terlelap dalam tidurnya.
****
Pukul 4.15, Mawar segera bangun bergegas turun ke dapur disana ia ingin membantu bi Susi memasak sarapan untuk Dirga.
Mawar membantu hal hal kecil saja seperti motong sayur dan menumis bumbu. Tapi ia juga membuat satu menu yang mudah di buat dan cepat matangnya.
Selesai semuanya Mawar menghidangkan ke meja makan. Ini kali pertama Mawar membuatkan sarapan untuk Dirga.
Ayam geprek bumbu pedas.
Sebenarnya Mawar melakukan semua ini karena ia memahami bahwa seorang istri harus bersikap baik kepada suaminya. Itu saja.
Kini sudah pukul 6.30.WIB.
Dirga keluar dari kamarnya dalam keadaan sudah rapi, ia segera menghampiri meja makan. Sepertinya Mawar belum mengetahui klo Dirga tidak suka dengan masakan yang terlalu pedas.
Tapi untuk menghargai masakan pertama istrinya. Dirga tidak mempermasalahkan ia menyantap habis sarapan nya pagi ini.
Dirga segera menyudahi ritual sarapan nya. dengan suara khas orang kepedasan, "terima kasih Mawar, masakan yang kamu buatin hari ini enak banget." Walau sebenarnya masakan Mawar kali ini rasanya pedas gila dengan full cabe.
Mawar diam tak menjawab, ia segera membuatkan Dirga teh hangat.
Selesai meneguknya Dirga akhirnya memutuskan untuk segera berangkat ke kantor, dengan membawa jas dan berkas di dalam tas nya.
"Aku berangkat dulu ,May."
Sambil mendekatkan punggung tangan kanannya kepada Mawar. Mawar kebingungan akhirnya dia mengerti juga maksud Dirga, kalau ia ingin dicium tangannya sebelum berangkat bekerja.
Mawar sebenarnya enggan untuk meraih tangannya, tapi ia melakukannya juga ia mencium punggung tangan suaminya itu.
"Kamu baik-baik dirumah." Dan Dirga mendaratkan satu kecupan di kening wanitanya.
Mawar, ia ingin menolak tapi Dirga terlalu cepat mendaratkan kecupan di sana. Dan seulas senyum terlihat di wajah pria itu.
Mawar hanya diam mematung. Mengapa ketika Dirga mencium keningnya tiba-tiba hatinya terasa nyeri, jadi teringat sama Dimas, Ia serasa telah menghianati kekasihnya.
Sepeniggalnya Dirga ke kantor, tinggal Mawar dan Bi Susi, rumah jadi sepi dan terasa membosankan. Untuk mengisi waktu luangnya, Mawar menghabiskan waktu dengan membaca beberapa novel online di gawainya.
Karena Mawar memilih risain dari pekerjaannya. Dimana banyak kisah manis awal pertemuan dengan Dimas. Ia juga tidak mempunyai keberanian untuk menghadapi teman temannya, pasti akan banyak bullyan dari rekan kerja sekantornya.Karena kegagalannya menikah dengan Dimas tempo hari yang masih menyisakan luka.
Ia memutuskan besok akan melamar pekerjaan di tempat lain. Apabila Dirga menyetujui. Mawar berniat untuk mengunjungi Eva sahabatnya, mungkin Eva akan memberi informasi dimana ia bisa dapatkan pekerjaan yang cocok dengannya.
*****
Dirga telah sampai di kantor. Ia segera masuk kedalam ruangan. untuk mulai pekerjaannya, disana banyak berkas berkas yang tertumpuk menanti disentuh." Hari ini aku pasti sibuk banget," ujarnya lirih.
"Paska ada pandemi seperti ini penghasilan perusahaan pasti juga turun drastis. Karena daya minat pembeli akan turun." Batin Dirga.
"Hmmm," Dirga membuang nafasnya kasar.
"Semoga ini cepat berlalu." Ia kemudian menyandarkan punggung nya di kursi goyang yang ia duduki.
Tak lama kemudian terdengar suara dari luar.
Seseorang sedang mengetuk pintu.
"Tok ...! Tok ...! Took ...! " Terdengar suara pintu diketuk.
" Iya masuklah." Sahut Dirga dari dalam.
Tanpa menghentikan aktifitasnya, sedang memeriksa berkas -berkas yang bertumpuk di meja.
Sudah berdiri wanita cantik rambut sepunggung memakai rok diatas lutut dan memakai tiptoe shoes sekitar 15 cm.
"Pagi sayang." Sapa wanita itu.
"Pagi, kenapa kamu pagi buta udah sampai sini?"
" Iya sayang aku mau minta maaf sama kamu."
"Emang kenapa minta maaf? Dan soal apa ya?"
"Sorry Dirga!. Aku kemaren nggak bisa temanin kamu ke acara pernikahan teman kamu itu. Soalnya ada hal penting banget jadi aku gak bisa ikut." Rengeknya manja.
" O ... soal itu!"
"Nggak masalah, kamu tenang aja."
" iya, Kamu mau kan maafin aku? Sambil mengalungkan lengan nya di leher Dirga. Sembari menempelkan dagunya di pundak lelaki itu.
"Apa apaan sih jangan gini dong,nanti ada yang liat." Dirga menyingkirkan lengan Viola yang dipikir sangat mengganggunya itu.
"Mending kamu sekarang pulang ya! Aku lagi banyak kerjaan ni." Jawab Dirga
"Baru juga datang udah disuruh pulang aja." Bantah Viola dengan ketus.
Sebenarnya Dirga ingin menjelaskan pada Viola kalau dirinya dan Mawar sudah menikah, pada malam itu.
Karena sebenarnya selama ini Viola yang suka sama Dirga, selalu mengejar cinta cowok ganteng itu.
Namun laki laki itu menganggapnya sebatas teman saja, Viola bukanlah tipe yang didambakan Dirga, karena ia terlalu agresif menurutnya.
"Aku mau pulang tapi kamu janji ya nanti malam kita jalan jalan." Pinta Viola lagi
"Baiklah." jawab Dirga dengan singkat
sambil mengantar Viola ke depan pintu, setelah itu Dirga segera mengunci pintu kembali.
Karena nanti malam mungkin waktu yang tepat untuk Dirga menjelaskan semuanya, klo ia beritahu sekarang pasti akan nangis bombay disini, dan banyak karyawan yang akan melihatnya.
Selang beberapa menit kepergian Viola. Mendadak perut Dirga sakit, ia sudah berkali kali ke toilet, minum obat juga sudah. Akhirnya ia mutuskan untuk pulang saja. Akhirnya hari ini Dirga memutuskan untuk pulang pada jam istirahat.
Saat Mawar sedang santai di teras, Ia heran kenapa jam siang Dirga sudah pulang.
Belum sempat bertanya Dirga udah buru buru masuk kedalam.
kali ini dia menaruh tas dan jasnya dengan tidak benar, ia melemparnya di atas kasur dan segera ke kamar mandi. Apa Dirga sedang diare?, Mawar berasumsi sendiri dalam hatinya.
melihat kelakuan Dirga yang bolak balik ke kamar mandi. Mawar berinisiatif membuatkan jamu dari daun jambu biji ia memblender dan menaruhnya ke dalam gelas.
selesai semua Mawar mengantarkan Jamu tersebut.
"Maaf Ga, boleh aku masuk kedalam kamarmu?". sapa Mawar yang sudah berdiri di ambang pintu, Karena Kebetulan pintunya tidak ditutup.
"Masuklah Mawar!" Dirga mempersilahkan Mawar untuk masuk ke dalam.
"Mmm,,, sebaiknya kamu minum jamu ini, aku buatkan khusus untukmu." Sambil menyodorkan segelas jus daun jambu biji.
"Tapi Aku belum pernah minum jus seperti ini May!" Rengek Dirga seperti anak kecil.
"Ayolah ini perintah!" Klo gak mau aku panggilkan Dokter saja. Karena ini bahaya. kalau terus menerus kamu bisa dehidrasi. Mawar memberi penjelasan panjang lebar layaknya seorang suster.
"Jangan !jangan ...! Aku nggak mau! Aku pobhia dengan jarum suntik May. Baiklah sini biar aku minum." Dirga meraih gelas yang ada ditangan Mawar. Jus daun jambu bikinan Mawar dihabiskan seketika.
Setelah selang beberapa waktu, ternyata Dirga sudah baikan, jus yang dibuatkan oleh Mawar lumayan manjur juga.
"May, kamu nanti malam tidur Disini ya! Soalnya Aku kurang enak badan." Dirga meminta Mawar untuk tidur bersamanya.
Tentu saja Mawar kaget dengan permintaan Dirga barusan.
"Tidak Dirga, Aku tidak Mau". karena dirasa permintaan Dirga itu konyol, Mawar merasa canggung di dalam kamar itu berdua saja akhirnya ia berjalan menuju keluar.
Belum sempat ia melangkah pergelangan tangan Mawar diraih oleh Dirga.
".Apa Kamu takut, Aku akan meminta hakku padamu May?.
"Tidak mungkin sekarang May, aku kurang enak badan." Sambil menyunggingkan senyum menggodanya.Aku akan meminta itu padamu ketika kamu sudah bisa menerima aku di sini, dihatimu sambil jarinya menunjuk dimana letak hati nya berada.
"ketika kau sudah benar benar siap dan menerima aku apa adanya." Dengan seulas senyum diwajahnya. dan tangannya menyelipkan rambut Mawar ke belakang daun telinga. wanita itu menundukkan pandangannya, ia tidak kuasa melihat sorot mata yang di tunjukkan Dirga. Tatapannya begitu lembut, ada rasa takut disana. ia takut jika jatuh cinta pada laki laki ini.
Entah kenapa kali ini jantung Mawar berdegup kencang sekali, didepan laki- laki yang baru saja menjadi suaminya ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!