NovelToon NovelToon

PENDEKAR DEWA LANGIT

Titisan Dewi Suci

Fang Xiang, Titisan Dewi Quan Im.

Fang Xiang (baca: Fang Hiyang): Adalah gadis sempurna, dia " Putri Kaisar Tang ". Ibunya keturunan Dewi Bunga Matahari, "Wanita" paling terkenal di seluruh negeri, karena kecerdasan dan keelokan paras yang dimiliki.

Ibunda Fang Xiang, Permaisuri Kaisar Tang.

Ketika Fang Xiang lahir, terjadi "Hujan Bunga Wangi" yang mengiringi. Bahkan, dikatakan Fang Xiang, adalah putri langsung dari Dewi Matahari, karena kelebihan dan kecantikannya tidak ada yang menandingi.

Tubuh Dewi Suci

Sepenggal peristiwa : Gemuruh guntur menggelegar, kilau kilat bersinar. Sore itu, di Kota Madian seolah alam murka terhadap ketidakadilan yang dialami seorang mahluk kesayangan.

Ketika itu, Seorang Pemuda tampan, bibir indah bagai senyuman rembulan. Terbang dengan cepat, menuju gerbang kota. Raut wajah menunjukkan kekhawatiran yang nyata :

" Och...bagaimana nasib Nona Fang...?" Begitu ia bergumam pada dirinya sendiri.

Tidak begitu lama, setelah itu, terdengar pertarungan di dekat kota. Ia pun segera turun dan mendekat kesana.

Semua terpana, melihat seorang pemuda terbang di udara.

" Hooch...! Siapa itu ? Mereka berseru dan termangu.

Pemuda tersebut tersentak, hatinya panas terbakar, melihat gadis yang dicintainya, dikepung Para Pendekar Aliran Hitam

Zhuang An, Pendekar Dewa Langit

Gadis kesayangan semua orang itu, terkena jarum berbisa, bibirnya bergetar kehitaman, menunjukkan penderitaan yang luar biasa.

Sementara, empat pendekar yang mengawalnya sudah tergeletak pingsan karena terkena racun ganas membakar.

Lima Pendekar jahat menghunus pedangnya, dengan beringas menyerang gadis tak berpengawal.

Menyaksikan hal tersebut, Pemuda yang tak lain Zhuang An (baca: Zuang An) itu, tersulut emosinya memuncak seperti malaikat maut.

Zhuang An bergerak melayangkan sebuah serangan : " Berani mencelakainya! Akan aku habisi kalian!."

" Tapak Dewa Langit..." Teriakan Zhuang An bergema.

"Whuuss...Blaarrr...."

Suara gemuruh berkekuatan besar menghantam lima orang Pendekar jahat. Tubuh mereka pun terlempar, menabrak pohon dan tewas terkapar.

Menyaksikan hal ini, sebagian Pendekar jahat menjadi ciut nyali, kakinya gemetar terasa sulit berdiri.

Sementara seorang Pendekar Satria aliran hitam, memberi isyarat untuk berhati-hati.( Penjelasan tingkatan pendekar ada di catatan akhir bab ini !!!).

"Si...siapa kau?, Mengapa menyerang kami?". Seorang Pendekar berteriak ngeri.

Zhuang An menjawab penuh emosi :" Hahaa... Aku! Dewa kematian! Aku datang untuk menghabisi kalian."

Setelah berkata demikian, dari tubuh Zhuang An keluar aura yang kuat menekan, para pendekar ahli ketakutan, bahkan empat pendekar mumpuni pun nafasnya kesulitan.

Hanya seorang Pendekar Satria yang bisa melangkah menyerang, namun gerakannya menjadi tidak seimbang.

Zhuang An pun kembali menerjang dengan serangan lebih kuat, seakan tak ingin melihat satupun dari mereka yang selamat.

"Dhaass....Whuuss Blaaarrr..."

Pukulan dan jurus Zhuang An menghantam para pendekar jahat.

Satu-persatu, mereka terkena jurusnya, Para Pendekar tersebut berusaha melawan dengan sekuat tenaga, tetapi perbedaan kekuatan yang terlalu besar membuat usaha mereka sia-sia belaka.

Bahkan, mereka tidak bisa bertahan lebih dari tiga tarikan nafas saja.

Debu-debu beterbangan, pohon dan batu terhempas, meninggalkan area tanah lebih luas, dengan lobang akibat kekuatan ganas.

Akhirnya, yang tersisa hanya Pendekar Satria, tetapi Zhuang An tidak memberinya kesempatan pulih, dia kembali menyerang dengan lebih gigih.

" Petir Dewa Langit...Api amarah Dewa." Teriak Zhuang An

" Blaarrr... Dhuumm."

Petir menyambar dan api membara. Pendekar Aliran Hitam itupun terbakar hangus, tubuhnya habis terkena jurus.

**

Sementara itu, mata Fang Xiang tertutup rapat tubuh terhuyung karena lemah, Zhuang An bergerak cepat menyambarnya sebelum menyentuh tanah.

Dengan hati-hati, Zhuang An meletakkan gadis tersebut di rerumputan, dan kemudian ia mengeluarkan sumberdaya kesehatan.

Zhuang An, segera mencabut jarum-jarum yang menancap di tubuh gadis itu, kemudian menyembuhkan dengan Embun Dahlia Biru.

Zhuang An, juga segera mengambil penawar untuk menyelamatkan Empat Pendekar pengawal.

Dia, menggunakan Butir Mutiara Dewa agar empat pengawal itu segera mendapatkan kesadarannya.

Setelah menunggu agak lama, merekapun ahirnya membuka mata.

Sementara, Zhuang An masih belum tenang, karena menghawatirkan Nona Fang.

Dia kembali memeriksanya " Och! Ini bukan sekedar luka biasa! Tetapi, ini Segel Pengoyak Jiwa." Kata Zhuang An.

Pendekar muda itu menjadi waspada, dia bergerak cepat mengerahkan energi murni yang dimilikinya.

Dengan Tehnik Segel Jurus Dewa, Zhuang An menghancurkan Segel berbahaya.

" Anak Muda! Terimakasih telah menyelamatkan Putri Istana Bunga ! Budi ini, akan kami ingat selamanya!." Salah satu dari empat orang pendekar pengawal berbicara.

Zhuang An : " Ach...! Paman terlalu sungkan ! Aku ini Zhuang An."

" Zhu...zhuang...An ...?" Wu Ming bertanya sambil memikirkan.

" Iya benar! Aku yang pernah paman selamatkan." Zhuang An kemudian menjelaskan peristiwa yang pernah mereka lewatkan.

" Aach....! Aku ingat dia !." Zhu Fai mendahului yang lainnya.

" Iya ya ! Bocah yang dulu itu kan?.." Qiao Jin menjadi ceria.

" Rupanya, kau tumbuh dengan sempurna !.". Zhao Sheng ikut bicara.

"Ahaha...! Syukurlah kalau begitu...! Ahirnya Mereka tertawa bersama setelah mengingatnya.

" Paman!. Kita harus segera mencari penginapan di dalam kota, Nona Fang terkena Segel Racun Pengoyak Jiwa." Kata Zhuang An.

Pemuda itu, segera mengangkat tubuh Fang Xiang, sedangkan empat pendekar berjalan mengikuti di belakang.

Tak lama kemudian, mereka sampai di bangunan yang begitu asri, halamannya ditanami pohon indah tinggi, gerbangnya bertuliskan : "Penginapan Cemara Bersemi."

Dan ternyata, banyak juga Para Pendekar yang menginap di sini.

Semua mata, terarah pada Zhuang An yang menggendong gadis cantik belia. Membuat mereka terkesima dengan keindahan di depan mata.

" Och ! Pemuda rupawan dan gadis yang mempesona." Gumam salah seorang pada temannya.

" Mereka berdua, tampak istimewa."

"Mereka, pasti keturunan para pertapa".

"Tidak mungkin, mereka dari kota kita...! Aku tidak pernah melihatnya".

"Och....! Mereka berdua, pasti pangeran dari Istana dan putri Kaisar Penguasa." Demikian para pendekar berkomentar.

Zhuang An, tidak memperhatikan komentar-komentar yang memuji, dia terus memasuki penginapan cemara bersemi.

Seorang wanita paruh baya, menyapa :" Silahkan Tuan Muda ! Kami menyediakan kamar inap tiga kelas berbeda....ada kelas satu, dua, dan tiga."

" Siapkan kamar kelas satu untuk kami semua !" Kata Zhuang An. Lalu, mengambil beberapa keping emas di sakunya.

" Baik, Tuan Muda! Kami akan mempersiapkannya .... Mari saya antar segera." Wanita tersebut memberi isyarat, seraya menuju tangga.

Fang Xiang sebenarnya sudah sadar, namun belum mau membuka pandang karena hatinya bimbang.

Walaupun, pemuda itu begitu lembut cara menggendong dan mengangkat dia, tetapi ada rasa malu di hatinya.

Baru, ketika kaki Zhuang An memasuki kamar, perlahan Si Gadis mau membuka mata.

Wajah seorang pemuda tampan membuat Fang Xiang terkejut melihatnya.

Zhuang An pun tersenyum hangat dan berkata : " Tenang...!, Nona selamat."

" Ehemh" Fang Xiang kesulitan menjawab.

Ia berusaha mengingat dan terus memandang wajah itu dengan cermat, Ia berpikir cepat karena merasa seperti mengenalnya, namun di mana tempat.?

Fang Xiang merasa wajah itu terasa begitu dekat di hati, seolah-olah pernah dia miliki.

Zhuang An mengambil selimut. Dengan lembut dia berkata :" Jangan banyak berpikir ! Dan jangan pula hawatir !"

Fang Xiang memandang wajah Zhuang An tidak berkedip, dadanya berdebar, pikirannya aktif, lamunan buyar.

" Apa yang kau pikirkan ?". Zhuang An menjadi heran.

" Kau...! Siapa sebenarnya?" Fang Xiang akhirnya berbicara.

Zhuang An, tersenyum hangat, kemudian duduk lebih dekat.

" Aku Zhuang An! Dulu kita pernah jatuh dari tebing bersamaan." Zhuang An menjawab dengan senang.

Pemuda itu, mengeluarkan cincin indah yang pernah Fang Xiang beri sebagai hadiah.

Bibir Fang Xiang bergetar, pandangan memudar, pikirannya terbawa masa lalu. Dia termangu bagai pualam, menyimpan banyak kata dalam diam, bahagia bisa bertemu seperti dulu, hatinya diliputi rasa haru.

" Kau..! Kau kakak Zhuang?!" Mulut Fang Xiang bergerak perlahan.

Tanpa sadar dia bangun dan memeluk Zhuang An dengan erat, bulir-bulir air mata menetes, membasahi bahu pemuda tampan itu.

" Akhirnya, kau mengingatku! Apa kau rindu padaku?" Tanya Zhuang An, sambil mengelus rambut Fang Xiang yang panjang dan tebal.

" Kakak Zhuang ! Aku sangat merindukanmu setiap waktu, rasanya lama sekali kita tidak bertemu." Fang Xiang mengungkapkan perasaannya yang penuh haru.

"Aku, juga sangat merindukan mu, aku takut kemarin tidak sempat menemukanmu" Zhuang An menyentuh kepala gadis itu dengan kedua tangannya, kemudian mengecup keningnya dengan penuh perasaan.

"Istirahatlah! Tubuhmu belum pulih sepenuhnya." Zhuang An membaringkan kembali gadis cantik itu dan menata kembali selimutnya.

Fang Xiang terus saja memandangi wajah pemuda tampan, yang selama ini dia pikirkan, dia memperhatikan semua yang dilakukan Zhuang An kepadanya, hatinya diliputi kehangatan.

Sementara, Zhuang An mengelus ubun-ubun gadis cantik itu beberapa kali, dan Fang Xiang menikmati sensasi halus tangan pemuda itu yang terasa lembut, dan membuat dia merasa bahagia.

Setelah itu, Zhuang An menyempatkan untuk memeriksa empat pendekar pengawal, berharap besok pagi sudah segar.

Malam itu, mereka dapat beristirahat dengan tenang. Sementara Zhuang An bermeditasi di sebuah ruang.

Pagi hari, mengingat ancaman keamanan di perjalanan yang cukup tinggi, Zhuang An memutuskan untuk mendampingi.

Namun, Zhuang An larut dalam renungan, mengingat Fang Xiang saat masih dalam kepungan.

Gadis tersebut, memang teramat cantik, tetapi ada sebab mengapa banyak yang mengusik, itu karena, Fang Xiang, merupakan Titisan Dewi Suci.

Titisan Dewi Suci adalah Tubuh Langka yang bisa dimiliki oleh seorang wanita, dan hanya muncul dalam seribu tahun saja.

Tubuh Dewi Suci, memiliki manfaat luar biasa dari setiap bagiannya, baik kulit, daging, dan tulang. Semua bernilai sangat tinggi. Bahkan sumberdaya energi sehebat apapun tidak bisa menandingi.

Tubuh Dewi Suci juga menyimpan kekuatan yang Luar biasa. Sayang sekali, gadis itu belum bisa menggunakannya.

Jika rahasia Tubuh Dewi Suci diketahui banyak pihak luar. Maka sudah pasti banyak yang mengincar. Tentu, itu akan mendatangkan bahaya yang besar, bahkan membahayakan Sekte Istana Bunga dari Serangan pihak-pihak yang menginginkanya.

Sekte Istana Bunga memang kuat, akan tetapi tidak akan mudah menghadapi ancaman setiap saat.

Sore hari, mereka tiba di penginapan, besok pagi melanjutkan setelah selesai sarapan.

Setelah berpikir tidak singkat, Zhuang An memutuskan dengan cepat untuk memberikan hadiah yang bermanfaat.

Zhuang An menemui Fang Xiang, dan kemudian memberikan sebuah kitab.

" In...ini ....!" Fang Xiang terkejut, ia memandangi kitab itu dengan takjub, setelah membaca isi yang termaktub.

" iya benar! Ini Kitab Dewi Bulan. Di dalam terdapat tekhnik inti khusus Titisan Dewi Suci. Untuk mendapatkannya memang sulit, tapi aku menghadiahkannya untukmu". Zhuang An memberikan satu set bagian Kitab Dewa Langit yang mengajarkan tentang Tekhnik Khusus Tubuh Dewi Suci.

Wajah Fang Xiang berbinar-binar, matanya bercahaya, ternyata ia bisa mendapatkan kitab yang selama ini di impikannya.

Selama ini, Fang Xiang sebagai Putri Kaisar Tang, kurang menyukai tinggal di Istana Kekaisaran. Jadi, dia lebih sering berada di Sekte Istana Bunga karena kedekatannya dengan Kakek-Neneknya.

Bahkan, ia juga kurang suka dipanggil putri dan memilih nyaman dipanggil "Siaocia/Nona Muda".

***

 

Catatan Tingkatan Pendekar :

Pendekar Kelas 3

Pendekar kelas 2

Pendekar kelas 1

Pendekar Ahli

Pendekar Mahir

Pendekar Mumpuni

Pendekar Satria

Pendekar Bumi

Pendekar Langit

Pendekar Dewa.

Untuk ukuran tenaga dalam 1ME (Mega Energi) sama dengan 1 Lingkaran tenaga dalam.

2. Awal Mula Kisah Dimulai

Kembali dari awal kisah dimulai : Sesungguhnya, kisah ini bercerita tentang Zhuang An, bocah belia dan tampan. Dia calon Pendekar Dewa Langit, dan masih keturunan ketujuh dari Sang Legenda Pendekar Dewa Langit sebelumnya.

Bocah kecil itu, tinggal di sebuah desa yang sejuk dan damai. Terletak di bawah kaki gunung ChangBai. Wilayah yang masih kekuasaan Kaisar Tang.

Kekaisaran Tang terletak di sebuah Benua Asia yang bertetangga dengan 7 negara : Chenla, Pyu, Negeri Suku Mongol, Negeri Tibet, Negeri Jie Xia( Gurun Srigala), Khitan (Negeri Pagar Tebing), dan Uyghur Xinjiang (Negeri Panda Putih).

Suatu ketika, desanya diserang dua Sekte Aliran Hitam, yaitu Sekte Naga Hitam dan Sekte Taring Naga.

Dan berahirlah nasibnya di tangan Sekte Taring Naga. Jika tidak dijual, pasti dibunuh.

Siang itu, di pasar budak, anggota Sekte Taring Naga, menjual beberapa tawanan. Semua habis dibeli saudagar langganan.

Tetapi, ada satu yang tidak bisa dijual, ya itu bocah umur 6 tahun, kurus, dikotori bekas darah kering yang menggumpal.

Namun, tiba-tiba ada empat pendekar bersama seorang gadis kecil pemberani umur 5 tahun. Selain itu ia juga cantik wajahnya cerah seperti cahaya rembulan malam. Mereka berjalan ke arah kelompok anggota sekte aliran hitam.

"Paman! Tolong bocah itu! Ayo paman..! Kasihan dia begitu.! " Kata Si gadis kecil.

Si gadis kecil imut itu, menarik tangan Pendekar yang mengawalnya, sambil menunjuk dia memaksa dan merajuk.

"Siaocia ( Nona muda )! Tenang...! Aku akan menolongnya". Kata Pendekar yang mengawalnya.

Pendekar itu akhirnya bergerak, menuruti kemauan gadis tersebut, dia mendekati tawanan yang dimaksut.

"Apakah kalian ingin menjual bocah itu !?" Kata Pendekar Pelindung.

Pendekar aliran hitam menoleh, dan berkata: " Tentu saja! Dua puluh keping emas! Bagaimana ?"

"Tidak boleh kurang ?!." Pendekar Pelindung bertanya.

"Tidak bisa! Tidak boleh kurang dari itu! ". Jawab Pendekar aliran hitam, tanpa ragu.

"Baiklah !".Tanpa banyak kata pendekar itupun membayarnya.

*****

Setelah selesai, Pendekar tersebut mengajak rombongannya makan di sebuah kedai.

" Kamu..! Siapa namanya !?" Tiba-tiba Si gadis kecil bertanya.

" Zhuang An! " kata sibocah laki-laki singkat.

Mendengar jawaban tersebut, Si imut menjadi bersemangat.

" Aku Fang Xiang, dan ini Paman Wu Ming dan itu....". gadis tersebut mengenalkan semua yang mengawalnya.

Fang Xiang terus berceloteh dengan riang. Dia senang mendapatkan teman sebaya, dan mulai berbicara tentang berbagai hal yang diminatinya.

Tampak dari caranya bercerita, gadis itu menunjukkan kecerdasan yang tinggi, dan kapasitas kedewasaan yang melebihi umurnya.

Zhuang An, yang awalnya diliputi kesedihan, perlahan terbawa suasana hati Fang Xiang yang dipenuhi keceriaan.

Perlahan, dia mulai merasa ada kehangatan yang menyelimuti hati, serta membangkitkan semangat hidupnya yang hampir mati.

Gadis kecil itu, betul-betul mengingatkan bagaimana rasa bahagia bersama ibunya yang telah meninggal setahun yang lalu karena sakit asma.

Semasa hidup ibunya yang cantik itu, selalu memberi semangat dengan bercerita berbagai hal yang menarik.

" Jin er! Belikan pakaian bocah ini, dan bersihkan dia!." Wu Ming tiba-tiba berbicara pada Qiao Jin.

" Baik! Ming gege!" Qiao Jin menjawab cepat perintah kakak seperguruannya.

Setelah selesai, dan semua urusan sudah tuntas. Mereka segera bergegas mengendarai kereta kuda Sekte Istana Bunga.

Dan saat hari mulai malam, mereka tiba di sebuah Penginapan. Rombongan berkumpul, duduk bersama di ruang tamu yang di tengahnya terdapat meja makan dari kayu.

Pada saat itulah, muncul seorang Pendekar Satria. Dari wajahnya Pendekar itu masih sangat muda.

Wu Ming, mengenalinya sebagai Pendekar Yang Chen dari Sekte Pedang Langit, karena Pendekar itu, pernah membantu dirinya saat dalam posisi sulit.

Wu Ming segera berdiri dan menghampiri pendekar tersebut.

Dengan hormat, Wu Ming menyapa dan mengajak Pendekar Satria satu ini untuk bergabung di meja kayu.

Melihat keramahan yang Wu Ming tunjukkan, Yang Chen tidak ingin mengecewakan, ia ikut duduk bersama mereka.

Saat makan, Yang Chen justru memperhatikan dua bocah kecil di depannya. Dia tidak menutupi rasa ketertarikannya, menurutnya Dua Bocah ini sangat unik.

Malam itu, setelah menikmati hidangan yang lezat, dua bocah kecil itupun segera terlelap dengan cepat.

Namun, ketika tepat tengah malam, malah terjadi keributan.

Zhuang An mencoba mengintip dari jendela, dia melihat Pendekar Yang Chen baru saja akan membereskan lawan, tetapi dari belakang ada pendekar yang menyusup bermaksud menusuknya.

Melihat hal itu, Zhuang An melepas kancing jendela dan kemudian mendorong jendela sekuat-kuatnya, Zhuang An yang terlahir dengan kwalitas tulang naga muda memiliki energi yang hebat.

" DUEER.."

Jendela itu terbuka dengan keras, dan sudut jendela tepat mengenai pelipis Pendekar tersebut hingga berdarah.

" Aaach...!".

Pendekar itu kaget dan berteriak karena sakit, kepalanya puyeng seperti linglung.

Yang Chen segera mengahiri lawannya dan menghadapi Pendekar yang terkena sudut jendela tersebut.

Dalam sekali serangan dengan mengunakan jurus andalannya, Yang Chen dengan segera dapat membereskan pendekar tingkat. ahli itu.

Kemudian, Wu Ming dan temannya muncul, dengan baju bersimbah darah yang membasahi, tetapi bukan darahnya sendiri.

" Pendekar Yang...! Terima kasih! Sekali lagi anda telah membantu kami." Wu Ming memberikan hormat dan mengucapkan terimakasih dengan tulus .

" Sepertinya, mereka mengincar anak laki-laki yang kalian bawa !?." Yang Chen membuka pembicaraan.

" Ya..! ya..! Kelihatannya memang begitu." jawab Wu Ming sambil berpikir dan mengingat sesuatu.

Lantas, Yang Chen dan Wu Ming bergegas ke kamar Zhuang An.

Yang Chen : " Zhuang an..! yang tadi itu kamu hebat..! Sekarang, kamu bisa tenang, keadaan sudah aman, terkendali."

Wu Ming : " Zhuang An ! Bisa kamu ceritakan, mengapa kamu jadi incaran mereka !?".

" Me..mereka mencari Kitab!." Zhuang An menjawab cepat sedikit agak gugup.

"Kitab?!." Yang Chen dan Wu Ming kompak.

" Kitab Pusaka Dewa! Mereka berpikir kami menyimpannya." Zhuang An menceritakan desanya diserang orang-orang dari Sekte Taring Naga Hitam.

Dalam serangan itu, banyak warga desa yang tewas terbunuh. Bahkan, ayahnya yang kepala desa juga dibunuh, setelah di introgasi tentang keberadaan Kitab Dewa yang dimaksut.

Zhuang An yang tinggal di kaki gunung ChangBai, desa "Rumput Badak" dan juga beberapa warga desa lainnya tertawan lalu berahir dijual di pasar budak.

Mendengar cerita Zhuang An, Yang Chen berkesimpulan bahwa yang mengincarnya malam ini, adalah kelompok lain yang masih penasaran tentang Kitab Sakti.

Jadi, masih ada kemungkinan munculnya kelompok berbeda, yang juga terobsesi pada Kitab yang sama, karenanya mereka harus waspada.

" Pendekar Yang...! Situasi di Sekte Istana Bunga, tidak memungkinkan untuk membawa Zhuang An kesana, karena Sekte kami masih menutup diri dengan sebab tertentu. Untuk itu, bagaimana kalau junior ini menyerahkan Zhuang An kepada Senior.?" Wu Ming sangat berharap kesediaannya Yang Chen.

Yang Chen memperhatikan Zhuang An dengan lebih teliti, menurutnya anak itu memiliki bakat, dan potensi yang tinggi.

Sikap sopan dan perkataannya mudah dipahami, hal itu menunjukkan kecerdasan serta baik hati. Tulang-tulang yang berenergi juga berarti bakat yang mumpuni.

Selain itu, bocah tersebut baru mengalami musibah besar, tetapi dia masih tampak tegar.

Yang Chen baru memiliki satu murid pertama. Jadi, dia bermaksud menjadikan Zhuang An sebagai murid kedua di Wismanya.

"Zhuang An! Maukah engkau ikut denganku ?!" Yang Chen bertanya.

Zhuang An mengangkat wajahnya, kemudian melihat ke arah sebelah. Wu Ming tersenyum dan mengangguk cerah.

Melihat reaksi Wu Ming, Zhuang An menjawab dengan ramah : " Baiklah! Junior yang sederhana ini, bersedia menjadi murid dan berjanji akan taat mengikuti petunjuk Guru ".Zhuang An melakukan Kongkwo tiga kali.

Yang Chen merasa puas dengan jawaban Zhuang An, dia mengelus kepala sibocah enam tahunan tersebut.

" Bagus! Sekarang istirahatlah!, malam masih panjang." Yang Chen menasehati sedikit.

Pagi hari, setelah sarapan Yang Chen dan Wu Ming bermaksud melanjutkan perjalanan bersama, karena searah mereka ahirnya mengendarai salah satu kereta kuda Sekte Istana Bunga, sementara tiga rekan Wu Ming berada di kereta belakangnya.

Selama perjalanan itu, Fang Xiang tampak ceria, karena Zhuang An selalu mengajak bermain dan bercerita.

Dia senang sekali, sebab bocah laki-laki itu memiliki kisah yang unik dan menarik, serta piawai dalam memperagakan karakter besar maupun kecil yang dikisahkannya, sehingga membuat Si Kecil Fang Xiang tertawa terpingkal-pingkal.

" Ahaahaa....!" Suara tawa selalu bergema.

" An gege...! Kamu lucu banget." Begitulah suara Fang Xiang terdengar.

Bahkan, Zhuang An juga mahir menirukan monyet atau kucing yang dia ceritakan. Suaranya juga mirip dengan beberapa hewan besar seperti beruang sehingga membuat Fang Xiang tertawa riang.

" Xiang er,! Coba tirukan gaya ceritaku..! Zhung An meminta bergantian untuk beraksi.

Sebaliknya, Fang Xiang juga pandai menirukan gaya Zhuang An, saat memperagakan berbagai binatang yang dikisahkan.

" Dua bocah yang cerdas!" Pendekar Yang Chen memuji dengan pantas.

Suasana di kereta menjadi lebih hidup, lebih caria , karena Yang Chen dan Wu Ming juga ikut tertawa melihat tingkah dua bocah belia tersebut.

Perjalanan yang mereka tempuh tak terasa sudah melewati tujuh hari-tujuh malam. Mereka melewati " Hutan Zungxie " yang dihuni ribuan Burung Puyuh.

Bahkan mereka sudah sampai " Kota XiaFu."

Tak jarang mereka singgah di tempat yang indah dan menyejukkan, seperti " Hutan Persik, " yang dipenuhi berbagai macam bunga menawan, serta menyenangkan, karena bertepatan saat ini adalah musim semi.

Atau juga melewati lembah yang terdapat berbagai warna kupu-kupu dan bunga yang wangi bermekaran. Seperti yang sedang mereka lewati sekarang.

Semua itu, membuat kedekatan Zhuang An dan Fang Xiang semakin terasa seperti dua burung yang sedang terbang bersama.

Namun, situasi segera berkembang. Mereka menyadari dalam dua jam ini telah diintai musuh yang mengincar Zhuang An dan Fang Xiang.

Saat istirahat, Fang Xiang sedang bermain mengejar kupu-kupu di dekat kereta kuda, tiba-tiba Yang Chen terburu-buru membawanya ke dalam kereta, gadis kecil itu terkejut dibuatnya.

" Lindungi anak-anak! Aku akan menghadapi mereka.!" Yang Chen melompat keluar.

3. Kecerdikan Strategi Qiao Jin

Wu Ming segera mengikuti Yang Chen, melompat ke udara dan hinggap di sebuah batu karang.

Dia mencabut Pedang Pusaka yang dimilikinya.

Sementara ketiga rekan Wu Ming segera melindungi serta mengelilingi kereta kuda yang dinaiki Fang Xiang dan Zhuang An.

" Sekte Awan Hitam! Apa tujuan kalian mencegat kami ?!" Yang Chen berteriak keras.

" Ach ! Benar! Kami Sekte Awan Hitam. Jadi, kalau kau sudah tahu, sebaiknya serahkan dua bocah yang kalian bawa!." Jawab seorang Pendekar yang memimpin penyergapan ini.

" Itu ..! Tidak akan terjadi ....!." Yang Chen menjawab tegas.

" Kalau begitu! Maka....kalian akan menyesal !." Ancam pemimpin tersebut.

" Seraang....! " Pendekar Satria aliran hitam memberi perintah.

" Whuus...whuus....Ting...ting." Beberapa anak panah melesat kencang ke arah kereta, akan tetapi, kereta Sekte Istana Bunga adalah kereta yang cukup baik.

Setiap bagian papannya dilapisi lempengan besi yang tipis, hingga mampu menahan serangan anak panah.

Qia Jin, salah satu adik seperguruan Wu Ming, yang setingkat pendekar mahir segera menganalisa situasi, dia melihat Yang Chen bertarung menghadapi seorang Pendekar Satria dan dua Pendekar Mumpuni.

Sementara Wu Ming yang berada di tingkat pendekar mumpuni menghadapi dua Pendekar setingkat dengan dirinya sekaligus. Lalu dua rekannya yang Pendekar Mahir masing-masing menghadapi lawan yang sepadan ditambah beberapa pendekar ahli.

Hanya Qiao Jin yang tidak menghadapi lawan tangguh, tetapi pemanah yang mengincar dirinya, sudah menempatkan diri mereka pada posisi yang menguntungkan, sementara dia juga harus menghadapi beberapa Pendekar Ahli.

Sungguh, ini pertempuran yang tidak adil bagi pihaknya.

Qiao Jin segera berpikir cepat, kemudian mengambil keputusan:

" Aku harus bisa memecah konsentrasi mereka." Dia bergumam sendiri.

Qiao Jin menggendong Fang Xiang juga Zhuang An di punggung kanan serta kiri.

Pendekar muda ini, mengambil selendang untuk mengikat, menggendong dua bocah itu di tubuhnya.

Sebagai pendekar mahir, Qiao Jin berpikir dua bocah kurus mungkin agak ringan, ditambah "Langkah Seribu" alias melarikan diri adalah keahliannya.

Jadi, dia sangat yakin dengan langkahnya ini. Namun demikian, posisi dua bocah di punggung tentu tidak idial walaupun sudah digendong dengan dua kain..

" Kalian! Pegangan di leher dan pundak yang kuat." Qioa Jin memerintahkan dua bocah kecil itu.

Fang Xiang yang biasanya banyak bicara, segera mengikuti arahan Qiao Jin tanpa komentar, dia paham dengan situasi kemudian merangkul leher dan pundak Qiao Jin dengan sekuat tenaga.

Demikian juga Zhuang An, dua bocah kecil tersebut benar-benar paham dengan keadaaan.

Setelah menarik nafas panjang, Qiao Jin menghentakkan kakinya dan melesat dengan cepat.

" Wuuus...."

Melihat hal itu, pihak musuh menjadi kaget, mereka mengejarnya, akan tetapi, Qiao Jin yang memang handal dalam ilmu ringan tubuh, berkat Tehnik Langkah Angin Seribu milik Sekte Istana Bunga, ia tidak dapat dikejar dengan mudah.

Para pemanah yang semula sudah memiliki tempat strategis menjadi serba salah, akhirnya mereka meninggalkan lokasinya dan ikut mengejar Qiao Jin

Melihat kecepatan Qiao Jin, salah satu Pendekar Mumpuni yang mengeroyok Yang Chen menjadi khawatir kehilangan sasaran. Jadi, dia memutuskan untuk ikut memburunya.

Sementara, pemimpin yang setingkat pendekar satria membiarkannya mengejar sasaran utama.

Yang Chen adalah Pendekar Satria Gerbang Ketiga. Sedangkan dua musuhnya merupakan Pendekar Satria Gerbang Pertama dan satunya lagi Pendekar Mumpuni.

Jadi, tidak terlalu sulit bagi Yang Chen yang menguasai Jurus Pedang Angin untuk mengalahkan mereka berdua, setelah ditinggal pergi seorang Pendekar Mumpuni lain untuk mengejar Qiao Jin.

Namun, tetap saja membutuhkan waktu untuk membereskan mereka berdua.

Sementara ,Qiao Jin betul-betul ngegas pol larinya, sehingga sulit dikejar. Pendekar Mumpuni yang mengejarnya kehilangan jejak, karena jarak yang terlalu jauh sejak awal.

Yang Chen merasa yakin untuk beberapa saat, Qiao Jin mampu mengulur waktu, sebelum ia mengalahkan lawan-lawannya dan kemudian menyusul membantunya.

" Kita habisi dia! " Pendekar Satria aliran hitam memberi aba-aba pada temannya.

" Mau membunuhku? Jangan mimpi...!" Yang Chen menyeringai sinis.

Dia menyalurkan tenaga dalam cukup besar pada pedangnya, kemudian dengan gerakan cepat menyerang kedua musuh, menggunakan jurus serangan jarak jauh yang menyilaukan.

" Whuuss"

Menghadapi serangan cepat dan bertenaga tersebut, kedua lawanya tidak sempat menghindar, lalu menangkis dengan pedang masing-masing.

Yang Chen tidak berhenti, ia melompat kearah pendekar satria dan terus mendesak pendekar satria itu dengan jurus yang lebih kuat, jurus pedang angin.

"Tring ...tring...".

Pendekar satria gerbang pertama itu kaget dengan serangan hebat dan bertenaga dalam tinggi, ia sampai mundur 5 langkah kebelakang.

Kesempatan tersebut digunakan Yang Chen untuk menyerang pendekar mumpuni yang tampak ragu bergerak.

Pendekar itu menjadi gugup ketika Yang Chen sudah berada di depannya dengan mengarahkan sabetan pedang kearah dirinya.

Pendekar mumpuni tersebut menangkisnya, tetapi pedang Yang Chen sudah teraliri tenaga dalam yang begitu banyak sehingga tebasan pedangnya dapat menembus pedang pendekar sekte awan hitam.

" CRASS..."

" Aaach..."

Pendekar itu menjerit tertahan, pedang dan dadanya terbelah oleh pedang Yang Chen. Darah muncrat, tubuhnya terhuyung dan kemudian roboh ketanah.

Pendekar satria aliran hitam itu tertegun, dia betul-betul kaget melihat rekannya yang pendekar mumpuni tewas hanya dalam sekali serangan. Ia menjadi ragu setinggi apakah tenaga dalam Yang Chen.

Yang Chen memandang kearah pendekar satria sekte awan hitam. Kali ini pendekar satria tersebut mengambil inisiatif untuk menyerang lebih dulu.

" Hiaat...".

Jurus pedang awan hitam mengeluarkan kabut seperti awan yang hitam pekat mengurung Yang Chen, pendekar itu mencecar Yang Chen dengan berbagai sisi.

Namun Yang Chen masih bisa menghadapi semua itu dengan tenang, dia mengeluarkan salah satu tehnik andalan yaitu jurus pedang angin topan.

Yang Chen menyalurkan tenaga dalam yang begitu tinggi pada pedangnya kemudian dengan perubahan jenis mencipta angin topan melalui pedang pusakanya.

" WHHUUUSSS."

Angin menderu dengan kencang menyebabkan awan hitam pekat menghilang tersapu angin topan.

Bahkan pendekar satria sekte awan hitam juga ikut terlempar puluhan meter, dengan beberapa luka memar.

Melihat kemampuan Yang Chen, pendekar satria aliran hitam sadar, bahwa situasi tidak sesuai dengan rencananya, dia menjadi bimbang.

Jika ingin selamat jalan terbaik untuknya adalah kabur, jadi ia mengambil kesempatan untuk melompat menjauh.

Yang Chen menyerang dengan jurus pedang angin dari jarak jauh.

" Triing.......". Pendekar itu masih sempat menangkisnya lalu melompat dan menghilang.

Sementara Wu Ming kualahan menghadapi dua lawan yang juga pendekar mumpuni, lengan kirinya terluka, ia berusaha menghentikan pendarahan, akan tetapi dua lawannya tidak memberikan kesempatan, mereka ingin segera bisa menghabisi dirinya.

Namun tiba-tiba mereka melihat Yang Chen melesat kearah mereka, dua pendekar mumpuni sekte awan hitam itu menjadi hawatir dan mengurungkan niat membunuh Wu Ming.

Jadi tanpa pikir panjang mereka segera melompat meninggalkan tempat itu.

Yang Chen membantu Wu Ming menghentikan pendarahan.

Zhao Sheng dan Zhu Fai, mereka benar-benar seimbang dengan lawan-lawannya, karena pendekar-pendekar ahli yang mengeroyoknya ikut mengejar Qiao Jin.

Sampai detik ini mereka masih tampak baik-baik saja, tetapi ketika mereka melihat Yang Chen dan Wu Ming mulai mendekat, kedua lawannya menjadi gelisah dan kehilangan fokus.

Yang Chen dan Wu Ming tidak berbasa- basi, mereka langsung bergerak menyerang dengan kecepatan tinggi, berharap dapat membereskan musuh dengan seefektif mungkin.

" Ting...ting.....".

Benturan pedang Yang Chen menimbulkan getaran kuat bagi pendekar yang menjadi lawan Zhao Sheng, sehingga pertahanannya goyah.

Dengan beberapa serangan Yang Chen berikutnya membuat pendekar aliran hitam itu menjadi terpojok, dia tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

Dan ahirnya....

" Aaach...." Darah muncrat dari dadanya.

Sekali lagi Yang Chen menebaskan pedangnya tepat di lehernya dan...

" CRASS."

Nyawanya pun melayang dengan mudahnya.

" Ikuti aku ". Ajak Yang Chen kepada Zhao Sheng.

Setelah membantu membereskan musuh Yang Chen segera mengajak Zhao Sheng untuk mencari Qiao Jin.

Wu Ming dan Zhu Fai juga berhasil memojokkan lawan, dalam beberapa jurus berikutnya, musuh sudah mendapatkan beberapa luka serius, namun Zhu Fai masih terus mendesak dengan sabetan pedang dan dengan serangan yang mematikan

" Crass...."

Suara pedang Wu Ming memanggal musuh dengan tajam.

***********

Qiao Jin ahirnya menghentikan langkahnya, karena merasa kelelahan.

Dia berpikir harus mencari tempat untuk menyembunyikan dua bocah itu. Setelah menyusuri hutan Qiao Jin menemukan sebuah goa dan beristirahat di dalam.

Saat beristirahat itulah, dia mendengar suara yang patut dicurigai, untung tenaganya sudah kembali normal.

Dua pendekar ahli aliran hitam, muncul tidak terlalu jauh dengan kondisi kembang kempis.

" Tadi ke arah ini. " Seorang pendekar dengan suara putus-putus.

Qiao Jin segera bersiap untuk menyerangnya, dia tidak ingin menunggu lawannya selesai mengatur nafas, karena itu dengan cepat ia menebaskan pedangnya ke arah mereka.

" Awaas. " Pendekar aliran hitam memperingatkan temannya.

Mendapat serangan mendadak salah satu pendekar itu terkejut

" Ting...." dan hanya bisa menangkis sekenanya, dampaknya pertahanannya menjadi kedodoran.

Qiao Jin memanfaatkan kesempatan itu dengan sabetan pedangnya yang lebih terarah keleher,

" Huuch. " Pendekar itu menghindar.

Tapi Qiao Jin memberikan serangan mematikan dengan sabetan kedua yang lebih mendalam ke dadanya.

" Jraack. " Darah segar mengalir .

Pendekar tingkat ahli itu tak mampu bertahan kemudian tubuhnya roboh ketanah.

Melihat hal ini rekannya menjadi gentar, ia sadar Qiao Jin pendekar mahir sedangkan dirinya pendekar ahli, tentu dia bukan lawannya, jadi ia bermaksut untuk lari.

Namun Qiao Jin sudah lebih dulu menyerangnya, dalam beberapa kali serangan membuat pendekar dari Sekte Awan Hitam itu pasrah dengan nasibnya.

" Cress ."

Leher pendekar aliran hitam teriris pedang tajam milik Qiao Jin dan tewas seperti yang lainnya.

Qiao Jin bernafas lega dia berbalik ke arah goa, namun ia kaget karena ketika baru dua langkah di belakangnya ada beberapa orang pendekar ahli aliran hitam bermunculan.

Sepertinya mereka mendengar pertarungannya tadi. Melihat kenyataan ini Qiao Jin sedikit kecewa, dia tak sempat berstirahat barang sejenak saja.

Namun demikian ia tetap tenang, sambil menghimpun tenaganya kembali.

" Kepung dia..". Seorang pendekar ahli berbicara.

Qiao Jin memandang empat pendekar ahli dan puluhan pendekar kelas satu di depannya satu persatu.

Dia yakin sebentar lagi pendekar yang lebih hebat juga akan muncul, jadi ia mencoba menghemat tenaga.

Dia hanya berharap strateginya membawa lari dua bocah tersebut, mampu membantu teman-temannya untuk memecah konsentrasi lawan-lawan. Dengan demikian, mereka bisa mengalahkan musuh dan segera membantunya di sini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!