NovelToon NovelToon

Cintaku Dikamu

#.1

Angin semilir menerpa wajah manis seorang gadis, tak dihiraukannya helaian rambut yang berterbangan menerpa wajah cantiknya. Wajah yang ayu dengan mata yang sayu, bibir mungil dan kulit putih bersih. Panggil saja ia Ara.

"Tarik napas hempaskan sekali lagi tarik napas hempaskan! Huh." gumamnya seorang diri.

"Hidupku berat sekali Ya Allah" keluh Ara. Matanya memandang kedepan tapi pikirannya kembali ke masa lalu.

Dua bulan yang lalu dia mendapati peristiwa yang pahit, kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Tak ada sandaran lagi untuknya, hanya ia sendiri tak ada adik tak ada kakak tak ada sanak saudara yang menemani.

Hiruk pikuk dunianya seakan berhenti berputar. "Ayah ibu teganya kau meninggalkanku" tangisnya pilu.

Ia segera beranjak pergi mencari ketenangan batin, kepada sang pencipta lah kini ia mengadu, tak lupa juga ia panjatkan doa untuk kedua orang tuanya yang telah pergi.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh "ucap Ara menandai berakhirnya sholat. Salah satu kenangan terindah bersama kedua orangtuanya dimushola kecil ini, membuat ia selalu merindukan setiap ajaran sang ayah.

Perlahan telinganya mendengar suara yang mencurigakan dibalik korden pemisah antara laki laki dan perempuan. Degub jantungnya berdetak kencang dan rasa penasaran kini menyelimuti nya.

"Siapa itu?" tanya Ara sambil mengintip, dilihatnya sepasang tangan sedang memainkan alat sejenis linggis.

Dengan berani korden ia sibakkan.

"Hei siapa kamu? apa yang kamu lakukan disini? mau maling kamu ?" teriak Ara dengan nada lantang

"Aduh ketahuan" kata pencuri dalam hati.

Merasa ketahuan, pencuri itu menghentikan aksinya, ia melompat pagar dan berlari terbirit birit. Ia harus sembunyi sebelum orang orang datang menghakiminya.

"Pencuri, pencuriiii" teriak Ara. Ia pun berlari mengejar pencuri bertopeng itu, dadanya kembang kempis, matanya ia tajamkan melihat sekeliling.

"Hadehhh kemana lagi itu perginya cepet banget" katanya pelan. Melihat jalanan yang ramai Ara pun segera kembali ke rumahnya, ia berjalan kaki sambil menikmati udara sore hari.

Jalanan yang ramai tak membuat hatinya juga ramai, cahaya lampu tak ampu membuat hatinya terang, matanya sayu, pikirannya buntu. Hatinya begitu rapuh., entah apa yang yang terjadi besok ia pun tak tahu. Suasana malam itu begitu indah tapi terasa sunyi baginya lalu tubuhnya melayang dan sejenak mata pun ikut terpejam..

2 jam kemudian

"Dok, bagaimana keadaannya ?" tanya nya dengan gemetar, dilihatnya gadis cantik dengan luka mengalir dimulut dan dikedua kakinya.

"Kondisinya sangat memprihatinkan, kaki pasien patah dan harus segera dioperasi " kata dokter berjubah putih itu.

"Lakukan yang terbaik" pintanya.

"Semua ini salahku" matanya terpejam menyesali apa yang telah ia perbuat.

Dokter pun segera melakukan tindakan operasi, tim medis sudah disiapkan, hanya doa yang bisa membantu jalannya operasi .

2 jam lamanya operasi dilakukan, diseberang sana, pria matang itu terlihat cemas dan takut, bajunya yang penuh dengan noda darah tak ia hiraukan. Mulutnya komat Kamit merapalkan doa.

Lampu operasi berubah menjadi hijau tanda operasi selesai dilakukan.

Kini Ara dipindahkan ke ruang ICU, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, namun ia masih masih belum sadar karena efek obat bius didalam tubuhnya.

"Didalam alam bawah sadarnya, ara bertemu dengan kedua orang tuanya yang sudah meninggal.

"Ayah" lirih Ara.

"Sayang, hiduplah dengan baik, tata lah masa depanmu Ara, ayah dan ibu disini selalu disampingmu" pesan sang ayah

"Jadilah wanita mandiri ibu dan ayah selalu menyayangimu" dikecupnya kening sang anak.

Dan perlahan lahan mereka pergi menjauh dan jauh sampai tak terlihat olehnya..

"Ayah ibu" teriak Ara, matanya terbelalak, keringat dingin mulai membasahi keningnya.

"huhuhu" tangis Ara pecah.

"Tolong,tolong suster, pasien sudah sadarkan diri" teriak Bastian panik, pria matang itu selalu menunggunya dan berada di sampingnya.

Setelah melalui berbagai pemeriksaan dokter menyatakan bahwa saraf kaki Ara mengalami kerusakan, operasi yang dilakukan dokter untuk menyambung saraf tersebut agar tidak putus, butuh waktu untuk mengembalikan jaringan itu berfungsi sempurna dengan kata lain Ara mengalami kelumpuhan sementara.

"Hiks Hiks" tangis Ara pecah ia tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya nanti.

Disudut ruangan, pria matang itu hanya termangu, diam tak dapat berkata apa apa apa, hanya matanya saja memandang lurus menatap gadis itu.

"Ya Allah apa yang harus aku lakukan, aku sudah merenggut masa depannya" ucapnya sendu.

" Maafkan aku" hanya kalimat itu yang ingin ia katakan pada gadis itu.

Pria matang itu tidak berani mendekat, otaknya berpikir bagaimana aku menebus kesalahanku.

"Aku akan bertanggung jawab dan aku tidak boleh membuatnya merasa sendiri, aku harus berada disampingnya " katanya dalam hati

# 2.

Perlahan lahan pria matang itu mendekat, duduk disamping Ara. Dilihatnya wajah pucat pasi, mata sayu dan tatapan yang kosong.

"Si..siapa anda ?" tanya Ara dengan gugup .

"Maaf" hanya kata itu yang terlontar dari pria matang dihadapannya.

Ara sudah menduga bahwa pria matang berkacamata ini adalah orang yang menabraknya,

"Maafkan aku" katanya sambil tertunduk, " ini semua salahku" setitik air mata jatuh membasahi pipinya.

"Ijinkan aku bertanggung jawab padamu".

"Tidak perlu, anda tidak perlu bertanggung jawab padaku" jawab Ara dengan nada tegas.

"Aku bisa sendiri, walaupun aku sebatang kara aku tidak perlu bantuan anda".

"Tapi siapa lagi yang akan menjagamu?" aku akan tetap berada disamping walaupun kamu menolak".

"Aku akan menjagamu, aku janji akan membuatmu sembuh".

Entah perkataan pria matang itu membuat Ara bimbang, disisi lain ia juga sudah tidak punya siapa siapa disisi lain pria ini berjanji membuat dirinya sembuh .

"Ya aku akan sembuh biarlah pria ini yang menjagaku, untuk sementara waktu" katanya dalam hati.

"Baik, aku menerima tawaranmu" seraya menatap pria matang didepannya.

"Terimakasih" kata pria matang berkacamata itu.

"Tapi, kita harus menikah terlebih dahulu, agar aku bisa menjagamu, aku tidak mau kamu dicap sebagai wanita simpanan , aku tahu kamu wanita baik baik, aku tidak akan menuntut apapun darimu," terang Bastian.

"Apa apaan ini" batin Ara, dadanya kembang kempis menahan emosi.

"Mau tidak mau Ara pun menyetujui syarat yang diajukan oleh pria matang itu, apa boleh buat andaikan orang tuanya masih hidup, ia tak mau menjadi istri pria matang itu.

"Maaf, kenalkan nama ku Sebastian edward" ucapnya seraya tangannya menjulurkan tangannya"

"Kamu bisa panggil saya Bastian" tambahnya dengan senyum tipis.

" Arasha " sambil menerima uluran tangan Bastian.

Babak baru pun akan dimulai, Ara tak pernah membayangkan secepat ini ia akan menikah. Entah bagaimana kehidupannya nanti ia pun tidak tahu, yang pasti ia ingin cepat sembuh dan berjalan kembali.

Sedangkan Bastian sendiri entah apa yang ada dibenaknya saat ini, yang dia tahu ia hanya ingin melindungi gadis itu, gadis yang diam diam mencuri perhatiannya.

"Baik, setelah kamu keluar dari rumah sakit ini, kita akan menikah. Kamu bisa tinggal bersamaku, disana ada yang akan menjagamu" ujarnya sambil menatap lekat gadis itu.

Ara sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, badan Ara sudah sehat hanya saja kakinya yang tidak bisa digerakkan, dan untuk perawatan selanjutnya Ara harus melakukan terapi agar bisa berjalan kembali.

"Saya terima nikahnya Arasha binti Kusmananto dengan seperangkat alat sholat dan uang tunai 50 juta rupiah dibayar tunai " kata Bastian lantang dan tegas.

"Gimana para saksi ?" tanya pak penghulu.

"Sah sah sah" kata para saksi.

Tak ada binar bahagia diraut wajah Ara, semuanya terjadi begitu cepat, andaikan ia menikah dengan seseorang ia cintai pasti ia akan bahagia. "Ayah, ibu, aku sudah menikah", batinnya.

Pernikahan ini hanya dilakukan akad saja, sesuai dengan permintaan Ara, ia tak ingin pesta yang megah dan ramai.

Ara memakai kebaya warna putih kulit putih bersihnya begitu kontras, siger yang ada dikepalanya menambah keanggunan dan kecantikannya.

Setelah acara akad nikah selesai, Ara kembali ke kamarnya dengan diantar bibi murni.

Bastian menyusul sang istri ke kamar, dibukanya pintu bercat coklat itu, " oh rupanya kamu disini ? Aku cari cari dibawah tidak ketemu" ucapnya sembari memandangi wajah ayu sang istri.

"Iya , aku ingin segera ke kamar", ucap Ara pelan.

" Maaf, aku harus memanggil anda apa ? tanya Ara ragu tak berani menatap kedua mata suaminya.

"Panggil saja aku Bastian", ujar pria matang itu.

"Ba,,baik aku akan mengingatnya, bisakah kau memanggilkan bibi, aku mau mengganti bajuku" kata Ara sambil menyeka peluh yang membasahi dahinya

"Kebaya ini sangat cantik tapi aku tidak nyaman memakainya berlama lama" ucapnya dalam hati.

"Aku ada disini, aku ini suamimu, kenapa tidak meminta tolong kepadaku saja hmm ?" bisiknya ditelinga Ara lalu menatapnya.

Ara merasa grogi ditatap suaminya itu, hembusan nafas Bastian begitu terasa diwajahnya, cepat cepat ia memundurkan kursi rodanya.

"Tidak, bibi saja yang menggantinya !" tolak Ara.

"Iya iya sebentar aku panggilkan bibi.." balasnya.

"Bi...bibi cepetan ke atas, Ara pengen ganti baju !" teriak Bastian.

"Iya den" kata bibi murni seraya mendekat.

# 3.

Dengan tergesa gesa bik murni berlari mendekat menuju kamar nona Ara.

"Hosh hosh hosh..waduh kesel aku koyok diuber maling", kata bik murni sambil menjinjing kain jarik yang ia kenakan.

"Tok tok tok"

"Permisi den,,bibi mau gantiin bajunya non Ara ".

"Masuk saja bik pintunya gak dikunci" perintah Ara.

"Ini bik murni, bik murni ini pembantu terlama disini kamu kalo pengen apa apa bisa minta tolong sama bik murni " beritahu Bastian.

"Bik, tolong gantiin bajunya Ara ya ", kata Bastian seraya melangkah keluar kamar.

"Bik murni, bisa gantiin baju nya sekarang saja ya..?" ucapnya pada orang tua itu.

"Oalah iya non, non ko ayu tenan pantesan non dinikahi sama den Sebastian" kata bibi sambil senyum.

"Bibi ini bicara apa, ini hanya bentuk pertanggung jawaban Bastian kepada saya bi, kaki saya lumpuh" kata Ara sendu,

"Sing sabar ya non..InsyaAllah kaki non Ara sembuh tetep usaha periksa ke dokter, pokoke ojo pantang menyerah non ", ujar bik murni dengan logat jawanya.

"Iya bik, terimakasih ya, Ara senang bibi yang menjaga Ara, maaf ya Bi bila kedepannya Ara sering merepotkan bik murni".

"Oalah non, Yo ndak papa to non, non Ara kan majikan bibi".

Sekarang Ara sudah berganti baju santai tak lupa Ara juga menghapus make up nya.

"Huh,akhirnya selesai juga".

"Non kalau butuh apa apa bilang sama bibi..bibi ada dibawah,,non Ara bisa memakai telpon nanti biar bibi yang keatas ", beritahu bibi.

"Terimakasih ya Bi..".

"Sama sama non ..bibi ke bawah dulu ya non mau nyiapin makan malam ".

"Ya Bi..." jawab Ara sambil menganggukkan kepalanya.

Keheningan merajai hati nya, kini ia hanya tinggal sendiri, sebatang kara, hanya suami yang ia punya tapi tak mungkin, suaminya ini hanya suami sementara tak mungkin selamanya.

Memikirkan hal itu Ara menjadi frustasi sendiri.

"Arrrgh, pusing kepalaku", sambil mengacak acak rambutnya sendiri.

Tanpa Ara sadari,,diruang kerja bastian diam diam mengamati gerak gerik istrinya itu.

Sebastian merupakan cucu pendiri Edward Company, ia anak semata wayang papa Andrew dan mama Gina. Ia dijuluki pebisnis handal didunia industri. Walaupun ia begitu kaya raya dan banyak uang tak serta merta kehidupan pernikahannya mulus tanpa hambatan, istri yang dinikahinya dulu berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Dia melihat sang istri sedang melamun, entah apa yang dipikirkan Ara,Bastian juga tidak tahu, tapi dilubuk hatinya ia akan menjaga Ara sepenuh hati.

Malam hari.

"Den, makan malamnya sudah siap." kata bik murni .

"Makasih bik,,saya ke kamar dulu mau lihat Ara dulu" sambil melangkah menuju kamar sang Istri.

"Ara, makan malam sudah siap..ayo kita turun" ajak Sebastian dari balik pintu.

"Sebentar", kata Ara, ia menggapai gapai kursi roda yang tak jauh dari tempat tidurnya.

"Ahh kenapa susah sekali" gerutunya.

Karena tidak sabar, dibukanya pintu itu melihat sang istri kesusahan ia pun mengambil kursi roda dan membawanya tepat disamping sang istri

"Sini aku bantu ! " tawar Bastian.

"Aku bisa sendiri" dengan susah payah Ara menggerakkan tubuhnya, ia bertumpu pada kedua tangannya lalu menyeretnya..

Tubuhnya jatuh kelantai dan dahinya terbentur, " Aww, rasanya sakit sekali" gumamnya pelan

"Ya Allah nasibku kenapa seperti ini, aku seperti mayat hidup" batinnya.

Melihat sang istri jatuh, Bastian menggendong dan mendudukkan Ara dikursi roda.

"Sudah ngeyelnya .? kan jatuh kan..?"

"NGEYEL sih " gerutu sang suami

"Sini lihat dahi mu, dilihatnya dahi Ara yang tampak mulai membiru, ditiup dan diusapnya pelan. " nanti kita obati dibawah".

Ara pun hanya diam saja tak bersuara.

"Bodoh,bodoooooh Ara.." gerutunya dalam hati.

Kursi roda itu pun didorong sang suami menuju ruang makan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!