NovelToon NovelToon

Suami Montirku Ceo Kaya

Fitnah Di Malam Pernikahan

"Selamat ya.." Ucap salah satu tamu kepada sang pemilik acara. Wina menerima uluran tangan itu dengan senyum yang merekah di wajahnya. Begitu dengan sang suami yang bernama Wawan. Pria dengan perawakan tinggi besar itu tersenyum bangga.

"Terimakasih sudah datang.." Ucap Wawan sambil tersenyum.

"Ayo silahkan di nikmati.." Para tamu pun mulai menikmati makanan dan minuman yang tersaji di acara pernikahan putri mereka.

"Lihat pak.. Dilla kayak bahagia banget ya.." Kata Wina melihat sang putri satu-satunya berdiri dengan cantik di atas pelaminan bersama menantunya yang tampan.

"Iya, Bu.. Gimana gak bahagia orang anak kita nikah sama pria yang di cintainya.

"Ya udah, Ayo pak kita kesana.." Wina mengajak sang suami keduanya berjalan seraya saling bergandengan dengan mesra.

Wina tersenyum penuh bahagia. Hingga sepasang suami istri yang termasuk besan mereka datang menghampiri.

"Besan..

"Tuh lihat.. Anak-anak kita serasi ya.. " Kata Bu Mila besan dari Wina.

"Iya, Saya juga senang banget loh.. Akhirnya Bagas sama Dilla menikah. Besan tahu gak? Dulu Bagas tuh maksa banget mau nikahi si Alena. Eh tapi ponakan kamu itu sok jual mahal banget.." Ucap Bi Mila merasa kesal mengingat putranya di tolak oleh Alena. Seorang gadis yang tak lain masih keponakan Pak Wawan dan Bu Wina.

Alena adalah seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun. Gadis itu sekarang tengah bekerja sebagai seorang sekretaris di salah satu perusahaan besar yang terkenal.

Sementara Bagas. Pria itu bekerja di salah satu perusahaan yang sama dengan tempat Alena bekerja. Dua bulan yang lalu Bagas naik jabatan sebagai seorang manajer. Untuk Dilla sendiri, Sepupu Alina tersebut juga bekerja sebagai seorang karyawan biasa di perusahaan tersebut.

Awalnya Bagas menembak Alena untuk di jadikan kekasihnya. Sayangnya Alena tolak karena Gadis itu sudah punya pria pujaan hatinya. Penolakan itulah yang membuat Bagas sakit hati dan beralih melamar Dilla untuk membalas sakit hatinya kepada Alena.

Bagas melamar Dilla bukan karena cinta tapi melainkan hanya sebagai pelampiasan untuk sekedar membuat Alena cemburu.

Di lamar oleh seorang Bagas tentu saja Dilla tidak menolak. Karena sejak awal Dilla sudah menaruh hati kepada pria itu.

Dan sekarang mereka sudah menikah. Keluarga Alena pun juga ada di sana, Bukan untuk menjadi penyambut tamu tapi menjadi pelayan yang di suruh mengantarkan makanan dan minuman.

Sebenarnya Alena telah menolak untuk datang ke acara ini. Bukan karena dia cemburu atau apa tapi karena Alena tidak ingin di caci dan hina oleh keluarga Pakde dan Budhe nya ini.

Namun kedua orang tuanya terus memaksa karena merasa tidak enak kepada orang-orang. Mereka masih sodara rasanya tidak enak kalau tidak datang hanya sekedar bantu-bantu.

Alena pun hanya bisa pasrah saja. Meski tidak di anggap oleh keluarga itu tapi demi orang tuanya Alena menurut.

****

"Bu Lilis, Rendangnya tinggal dikit kayaknya, Cepet di isi lagi, Tamu semakin banyak yang hadir.." Ucap salah satu ibu-ibu yang ikut membantu memasak di rumah itu. Bu Lilis, Ibu Alena hanya mengangguk. Sejak tadi dia belum istirahat sama sekali dan selama itu belum makan apapun.

"Iya bu.. Tapi sebentar ya. Saya mau minum dulu saya haus.." Kata Bu Lilis pada ibu-ibu tadi. Bukannya mengizinkan, Ibu-ibu tadi justru marah dan langsung memberikan rendang yang sebenarnya tinggal sedikit itu untuk meletakkannya ke depan.

"Duh.. Orang cuma letak-in ini aja kok banyak alesan sih! Udah sana!!" Ibu-ibu itu kemudian mendorong tubuh Bu Lilis. Bu Lilis yang tak mampu menjaga keseimbangannya pun langsung menabrak meja yang jaraknya tak jauh dari sana.

PRAANNKK..

Bu Lilis terjatuh. Rendang yang berada di tangannya pun langsung tumpah dan berserakan. Semua yang berada di sana terkejut bukan main.

Mendengar ada keributan, Wina dan Wawan langsung berlari. Matanya melotot ke arah Lilis yang meringis kesakitan.

"YA AMPUUUN!! APA YANG KAMU LAKUKAN HAH!!" Wina berteriak dengan emosi. Alena dan Pandu ayahnya segera berlari dan membantu Bu Lilis agar berdiri.

"Ini nih kalau orang miskin ada di tempat orang kaya.. Selalu bikin ulah!!" Kata Wina menatap tajam Bu Lilis yang mulai menangis.

"Kalian tahu gak? Ini daging rendang aku beli.. Harganya mahal! Bahkan kalian gak akan sanggup buat beli.." Berang Wina lagi. Semua yang ada di sana termasuk orang tua Bagas pun ikut menatap sinis Alena dan keluarganya.

"Maafin saya Mbak..Tapi bener-bener saya gak sengaja. Saya tadi di dorong sama ibu Mini.." Ucap Bu Lilis membela diri. Sang pemilik nama maju dan menunjuk Bu Lilis.

"Eh bu! Yang dorong situ siapa? Jangan asal ngomong ya.. Orang situ yang jalan gak pakek mata.." Bu Lilis menatap Bu Mini dengan mata yang berkaca-kaca. Padahal wanita itu tadi yang mendorongnya tapi sekarang wanita bertubuh bongsor itu tidak ngaku.

Alena yang ibunya di tunjuk-tunjuk merasa tidak terima. Gadis itu memasang badan di hadapan bu Mini yang tak gentar.

"Eh Bu! Gak usah nunjuk-nunjuk kan bisa.. Kalo emang salah, salah aja gak usah ngeles..

"Tapi buktinya ibu kamu ini..

"Apa yang di katakan ibu Lilis bener kok. Saya melihat sendiri tadi kalo ibu Lilis ini di dorong sama ibu ini.. " Salah satu tamu mendekat dan menyela. Wanita itu baru saja numpang pergi ke kamar mandi.

"Ibu jangan bohong ya.. Saya gak dorong kok..

"Ibu mau ngaku atau saya sebarkan video ibu saat dorong ibu ini..Kebetulan saya punya videonya" Kata Wanita itu dengan mengancam. Bu Mini yang takut pun akhirnya mengaku kalau Bu Mini lah dalang dari kekacauan ini. Bu Mini juga meminta maaf kepada Bu Lilis tentu saja tidak dengan tulus.

"Lain kali kalau kerja disini itu hati-hati. Dasar miskin!

.

.

.

Wina dan Wawan memang tak suka dengan adiknya itu. Bukan tak suka melainkan membenci. Maka dari itu, Setiap ada acara Alena dan keluarganya mereka selalu di jadikan pembantu.

Setelah acara selesai, Dengan menggerutu tak jelas Alena membereskan tempat itu. Beberapa orang sudah banyak yang pulang hanya mereka saja yang masih ada disana.

"Alena.." Alena terperanjat kaget ketika seorang pria yang tak lain adalah Bagas datang dan lalu memeluk pinggangnya. Sontak saja Alena segera menepis tangan pria yang telah menjadi suami dari sodara sepupunya itu.

"Kamu ngapain disini?" Panik Alena. Ia takut Bagas melakukan sesuatu padanya.

"Alena sayang.. Ayolah jangan jual mahal, Aku tahu kalau sebenarnya kau juga mencintai ku kan? Tapi kenapa kau justru menolak ku.. " Dengan tak tahu diri Bagas memeluk Alena. Gadis itu berontak.

"Lepas!!

"Ayolah..

"APA-APAAN KALIAN!?" Teriak Dilla dengan nafas yang memburu. Langkah wanita itu cepat lalu berhenti di hadapan Alena. Para orang tua pun ikut menyusul.

"Ngapain kalian peluk-pelukan?" Berang Dilla menatap tajam Alena dan sang suami. Bagas gelagapan.

"Sayang, Ini semua tidak seperti yang kamu lihat. Aku Kesini hanya ingin mengambil air minum saja. Tapi Alika mendekat merayu dan memeluk ku.." Alina terpengangah tak percaya dengan apa yang di katakan pria itu.

"Aku gak..

PLAAAK!!

.

.

.

TBC

Tendangan Maut Alena + Visual

PLAAAK!

Alena menoleh ke samping. Tamparan yang di lalukan oleh Dilla sangat terasa sakit, Panas dan kebas. Lilis dan Pandu yang berlaku sebagai orang dari Alena jelas saja tak terima apabila putri mereka satu-satunya di tampar tanpa ada alasan yang jelas.

"Alena, Kamu gapapa nak?" Lilis dan Pandu mendekati sang putri. Sebagai orang itu terutama ibu, Lilis menatap tajam Dilla yang ikut tertantang.

"Apa yang kamu lakukan Dilla!? Kamu tampar Alena.." Dilla hendak menjawab. Namun, Wina dan Wawan memasang badan untuk melindungi putrinya itu.

"Heh! Anak kamu ini pantas di tampar! Kamu gak denger tadi kata menantuku kalau Alena yang menggodanya. Dan sekarang malah sok tersakiti" Ucap Wina lantang menunjuk nunjuk wajah Alena.

"Tapi kalian tidak bisa mendengarkan hanya sepihak saja. Jangan dengarkan kata pria ini.. Belum tentu apa yang dia katakan adalah kebenarannya.." Pandu ikut bicara. Bukannya membela putrinya. Dia yang seorang ayah yakin kalau Alena tidak melakukan hal seperti itu.

"Kamu jangan bela anak kamu.. Jelas-jelas Alena yang telah berani menggoda anak saya.." Ucap Mila Ibu Bagas membela anaknya dan yakin kalau anaknya tidak bersalah. "Beruntung Bagas gak jadi nikah sama kamu.. Mana mau saya punya menantu miskin dan penggoda seperti kamu.." Lanjut Ibu Bagas. Alina dan kedua orangtua seolah di kepung dan disalahkan.

"Tapi saya tidak melakukan apa yang Bagas katakan tadi! Dia yang datang dan secara tiba-tiba memeluk saya.." Alena tak mau kalau selalu di pojokkan dan di salahkan. Dia harus melakukan pembelaan. Toh sekarang dia punya bukti, Alina melirik ponselnya yang masih menampilkan layar live streaming.

Ya, Setelah semua orang pulang. Wawan dan Wina tak mengizinkan Pandu dan Lilis ikut pulang. Tentu saja Wawan dan Wina sengaja ingin menjadikan keluarga yang mereka benci itu babu di rumahnya.

Tak terkecuali Alena yang terpaksa mencuci banyaknya sisa piring yang kotor. Di tengah aksinya mencuci, Alena menyalakan ponselnya lalu melakukan live di halaman akun media sosial miliknya.

Awalnya Alena melakukan itu hanya untuk sekedar menyapa para teman-temannya. Siapa yang menyangka kalau Bagas tiba-tiba datang meraba dan memeluk dirinya. Dan sekarang live ini akan menjadi bukti bahwa dirinya tidak salah sama sekali.

"Dia bohong! Jangan percaya sama dia.." Bagas kembali menyangkal. Mana mungkin lelaki itu mau mengakui kalau dirinya salah.

"Udahlah Al.. Lo ngaku aja kalau lo itu sengaja kan godain Mas Bagas. Lo iri kan sama gue karena gue yang berhasil nikah sama Bagas!" Dilla maju. Alena menghela nafas panjang. Memang susah kalo ngomong sama orang kayak gini..

"Terserah deh...Mau percaya atau enggak, Yang penting aku gak godain dia..

"Dasar wanita murahan ya, Lo.. Minta maaf gak lo sekarang?" Bentak Dilla menatap nyalang Alena.

"Ngapain minta maaf, Orang aku gak salah.." Tolak Alena. Mana mau dia minta maaf, Dia kan gak salah.

"Alena tidak akan minta maaf kalau dia gak salah.." Sahut Pandu yang mendukung putrinya. Begitupun dengan Lilis.

"Minta maaf gak?

"Aku gak mau..

"Alena, Lebih baik kamu ngaku dan minta maaf atas apa yang tadi kamu lakuin ke aku.." Ucap Bagas. " Aku tahu kamu pasti nyesel karena udah pernah nolak cintaku kan? Makanya tadi kamu tiba-tiba peluk-peluk aku.." Lanjut Bagas dengan percaya diri yang tinggi.

Alena mengepalkan tangannya. Gadis itu maju menatap Bagas dengan senyum yang begitu misterius.

"Iya, Aku memang nyesel.. Dan atas penyesalan aku ini aku akan kasih kamu hadiah karena kamu udah berani ngefitnah aku..

BUGH!

"Aaaaarrrggg..

"MAS BAGAS!!

"BAGAS!!

Mata Bagas melotot bahkan hampir nyaris terlepas dari tempatnya. Dengan sekuat tenaga Alena menghantam benda pusaka milik Bagas menggunakan lututnya.

Masih belum puas, Alena mendorong tubuh Dilla lalu kembali menendang benda pusaka itu. Bagas kembali mengerang kesakitan. Alena tersenyum sinis.

"Bagas! " Semua orang mendekati Bagas yang menahan sakit. Pria itu hampir saja pingsan saking sakitnya. Dua kali Alena menghantam benda yang akan pria itu gunakan malam ini.

"Nak udah.. Kamu bisa bikin dia mati..

"Biarin aja Bun.. Dia udah fitnah Ale.. Dia yang dari tadi rayu Ale sampai peluk-peluk Alena. Eh malah sekarang membalikkan fakta. Rasakan! Itu akibatnya kalau macem-macem. Biarin aja tuh bendanya gak dapat berdiri lagi.. Batal dah batal tuh malam pertama.."

"Kurang ajar kamu! Kamu hampir saja buat putraku mati.." Teriak ibu Bagas dengan wajah takut.

"Loh bagus dong.. Anak kayak gitu emang jangan terlalu lama di pelihara bu. Biar gak banyak korbannya. Takutnya malah dia yang buat ulah temennya yang di fitnah, Apa gak bahaya! " Alena tak mau di salahkan terus sekarang. Dulu dia memang selalu diam ketika di hina, Di caci. Tapi sekarang tidak lagi.. Alena akan melawan siapapun itu yang berani memasang salah kepadanya maupun orang Tuanya.

Alena mengambil kasar ponselnya yang dia letakkan dengan posisi bersandar di dinding dekat wastafel.

"Mungkin kalian lebih percaya sama pria gila ini daripada sama apa yang aku katakan. Tapi perlu kalian tahu, Semua yang terjadi dari awal hingga akhir. Semuanya masuk dalam sini.." Alena menunjuk ponselnya. " Dan kamu Bagas.. Apa yang kamu lakukan ke aku tadi udah terekam secara langsung. Tunggu aja besok pagi, Kalian semua harus siapkan mental karena kemungkinan banyak hujatan untuk kalian.." Alena merasa sangat puas sekali melihat ketakutan di wajah Dilla terutama Bagas.

"Dasar licik! Miskin!!" Maki Wina menatap tajam Alina.

"Owh gapapa budhe kami miskin tapi punya otak cerdas. Daripada kaya tapi otak dungu..

"Alena! Yang sopan kamu.." Tegur Pandu kepada putrinya ini. Alena adalah yang baik dan penurut. Tak pernah anak gadisnya itu selalu melawan.

"Biarin aja Yah.. Alena capek di hina mulu sama mereka. Yuk, Yah, Bun.. Kita pergi dari sini.. Biarin aja semua ini mereka yang beresin. Toh kita gak dibayar.. Percuma banyak uang kalo pelit.. " Alena mengajak kedua orang tuanya untuk segera pulang. Namun sebelum itu, Alina menoleh ke arah Dilla yang membantu Bagas berdiri.

"Jangan lupa, Setelah ini di coba malam pertama nya.. Takutnya malah beneran gak bisa bangun lagi. Sayang dong malam pertamanya harus gagal.. Kalo udah kebelet gak usah khawatir, Timun sama Terong banyak di rumah.. " Ucap Alena mengejek Dilla. Wajah wanita itu merah padam menandakan kalau dia sangat marah dan malu kali ini.

"Ayah Bunda, Ayo kita pergi.. " Keluarga itupun pergi dan langsung pulang ke rumahnya yang jaraknya hanya berhadapan di seberang jalan.

Seperginya Alena dan kedua orang tuanya. Dilla memapah Bagas yang masih susah untuk berjalan..

"Aduh.. Sakit...

.

.

.

TBC

Visual..

°°°°°°°°

👇 Pradipta Devano Syahputra 👇

Versi Montir🔧

👇 Alena Anindita 👇

👇 Rinjani Salsabila Adiwinata 👇

👇 Mahesh Handika 👇

👇 Bagas Alfarizi 👇

👇 Faradilla Satyani 👇

Ini adalah Visual-visual Versi Othor ya.. Andai para readers ada yang kurang pas atau kurang sreg bisa kalian bayangkan Visual Versi kalian masing-masing 🤗🥰

Alena Anindita

Alena pulang dengan perasaan puas. Suruh siapa Bagas mencari masalah dengannya. Sudah cukup selama ini keluarga dari Pakde nya itu selalu membuat masalah dengan orang tuanya. Dia memang terlahir dari keluarga yang sederhana. Akan tetapi bukan berarti orang tuanya tidak mampu membahagiakan nya.

Sejak awal Wawan dan Wina memang membenci kedua orangtuanya. Semua berawal dari Ayah Wawan.

Ayah Wawan adalah orang yang berada. Pria itu mempunyai dua toko elektronik yang lumayan besar. Hingga suatu hari ibu Wawan meninggal. Dua tahun kemudian, Ayah Wawan menikah lagi dengan janda anak satu yang tak lain adalah ibu Pandu.

Wawan tidak senang dengan pernikahan baru ayahnya. Wawan juga tak pernah menganggap ibu tirinya itu. Begitupun dengan hubungannya dengan Pandu.

Wawan begitu benci dengan ayah dari Alena itu. Wawan menganggap kalau Pandu merebut semua perhatian ayahnya. Padahal ayahnya berlaku adil tak ingin memilih kasih antara putra kandung dan putra sambungnya. Namun semua itu di artikan salah oleh Wawan..Wawan mengira kalau ayahnya lebih sayang kepada Pandu sampai hingga kebenciannya terhadap Pandu semakin besar.

Kebencian Wawan sampai sekarang masih berlangsung terlebih ketika ayahnya tiada karena semua insiden kecelakaan bersama Ibu Pandu. Ayahnya meninggal di tempat sementara Ibu Pandu harus mengalami cacat.

Wawan selalu menyalahkan ibu Pandu atas kecelakaan yang menimpa ayahnya. Wawan langsung mengusir sepasang ibu dan anak itu.

Mereka kembali tinggal di rumah kecil mereka yang posisinya hanya berjarak berada di seberang jalan. Mau tak mau, Pandu pindah ke rumah asal mereka.

Bahkan sampai sekarang, Pandu tetap berada di rumah itu dan hidup bahagia bersama keluarganya. Rumah yang dulu hampir reot kini sudah di renovasi. Tapi tetap saja tak sebesar rumah Wawan.

Tak hanya Wawan dan Wina saja yang membenci Pandu dan istrinya. Dilla pun juga sama ikut membenci Alena. Bagi Dilla, Alena adalah saingannya.

Alena memiliki wajah yang cantik dan natural. Alena juga memiliki otak yang pintar dan cerdas. Mulai dari duduk di bangku Taman Kanak-kanak sampai lulus kuliah, Alena selalu di depan mengalahkan teman-temannya termasuk Dilla.

Kuliah pun Alena mendapatkan beasiswa keluar negeri untuk S2. Sayangnya, Alena menolak karena kasihan dengan kedua orangtuanya.

Justru itu, Alena lebih memilih bekerja di salah satu perusahaan SN group. Perusahaan milik Opa Aditya yang bergerak di bidang properti.

"Aku harus bisa masuk ke perusahaan itu juga.. Mana mau aku kalah sama Alena.." Melihat Alena yang bekerja di perusahaan itu. Dilla juga merasa iri. Dengan segenap usaha hingga membayar orang dalam, Akhirnya Dilla bisa masuk ke perusahaan tersebut meski hanya menjadi staf karyawan biasa.

Mau seperti apapun Dilla yang selalu ingin menyaingi Alena. Tetap saja Alena selalu lebih unggul dari Dilla. Dalam hitungan bulan bekerja di perusahaan itu, Alena langsung naik jabatan yaitu menjadi seorang sekretaris.

Hal tersebut semakin membuat Dilla kepanasan. Wina selalu memfitnah Alena dan menyebarkan kepada semua orang kalau Alena naik jawaban karena menjual tubuhnya ke bos perusahaan.

Ingin rasanya Alina robek mulut Budhe nya itu. Namun, Ayah dan ibunya selalu melarang dan mengatakan jangan mencari masalah.

Sebenarnya Alena juga sudah muak dengan hinaan yang selalu di lontarkan Wawan dan Wina. Dia memang tidak sekaya mereka, Tapi bukan berarti harus di hina terus.

"Bunda kenapa? Kok kayak gelisah gitu.." Alena duduk di samping sang ibu. Ini hampir saja dini hari. Alena juga sudah tidur, Akan tetapi Wanita itu kebangun karna ingin buang air kecil.

Kamar mandi yang terletak di sebelah dapur membuat Alena harus keluar kamar ketika ada panggilan alam.

"Bunda gapapa.. Bunda cuma khawatir aja kamu di laporin ke polisi atas tindakan kamu tadi.. " Sebagai seorang ibu, Wajar saja Lilis takut. Dia takut kalau Wawan dan Wina melaporkan putrinya ke kantor polisi.

"Aduh Bun.. Udahlah ya.. Bunda gak usah khawatir. Putrimu ini pasti baik-baik saja. Sekarang Bunda tidur ya.. Nanti Ayah takut nyariin lagi.." Alena tersenyum. Gadis yang penuh dengan keceriaan itu berlalu ke kamarnya.

.

.

.

Sementara di tempat yang lain. Di sebuah kamar luas nan mewah. Seorang pria tampan sedang duduk bersandar di ranjangnya.

Dia adalah adalah Devano, Kekasih Alina. Keduanya telah menjalin hubungan sekitar dua tahun lebih.

Tatapan pria itu menatap layar benda pipihnya yang menunjukkan sebuah video yang malam ini langsung viral.

Dimana itu adalah Video kekasihnya beberapa jam yang lalu sedang melakukan live streaming di akun media sosialnya.

Dan betapa marahnya Devano, Dalam video tersebut seorang pria yang bernama Bagas, Seorang pria yang baru saja melangsungkan pernikahan mencoba menggoda dan melakukan perbuatan yang begitu lancang terhadap Alena.

Devano menonton video itu sampai habis. Durasinya cukup panjang karena masih banyak drama di sana. Bagas memfitnah Alena seolah olah Alena lah yang menggoda padahal tidak.

Alina juga di tampar, Di marahi, Di katai wanita penggoda dan murahan. Akan tetapi Devano tersenyum penuh kemenangan. Kekasihnya melawan dan tak ingin mau di tindas.

"Kalian berurusan dengan orang yang salah.. " Devano tersenyum sinis. Ia segera menghubungi Andika, Sang asisten yang selalu bisa di andalkan.

"Halo Tuan..

"Kau sudah tahu kan tentang video Alena yang viral malam ini..

"Ya. Saya tahu.. Ada yang harus saya lakukan?" Tanya Andika seolah tahu apa yang dia lakukan.

"Aku punya firasat kalau keluarga tidak tahu diri itu akan melaporkan kekasihku ke kantor polisi. Jadi aku ingin kau gagalkan semua itu, Mengerti?

"Anda tenang saja, Semua akan saya atur..

Devano memutuskan teleponnya. Dia mengirim pesan yang romantis untuk Alena sebelum pria itu kembali memejamkan matanya.

****

"Akhirnya tidur juga mas Bagas.." Dilla menghela nafas panjang. Setelah ada drama tadi, Dilla masih harus menjaga suaminya yang susah berjalan. Buang air kecil saja meringis karena masih terasa ngilu katanya. Sekeluarga juga sudah memanggil dokter dan mengatakan keluhannya. Dokter hanya mengatakan tidak boleh berhubungan lebih dulu sebelum kondisi Bagas benar-benar sembuh.

"Suami kamu udah tidur?" Tanya Wina kepada sang putri yang wajahnya di tekuk. Dilla duduk di samping ibunya.

"Baru aja tidur bu.. Dari tadi meringis mulu. Sakit katanya.." Dilla jadi cemberut. Seharusnya sekarang dia tengah bersenang-senang. Melakukan malam pertama dan berbagi peluh dengan sang suami tapi semua gagal gara-gara Alena.

"Ini semua gara-gara anak Pandu dan Lilis itu. Udah berani dia ya, Sekarang.." Wina mengepalkan tangannya merasa dendam terhadap keluarga yang katanya miskin itu.

"Bu.. Kita harus lapor polisi besok. Biar aja si Alena itu masuk penjara..

"Kamu bener. Ini sudah masuk ke ranah kekerasan. Alina harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.." Dilla tersenyum, Dia harus melaporkan Alina ke polisi. Biar saja gadis miskin itu di hukum dalam penjara.

.

.

.

TBC

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!