NovelToon NovelToon

Pocong Tampan

Permulaan

Sebelum membaca,

Jangan lupa like babnya, votenya dan masukin list favorit ya.

Komentar positifnya juga biar makin semangat nulis apalagi kalau dapet koin.

Happy Reading...

*****

Anandita Mikhaela, gadis bertampang pas - pasan yang memiliki kulit putih, bersih ini juga memiliki senyum yang menggemaskan. Gadis yang memiliki rambut hitam lurus sepinggang ini termasuk anak pintar saat di sekolah.

Dia sudah menjadi anak yatim sejak usia sepuluh tahun. Ayahnya yang bekerja sebagai masinis saat itu mengalami kecelakaan kereta api yang parah dan menewaskan sang ayah saat itu juga.

Anan, begitu panggilan kecilnya, dia memiliki ibu yang tegar dan pekerja keras agar bisa mencukupi kebutuhan anak-anaknya. Ibunya bernama Indah Setya Ningsih, seorang ibu yang pandai membuat kue tradisional dan dijajakan setiap pagi di pasar. Kadang juga Ibu Indah menerima pesanan kue untuk pesta atau acara tertentu. Lumayan untuk menambah penghasilannya. Rasa kue buatan Ibu Indah ini sudah terkenal enak di area kawasan pasar dan lingkungan rumahnya, sehingga banyak pelanggan kuenya yang memesan kue buatan ibu Indah ketika mereka mengadakan hajatan atau acara pesta.

Anandita memiliki adik yang bernama Aliando Mikhaela. Ali berusia tiga bulan saat ayahnya pergi. Kini, Ali bersekolah di SD Tanjung kelas 2 SD yang berlokasi tak jauh dari rumahnya. Ali juga tak malu membawa kue buatan ibunya ke sekolah. Ali menitipkan kue buatan ibunya pada ibu kantin untuk di jual. Ali juga dikarunia otak encer seperti kakaknya. Anak itu selalu berperingkat juara kelas.

Teman-teman Anandita memanggilnya dengan sebutan Dita. Dita juga gadis pekerja keras sejak di sekolah dasar, dia juga sudah membantu ibunya berjualan kue sama seperti Ali. Ia juga menaruh kuenya di kantin sekolah untuk dijual. Namun jika tak ketahuan pihak sekolah, ia terkadang berjualan di kelasnya.

Kini Dita berusia 18 tahun dia telah lulus dari SMA dengan nilai terbaik. Sebenarnya, ibunya sangat ingin Dita meneruskan ke perguruan tinggi negeri, namun Dita memilih bekerja untuk membantu ibunya memenuhi kebutuhan hidup. Apapun ia lakukan asal pekerjaan itu halal dan menghasilkan uang.

Kadang Dita bekerja menjadi SPG di mall. Karena tubuhnya cukup proporsional dan ramping yang notabene cocok jika bekerja menjadi sales promotion girl. Dita juga bisa menyulap wajahnya yang bertampang pas-pasan itu menjadi lebih enak dipandang jika ditambah make up yang harganya masih bisa ia jangkau. Sesuai dengan pemasukan gajinya.

Setiap pagi Dita juga berdagang kue buatan ibunya di pasar. Kadang Dita juga menerima tawaran bekerja menjadi petugas tiket Wahana atau transportasi di daerahnya. Semua ia lakukan tanpa lelah demi menabung uang untuk kesejahteraan hidup ibu dan adiknya. Kini ia bekerja di sebuah wahana kolam renang bersama temannya Anita.

"Kak, kapan libur?" Ali merengek pada Dita karena keinginannya pergi mengunjungi Wahana Taman Ria yang terkenal dengan banyak permainan yang seru dan menegangkan itu.

"Nanti ya, Dek, kan tiketnya aja dua ratus lima puluh ribu satu orang, lalu kalau kita bertiga jadi tujuh ratus lima puluh ribu, nah harga segitu udah bisa bayar kontrakan rumah ini selama sebulan," jawab Dita meyakinkan adiknya.

"Tapi Ali pengen banget, Kak, seru banget tau dengerin cerita temen-temen di sekolah, Ali iri kak." Ali makin merengek, sekarang ia sudah berada di belakang tubuh ibunya. Ali memeluknya, berharap ibunya akan berkata iya.

"Anak ini kalau udah ada maunya ya, nanti ya Ibu liat tabungan Ibu dulu, ya," jawab Ibu Indah menenangkan Ali.

"Sudahlah, Bu, nanti saja biar Dita yang cari uangnya, tabungan ibu jangan diutak-atik," ucap Dita.

"Enggak akan tutup, Dek, itu wahana baru, pasti akan terus ada disitu, gak akan ilang juga."

Dita menatap Ali lalu berkata, "Sudah selesai, nih bekal makanmu."

Dita menjulurkan kotak bekal makanan pada Ali yang sudah ia hias cantik. Kotak makan yang selalu membuat teman-teman Ali iri karena tampilannya yang selalu menggugah selera yang melihatnya.

Ali bahkan pernah menjual bekalnya pada temannya seharga 10 ribu selama 5 hari berturut-turut agar ia bisa membeli mainan Robot Tobot di toko depan sekolah nya. Bocah itu rela menahan lapar seharian sampai terkena maag. Sungguh perbuatan yang menggemaskan kala Dita mendengarnya.

Dita mencium punggung tangan ibunya untuk pamit bekerja. Dita juga tak lupa untuk mengacak-acak rambut Ali yang sangat menggemaskan baginya. Bagi Dita wajah Ali mirip sekali dengan mendiang ayahnya, sehingga membuat rasa kangen Dita terobati hanya dengan melihat Ali.

"Kakak janji nanti kakak pinjem uang bos buat ke wahana," bisik Dita saat mengacak-acak rambut Ali.

"Beneran ya, Kak? Yesss!" Mata Ali penuh dengan cahaya berbinar saking senangnya.

"Kalo dipinjemin, wleekk...," goda Dita seraya berlari keluar dari rumah kontrakan sempit itu menghindari Ali yang pasti mengejarnya. Benar saja Ali mengejarnya dan bersiap dengan sepatu yang ia raih untuk dia lempar ke arah Dita.

Pluukkk...

Ali melempar sepatu ke arah Dita namun terkena Pak Bayu tetangganya.

"Adaawww sepatu siapa nih?!" pekik Pak Bayu.

"Maaf, Pak, Ali gak sengaja." Ali menjawab sambil tertunduk takut.

Dita melihat adegan itu dari kejauhan lalu tertawa sambil memegangi perutnya. Ia menahan sakit di perutnya seraya melangkah menuju angkutan umum.

***

Happy Reading...

🤗🤗😊😊

Pinjam Uang

Sebelum membaca...

Jangan lupa like babnya, votenya dan masukin list favorit ya...

Komentar positifnya juga biar makin semangat nulis apalagi kalau dapet koin...

Happy Reading...

*****

"Kamu kenapa, Ta? mondar-mandir aja dari tadi kaya gosokan kepanasan hehehe." Tanya Anita teman kerja Dita di bagian tiketing pintu masuk kolam renang terbesar di kota.

"Aku nunggu Pak Herdi, udah dateng belom, ya?" tanya Dita sembari merapikan tiket yang akan dijual ke pengunjung sambil berdiri mondar-mandir.

"Diam apa!!! pusing nih aku liat kamu. Noh pucuk di cinta ulam pun tiba, si ganteng turun dari mobil noh." Tunjuk Anita kearah parkiran.

"Subhanallah cakep banget ya tinggi, putih manly banget kaya Oppa Gong Yoo,ckckck." Dita menelan liurnya memandangi sosok pria berusia tiga pulun tahun itu yang sekarang resmi menjadi duda karena ditinggal istrinya.

Mendiang istrinya meninggal karena menderita sakit demam berdarah.

"Main Li? emaknya siapa tuh Ta?" tanya Anita polos.

"Manly, cowok banget... laki banget gitu say." Jawab Dita masih berdecak kagum.

"Lah, emang Pak Herdi cowok, siapa bilang bencong, udah jelas dia ganteng gitu juga."

"Ya, maksudnya gitu gagah cowok banget ihh." Dita mulai sewot menanggapi keluhkan sahabat nya yang mulai dengan mode super lemot itu.

"Pagi semua..!" suara berat nan seksi itu keluar dari bibir Pak Herdi yang agak kehitaman karena efek perokok aktifnya.

"Pagi, Pak." jawab Dita dan Anita bersamaan.

"Ehmmm... Pak, maaf sebelumnya apa saya bisa ngomong sebentar pak?" Dita mencoba untuk bertanya pada bos nya meski dia takut namun ini sudah ditunggunya dari 1 jam yang lalu saat ia tiba di tempat kerjanya.

Pak Herdi membuka kacamata hitamnya menaruhnya gagangnya diujung bibirnya sambil memperhatikan Dita dari ujung rambut ke ujung kaki.

"Ke ruangan saya nanti saat jam istirahat!"

"Tapi, Pak.."

"Jaga tiket dulu sana tuh ada pelanggan baru pada datang!" tunjuknya.

"Ba- ba- baik, Pak." Dita harus menahan pertanyaannya menunggu kembali sampai waktu istirahat tiba.

"Hehehe udah mondar-mandir sejam eh nunggu lagi tiga jam." Anita terkekeh dari kursinya.

"Awww...!" toyoran Dita mendarat di kepalanya.

"Itu yang di situ maju sini mau berapa tiket buruan cepet sini!" ucap Dita pada tamu wahana kolam renang itu.

"Adaawww... apaan sih, Nit?"

Anita gantian menginjak kaki Dita kali ini.

"Sopan dong jangan kebawa emosi, smile... smile..." ucap Anita sambil menunjukan senyum layaknya bintang iklan pasta gigi.

Dita berusaha tersenyum getir sembari melihat arloji di tangannya. Gadis itu tak sabar ingin cepat-cepat melihat jam tangannya memenunjukkan angka dua belas siang.

***

"Yesss, jam 12 juga akhirnya," ucap Dita lalu bergegas berdiri menuju ruang kantor Pak Herdi namun sudah tidak ada.

"Pak Herdi mana, Nit?" bisiknya pada Anita.

"Lah itu diparkiran," tunjuknya.

Aduh Dita langsung berusaha untuk berlari mengejar Pak Herdi ke parkiran.

"PAK... PAK HERDI...!!" Dita berusaha mengatur napasnya yang naik turun dihadapan Pak Herdi.

"Kenapa Dita kok lari-lari?" tanya Pak Herdi heran.

"Pak, kan tadi saya mau bicara, kata Bapak pas jam istirahat." Dita masih tersengal-sengal mengucapkan nya.

"Oh iya, saya lupa, ayo ikut saya cari makan siang."

"Hah, saya pak? serius?"

"Iya serius, laper, kan?"

Dita mengangguk.

"Ayo masuk!" perintah pak Herdi lalu menyalakan mesin menuju Restoran Seafood Telaga Batu yang terkenal enak dan mahal itu.

Anita melihat dari kejauhan berdecak kagum "Jangan - jangan Dita mau dipake lagi siang - siang gini wah gak beres nih, coba gue telpon."

Dilihatnya ponsel Dita yang bergetar di laci kerja itu makin membuat Anita penasaran dengan apa yang terjadi dengan Dita sekarang.

***

"Saya pesan Gurame saus padang, sayur asem dan es jeruk ya mbak," ucap Pak Herdi pada pelayan.

Gila nasi putih aja sepuluh ribu es teh manis sepuluh ribu, terus gue alergi seafood gini mau makan apa ya.

Batin Dita sambil melihat menu tempe dan tahu yang seharga lima ribu perpotong dan menepuk jidatnya.

"Mau makan apa, Ta?" tanya Pak Herdi.

"Saya alergi seafood, Pak, tadi saya udah bawa bekel, sayang kalo gak kemakan, biar irit juga Pak."

Terlihat senyum manis di wajah pria itu yang membuat Dita meleleh saat itu juga.

"Ini ada Nasi goreng, mbak...Nasi goreng satu ya sama... mau minum apa, Ta?"

"Air putih aja, Pak."

"Sama Air mineral ya, Mbak," perintah Pak Herdi pada pelayan.

Haahhh nasi goreng aja 50 ribu air mineral 10 ribu mana aku gak bawa duit lagi duh Gusti...

Dita menunduk sambil memainkan ujung taplak meja di hadapannya itu dengan pikirannya yang makin kalut.

*****

Bersambung...

Kecelakaan

Sebelum membaca...

Jangan lupa like babnya, votenya dan masukin list favorit ya...

Komentar positifnya juga biar makin semangat nulis apalagi kalau dapet koin...

Happy Reading...

*****

"Pak, maaf saya gak bawa uang." ucap Dita perlahan tanpa bisa menatap wajah bos nya itu.

"Hahaha kamu ini Ta, kan saya yang ajak kamu makan, tenang aja saya traktir."

Dita makin merasa tak enak mengutarakan maksud tujuannya mengikut Pak Herdi untuk pinjam uang apalagi makanan ini semua pak Herdi yang bayar.

"Ta, hello kamu mau ngomong apa tadi?" Pak Herdi mengibaskan tangan nya depan wajah Dita.

"Sa, sa, saya umm... bingung pak." jawabnya terbata - bata.

"Lho pegangan dong kalo bingung hahhaha."

Ih si bos jayus banget garing padahal gak lucu amat jones nya tapi Dita berusaha tertawa agar si Bos tak tersinggung.

"Bingung kenapa sih? oh... saya tahu, kamu mau kasbon yak?"

"Ting tong yak benar selamat anda berhasil menebak raut muka saya."

batin Dita.

"Ketebak banget ya pak di wajah saya ada gambar uang?" ucap Dita lirih.

"Hahahha bener kan? soalnya kamu jarang-jarang nyamperin saya kaya gini." Tanpa canggung Pak Herdi mengunyah gurame saus Padang nya.

"Dah di makan dulu nanti keburu dingin nasi nya!"

Itu nasi goreng terenak yang Dita pernah makan selain dari harga yang mahal buat kantong dia, tapi memang bahan-bahan campurannya benar-benar enak ada sayuran sawi, wortel segar, ditambah suiran ayam dan bakso serta acar mentimun dan bawang yang pasti akan bercampur dengan nikmatnya di lidah Dita.

***

Di dalam mobil menuju arah tempat kerjanya ,Dita mencuri pandang memandangi Pak Herdi.

"Tadi mau pinjem berapa Ta?" Tanya Pak Herdi mengagetkan Dita.

"Astagfirullah maaf pak, kalo boleh pinjem satu juta pak, tapi cicil 10 kali ya pak potong gaji eh jangan deh, 5 kali cicil aja pak please saya mohon, ini untuk adik saya pak kasian dia pak mau liburan terus..."

"Sssttt.... panjang banget Ta, pusing dengernya, nanti aja ya kamu minta ke Bu Devi, kamu minta surat kasbonnya biar bisa langsung cair."

Yaa Allah pak bos baik banget udah traktir makan, pinjemin duit pula, mana ganteng lagi nih duda ehm ehm jadi in love aku tuh, duh...

Batin Dita memandangi kaca mobil tersenyum - senyum sendiri.

Diliriknya senyum Dita oleh Pak Herdi dari kaca spion, terlihat senyum tipis tersungging di bibirnya.

***

"Anita...!!" Dita datang memeluk Anita.

"Eh kamu gak apa-apa kan, gak diapa-apain Ta?"

"Apaan sih orang aku diajak makan doang terus aku di bolehin dong pinjem duit." Dita tertawa riang menjelaskan.

"Dih kerja baru 2 bulan udah boleh kasbon, kamu habis di pake ya? main di hotel mana barusan?"

"Sompret...!!! kamu pikir aku perempuan macam apa? liat tuh aku pergi cuma satu jam mana sempet cari hotel, mesum banget pikiran kamu." Ucap Dita dengan kesal.

"Hehehe kirain gitu tuh, kan Pak bos duda kesepian kan, kali aja..."

Plak..!! Buku tiket mendarat di wajah Anita.

Anita langsung tertunduk melihat wajah merah mata melotot dan tangan yang sudah berada di pinggang di hadapannya itu. Dia tau kalo Anandita sudah marah seperti itu maka gempa berskala kecil pasti akan terjadi di sekitarnya. Jadi sebaiknya dia berhenti menggoda Dita.

***

"Makasih ya kak, Ali seneng banget akhirnya bisa jalan-jalan ke wahana ini."

"Iya, Anan makasih ya itu bos kamu baik banget mau pinjemin uang ke kamu." ucap ibu sambil melahap bekal makan siang yang digelar beralaskan koran di wahana tersebut

"Iya dong Bu, Anan gitu loh." sambil melahap nasi dan ikan asin di tutul ke sambel terasi enak buatan ibunya.

"Ali gak jajan nih seminggu jual bekal dari kakak juga, Ali mau beli mobil-mobilan itu." menunjukan uang recehan sejumlah enam puluh ribu lalu menunjuk pada mainan mobil-mobilan di toko yang berada di sebrangnya.

"Kamu jual bekal dari kakak lagi ya? nanti kalo maag nya kambuh gimana?"

"Enggak kok cuma dua hari doang hehehhe tapi Ali kan udah sarapan tanya aja ibu."

Ibu tersenyum mengangguk.

"Jadi kamu udah sarapan terus minta bekal.dari kakak cuma buat dijual? ckckckck terlalu.." sungut Dita lalu mengelitik perut Aku dengan gemas.

Hari itu Dita sangat bahagia dapat membuat Ibu dan Ali tertawa riang dan senang, ditambah Ali juga sudah menenteng mainan barunya seharga delapan puluh ribu. Berhubung uangnya kurang jadi Dita yang menambahkan kekurangannya.

"Kita pulang ya, tuh taxi online nya udah sampe." ajak Dita.

Sesekali Dita juga ingin Ali dan Ibunya merasakan naik mobil pribadi ber AC dan wangi parfum mobil seperti teman-teman Ali yang anak orang kaya.

"Ali seneng banget kak, besok nih Ali bakal tunjukin foto-foto selfie kita nanti terus pulang sekolah Ali mau kerumah Danang bawa nih mobil baru." Ali tertawa dengan riang.

"Ibu kenapa ? kok pucet?" tanya Dita pada Ibunya yang dari tadi terdiam.

"Ibu mual nan, duh mabok nih."

"Hahaha Ibu norak nih baru naik mobil ini aja udah norak gimana punya mobil sendiri." ejek Ali.

"Eh kurang ajar nih ya kamu." Dita menggelitik pinggang Ali yang tertawa riang kegelian.

BRAK.....!!!!

Benturan tak terhindarkan menimpa mobil yang di tumpangi Dita dan keluarganya. Pandangan Dita gelap dan samar-samar terlihat wajah Ibunya yang penuh darah tergeletak dengan mata terpejam tal sadarkan diri. Serta dilihatnya pula kepala Ali yang mengucur darah deras juga sudah menutup mata.

Dita ingin meraih keduanya dan membangunkan mereka, namun badan Dita juga terasa lemas dan sakit semua. Lalu akhirnya ia tak sadarkan diri.

***

Bersambung...

Happy Reading 😊😊😘😍

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!