Promise
promise (prolog)
di bawah pohon, di samping rumah yang telah menjadi tempat tinggal bagi anak-anak yang terlantar, sekumpulan anak kecil sedang berkumpul bersama
Sanyuji
Ih Dipdip jangan main tanah, kotor tauuuuuu
Ucap seorang anak kecil dari salah satu anak-anak yang sedang berkumpuk itu
Argazen
Gak papa Sansan, biarin aja dia main, tuh liat aja dia bikin bintang dari tanah
Ucap yang satunya, sepertinya lebih dewasa dari yang lainnya
Pradipta
Tuh denger! Zenzen aja gak larang aku loh
Ucap anak kecil yang di panggil Dipdip itu membela diri
Sanyuji
iya iya aku juga mau bikin kebo ya
Ucap anak yang di panggil Sansan pada akhirnya
Gamara
Nanti kalau kita ada yang di ambil sama ibu dan ayah bagaiman?
Ucap salah satu anak yang sedang duduk di ayunan
Argazen
tenang aja dek Gamgam, nanti aku akan meninggalkan nomer rumah baru aku ke ibu panti, jadi kita masih bisa temenan
Ucap Anak yang di panggil Zenzen itu seraya menepuk tangan si anak yang di panggil Gamgam
Radian
janji ya kita akan sama-sama terus!
Kali ini anak yang sedang bermain tumpuk batu berbicara
Cakra
Nanti kalau kita ada ayah dan ibu baru, kita main-main ya
Kali ini ucap anak yang satunya lagi, sedang ikut bergabung dengan Dipdip dan juga Sansan, untuk membuat mahakarya dari tanah
kylian
Nanti siapa duluan ya yang akan dapat ibu dan ayah baru?
Tanya anak yang sedang memetik dedauan dengan sedih
Sky
Nanti juga kita akan dapet ayah dan ibu baru juga kan?
Ucap yang satunya hanya duduk di hamparan rumput
Pradipta
Kita akan sama-sama terus loh nanti, ya kan Zenzen?
Ucap anak yang bernama Dipdip dan memastikan kepada temannya yang di panggil Zenzen
Argazen
Tenang aja, kan aku sama Dipdip yang paling besar, nanti aku dan Dipdip akan mengalah dulu buat kalian, ya kan Dipdip
Ucap Zenzen menenangkan adik-adiknya itu
Pradipta
Kalian harus lebih dulu dapat ayah dan ibu, aku sama Zenzen gak papa terakhir juga
Sambung Dipdip meyakinkan Adik-adiknya
Pradipta adalah yang paling besar di antara anak-anak yang sedang berkumpul itu, lalu di susul dengan Argazen, jarak usia mereka hanya berbeda satu tahun saja. Jadi seperti itu lah janji manis yang tercipta dari anak-anak yang manis juga
puzzle
Jeo
Sudah 14 tahun berlalu kak, apa janji-janji itu hanya omong kosong? Atau adek yang terlalu percaya dengan ucapan anak kecil
Ucap seseorang memandang langit malam dari balkon kamarnya
ucapnya dengan suara melemah
Jeo
Kak Pradipta dan kak Argazen menepati janji menjadi yang terakhir di angkat menjadi anak. Tapi sekarang kalian di mana? Kenapa adek merasa hanya adek yang mengumpulkan kepingan puzzle kita, kalian lupa kah? Kak Rara yang membuat janji, apa kak Rara lupa?
Ucapnya, tak terasa air matanya jatuh mengingat seiring dengan kata-kata yang terucap
suara ketukan pintu, dan terdengar langkah masuk seseorang kedalam kamar tersebut
Melihat dari belakang punggung pemuda yang sedang bersandar di pagar pembatas balkon
nenek Jeo
Jeo belum tidur?
pemuda yang di panggil Jeo terkejut mendengar suara orang yang sangat ia hormati, buru-buru menghapus air matanya, dan berbalik
ucap dan tanya Jeo memastikan
Jeo
Kok nenek belum tidur?
Nenek itu menghampiri cucu angkatnya, mengelus pipinya sayang, teriris melihat mata cucunya yang sembab
nenek Jeo
Apa bertengkar lagi dengan papa?
Hubungan dirinya dengan papa angkatnya memang tidak baik sejak ia di angkat menjadi anak, yang menjemputnya pun hanya mamanya saja dengan seorang supir
Jeo
Jeo kangen kakak-kakak dan adik-adik Jeo yang dulu di panti nek
Ucapnya mengadu pada sang nenek
nenek Jeo
Tak apa, besok pulang kuliah Jeo bisa main ke panti, minta sama supir untuk mampir ke panti ya
Jeo tersenyum dan mengangguk dan akhirnya memeluk sang nenek
Zenzen
terjadi tatapan sengit antara ayah dan anak itu, tatapan mereka sama-sama penuh amarah
papa Zendral
dasar anak tidak tahu diri kamu Zendral
Priya
Papa ini bukan salah kakak
Ucap gadis cantik yang masih memakai baju sekolah itu
papa Zendral
Apa kamu tahu adikmu menunggumu, Zendral. Kenapa kamu tidak menjemputnya hah? Kenapa adikmu justru menggunakan taxi? Kemana saja kamu?
ucap dan tanya pria paruh baya itu kepada putranya
Priya
Kak zen masuk kamar saja, biar aku yang bicara sama papa
Ucap gadis itu menggenggam lengan Zendral
mama Zendral
sudah ya pah, mungkin memang Zendral lupa dan ada kelas tambahan di kampusnya
Ucap wanita cantik itu yang sepertinya nyonya di rumah itu
papa Zendral
Kamu selalu membela anak angkat ini mah
Ucap pria paruh baya itu, kepada istrinya
Mendengar kata "anak angkat" Zendral menggeleng-gelengkan kepalanya
Priya
Papa jangan seprti itu kepada kak Zenzen
Mendengar nama "Zenzen" di sebut, Zendral terdiam seakan kesadarannya tertarik
Pradipta
Zenzen tolong aku
Pradipta terjatuh karena terpeleset di bebatuan, bukan di tolongin justru adik-adiknya malah menertawainya, namun tak butuh waktu lama Argazen mengulurkan tangannya membantu Pradipta, bukannya Argazen menarik Pradipta, justru malah sebaliknya, sehingga dia ikut tercebur
Argazen
Ahh Dipdip kamu curang, aku jadi ikut basahkan
Ucap anak bernama Argazen
Radian
Tak apa, kita main air sama-sama
Dan semua bersorak lalu menceburkan diri ke dalam air
Panggil mama Zendral itu lembut, mengelus tangan putranya
Seketika kesadarannya kembali
Zendral
Jangan pernah dirimu memanggilku dengan sebutan Zenzen
ucap Zendral dingin, lalu pergi menaiki tangga menuju kamarnya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!