Aurora berjalan dengan gontai saat kedua tangannya di borgol , terasa dingin dan tenggorokan Aurora seakan tercekat seperti tak mampu lagi menelan ludah.
Air mata Aurora menetes, kemudian dia tersenyum tipis mencoba menguatkan diri sendiri. Aurora mencoba melirik petugas di samping kanan dan kiri, terlihat mereka berdua mengejek Aurora dengan tersenyum sinis sambil melirik.
Aurora di gelandang dalam sel yang terletak di pojok. Aurora masuk dan dia melihat salah satu petugas mengunci dan kemudian melepas borgolnya. Kini Aurora telah resmi menjadi tahanan nomor 81.
Dia tak menyangka akan jadi seperti ini. Aura diam dan duduk di lantai tanpa beralaskan tikar. Terasa dingin seakan menusuk tulang. Dia melihat di sekeliling sel.
Hampa itu yang dia rasa. Dia melihat langit langit atap yang berwarna putih seakan menambah kehampaan dan kesedihan.
Aurora menerawang dan mengingat kenangannya, saat dia masih bahagia bersama kekasihnya.
flashback....
Aurora menyiapkan rantang makanan untuk William pacarnya yang sudah berjalan selama 4 tahun. Hari ini Aurora memasak sayur tumis kangkung dan telur balado kesukaan William.
Tak lupa Aurora juga membawakan buah melon kesukaan William dan susu kedelai. Aurora tampak cantik menggunakan kaos dan celana jeans.
Aurora membawa rantang dengan semangat karena hari ini adalah hari pertama william kerja menjadi Manager di Perusahaan ternama di Ibukota.
Aurora memegang ponsel karena dia akan memesan taksi online untuk mengantar makanan di tempat William. Taksi online nampak tiba dan sopir pun membuka jendela mobil mengkonfirmasi Aurora.
Setelah sampai di tempat William, Aurora mengirim pesan sambil tersenyum.
Aurora menunggu di lantai bawah sambil melambaikan tangan ke William saat William menengok ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Aurora.
"Sayang,,,, aku bawain makanan kesukaan kamu," ucap Aurora dengan tersenyum.
William membalas senyum Aurora dengan berucap, " harusnya kamu gak perlu repot repot apalagi kamu kan bentar lagi kerja shift kedua, aku gak mau kamu lelah dan sakit."
"Gak masalah sayang, aku pulang dulu ya mau siap siap ." ucap Aurora sambil memegang tangan William.
Saat William akan mengantar Aurora keluar , Aurora mencegah William.
"Sayang,,, kamu gak perlu nganterin aku keluar, kamu masuk aja kerjaan kamu masih banyak kan," ucap Aurora sambil mendorong pelan William.
William melihat Aurora dari kejauhan yang sedang berjalan mau pulang,
William bergumam, "Aku akan segera menikahi mu , pengorbananmu cukup besar terhadapku."
William kembali ke tempat duduk yang selama ini ia impikan. Dia melihat namanya tertulis di meja, William Alexander.
Dia sama sekali tidak menyangka dia berada di posisi sekarang saat ini. Menjadi manager itu adalah impiannya dari dulu. Ini semua juga dia dapat tidak terlepas dari usaha Aurora.
William sama sekali tidak bisa lupa pengorbanan Aurora terhadapnya, mulai dari ikut membantu biaya kuliah William, biaya adik William sekolah dan juga untuk membeli mobil yang sekarang ini William pakai untuk bekerja.
Aurora telah sampai dirumah, dia mandi kemudian berganti baju dengan baju kerja.
Dia bekerja sebagai pramuniaga di pusat belanja terbesar di kotanya. Tak lupa dia membawa bekal sama seperti makanan yang ia bawakan untuk William tadi.
Aurora pergi bekerja dengan membawa motor bututnya, ia hidup hemat demi cita cita William dan untuk masa depannya.
Sesampainya di tempat dia bekerja dan menaruh tas di loker, Marina teman Aurora menyapa dengan mencolek lengan Aurora karena Aurora terlihat wajahnya penuh keringat dan nafasnya tak teratur.
"Tadi aku lihat dari kejauhan kamu mendorong sepeda motormu, memang kenapa lagi motornya?"
"Hemmmmm iya nih, ban motornya bocor," jawab Aurora dengan tersenyum tipis.
"Kamu nie kenapa sih, kamu sudah kerja keras mulai dari pagi sampai pagi lagi, kerja disini, di warung makan, jadi ojek online semua kamu lakuin demi William.
Kini saatnya kamu bersantai ria apalagi William sekarang sudah jadi manager. Lihat aja kamu sudah pacaran selama 4 tahun lo , William masih aja gak ada niat buat lamar kamu?", celoteh Marina dengan nada keras sedikit emosi.
Aurora mendengar celotehan Marina sambil tersenyum, lalu meraih tangan Marina.
"Kamu tu gak usah khawatir, lagian ini kan hari pertama William kerja jadi manager, selama ini William jadi karyawan biasa gajinya gak cukup buat ini itu."
Marina melepas tangan Aurora sambil menaruh tasnya di loker, " Terserah kamu aja deh, bebal banget di kasih tau, aku tu gak mau kamu diperalat sama William.
Lihat aja kamu naik motor butut sedangkan dia, pakai mobil yang kamu cicil. Aku kasihan sama kamu Aurora Mecca".
Aurora tersenyum dan meraih tangan Marina untuk bergandeng tangan masuk ke tempat kerja.
Aurora menyapa para pelanggan dengan penuh semangat dan tersenyum walaupun hari ini Aurora merasa sedikit lelah.
Jam telah menunjukkan pukul 22.00 WIB, itu pertanda jam kerja Aurora telah selesai. Aurora menunggu Marina di belakang pintu masuk ruang ganti karyawan. Marina tersenyum sambil mengerlingkan mata.
"Kita makan nasi goreng depan toko yuk perut ku sudah keroncongan ?" ajak Marina penuh semangat.
Aurora memanyunkan bibirnya kedepan Marina sambil berucap
"Maaf,,,,, aku mau langsung pulang aku harus nyuci baju pelanggan ," jawab Aurora memelas.
Marina melotot sambil mengendorkan pegangan tangan Aurora.
"Kamu masih nerima cucian baju, Ya Allah Aurora,,,, bener bener ya kamu punya pacar nyusahin melulu, tau ah aku pulang aja pusing kepalaku ngadepin kamu," jawab Marina sambil berseloroh pergi.
Aurora tau, Marina pasti sangat kecewa terhadapnya namun ada baju pelanggan yang belum dia cuci. Marina buru buru pulang agar cepat sampai rumah.
Marina melepas baju kerjanya dan makan, setelah itu dia mencuci baju pelanggan dengan hati hati.
Aurora melihat jam di ponsel yang terletak di atas meja. Terlihat pukul 01.00 dini hari, Aurora juga mengecek apakah ada pesan dari William. Ternyata tak ada satu pun pesan dari William, padahal hari ini adalah tahun ke lima anniversary mereka.
"Mungkin dia lupa dan kelelahan bekerja," gumam Aurora kemudian Aurora bersiap untuk tidur.
Pukul 04.30 Aurora bersiap untuk sholat kemudian menyiapkan bekal yang akan diantar kerumah William.
Dia memasak tumis brokoli dan baso daging. Aurora menyiapkan bumbu bumbu dengan perasaan senang, dia ingin memberi surprise dan membuat kue sederhana untuk perayaan anniversary nya.
Aurora menuju rumah William dengan motor bututnya. Sesampainya dirumah orang tua William, Aurora mengetok pintu dan yang membuka pintunya adalah ibunya William.
"Selamat pagi ibu", salam Aurora sambil meraih tangan ibunya William.
Baginya Ibu William sudah seperti ibunya sendiri, karena selama ini Aurora cuma hidup bersama neneknya setelah kepergian orang tuanya.
Ibu William yakni Rani mencoba melepas tangan Aurora saat bibirnya mencium punggung tangannya.
"Kamu selalu begitu, kamu belum jadi menantuku jadi stop panggil aku ibu, ayo masuk", ucap Rani sinis sambil melirik dan heran melihat barang barang yang di bawa Aurora.
"Buk,,,,, William mana ?, apa dia masih tidur?", tanya Aurora.
"Dia gak pulang semalam, emang dia gak ngasih tau?" tanya Rani.
Aurora terlihat kaget dan berfikir lalu menggelengkan kepala.
"Mungkin dia tertidur di kantor buk, aku coba telfon William dulu" ucap Aurora sambil mengambil ponsel di saku celananya.
Dering ketiga Aurora tidak ada respon, Aurora terlihat khawatir dan gelisah. Sampai dering keempat baru ada jawaban.
"Hallo ini siapa," Ucap seorang lelaki yang Aurora bahkan tidak mengenali suara tersebut, terasa asing bagi Aurora suara itu.
" Maaf ,,,,, ini siapa bukankah ini nomor William", tanya Aurora curiga.
Tiba tiba panggilan telepon terputus begitu saja.
Aurora berniat untuk menelpon kembali nomor William, namun belum ada jawaban lagi.
Saat Aurora akan memasukkan Ponsel kedalam saku celananya, ada panggilan telepon dari William dan Aurora langsung mengangkatnya.
"Sayang, kamu kenapa gak jawab telpon aku dan kenapa kamu gak pulang kerumah," tanya Aurora tanpa menunggu jawaban suara telepon dari William.
Aurora masih menunggu jawaban dari pertanyaannya, namun William tak kunjung menjawab.
"Sayang,,,, aku baru bangun tidur, semalam aku lembur kerja sampai ketiduran, maaf ya aku gak ngabarin,"ucap William dengan suara parau pertanda baru bangun tidur.
Sementara ditempat William, William mengucek matanya sambil melihat jam, dia merasa lelah karena semalam lembur tanpa kenal waktu beserta timnya. Karena sebagai manager William punya tanggung jawab besar akan tim timnya.
Samar samar terdengar di samping William , "maaf Will tadi ponsel kamu bunyi berkali kali ganggu yang lain terpaksa aku angkat, takut ada hal yang penting berhubung yang jawab suara wanita aku langsung matikan , bingung harus jawab apa", ucap Edward sahabat William di kantor.
William mendengarkan sambil mengangguk.
" Oh ,,, ok gak apa apa, sayang tadi kamu telpon yang angkat Edward, maaf ya,,, kamu lagi dimana udah sarapan belum?" tanya William khawatir.
Mendengar percakapan antara William dan Edward , Aurora merasa lega dan sedikit melamun. Namun akhirnya Aurora tersadar dan menjawab, " iya sayang , ini aku lagi dirumah kamu, aku ke kantor sekarang gimana sambil mengantar sarapan" tanya Aurora dengan penuh harapan.
William menjawab sambil menguap pertanda masih sedikit mengantuk," Gak usah sayang ngerepotin kamu, lagian setelah mandi kita mau sarapan bareng bareng tim di kantin, kamu gak marah kan?"
Terlihat jelas Aurora kecewa, dia menarik napas pelan karena dia sudah siapin sarapan dan juga kue. Namun Aurora gak mau buat William jadi gak enak.
" iya sayang,,, semangat ya kerjanya jangan lupa makan dan shalat."
Rani melihat Aurora dengan tersenyum tipis.
'Dasar bucin akut' ucap Rani dalam hati.
Aurora meminta izin ke Rani untuk pulang, dia menitipkan kue yang dia buat tadi untuk William.
Setelah Aurora pulang, Rani mencoba mencicipi masakan Aurora.
"Dia hidup tanpa ibu , tapi masakannya enak banget, sayang sekali dia miskin" ucap Rani sambil terus makan masakan Aurora.
Aurora pulang dari rumah William dan langsung bersiap diri untuk segera bekerja. Namun dia berharap William akan tersadar dan mengingat bahwa hari ini adalah hari spesial mereka.
Ditempat lain Devandra Casarius, seorang Ceo perusahaan terbesar di Ibukota sedang melangkah menuju ruangannya.
Setiap dia melangkah selalu menjadi pusat perhatian para wanita. Bagaimana tidak, hidung mancung, beralis tebal, tubuh yang atletis makin menambah pesona dan auranya yang membuat para wanita makin klepek klepek.
"John, aku akan segera melamar Casandra selain akan menjadi seorang suami aku akan menjadi seorang ayah, carikan aku sebuah cincin yang mewah dan mahal , kamu mengerti?" , tanya Devandra dengan tatapan yang tajam.
"Satu lagi, carikan gaun yang istimewa, buat dia jadi wanita yang paling bahagia di dunia ini" tambah Devandra.
John mendengarkan Devandra dengan seksama kemudian mengangguk.
"Siap pak, apa ada yang mau ditambahkan" tanya John.
Devandra berfikir sejenak kemudian menambahkan," sepertinya aku akan memilih semua sendiri, atur jadwalku sore ini, kita berangkat nanti pukul 16.00."
John mengangguk dan memahami bahwa Devandra sangat mencintai Casandra, walaupun orang tua Devandra tidak menyukai Casandra karena berasal dari keluarga yang miskin , Devandra tetap kekeh akan melamar kekasihnya itu.
Orang tua Devandra sudah mencoba mencegah keinginan Devandra , namun Devandra mengancam tidak akan mengurus perusahaan yang ia bangun selama ini. Karena pada dasarnya perusahaan saat ini berkembang pesat sejak ada Devandra.
Kedua orang tuanya terpaksa menerima Casandra. Apalagi dia sekarang dalam keadaan hamil.
Marina menunggu Aurora yang sedang sholat, karena saat ini Marina sedang berhalangan untuk menjalankan kewajibannya. Marina penasaran kado apa yang didapat dari kekasih sahabatnya itu.
"Ra,,, kamu dapat kado apa dari kekasihmu itu", tanya marina sambil meledek dan memicingkan mata.
Sementara Aurora yang di tanya tersenyum sambil berucap, " emmm aku belum bertemu dengan William, tadi malam dia nggak pulang karena sibuk kerja mungkin nanti sepulang dari tempat kerja."
Marina menarik nafas panjang sambil mengangkat bahu ," Ya elaaaaah ,,,, di bela aja tu pacarnya jangan terlalu bucin Ra,, kita tu gak tau kedepannya kaya apa,,,plis lah nyenengin diri sendiri sekali kali makan enak lah atau shoping beli baju bagus jangan irit melulu demi pacarmu itu".
Marina sudah gak tahan atas perlakuan Aurora tehadap william dan keluarga pacar sahabatnya itu. Bisa dibilang, aurora terlalu bodoh dan bucin.
"iya iya iya Marina... yuk kita makan trus lanjut kerja " jawab Aurora sambil menarik tangan Marina untuk makan nasi soto di depan toko tersebut.
Devandra telah sampai di pusat pembelanjaan . Saat turun dari mobil, aura Devandra sangat terlihat berkharisma dan gagah. Devandra berjalan dengan tegas dan sigap. Bau parfum pun tercium semerbak saat melewati orang orang, menambah kekaguman orang yang dilewatinya.
Marina yang mencium parfum Devandra dan John yang telah melewatinya semakin membuat Marina penasaran.
"Wangi banget cowok tadi Ra, pasti orangnya ganteng bos besar pasti, emmmm pengen punya cowok kaya gitu" ucap Marina dengan nada manja.
Aurora melihat dua sosok yang melewatinya, dia juga mencium parfum tersebut namun tidak melihat kedua wajah mereka.
"Rin rin,,,, sadar diri rin,,,, jangan berkhayal yang bisa bikin kamu jatuh,,, sakit ntar " jawab Aurora mencoba menyadarkan Marina yang dari tadi tersenyum sambil melihat dua sosok tersebut.
Sesampainya ditempat kerja, Aurora di panggil untuk melayani pelanggan yang memilih cincin.
Teman Aurora mengatakan dengan lirih bahwa orang tersebut sangat cuek dan berwajah datar.
"Ada yang bisa saya bantu pak" tanya Aurora yang sedikit mengingat bahwa kedua orang tersebut adalah orang yang melewatinya tadi. Aurora ingat karena bau parfum tersebut.
"Bos saya mau mencari cincin yang terlihat elegan dan mewah namun tidak mencolok " jawab john sambi memandang Aurora.
Aurora mengambil cincin yang sederhana namun menurutnya sangat cocok dengan apa yang di cari John.
"Gimana dengan yang ini pak, apakah cocok?" tanya Aurora sambil menyerahkan cincin bermata oval berwarna pink.
"Norak" jawab Devandra tanpa basa basi.
Mendengar hal itu Aurora sedikit terkejut namun Aurora mencoba bersikap biasa karena pelanggan adalah raja yang harus di hormati.
"Carikan yang lain yaa mbak", ucap John sambil melihat ribuan cincin di etalase.
" Kalau yang ini" Aurora mengeluarkan cincin bermata satu terlihat sederhana namun mewah . Ada sedikit ukiran di cincinnya dan bermata biru tua.
Mendengarkan hal itu, Devandra melangkah menuju cincin yang dikatakan Aurora karena sejak tadi Devandra terlihat melangkah ke kanan dan kekiri mencari cicin yang pas.
" Sepertinya itu cocok, langsung bungkus " ucap Devandra.
Aurora terlihat lega, karena sejak tadi Devandra dan John seperti mengintimidasi Aurora.
Aurora merasa betapa beruntung wanita yang mendapatkan cincin itu, selain cincinnya terlihat mewah harganya pun sangat fantastis.
Segera Aurora membuyarkan lamunannya, kemudian dia bersiap siap untuk pulang. Tak lupa dia mengecek ponselnya berharap ada notifikasi pesan dari William, namun justru sebaliknya.
Aurora berfikir mungkin William sangat sibuk.
Marina mulai menyadari dari tadi Aurora selalu memperhatikan ponselnya.
"Ra,,,, Apa sampai sekarang William belum mengirim pesan ?", tanya Marina sambil memperlihatkan ekspresi Aurora.
"Belum Rin,,,, mungkin dia lagi sibuk", jawab Aurora tenang sambil tersenyum.
Marina menarik nafas dan menghela nafasnya dengan panjang dengan ekspresi gregetan,
"Aku gak tau lagi Ra,,, dia itu nganggep kamu pacar atau gak, setelah dia jadi manager kamu malah diperlakukan kaya gini aku juga yakin kalau dia pasti lupa kalau hari ini adalah hari anniversary kalian."
Aurora tersenyum getir dan menjawab," gak apa apa Rin,,, dia pasti sibuk banget kamu jangan suudzon dong...".
Marina memalingkan muka dengan ekspresi marah karena menurutnya sahabatnya itu hanya diperalat oleh William.
Sesampainya dirumah, Aurora mencuci baju pelanggan karena seiring berjalannya waktu, Aurora mendapat pelanggan yang cukup banyak dan lumayan mendapatkan uang tambahan.
Aurora tampak tersenyum getir.
Aurora mengintip kamar nenek Hamida yang selama ini merawatnya. Aurora merasa bersalah karena belum bisa membahagiakannya.
Sambil mengusap wajah nenek Hamida, Aurora meneteskan air mata.
"Maafin Aurora ya nek, selalu bikin nenek susah", ucap Aurora sambil menyelimuti nenek Hamida yang tertidur pulas.
Selama ini Hamida ikut membantu Aurora berjualan di warung kecil depan rumahnya. Walaupun sudah berkali kali Aurora melarangnya, namun Hamida tetap kekeh untuk berjualan.
Aurora mengecup kening nenek Hamida lalu melanjutkan untuk mencuci baju baju tadi yang belum selesai. Setelah selesai mencuci baju, Aurora memotong sayur dan bumbu bumbu dapur untuk jualan nenek Hamida besok.
Aurora gak mau jika Hamida terlalu lemah mengingat nenek Hamida sudah berumur. Aurora kembali mengecek ponsel miliknya, namun tidak ada notifikasi satupun dari William.
Aurora menarik dan melepaskan hembusan nafasnya dengan pelan sambil bergumam," aku gak boleh suudzon mungkin dia lagi sibuk."
Diluar sana mobil Devandra melaju dengan kencang menuju apartemen milik Casandra, Devandra sudah tak sabar akan melamar Casandra. Sesampainya di apartemen Casandra, Devandra segera menuju ke lift dan menekan lantai 10.
Sementara John menunggu di lantai bawah. Devandra mengetuk pintu milik Casandra, namun sama sekali tidak ada sahutan, karena khawatir Devandra menekan pin yang terletak di pintu apartemen karena Devandra sudah mengetahui pin apartemen milik Casandra.
Setelah pintu terbuka betapa kagetnya Devandra karena Casandra tidak ada di kamarnya. Kemudian Devandra mencoba menghubungi Casandra.
"Hallo Devan, aku dirumah ayah maaf kalau aku gak ngabarin karena ayah badannya sedikit gak enak", ucap Casandra tanpa menunggu Devandra berbicara
Mendengar hal itu, Devandra terlihat kaget dan khawatir lalu buru buru Devandra menjawab
"Keadaan ayah sekarang bagaimana apakah sudah baikan, aku kesana sekarang ya."
Casandra tersenyum lalu menenangkan Devandra
"Keadaan Ayah sudah baikan, besok aku pulang jadi kamu gak perlu kesini", jawab Casandra sambil memegang kening ayahnya.
"Oh ya besok aku sekalian mau ke Rumah Sakit untuk periksa kehamilan, apa kamu mau ikut" ucap Casandra kembali.
Mendengar hal itu Devandra nampak bersemangat lalu berucap" besok kabari ya , atau besok aku suruh John untuk menjemput kamu."
Casandra mengerti kekhawatiran Devandra mengingat dia yang lagi hamil muda kemudian dia mengiyakan penawaran Devandra.
"iya Devan", jawab Casandra.
Saat Hamida ingin pergi ke dapur, dia begitu kaget karena sayur yang terletak di lemari es telah selesai di potong dan di bersihkan.
Hamida juga melihat bumbu bumbu dapurnya telah selesai di tumis. Hamida mengecek ke kamar Aurora, dia melihat Aurora tampak tertidur pulas.
Hamida merasa kasihan melihat kondisi Aurora, dia bekerja keras demi memenuhi kebutuhannya, dan selalu menebus obat untuknya. Dengan perlahan Hamida membangunkan Aurora untuk melaksanakan shalat Shubuh.
"Ra,,, bangun nak udah adzan saatnya shalat shubuh", ucap Hamida sambil menggoyang goyangkan kaki Aurora dan mengusap usap kepala Aurora.
Aurora merasa ada benda hangat yang menyentuh kepalanya kemudian dia terbangun dan membuka mata.
"iya nek,,,, makasih ya nek udah bangunin aku", jawab Aurora sambil tersenyum dan memegang tangan Hamida kembali.
Hamida melanjutkan untuk menyelesaikan masakan yang belum selesai untuk di jual, sementara Aurora mengambil air wudhu dan menjalankan shalat shubuh.
Selepas sholat shubuh, Aurora ikut membantu Hamida memasak dan menyiapkan bahan bahan untuk berjualan, mulai dari membereskan meja dan menyiapkan piring piring bersih untuk para pelanggan. Karena kebanyakan para pelanggan Hamida adalah orang orang pekerja yang malas membuat sarapan.
Tepat pukul 07.00 Aurora akan berangkat kerja dengan mengendarai motor bututnya, namun saat dia menoleh kesamping, Aurora kaget saat melihat William tersenyum dan membawa pasangan boneka beruang yang berwarna hitam putih dan berkemeja untuk boneka cowok dan warna pink muda untuk boneka cewek.
Saat menunjukkan boneka tersebut, wajah William sangat bahagia.
Aurora juga nampak bahagia terlihat dari dia tersenyum dan matanya berkaca kaca.
Melihat hal itu, William mengusap air mata Aurora dan langsung memeluknya.
"Maaf ya sayang,,, akhir akhir ini aku sibuk banget sampai gak sempat bertukar kabar denganmu, pasti kamu mikir aku lupa hari penting kita", ucap William sambil mengusap punggung Aurora.
Aurora melepas pelukan William sambil menjawab dan menggelengkan kepala.
"Gak sayang,,, maaf ya aku sedikit suudzon sama kamu."
William menyerahkan boneka cowok untuk diberikan ke Aurora dan mengambil boneka cewek untuk dia simpan sendiri.
Aurora menerimanya dengan hati berbunga bunga.
William melihat jam di tangannya kemudian dia menawarkan diri untuk mengantar Aurora di tempat kerjanya.
"Aku anterin kamu kerja ya,,, udah lama kita gak jalan bareng" ucap William
Aurora mengiyakan tawaran William dan memasukkan motor bututnya kembali kedalam rumah.
Didalam mobil, mereka bedua nampak terlihat bahagia. William menyetir mobil sambil mengusap punggung tangan Aurora.
Karena masih ada waktu, William meminggirkan mobilnya ke tepi jalan kemudian mematikan mobil tersebut sambil melihat wajah Aurora.
"Sayang aku sayang banget sama kamu, aku ingin cinta kita dibawa ke jenjang yang lebih serius,, bagaimana kalau nanti malam aku jemput kamu sepulang dari kerja?", ucap William sambil berbisik di telinga Aurora yang membuat bulu kuduk Aurora merinding.
Aurora sedikit mendesah saat bibir William menggigit kecil telinganya. Tanpa terasa bibir William sudah berada di dekat bibir Aurora.
Dengan lahap William mengulum bibir tipis Aurora yang telah lama tidak dia sentuh, Aurora pun juga membalas pagutan William dengan lembut.
Hingga aktivitas panas mereka pun terhenti saat ponsel William berbunyi.
"Apa,,,, oke aku kesana sekarang", jawab William dengan khawatir dan kaget.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!