O'Brian
Misteri Maut di Perpustakaan Kota
mira (staf)
Guys… kalian udah denger belum?! 😨
mira (staf)
Pak Reza ditemukan MENINGGAL di ruang arsip pagi ini!!!
Arif (admin IT)
Hah??? Seriusan, Mir??
Arif (admin IT)
Baru kemarin aku ngobrol soal scanner rusak 😭
Bu Lela (Penulis Sejarah)
YA ALLAH...
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Aku bahkan baru nitip dokumen ke beliau 2 hari lalu…
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Rasanya nggak mungkin...
Pak Gino (Satpam)
Saya jaga malam. Listrik padam jam 10 semalem...
Pak Gino (Satpam)
CCTV mati semua
Pak Gino (Satpam)
Saya pikir itu cuma gangguan hujan 😔
O’Brian (Detektif)
Saya O’Brian, penyidik.
O’Brian (Detektif)
Mohon bantuannya.
O’Brian (Detektif)
Korban ditemukan pagi ini dengan secarik catatan di meja
“Dia selalu datang jam 3 sore, diam-diam menyusup ke masa lalu.”
O’Brian (Detektif)
Saya butuh info.
O’Brian (Detektif)
Siapa yang biasa datang ke ruang arsip jam 3 sore?
O’Brian (Detektif)
Bu Lela, Anda peneliti sejarah, benar?
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Betul, Pak.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Saya sering ke perpustakaan.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Biasanya jam 3 sore setelah menulis pagi.
O’Brian (Detektif)
Kemarin sore Anda ke ruang arsip?
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Tidak. Saya di luar kota. Ada acara keluarga.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Tapi biasanya saya kerja bareng Pak Reza…
O’Brian (Detektif)
Anda tahu apakah ada dokumen penting yang sedang beliau teliti?
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Hmm…
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Sepertinya soal arsip tahun 1978.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Pak Reza curiga ada pemalsuan data sejarah lama.
Sekarang Brian bertanya kepada Andi (Mahasiswa Magang)
O’Brian (Detektif)
Andi, kamu sempat bantu Pak Reza kemarin?
Andi
Saya input dokumen digital sampai jam 2 siang.
Andi
Habis itu ke ruang fotokopi, lalu pulang.
O’Brian (Detektif)
Apa kamu tahu beliau menyelidiki pemalsuan data tahun 1978?
Andi
Saya pernah dengar...
Andi
Tapi saya nggak ngerti isinya, Pak…
O’Brian (Detektif)
Apa kamu tahu siapa yang menulis catatan di layar?
Sekarang giliran Pak Gino (Satpam), yang ada kemungkinan terlibat juga dalam kejadian ini
O’Brian (Detektif)
Pak Gino, Anda satu-satunya yang punya akses kunci malam hari?
Pak Gino (Satpam)
Iya, Pak.
Pak Gino (Satpam)
Tapi saya nggak masuk ruang arsip.
Pak Gino (Satpam)
Listrik padam jam 10
Pak Gino (Satpam)
Saya jaga di pos…
Pak Gino (Satpam)
Sempat ketiduran...
O’Brian (Detektif)
Ada yang Anda lihat mencurigakan?
Pak Gino (Satpam)
Tidak ada...
Pak Gino (Satpam)
Tapi sejujurnya saya ngantuk berat semalem 😞
Kalimat "sempat ketiduran..." dari Pak Gino (satpam) bisa jadi pintu masuk penting untuk mengungkap manipulasi waktu, alibi palsu, atau bahkan aksi tersembunyi dalam kasus ini. Artinya: seseorang bisa masuk ke ruang arsip tanpa dia sadari.
O’Brian (Detektif)
Berapa lama Anda tertidur?
Pak Gino (Satpam)
Saya lihat jam terakhir itu 00.15...
Pak Gino (Satpam)
Pas bangun udah jam 02.40-an.
O’Brian (Detektif)
Artinya hampir 2,5 jam tidak tersadar
Pak Gino (Satpam)
Iya Pak…
Pak Gino (Satpam)
Saya malu ngakuinnya…
Pak Gino (Satpam)
Tapi pas bangun, saya lihat lampu ruang arsip nyala.
Pak Gino (Satpam)
Saya kira cuma lupa dimatikan...
O’Brian (Detektif)
Dan Anda tidak periksa?
Pak Gino (Satpam)
Nggak, Pak
Pak Gino (Satpam)
Saya takut ketahuan tidur, jadi pura-pura patroli saja.
Perpustakaan Kota kini dikelilingi garis polisi. Suasana yang biasanya tenang, kini mencekam. Hujan gerimis menyelimuti kota, langit masih kelabu. Aroma kertas tua dan kayu lembap menyambut siapa pun yang masuk ke bangunan lawas itu.
O’Brian (Detektif)
Arif, saya butuh log aktivitas komputer di ruang arsip kemarin.
O’Brian (Detektif)
Bisa kamu lacak?
Arif (admin IT)
Bisa Pak. Tunggu sebentar…
Arif (admin IT)
Ini aneh, Pak…
Arif (admin IT)
Komputer aktif jam 3.12 sore dan dipakai selama 37 menit.
O’Brian (Detektif)
Dan siapa yang login?
Arif (admin IT)
Nggak login, Pak.
Arif (admin IT)
Pak Reza biasanya langsung pakai admin lokal.
Arif (admin IT)
Tapi saya cek... terakhir dibuka file berjudul "ARSIP 1978 - KONFLIK PENYELENGGARA"
O’Brian (Detektif)
Hmm... jam 3 sore...
O’Brian (Detektif)
Sama seperti dalam catatan terakhirnya.
O’Brian berdiri diam di depan rak dokumen. Cahaya dari jendela kaca patri jatuh ke lantai marmer tua. Ia mengamati meja kerja korban—bersih, rapi, hanya secarik catatan dengan tulisan tangan gemetar dan keyboard yang huruf "T", "I", dan "M" sudah mulai pudar.
O’Brian (Detektif)
Bu Lela, Anda pernah dengar nama file “ARSIP 1978 - KONFLIK PENYELENGGARA”?
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Astaga... itu dokumen sensitif.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Konon katanya, ada manipulasi dana bantuan dari luar negeri waktu itu.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Tapi sudah lama disembunyikan karena menyangkut tokoh penting.
O’Brian (Detektif)
Apa Pak Reza pernah bilang siapa tokohnya?
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Belum sempat
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Tapi beliau bilang “seseorang di kampus terkenal sekarang bisa celaka kalau ini terbuka.”
O’Brian (Detektif)
Andi, saya tahu kamu pernah bantu mengarsipkan dokumen tahun 1978.
O’Brian (Detektif)
Apa kamu tahu isi file itu?
Andi
Saya nggak tahu persis, Pak.
Andi
Tapi dosen pembimbing saya, Pak Yudi, dulu cerita kalau sejarah kampus kami bersih dari korupsi.
Andi
Saya harap itu benar...
O’Brian (Detektif)
Kamu terlihat gelisah.
O’Brian (Detektif)
Kamu tahu Pak Reza menyelidiki sesuatu yang bisa mencoreng nama kampus.
O’Brian (Detektif)
Apakah kamu khawatir?
Andi
Saya… saya cuma takut dikeluarkan.
Andi
Saya butuh beasiswa itu, Pak…
Langit semakin mendung. Di luar jendela, petir sesekali menyambar. Di dalam ruang arsip, O’Brian menyalakan senter kecil, menyusuri rak demi rak.
Dia melihat lemari dokumen yang sedikit terbuka. Ada bekas sidik jari di pegangannya. Tangannya menyentuh sesuatu… sebuah flashdisk tua, tersembunyi di bawah laci.
Flashdisk ditemukan tersembunyi.
Berisi rekaman suara:
🎧 “...Jika sesuatu terjadi padaku, file 1978 harus dibuka. Mereka harus tahu yang sebenarnya. Saya tahu siapa yang menutupinya — dan dia masih aktif di universitas…”
O’Brian (Detektif)
Temuan baru akan segera diuji.
O’Brian (Detektif)
Semua yang pernah terlibat di arsip 1978 atau punya koneksi ke universitas, harap bersiap.
O’Brian (Detektif)
Kebenaran sudah di ambang pintu.
Malam hari, ruang investigasi. Lampu gantung temaram menyorot meja kerja O’Brian. Di tangannya, flashdisk berisi rekaman suara Pak Reza dan salinan digital dokumen “ARSIP 1978 – KONFLIK PENYELENGGARA”.
O’Brian (Detektif)
Arif, kamu bisa ekstrak metadata flashdisk ini?
📎 File dibuat 3 hari lalu, di komputer milik Pak Reza.
Tapi… ada file tersembunyi lain, namanya “REVISI.pdf”.
Arif (admin IT)
Itu dibuat bukan oleh Pak Reza.
O’Brian (Detektif)
Siapa pembuatnya?
Arif (admin IT)
Identitas pengunggah: YUDIPRAS-KMP@univ...
Yudi Prasetya.
Dosen pembimbing Andi.
Pernah menjadi anggota tim pelaksana bantuan tahun 1978.
Sekarang menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Keuangan.
Motif mulai jelas.
O’Brian (Detektif)
Andi, saya butuh jawaban jujur.
O’Brian (Detektif)
Apakah Pak Yudi tahu Pak Reza menyelidiki arsip 1978?
Andi
Dia... dia tanya saya soal Pak Reza.
Andi
Saya kira cuma penasaran.
Andi
Tapi dua hari lalu, dia bilang: “beberapa dokumen lebih baik tetap dikunci.”
O’Brian (Detektif)
Apakah dia menyuruhmu ke ruang arsip malam itu?
Andi
Saya memang datang sore, tapi sudah pulang jam 6.
Andi
Saya tidak pernah kembali malamnya.
O’Brian memandangi bukti. Satu hal belum klop: waktu kematian Pak Reza. Menurut forensik, dia tewas antara pukul 02.00–03.00 dini hari.
Sementara itu, Pak Gino (satpam) tertidur mulai pukul 00.15, dan baru terbangun 02.40. Dalam rentang waktu itu, siapapun bisa masuk dan keluar tanpa ketahuan. O'Brian kembali menanyai Pak Gino (satpam)
O’Brian (Detektif)
Ada yang aneh malam itu?
O’Brian (Detektif)
Selain lampu ruang arsip yang menyala?
Pak Gino (Satpam)
Hmm... waktu saya bangun, saya lihat ada mobil putih yang terparkir sebentar.
Pak Gino (Satpam)
Saya pikir itu mobil perpustakaan keliling. Tapi... nggak biasanya jam segitu.
Terakhir O'Brian bertanya kepada Bu Lela
O’Brian (Detektif)
Bu Lela, Pak Yudi pernah pinjam kunci ruang arsip?
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Pernah Pak, minggu lalu.
Bu Lela (Penulis Sejarah)
Katanya mau cari data lama soal proyek kerja sama.
Keesokan harinya, O’Brian menjebak pelaku dengan mengundang semua pihak ke ruang rapat perpustakaan. Ia memutar cuplikan audio dari flashdisk.
🎧 “…Saya tahu siapa yang menutupinya — dan dia masih aktif di universitas…”
O’Brian (Detektif)
Pak Reza dibunuh karena menemukan bukti penyimpangan dana bantuan tahun 1978.
O’Brian (Detektif)
Pelaku masuk pukul 01.40 dini hari, saat satpam tertidur.
O’Brian (Detektif)
Ia tahu posisi kamera dan tahu komputer tidak meminta login.
O’Brian (Detektif)
Dan pelaku itu…
O’Brian (Detektif)
...adalah Pak Yudi Prasetya.
O’Brian (Detektif)
Motif: Menghilangkan bukti keterlibatan dirinya di masa lalu.
O’Brian (Detektif)
Akses: Memiliki kunci dan mengetahui sistem IT lama.
O’Brian (Detektif)
Bukti: Metadata file REVISI.pdf, bekas sepatu di lantai arsip, dan laporan keuangan palsu.
Pak Yudi tertunduk. Ia tidak membantah. Ia hanya berbisik:
Pak Yudi
Saya hanya ingin masa lalu tetap terkubur.
Pak Yudi
Saya sudah memperbaiki segalanya…
Pak Yudi
Tapi Reza terlalu keras kepala…
Terkadang, pembunuhan bukan soal kebencian.
Tapi soal rahasia yang terlalu mahal untuk dibuka.
Rahasia di Balik Meja Direktur”
📍Ruang kerja Pak Julian, 08.02 pagi
Kabut tipis dari sisa hujan dini hari masih membekas di kaca jendela lantai 12. Lampu ruangan temaram
Hanya cahaya dari layar laptop di meja yang menyala sendirian…
Dan tubuh Pak Julian terbujur dingin di sampingnya.
O'Brian (Detektif)
Saya baru tiba.
O'Brian (Detektif)
Tubuhnya dingin, tak ada tanda perlawanan.
O'Brian (Detektif)
Tapi ini… menarik.
Bayu (Petugas Polisi)
Kopi itu, Pak… tumpah di dekat tangannya.
Bayu (Petugas Polisi)
Tapi nggak ada luka, gak ada darah.
Bayu (Petugas Polisi)
Seperti... ya, mati begitu saja.
Bayu (Petugas Polisi)
Mati.
Bayu (Petugas Polisi)
Listrik padam semalam jam 10.
Bayu (Petugas Polisi)
Hujan lebat, sambaran petir juga sempat bikin genset ngadat.
📍O'Brian berdiri sejenak, menatap layar laptop yang masih menyala. Ada satu dokumen terbuka—hanya satu kalimat tertulis di sana, seolah menjadi catatan terakhir.
O'Brian (Detektif)
Laptopnya masih menyala.
O'Brian (Detektif)
Lihat ini...
“Dia tidak pernah minum kopi tanpa gula. Tapi tadi malam… dia meminumnya.”
Bayu (Petugas Polisi)
Hah?
Bayu (Petugas Polisi)
Maksudnya gimana, Pak?
O'Brian (Detektif)
Terdengar seperti pesan.
O'Brian (Detektif)
Kalimat ini... terlalu pribadi.
O'Brian (Detektif)
Dia tahu ada yang tidak beres dengan kopinya.
Bayu (Petugas Polisi)
Pak Julian punya alergi ya?
O'Brian (Detektif)
Ada kemungkinan Alergi parah terhadap pemanis buatan, bukan gula.
O'Brian (Detektif)
Kalau seseorang menaruh pemanis itu… bahkan satu sendok bisa membunuhnya.
Bayu (Petugas Polisi)
Jadi ini… pembunuhan?
O'Brian (Detektif)
Belum bisa disimpulkan
O'Brian (Detektif)
Tapi motifnya… mungkin tersembunyi di balik rasa manis yang salah.
Bayu (Petugas Polisi)
Ini daftar terakhir yang berinteraksi dengan korban
Bayu (Petugas Polisi)
Pertama Mira, asisten pribadi. Biasanya yang buatkan kopi. Tapi kemarin sore pulang cepat karena sakit kepala.
Bayu (Petugas Polisi)
Kedua Dimas, Kepala IT. Beberapa hari lalu sempat ribut dengan Julian soal proyek yang dipotong anggaran.
Bayu (Petugas Polisi)
Yang ke tiga Clara, Kepala HRD. Dikenal dekat dengan korban, tapi minggu ini sempat adu argumen soal rencana PHK besar-besaran
O'Brian (Detektif)
Mulai dari Mira
O'Brian (Detektif)
Siapkan ruang wawancara.
O'Brian (Detektif)
Saya akan lihat apakah kepalanya benar-benar sakit… atau ada yang lebih dari itu.
📍Langkah O’Brian menggema di lorong marmer gedung, menuju ruang kecil di lantai bawah tempat saksi akan diperiksa. Di balik sorotan matanya yang tenang, misteri mulai merangkai benang-benang tersembunyi.
📍Ruang wawancara internal, pukul 09.12 pagi.
Cahaya dari lampu LED di langit-langit menyinari meja besi di tengah ruangan. Suasananya hening, hanya terdengar dengung AC. Mira duduk di seberang O’Brian, jemarinya saling menggenggam, gelisah.
O'Brian (Detektif)
Terima kasih sudah datang, Mira.
O'Brian (Detektif)
Kamu pulang lebih awal kemarin?
Mira (Asisten Pribadi)
Iya, Pak. Kepala saya pusing sejak siang.
Mira (Asisten Pribadi)
Saya pamit jam 4 sore, ada laporan juga di HRD.
Mira (Asisten Pribadi)
Bisa dicek.
O'Brian (Detektif)
Kopi terakhir untuk Pak Julian…
O'Brian (Detektif)
siapa yang menyiapkannya?
Mira (Asisten Pribadi)
Biasanya saya.
Mira (Asisten Pribadi)
Tapi kemarin saya gak buat apa-apa.
Mira (Asisten Pribadi)
Kalau malam, biasanya Pak Julian bikin sendiri.
Mira (Asisten Pribadi)
Atau… Clara kadang datang malam-malam bawa teh.
📍O’Brian mencatat cepat. Dada Mira naik-turun, seperti menahan sesuatu.
O'Brian (Detektif)
Ada alasan kenapa kamu terlihat terburu-buru kemarin sore?
Mira (Asisten Pribadi)
Saya… jujur aja, Pak Julian akhir-akhir ini agak berbeda.
Mira (Asisten Pribadi)
Suka marah tanpa sebab.
Mira (Asisten Pribadi)
Katanya mau ganti asisten.
Mira (Asisten Pribadi)
Tapi saya gak pernah berniat jahat…
📍O’Brian menatap matanya sejenak. Lalu beranjak. Sebuah puzzle kecil mulai tersusun, tapi belum lengkap.
📍Beberapa menit kemudian, ruang server IT, lantai 8. Bau logam dan hawa dingin dari pendingin ruangan menyambut O’Brian. Dimas sedang duduk di depan terminal, matanya sembab tapi tajam.
O'Brian (Detektif)
Proyekmu dipotong Julian?
Dimas (Kepala IT)
Ya. Proyek AI yang saya rancang setahun dipotong setengah jalan.
Dimas (Kepala IT)
Dia bilang... nggak ada dana. Padahal minggu lalu dia baru beli mobil baru.
Dimas (Kepala IT)
Tapi saya nggak sepicik itu, Pak.
O'Brian (Detektif)
Kamu orang terakhir yang pulang?
Dimas (Kepala IT)
Iya. Jam 9 malam saya masih di sini.
Dimas (Kepala IT)
Hujan makin deras.
Dimas (Kepala IT)
Saya ingat
Dimas (Kepala IT)
Sebelum turun, saya lihat Clara naik lift ke atas. Sendiri.
O'Brian (Detektif)
Kenapa tidak bilang dari tadi?
Dimas (Kepala IT)
Saya pikir dia ke ruang HRD...
Dimas (Kepala IT)
Tapi sekarang saya ragu.
📍Lift tua berderit pelan, membawa O’Brian ke lantai manajemen. Pintu ruang HRD terbuka sedikit. Clara sedang menatap jendela, secangkir teh masih hangat di tangannya.
O'Brian (Detektif)
Pagi yang tenang untuk seseorang yang baru kehilangan kolega dekatnya.
Clara (Kepala HRD)
Saya... masih terkejut.
Clara (Kepala HRD)
Kami memang sering berbeda pendapat, tapi Julian itu teman saya.
Clara (Kepala HRD)
Saya bahkan mampir tadi malam untuk membicarakan rencana PHK.
Clara (Kepala HRD)
Dia minta kopi.
Clara (Kepala HRD)
Tapi tidak ada gula.
Clara (Kepala HRD)
Saya tahu dia alergi pemanis, jadi saya gak tambahkan apapun.
📍O’Brian diam. Jantungnya berdetak lebih cepat, bukan karena curiga, tapi karena pernyataan itu…
O'Brian (Detektif)
Tidak ada gula… dan kamu tidak menambahkan apapun?
Clara (Kepala HRD)
Tidak, saya... saya pikir dia tahu itu.
📍Langit mulai cerah di luar, tapi kabut mulai menyelimuti pikiran O’Brian. Clara tahu alerginya… tapi tetap memberikannya kopi tanpa gula. Tanpa menjelaskan. Atau… dengan sengaja menyamarkannya.
O'Brian (Detektif)
(dalam hati)
“Dia tidak pernah minum kopi tanpa gula. Tapi tadi malam… dia meminumnya.”
📍Kini kalimat itu bukan hanya pesan. Tapi sebuah tanda peringatan terakhir.
”
📍Ruang kerja Direktur — pukul 10.15 pagi.
Langit di luar mulai cerah, tapi ruangan masih suram, dipenuhi bayangan tragedi. O’Brian berdiri di hadapan meja tempat Julian terakhir kali duduk. Laptopnya masih menyala, menampilkan kalimat yang menggantung di layar.
💻 “Dia tidak pernah minum kopi tanpa gula. Tapi tadi malam… dia meminumnya.”
📍O’Brian memandang gelas kopi yang kini kering di sisi meja. Di dekatnya, dua sachet kosong terlipat rapi. Ia mengambilnya dengan sarung tangan.
O'Brian (Detektif)
Tidak ada gula. Tapi ada rasa manis.
Dan seseorang tahu betul perbedaan antara gula dan pemanis buatan.
📍Ia melangkah ke laboratorium forensik internal. Bau bahan kimia dan suara detak peralatan menyambutnya. Di sana, teknisi laboratorium menyerahkan hasil uji racun dengan wajah muram.
Teknisi Laboratorium
Tidak ditemukan jejak sianida atau racun konvensional.
Teknisi Laboratorium
Tapi… ada jejak aspartam dalam kopi. Dalam jumlah tinggi.
O'Brian (Detektif)
Dan Julian… alergi berat terhadap pemanis buatan.
Teknisi Laboratorium
Alergi anafilaksis akut.
Teknisi Laboratorium
Detik setelah tertelan, reaksinya bisa mematikan.
O'Brian (Detektif)
Julian sangat teliti dengan minumannya.
O'Brian (Detektif)
Kalau dia sadar kopinya berbeda, kenapa tetap diminum?
📍O'Brian duduk. Matanya menatap sachet kosong yang ditemukan di tempat kejadian. Bukan bungkus gula biasa, melainkan bungkus pemanis buatan. Perlahan, ia menyusun hipotesis.
O'Brian (Detektif)
Hipotesis pertama: Mira kembali diam-diam untuk meracuni. Tapi tidak ada jejak masuknya.
O'Brian (Detektif)
Hipotesis kedua: Dimas sabotase sistem dan racuni kopi. Tapi tak ada jejak digital.
O'Brian (Detektif)
Hipotesis ketiga… Clara.
📍O' Brian membuka file HRD. Tercatat: Clara hadir penuh hingga pukul 21.00 malam itu. Listrik padam pukul 22.00. Dia punya waktu terakhir bersama Julian.
O’Brian melihat catatan medis pribadi Julian—dari laporan tahunan asuransi karyawan.
📄 “Alergi parah terhadap pemanis buatan (aspartam). Reaksi: anafilaksis.”
O'Brian (Detektif)
Dan Clara adalah kepala HRD.
O'Brian (Detektif)
Dia tahu kondisi medis Julian…
📍O'Brian bergegas menuju ruang HRD. Clara sedang menutup laptop, hendak pergi.
O'Brian (Detektif)
Clara, semalam kamu yang terakhir bersama Julian, kan?
Clara (Kepala HRD)
Iya, kami bahas daftar karyawan yang akan di-PHK...
O'Brian (Detektif)
Dan kamu tahu dia alergi terhadap aspartam.
O'Brian (Detektif)
Kami menemukan dua bungkus pemanis buatan di tempat kejadian.
Clara (Kepala HRD)
Aku... aku hanya ingin membuatnya sadar...
Clara (Kepala HRD)
Dia sudah tidak manusiawi lagi. PHK 40 orang begitu saja.
Clara (Kepala HRD)
Aku hanya ingin memberinya pelajaran. Sedikit rasa tak nyaman…
O'Brian (Detektif)
Dan ternyata pelajaran itu… menjadi hukuman mati.
📍Clara meneteskan air mata, tubuhnya lunglai. Tak ada lagi pembelaan.
Langit di luar kini terang sepenuhnya, tapi ruangan itu tetap terasa dingin.
“Kadang... racun paling mematikan tidak datang dari racun itu sendiri,
melainkan dari pengetahuan paling sederhana yang digunakan dengan niat paling gelap.”
Kematian di Kabin Pegunungan
🕰️ Lokasi: Kabin di lereng pegunungan. Udara dingin menusuk. Salju mengubur jalur menuju kabin. Di dalam, perapian menyala, namun tubuh dingin sang penulis membekukan suasana.
Bayu (Petugas Polisi)
O’Brian, kami temukan Ibu Lestari tewas pagi ini.
Bayu (Petugas Polisi)
Tanpa luka terbuka. Tak ada jejak lain di salju. Pintu terkunci dari dalam.
O'Brian (Detektif)
Apakah kau bilang...
O'Brian (Detektif)
Tidak ada jejak sama sekali selain milik korban?
Bayu (Petugas Polisi)
Benar. Salju mulai turun pukul 9 malam semalam.
Bayu (Petugas Polisi)
Tidak ada yang bisa mencapai kabin setelah itu. Seolah dia mati sendiri.
O'Brian (Detektif)
Tidak ada yang mati sambil menulis kalimat seperti ini…
📜 “Aku tahu kau akan datang malam ini.”
(Sambil membaca tulisan di kertas di pangkuan jenazah.)
💭 [O’Brian berdiri di samping tubuh Lestari. Ruangan tenang. Perapian menghangatkan sisi tubuh yang telah dingin. Bau kayu terbakar bercampur aroma tinta.]
O'Brian (Detektif)
Jika ini bunuh diri, mengapa ia menulis tentang orang lain?
O'Brian (Detektif)
Jika ini pembunuhan, pelakunya pasti masuk sebelum salju... atau… ada jalan lain.
Bayu (Petugas Polisi)
Kami punya tiga nama, yang terakhir berhubungan dengannya
Bayu (Petugas Polisi)
Dewi – Editor pribadinya.
Bayu (Petugas Polisi)
Bayu – Teknisi kabin.
Bayu (Petugas Polisi)
Anton – Saudara tirinya.
O'Brian (Detektif)
Mulai dari Dewi. Apa dia punya akses dan waktu?
Bayu (Petugas Polisi)
Bisa jadi... Dia tahu jadwal Lestari.
Bayu (Petugas Polisi)
Tapi saksi bilang dia masih di kota saat badai turun.
O'Brian (Detektif)
Hm… Bayu?
Bayu (Petugas Polisi)
Dia punya kunci cadangan. Pernah masuk ke kabin tiga hari lalu.
O'Brian (Detektif)
Kalau dia datang sebelum badai dan sembunyi, itu berarti dia sangat nekat… Tapi kenapa?
Bayu (Petugas Polisi)
Belum ketemu motif kuatnya.
Bayu (Petugas Polisi)
Tapi dia punya catatan kriminal
💭 [O’Brian melangkah ke rak buku besar di sudut ruangan. Tangannya menyentuh sisi kanan rak, pelan-pelan mengusap kayu tua yang tampak sedikit lebih bersih dari sekitarnya.]
O'Brian (Detektif)
Menarik… Kenapa sisi rak ini tidak berdebu seperti bagian lainnya?
🌨️ Salju terus turun di luar kabin. Angin menderu-deru, menggetarkan kaca jendela tua. Sementara itu, di dalam, keheningan menegangkan menyelimuti ruangan.
Bayu (Petugas Polisi)
Kau menemukan sesuatu di rak buku itu?
O'Brian mengetuk sisi kanan rak.
O'Brian (Detektif)
Dengar ini... berongga.
O'Brian (Detektif)
Dan lihat bagian bawah rak ini: tidak berdebu.
O'Brian (Detektif)
Ada yang menyentuhnya baru-baru ini.
Bayu (Petugas Polisi)
Kau curiga ada ruang rahasia?
O'Brian (Detektif)
Aku tidak mencurigai. Aku yakin.
💭 [Dengan dorongan lembut, rak bergeser. Di baliknya, sebuah lorong sempit terbuka—cukup untuk satu orang menyelinap masuk. Udara dari lorong itu dingin dan berbau tanah lembap.]
Bayu (Petugas Polisi)
Jadi pelaku bisa saja masuk tanpa meninggalkan jejak salju?
O'Brian (Detektif)
Tepat. Ini bukan bunuh diri. Ini pembunuhan.
O'Brian (Detektif)
Dan si pembunuh tahu kabin ini luar dalam.
O'Brian (Detektif)
Baik coba kita analisa lagi
O'Brian (Detektif)
Pertama Dewi – sang editor.
O'Brian (Detektif)
Dewi sering bertengkar dengan Lestari soal naskah dan royalti.
O'Brian (Detektif)
Ia tahu jadwal Lestari dan mengeluh pada rekan kerja tentang ingin “membungkamnya selamanya”.
O'Brian (Detektif)
Kedua Bayu
O'Brian (Detektif)
Bayu baru beberapa hari sebelumnya memperbaiki pemanas air di kabin. Ia memiliki kunci cadangan dan tahu titik-titik buta di rumah itu. Ia juga memiliki catatan kriminal.
O'Brian (Detektif)
Terakhir Anton
O'Brian (Detektif)
Pernah terlibat sengketa warisan dengan Lestari.
O'Brian (Detektif)
Tinggal di vila lama... yang terkoneksi lewat lorong bawah tanah ke kabin ini!
Bayu (Petugas Polisi)
Kau menyiratkan... Anton masuk lewat lorong itu?
O'Brian (Detektif)
Bukan cuma itu. Lihat perapian itu. Kayu yang terbakar tidak penuh.
O'Brian (Detektif)
Ada bara lama… artinya perapian dimatikan sebentar, lalu dinyalakan ulang.
O'Brian (Detektif)
Mungkin untuk menyembunyikan waktu kematian.
💭 [O’Brian menatap jam antik di dinding. Jarumnya berhenti di pukul 11:07 malam.]
O'Brian (Detektif)
Korban menulis catatan “Aku tahu kau akan datang malam ini.”
O'Brian (Detektif)
Artinya dia sudah tahu siapa pelakunya.
O'Brian (Detektif)
Kemungkinan, itu seseorang dari masa lalunya. Seseorang yang tahu dia sendirian, dan tahu cara masuk tanpa diketahui…
Bayu (Petugas Polisi)
Tapi tak ada bukti kuat untuk Anton... belum.
O'Brian (Detektif)
Beri aku waktu. Aku akan buktikan: Anton masuk ke sini tanpa jejak.
O'Brian (Detektif)
Dan Lestari tahu itu adalah dia… sebelum mati.
🌨️ Badai salju mulai mereda. Tapi suasana di dalam kabin memanas. O’Brian memeriksa lorong rahasia dengan senter kecilnya. Udara dingin dan lembap menyengat hidung, aroma jamur dan tanah tua menggantung berat.
Bayu (Petugas Polisi)
Lorong ini… ke mana arahnya?
O'Brian (Detektif)
Keluar ke belakang vila tua milik Anton.
O'Brian (Detektif)
Ini bukan jalan darurat biasa, ini dibuat sejak lama, hanya orang tertentu yang tahu.
💭 [Mereka tiba di ujung lorong, di balik rak kayu di ruang bawah vila Anton. Di sana, debu tampak terganggu. Ada jejak sepatu samar.]
Bayu (Petugas Polisi)
Kita tidak bisa tuduh dia hanya karena lorong ini…
O'Brian mengamhil sesuatu diujung pintu keluar lorong
O'Brian (Detektif)
Kecuali... ini.
💥 [Sebuah manik-manik kecil dari gelang khas Lestari. Ada noda darah kering di sisinya.]
O'Brian (Detektif)
Lestari selalu mengenakan gelang kayu itu.
O'Brian (Detektif)
Tapi saat ditemukan, gelangnya hilang satu butir.
O'Brian (Detektif)
Dan ini... terselip di dekat rak belakang rumah Anton.
Bayu (Petugas Polisi)
Dia membunuh lalu kabur lewat lorong ini...
O'Brian (Detektif)
Dan pura-pura datang pagi harinya bersama kami.
O'Brian (Detektif)
Tapi Lestari sempat menuliskan pesan: “Aku tahu kau akan datang malam ini.”
Dia tahu Anton belum bisa memaafkan masa lalu.
📂 Hipotesis O’Brian:
✔ Anton masuk kabin lewat lorong rahasia sekitar pukul 11 malam.
✔ Ia mematikan perapian agar suhu turun—menyesatkan waktu kematian.
✔ Lestari sempat berkonfrontasi—mungkin minta damai. Tapi Anton gelap mata.
✔ Ia memukul kepala Lestari dengan benda tumpul—kemungkinan vas batu di pojok ruangan.
✔ Sebelum tewas, Lestari menjatuhkan manik dari gelang sebagai isyarat terakhir.
Bayu (Petugas Polisi)
Dan sekarang… dia berpikir badai menutup semua jejak.
O'Brian (Detektif)
Tapi lupa satu hal: kebenaran tidak bisa dikubur di bawah salju.
🌫️ [Beberapa jam kemudian, Anton dibawa ke kantor polisi. Ia terdiam saat manik-manik itu ditunjukkan. Tak berkata sepatah pun.]
Bayu (Petugas Polisi)
Kau selalu tahu caranya memecahkan teka-teki, O’Brian.
O'Brian (Detektif)
Kebenaran selalu meninggalkan jejak. Kita hanya perlu tahu di mana mencarinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!