NovelToon NovelToon

Istri Cantik Mafia

Bab 1

"Dasar bodoh.! anak tidak berguna! Tidak tau diuntung.!!" Seolah tidak puas mencaci maki putrinya Andrian Mahendra menjambak, menampar dan menendang Lyanna. Kondisi Anna sangat menyedihkan, tapi apa Andrian menyesal? Tidak! Tidak sama sekali! Menurutnya ini adalah hukuman yang setimpal untuk anaknya yang sudah pandai mencuri.

Wajah Andrian merah penuh amarah saat ini. Panas di tangannya membuktikan bahwa tamparan itu bukan tamparan main-main. Tamparan bolak-balik di pipi kanan dan kiri, bahkan tubuh Lyanna terhempas dan kepalanya terkena sudut meja mengakibatkan kepalanya berdarah.

Lyanna menangis, tubuhnya meringkuk di lantai dengan sakit di sekujur tubuhnya tapi tidak ada yang lebih menyakitkan daripada hinaan daddynya.

"Aku mohon ampuni aku daddy.." Air mata membasahi wajah cantik Lyanna. Namun sekacau apapun penampilan Lyanna tak membuat kecantikan gadis itu luntur, mata bulat jernih berwarna biru yang merupakan genetik dari ibu kandungnya, juga rambut pirang berkilau yang bergelombang.

"Dasar anak tidak tau diuntung kamu!! Siapa yang mengajarimu mencuri hah!?" Bentak pak Andrian menggema. Kakinya mendekati Lyanna yang masih duduk diam di lantai. Tangannya terulur menarik paksa rambut Lyanna, "katakan siapa yang mengajarimu!!?" Tariaknya. Ia menjambak rambut Lyanna keras.

Sedangkan Lyanna memejamkan matanya merasakan perih di ubun-ubunnya. Rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuh. Lyanna menjerit mohon ampun namun ayahnya tak kunjung melonggarkan jambakan itu.

"Berapa kali Anna jelasin juga daddy ga dengarin.!" Teriak Lyanna. Jujur saja hatinya sangat sakit, bahkan tamparan dan jambakan itu tak sebanding dengan rasa sakit hatinya.

"Anak pembangkang.! Mau di hukum kamu.!! Sini saya tambahin lagi hukumannya." Teriak Andrian mendengarkan bantahan Lyanna. Ia sangat tidak suka anak pembangkang.

Lyanna menggeleng. "Tidak dad.. Ampun! Ampun daddy." Lyanna melindungi majahnya saat sang ayah mengambil cambuk dari gudang.

Ctar!!

Ctar!!

Suara cambuk itu menggema. Lyanna menangis tersedu-sedu merasakan sakit luar biasa di punggungnya. Ingin rasanya ia melawan namun melawan pun akan membuat kemarahan Adrian semakin besar.

"Ini hukuman karna kamu sudah mencuri dan durhaka pada daddy!" Bentak Adrian melemparkan cambuk itu ke lantai.

Lyanna hanya bisa menangis sesegukan. Cambukan itu mengukir indah di punggungnya, baju luarnya sudah compang-camping, darah segar mulai keluar deras.

Seakan buta dengan punggung Lyanna yang terluka, Adrian melangkah pergi meninggalkan Lyanna yang lunglai di lantai.

"Jangan ada yang membantu dia. Ini hukuman buat dia, jika ada yang membantunya saya akan hukum kalian lebih dari yang dia rasakan.!!" Bentak Adrian melangkah keluar.

Tos..

Suara tangan seseorang menyatu menyaksikan hal itu. Wajah mereka tersenyum penuh bahagia. "Rencana kita berhasil ma.!" Ucap Luretta gadis yang hampir sama umurnya dengan Lyanna.

***

"Jangan pakek mobil itu daddy!" Bentak Lyanna saat Adrian membuka mobilnya, 5 menit yang lalu Lyanna melihat Helena si ibu tiri mengotak atik mobil Adrian. Lyanna paham bahwa Helena sedang merencakan sesuatu.

"Daddy mau pergi! Tak punya waktu untuk main-main denganmu!" Ucap Andrian yang membuat Lyanna bingung harus apa.

Meskipun Lyanna baru saja mendapat hukuman dari ayahnya tapi dia tidak membenci Adrian. Lyanna tau bahwa itu semua tidak lepas dari rencana licik Helena.

"Mobil itu rusak daddy! Pakai saja mobilku!." Tawar Lyanna.

"Sudah sayang.. Biarkan saja dia, nanti kau terlambat!" Teriak Helena kesal, Lyanna sepertinya tau rencana liciknya.

Andrian mengangguk, tapi dia bisa merasakan jika nanti terjadi sesuatu yang buruk tapi ia tepiskan sedemikian rupa.

"Berhenti!!" Teriak Lyanna pada mobil Andrian. Tapi Adrian hanya melihat dari spion tanpa mau berhenti, dia harus mengikuti meeting 15 menit lagi.

Tak peduli dengan tubuhnya yang masih remuk dan sakit. Lyanna mengejar mobil daddynya namun sayangnya Andrian tak mendengar membuat ia harus menahan perutnya dan memaki.

Lyanna akhirnya kembali ke rumah dengan lemas. Ia menangis takut Daddynya kenapa-napa.

"Apa yang kalian lakukan pada mobil daddy!!" Teriaknya pada Helena dan Luretta yang masih berdiri disana.

"Hey berani sekali kau bentak saya!" Ucap Helena yang tidak terima dengan kemarahan Lyanna.

"Jika terjadi apa-apa pada daddy kalian penyebabnya!!" Ucap Lyanna menangis. Ia tidak memperdulikan punggungnya yang sakit.

***

Adrian membelalak saat merasakan mobilnya tak terkendali, ia menginjak remnya tapi tak ada fungsinya. Ia kembali menginjak berkali-kali. Ia bahkan menginjaknya secara paksa tapi tak menghasilkan apapun. "Apa-apaan ini! Siapa yang menyabotase mobilku.!" Geramnya tertahan.

Matanya membelalak saat ia merasakan jika Ia melewati tikungan turunan. Nafasnya memburu karena takut. Ia mengingat ketika Lyanna melarangnya, pasti putrinya itu mengetahui sesuatu, harusnya dia lebih waspada dan mendengarkan ucapan Lyanna.

Mobil Adrian turun tak terkendali, disana ia melihat Mobil bus terparkir, "awas.!!" Teriak Adrian berkali-kali.

Dan

bugh...

Mobil itu jatuh ke jurang menghantam bebarapa pohon lalu jatuh ke bawah. Entah sudah bagaimana nasip Adrian sekarang.

Beberapa orang yang menyaksikan itu terkejut dan seketika tempat itu dikerumuni oleh orang banyak.

polisi sudah memenuhi tempat itu, garis polisi sudah dibuat sedangkan Adrian belum juga ditemukan.

Beberapa jam yang lalu..

Adrian merasakan jika Mobil itu melayang di udara membuat ia mengaga. Mobil itu menabrak pohon lalu kembali berguling. Ia melompatkan dirinya kursi belakang lalu menumpukan tubuhnya di kursi. Ia berjongkok menutupi wajahnya dan menunduk untuk menghindari kaca yang sudah berhamburan pecah. Ia bahkan bisa merasakan jika kaca itu menggores kulit kepalanya sedangkan wajahnya Ia tutupi dengan satu tangan.

Tubuhnya terombang ambing menuntun bagaimana mobil itu terguling. Adrian memegang erat kursi itu dengan sekuat tenaga, beberapa kali kepalanya harus terantuk kesana kesini. Luka yang menguasai tubuhnya tidaklah sedikit. Bahkan kepalanya sudah berdarah karena terbentur kaca yang beterbangan dan dinding mobil.

Saat mobil itu berhenti, adrian sudah merasa kepalanya pusing. Perutnya mual akibat terombang ambil di dalam mobil. Dengan nafas yang tersengal-sengal Ia keluar melalui kaca yang sudah pecah. Disana masih ada bekas kaca yang runcing di sisinya membuat tangan Adrian tergores. Tapi Adrian memaksa keluar, dia takut mobilnya itu akan meledak. Ia keluar dengan tangan yang penuh luka dan kepala yang penuh darah. Dan tanpa di duga mobil itu kembali jatuh kebawah lebih jauh tapi Adrian tak peduli.

Hoek.. Hoek...

Ia memuntahkan semua isi perutnya. Yang keluar bukan hanya isi perut tapi juga darah. Ia kembali teringat ketika Ia menghukum Lyanna dan kejadian Lyanna menghalanginya untuk memakai mobilnya. Ia menangis dan merindukan Lyanna, Adrian berharap Ia masih dipertemukan dengan putri semata wayangnya itu.

Bab 2

Handphone di tangan Lyanna terjatuh ketika melihat media sosial. Terasa kakinya menjadi jelly saat ini, wajahnya pias dengan air mata yang tak diminta jatuh sekarang sudah mengelinang bagaikan banjir bandang tanpa aba-aba. Ia memegang apapun di dekatnya untuk dijadikan sanggahan dengan menelan savila kasar di tenggorokan yang mendadak jadi kelu.

"Daddy jatuh ke jurang?" Beo nya tak percaya.

"Ada apa non? Kayak di sinetron aja." Bik Surti, asisten rumah tangga yang setia sejak Lyanna kecil melongok dari dapur sambil tertawa ringan, mengira Lyanna sedang menonton drama.

"Daddy jatuh.." Gumam nya tak jelas.

"Jatuh apaan non.. Jatuh cinta?" Tawa Bik Surti pecah. Dia memang suka bercanda dengan nona muda nya ini.

"Daddy jatuh ke jurang Bik.!! Daddy.." tangis Lyanna pecah, Dia memukuli lantai melampiaskan sesaknya.

Bik Surti terkejut, ia berlari menghampiri Lyanna, memeluknya lalu menuntun gadis itu ke sofa. "Tenang dulu non..tenang..luka Nona belum sembuh, jangan banyak bergerak nanti makin parah."

Lyanna tak menghiraukan Bik Surti, ia berlari mengambil kunci mobilnya dari kamar.

Ia gelagapan tidak tau harus apa selain mengunjungi tempat kejadian.

"Non tunggu! Bibi ikut.!" Bik surti mengabaikan pel an yang belum siap dan berlari mengikuti Lyanna. Bik Surti sudah menganggap Lyanna sebagai anaknya, meski dia hanya seorang pelayan tapi dia memiliki kasih sayang yang tulus pada Lyanna.

"Pelan-pelan non.!" Ucap Bik Surti takut karena Lyanna melajukan mobilnya kencang.

"Bibi tenang aja!! pegangan yang erat! " Ucap Lyanna tanpa mengurangi kecepatan mobil.

Sesampai di tempat kejadian ternyata tim SAR sudah menyelamatkan Adrian dan sudah di bawa ke rumah sakit membuat Lyanna sedikit bernafas lega.

***

"Maaf, pasien kecelakaan dari jurang, atas nama Adrian Mahendra..dimana ya?" tanya Lyanna langsung menghampiri meja impormasi.

Perawat di balik meja impormasi tersebut sedikit terkejut, "Sebentar ya kak, Saya cek dulu data kami..

Nama korban Adrian Mahendra.. Ruang ICU 03..sedang dalam tindakan medis." Jawab perawat itu sambil tersenyum ramah.

"Astaga.. Daddy!" Lyanna nyaris jatuh jika saja Bik Surti tak cepat menopangnya.

"Tenang Non! Kita sudah sampai. Sekarang Tuan Adrian sudah ditangani orang pintar, Tuhan pasti memberi yang terbaik untuk Tuan." Ujar Bik Surti menenangkan Lyanna.

Mereka berdua berlari kecil mengikuti petunjuk perawat hingga tiba di ruang ICU 03.

***

Dua minggu berlalu akhirnya Adrian diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Namun kepulangannya bukan kabar bahagia sepenuhnya, Adrian di fonis mengalami kelumpuhan sementara akibat benturan keras yang di alaminya saat kecelakaan. Tulang punggung dan persendiannya mengalami cidera serius membuatnya harus beristirahat total meninggalkan semua kesibukan dan tanggung jawabnya.

Ia juga harus menerima kenyataan pahit. Diberhentikan sementara dari perusahaan yang selama ini membiayai keluarga nya karena dinilai belum cukup mampu kembali bekerja hingga benar-benar pulih.

Lyanna mendorong kursi roda Adrian memasuki rumah. "Selamat datang kembali di rumah daddy.!!" Ucap Lyanna tersenyum senang. Selama ini ia lah yang menjaga dan merawat Adrian di rumah sakit, ia tidak masalah jika Adrian mengalami lumpuh sementara, Lyanna bersyukur karna Adrian masih bisa diselamatkan dan itu sudah lebih dari cukup untuknya.

"Astaga ini hasilnya!?" Helena datang menghampiri ayah dan anak itu. Selama dua minggu Adrian di rawat dia tidak pernah menginjakkan kakinya ke rumah sakit untuk menjenguk Adrian. "Kenapa nggak mati saja waktu jatuh itu, Adrian!?" Katanya dengan nada menusuk membuat Lyanna langsung mematung.

"Sudah lumpuh, diberhentikan dari kantor, sekarang mau jadi apa? Kepala rumah tangga yang cuman bisa duduk dan menatap langit-langit? Beban!"

" Cukup Mommy!!" Teriak Lyanna menggema. Gadis itu berdiri tegak di samping kursi roda Adrian dengan sorot mata marah.

"Kalau mommy tidak bisa memberi semangat atau sedikit saja empati, lebih baik diam! Daddy tidak pantas diperlakukan seperti itu.!" Suaranya terputus-putus akibat berteriak.

Helena mengangkat alis sinis, "astaga, sekarang anak tiri menguliahi saya tentang rasa hormat!?"

Lyanna mengepalkan tangannya, "dia daddy ku.!Bagaimanapun keadaannya aku akan tetap di sini merawat dan menjaganya. Aku tidak butuh alasan untuk mencintai daddy!! Sedangkan mommy? Dimana mommy yang selama ini bersikap lembut pada daddy? Mommy munafik!!"

Adrian berkedip pelan. Air mata yang tadi ia tahan kini jatuh membasahi wajahnya. Dia merindukan Helena namun seperti inilah wanita ini menyambutnya.

Helena menatap Adrian dari ujung kaki lalu menyeringai licik.

"Kalau daddy mu sudah tidak bisa bekerja lagi maka kau yang akan menggantikan posisi itu! Kau yang akan menafkahi rumah ini mulai sekarang!"

Lyanna menatap bingung. "Apa maksud mommy!?"

Helena melipat tangan, "kau harus mencari uang. Cukup untuk semua kebutuhan rumah ini. Termasuk tagihan, perawatan daddy mu yang menyedihkan itu, dan tentu saja biaya shoping ku dan Luretta." Ucap Helena angkuh, "kalau tidak cukup maka aku akan paksa daddy mu kembali bekerja. Lumpuh atau tidak, terseret- seret pun. Dia harus bisa menghasilkan!"

BRAK!

Adrian yang tak bisa menahan amarahnya melempar pas bunga yang ada di sampingnya.

"Cukup Helena! CUKUP!" Bentak Adrian. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada hinaan Helena padanya dan Lyanna. Dia tak Terima putri semata wayangnya di perlakukan seperti itu. Selama ini Helena bagaikan bidadari lembut dimatanya tapi sekarang dia melihat wujud asli wanita itu.

Helena mendengus, sedikit terkejut karena vas itu hampir mengenai kakinya tapi ia hanya menyilangkan tangan dengan ekspresi congkak.

"Pergi dari hadapan saya sekarang!!" Lyanna segera mengelus bahu Adrian untuk menenangkan pria itu. Daddy nya belum sepenuhnya sembuh dan masih butuh banyak istirahat, tidak seharusnya Adrian langsung marah-marah sekarang.

"saya juga tidak tahan berlama-lama disini! kau dan anakmu sama-sama menyedihkan!" ucap Helena lalu beranjak dari sana.

Bab 3

Dan disinilah Lyanna berada, disalah satu hotel bintang lima. Tidak mudah masuk ke dalam gedung ini, tapi sekarang dia bekerja menggantikan ayahnya sebagai asisten ekslusif Zayden Malik, seorang CEO di tempat ayahnya bekerja.

Lyanna menarik nafas dalam-dalam mencoba mengatasi rasa gugup. Dia tidak terbiasa di tempat keramaian seperti ini. Tempat-tempat orang-orang kaya dan berpengaruh memamerkan status mereka.

Lyanna berdiri di sudut ruangan mengenakan gaun hitam sederhana, mungkin mencolok dengan perannya sebagai asisten ekslusif, bukan sebagai seorang tamu yang datang menikmati kemewahan malam ini.

Lyanna harus bertahan demi mempertahankan status ayahnya, tugas nya adalah memastikan segala kebutuhan atasannya Zayden terpenuhi sepanjang hari.

Zayden pria berusia lima puluhan dengan senyum percaya diri berdiri beberapa meter dari Lyanna. Pria itu sedang berbincang dengan seorang investor kelas kakap. Sesekali Zayden melirik Lyanna, memberi isyarat saat dia butuh sesuatu.

Lyanna melangkah mendekat dengan membawa iPad di tangan. Dia mempraktekkan bagaimana sekretaris Livia mengajarinya selama 3 hari. Dia mencatat jadwal dan rincian percakapan yang harus dia ingat untuk di laporkan pada Zayden nanti.

"Tuan Malik, minuman Anda." Ucap Lyanna sambil menyerahkan segelas minuman whisky pada Zayden.

"Terima kasih." Jawab Zayden singkat sebelum fokus pada pembicaraannya.

"Lyanna!" Panggil Zayden sedikit mengangkat tangan ke arah Lyanna dari sisi ruangan.

Lyanna nyaris tidak sempat menarik nafas panjang sebelum Zayden Malik memanggilnya lagi. Lyanna berdiri di dekat meja kaca mahal yang penuh dengan makanan, namun tentu saja makanan itu bukan untuknya.

"Ya, Tuan?" Lyanna mendekat.

"Aku butuh daftar investor dari proposal yang aku kirimkan 1 jam yang lalu." Ucap Zayden cepat. "Dan minumanku sudah hampir habis, jangan sampai kosong lagi!"

"Baik Tuan, saya akan segera mengurusnya." Jawab Lyanna.

"Dan.."

Belum selesai Lyanna mencatat instruksi pertama, Zayden kembali memanggilnya.

"Tanyakan jadwal ku pada sekretaris Livia setelah acara ini, sepertinya aku ada rapat dengan pemilik yayasan penting. Tolong perjelas dengan sekretaris Livia!" Pinta Zayden cepat.

Lyanna mengangguk lagi, menahan desahannya. Dia tidak menyangka daddy nya bekerja sekeras ini setiap hari.

Lyanna berjalan cepat ke arah bar untuk mengambil minuman baru untuk Zayden, lalu kembali mengetuk iPad di tangan nya mencari nama investor yang Zayden minta.

"Oh, dan satu lagi!" Seru Zayden ketika Lyanna mendekat dengan segelas minuman di tangan. "Hubungi pihak Arcen Group. Sampaikan bahwa saya tertarik membicarakan peluang kerja sama. Atur jadwal meeting secepatnya, minggu ini kalau bisa. Dan pastikan proposal nya sudah kamu siapkan sebelum kamu kirim undangan!"

"Baik Tuan Malik." Ucap Lyanna menambahkan tugas itu ke daftar panjangnya.

Setelah menyerahkan minuman, Lyanna menghela nafas pelan ketika Zayden berpaling dari nya. Wajahnya tampak lelah, namun dia harus tetap bertahan demi membantu pengobatan ayahnya juga kebutuhan rumah. Semua sudah menjadi tanggungjawab Lyanna sekarang.

BRAKK!!

iPad yang dibawa Lyanna jatuh dari tangannya. Dia tidak sengaja menabrak punggung seseorang saat fokus pada iPadnya.

"Maaf Tuan. Saya tidak sengaja.. Saya minta maaf." Lyanna tak berani mengangkat wajah, menatap tubuh tegap pria itu saja sudah membuat Lyanna gemetar ketakutan.

"A-aku, aku pergi dulu." Lyanna tergagap. Dia berjongkok guna mengambil iPadnya yang jatuh.

Lyanna bisa merasakan orang-orang menatapnya. Dia menyesal karna ceroboh.

Pria itu menunduk, tangannya terulur dan mencengkram dagu Lyanna agar mendongak.

"Cepat pergi dari hadapan saya. Jangan menunjukkan wajahmu lagi di depan mataku! Akan ku buat kau menyesal!" Pria itu berbisik tapi penuh penekanan. Ancamannya terdengar tidak main-main. Mata tajam itu menakutkan, Lyanna kehilangan nyalinya.

"Baik, Baik aku akan pergi secepatnya, terimakasih sudah mengampuni ku." Lyanna bergetar, matanya berkaca-kaca menahan tangis.

Begitu pria itu melepaskannya, Lyanna buru-buru pergi dan berjanji tidak akan memperlihatkan wajahnya pada pria menakutkan itu lagi.

"Aku lebih baik berjalan dari pinggiran saja." Gumamnya.

***

Lyanna menyandarkan punggung ke sofa di ruang belakang. Mencoba mengistirahatkan kaki nya yang pegal setelah berjam-jam berdiri dan mondar-mandir memenuhi perintah Zayden Malik.

Dia membuka botol air mineral yang ditemukannya di meja kecil di sudut ruangan dan meneguknya pelan. Kemudian Lyanna menghela nafas cukup berat, cara yang dia lakukan untuk melepas penat.

"Aku tidak paham kenapa kita harus repot-repot mengadakan acara seperti ini!" suara seorang pria terdengar jelas dari balik pintu yang sedikit terbuka.

"Ya, benar!" Tambah seorang wanita, "tapi paling tidak kita bisa melihat siapa yang benar-benar layak di sisi kita, dan siapa yang cuman sebagai beban!"

Lyanna menegakkan tubuh, alisnya tertaut. Rasa ingin tahunya mendorong Lyanna untuk tetap di tempat. Telinganya tajam menangkap setiap kata.

"Orang-orang kelas bawah itu.." Suara pria lain menyela, kali ini lebih lantang. "Mereka memang diciptakan hanya untuk bekerja keras, mereka tidak lebih dari alat untuk melayani kita para konglomerat. Tanpa kita mereka tidak akan tau apa yang akan mereka lakukan dengan hidup mereka."

Tawa pecah, menciptakan gema menyakitkan di telinga Lyanna. Dadanya terasa panas, genggamannya pada botol air minum semakin kuat.

"Oh, jangan lupakan asisten-asisten yang biasa melayani di acara seperti ini" Lanjut wanita itu, "lihat saja mereka! Sibuk berlari kesana kemari seperti semut. Mereka bahkan tidak sadar berapa menyedihkan mereka."

"Betul sekali!" Pria pertama menyahut dengan nada angkuh. "Orang-orang seperti itu tidak punya tempat di dunia kita. Mereka hanya layak duduk di pojokan menunggu perintah!"

Lyanna tidak bisa menahan diri lagi. Tubuhnya menegang, matanya menatap tajam ke arah pintu yang sedikit terbuka. Setelah merapikan gaunnya dia berdiri. Dengan langkah yang mantap Lyanna melangkah ke arah pintu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!