NovelToon NovelToon

Menikahi Pria Asing (Married With Stranger)

bab 1

Zevanya baru saja mematikan mp3 playernya saat pemberitahuan pesawat akan mendarat terdengar, tangannya mencoba sebisa mungkin merogoh sesuatu didalam tas tangan di pangkuannya, senyumnya mengembang saat tanganya menemukan sebuah tongkat lipat sederhana, menjadi buta membuat dirinya lebih peka pada keadaan sekitar, ia tahu bahwa beberapa pramugari telah memperhatikannya sepanjang perjalanan ini.

Pramugari itu mendekat beberapa menit kemudian, menyapanya dengan sopan.

"Biarkan kami membantumu Nona, kami diberi perintah khusus untuk memperhatikan kebutuhan anda"

Zevanya tersenyum tipis, ayahnya pasti sangat mengkhawatirkan keselamatannya hingga ia membuat permintaan khusus untuk pihak maskapai penerbangan.

"Bisakah kau membantuku menemukan jalan keluar? aku masih belum terbiasa menjadi buta" gurau Zevanya, gadis cantik itu bahkan tidak terlihat sedih karena nasib buruk yang menimpa nya, sebaliknya ia terlihat seperti bunga indah yang rapuh, yang membuat semua orang ingin melindunginya.

"Tentu"

Zevanya meraih lengan kecil yang menopangnya dari sisi kanan, sepertinya setengah penumpang sudah mulai turun, ia sendiri berada di kelas bisnis yang lebih sepi, mungkin hanya ada beberapa orang yang baru saja keluar.

"Ayahku pasti sangat mengkhawatirkan ku kan? apakah dia menyuruhmu memperhatikan ku sepanjang perjalanan.. maaf karena sudah merepotkan" Zevanya mulai mengobrol saat berjalan dengan lambat, pramugari disampingnya masih sangat sabar mengarahkan jalan ke pintu keluar.

"Apa? oh kami mendapat perintah langsung dari tuan Aezar" sahut sang pramugari dengan sopan bahkan hanya dengan menyebutkan nama tuan Aezar membuat hatinya berdebar.

"Siapa Aezar? apakah dia asisten baru ayahku?" Zevanya bertanya dengan bingung, dia tidak punya keluarga bernama Aezar, mungkin benar Aezar adalah asisten baru ayahnya.

Pramugari itu bahkan lebih bingung, sejak penerbangan dari singapura dia telah di beri tugas untuk menjaga seorang wanita cantik, semua orang di masakapai mengatakan bahwa gadis itu adalah calon istri dari tuan Aezar, tapi bagaimana mungkin gadis itu bahkan tidak tahu nama calon suaminya sendiri?

"Orang yang menjemput anda sudah ada didepan, Nona biarkan saya membantu anda turun, hati-hati saat menuruni tangga"

"Terimakasih" Zevanya masih tersenyum sumringah, dia tidak sabar kembali ke rumahnya, dokter mengatakan tidak perlu terlalu khawatir karena ia akan dapat kembali melihat setelah menemukan donor mata yang cocok, ia hanya harus menunggu dengan sabar.

Pramugari itu menuntun Zevanya dengan hati-hati, ia tahu bahwa jika gadis cantik ini sedikit saja terpeleset hidupnya pasti dalam masalah, dibawah pesawat ada iring-iringan petugas berseragam hitam yang mencolok, mata mereka fokus pada dirinya dan tentu saja gadis yang sedang ia bantu.

Sepertinya gadis ini memang benar wanita tuan Aezar, bahkan pengawal khusus pun ditempatkan hanya untuk menjaga gadis rapuh ini, tapi mengapa gadis itu sama sekali tidak mengenali tuan Aezar? atau kah dia hanya sedang berpura-pura bodoh.

Dua menit kemudian mereka sampai di pijakan terakhir, bersamaan dengan puluhan orang yang tiba-tiba membungkuk hormat.

"Nona Zevanya, kami ditugaskan untuk menjemput anda, mohon izinkan kami memberi hormat" suara itu begitu tenang dan tegas, Zevanya sendiri baru menyadari bahwa ada setidaknya belasan orang yang berdiri didepannya, dia memegang tangan pramugari dengan gelisah.

"Apa yang terjadi? kenapa ada banyak sekali orang?" tanyanya heran, pramugari itu melirik pada pria di depannya meminta pertolongan, pemuda itu sebaliknya mengangguk tanda mengerti.

"Nona, ayah anda mengutus kami untuk menjemput anda. Beliau sedang ada urusan penting dengan atasan kami" katanya meyakinkan.

"Apakah mereka terlihat seperti gangster? mengapa aku merasa sedikit aneh?" Zevanya mulai curiga bahwa mungkin yang menjemputnya sekarang adalah orang jahat, suara mereka seperti pasukan khusus, meskipun keluarganya kaya namun ayahnya sama sekali tidak punya pengawal seperti ini.

Pramugari itu menahan nafasnya, kembali melirik pria didepannya yang masih berdiri kaku, mana mungkin mereka terlihat seperti gangster, mereka adalah pengawal pribadi keluarga tuan Aezar, mereka semua bahkan tampan, bersih dan enak dipandang. Tidak banyak orang dinegeri ini yang tahu bahwa ada keluarga bangsawan yang setara dengan keluarga kerajaan, sebaliknya para pramugari dan maskapai penerbangan lain tentu saja faham pengaruh orang ini, karena mereka terbiasa melayani para petinggi dan pejabat di dalam pesawat.

"Tidak.. nona percayalah bahwa mereka memang diutus ayahmu, mereka adalah pengawal yang professional bukan orang jahat" pramugari itu sebisa mungkin bertindak tenang, sejujurnya ia juga merasa bahwa gadis ini mungkin akan diculik di depan matanya sendiri, namun siapa yang bisa menghentikan tuan Aezar?

"Bisakah aku menunggu disini saja? aku tahu kalian berniat baik tapi aku benar-benar tidak bisa pergi dengan kalian" Zevanya mundur selangkah, bahkan instingnya sendiri yakin bagaimanapun juga ia tidak boleh ikut dengan orang-orang ini.

Pria itu melangkah maju dengan perlahan, bahlan suara kakinya pun sama sekali tak terdengar, matanya menatap pramugari itu, mengisyaratkan agar ia menjauh.

"Nona, kami tidak akan menyakitimu tapi bagaimanapun juga kami harus membawa anda pergi" bisiknya, sebelum dapat merespon Zevanya merasakan sesuatu menghantam tengkuknya keras lalu ia tak sadarkan diri.

Pria itu memegangi lengannya dengan hati-hati, Maybach exelero hitam mengkilap telah berada di sampingnya, dengan cekatan dan sopan pria itu memasukan Zevanya yang tak sadarkan diri ke kursi belakang, iring-iringan pengawal pun masuk ke dua mobil lain dan meninggalkan lapangan landas dengan cepat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sejak pagi suasana hotel sangat sibuk, hotel telah ditutup untuk umum dua hari, hari ini mereka mendekor ulang seluruh balroom dengan aster putih yang menakjubkan, semua didatangkan langsung dari perkebunan ternama di kota ini, meski pesta besok akan diadakan tertutup namun pesta Aezar tetaplah harus mewah.

Sementara itu sang tokoh utama telah datang sejak sore ini, berbaring dengan tenang di dalam suite paling atas, tidak ada tanda akan terbangun, jam mewah disudut ruangan menunjukan pukul 9 malam, artinya gadis itu bahkan sudah pingsan selama 4 jam, namun dokter berkata itu mungkin wajar karena kelelahan dalam perjalanan di pesawat.

Aezar melirik gadis lemah itu, ada sedikit kepahitan dalam tatapannya, ia masih bergelung dengan nyaman dibawah selimut tanpa mengetahui besok ia akan menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak ia kenal, Aezar berbaring disisinya sambil mengusap alis gadis itu dengan pelan, ia tahu bahwa ia tidak pantas mendampingi gadis ini, tapi jika bukan ia, lantas siapa lagi yang pantas?

"Bagaimana kamu bisa tidur begitu nyenyak saat sedang diculik?" gumamnya geli, senyumnya mengembang di sela dibibirnya yang tipis.

Puas memandangi gadis itu Aezar beranjak mengambil rokok disudut meja tidur, mengambil sebatang seraya berjalan menuju balkon, sekitar 5 menit merokok ponsel di sakunya bergetar, alisnya mengerut tidak suka namun ia masih mengangkat panggilan itu.

"Apa terjadi masalah disana?" tanyanya dengan suara berat, sambil menghisap rokoknya.

"Tidak bos, kami memastikan bahwa pria tua itu tidak akan bisa pergi kemanapun sampai besok"

"baik, aku tidak ingin ada kesalahan apapun"

tut

Menyelipkan kembali ponselnya disaku, ia mulai menatap langit tanpa bintang, mungkin ini akan membuat Zevanya membencinya, tapi ia tak punya pilihan lain, ia harus memastikan Zevanya ada disisinya dengan aman, dan pernikahan adalah satu-satunya cara.

.

.

Minta vote nya dong.. maaciww

bab 2

Zevanya terbangun karena ada suara berisik dari luar, ia sendiri tidak tahu apakah sekarang malam atau siang hari, ia memegangi kepalanya yang masih agak linglung saat suara pintu terbuka pelan, meringsut ke ujung ranjang ia mulai mengingat kejadian kemarin.

Apakah dia memang benar diculik kemarin? tapi ia jelas merasakan sedang berada di tempat yang nyaman, kasur berkualitas tinggi dan aromatherapy yang hanya dapat di temui di hotel kelas atas, mana mungkin penculik membawa nya ke tempat mewah seperti ini.

"Vanya, apa kau sudah bangun?" suara lembut itu memasuki gendang telinga Zevanya, ia tanpa sadar merasa lega tangannya menggapai sosok yang berjalan ke arahnya dengan canggung.

"Ayah.. dimana ini?" Zevanya tidak sabar untuk memeluk ayahnya, berpisah berbulan-bulan membuatnya merindukan sosok tua yang berkharisma itu.

Ayah Zevanya adalah seorang pengusaha berusia 50 tahun lebih, ia memiliki bisnis konstruksi yang cukup maju di kota ini, dengan tinggi sekitar 165 cm, sebenarnya jika dibanding Zevanya dua orang itu tidak punya kemiripan sama sekali, mungkin karena Zevanya lebih terlihat mirip seperti mendiang ibunya.

"Vanya dengarkan ayah, ayah minta maaf karena telah merahasiakan ini dari mu" Zevanya bisa merasakan kalau sosok yang dipeluknya sedang gemetar,

"Untuk apa minta maaf?" tanya gadis itu.

Tidak ada sahutan dari ayahnya, hanya helaan nafas berat yang terdengar.

"Vanya maukah kau menolong ayah?"

"Apa ayah kesulitan? aku pasti akan membantu ayah sebisa mungkin" ayahnya hampir menangis saat melihat putri cantiknya memandangnya dengan kosong.

"Menikahlah dengan Aezar" ujar pak wijaya pelan, dari nadanya ia jelas tidak rela.

Apakah ayah sedang bercanda? ia bahkan belum pulih dari trauma pasca kecelakaan, namun berita ini hampir membuatnya terkena jantung.

"Apa? tapi.. ayah-"

"Dia berjanji akan memperlakukanmu dengan baik, bisnis kita sedang diambang bangkrut, hanya dia satu-satunya yang bisa menolong kita" pak Wijaya menggenggam tangan putrinya, hanya ini cara yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan keluarganya.

Zevanya masih enggan menjawab, jika Aezar adalah orang mampu membantu keluarganya berarti ia adalah orang hebat, bagaimana bisa pria hebat itu menikahi gadis cacat sepertinya.

"Vanya, percayalah Aezar adalah suami terbaik untukmu"

"Aku.. aku bersedia, tapi ayah apakah orang sepertinya mau menerima gadis cacat seperti ku?" air mata Zevanya nyaris jatuh, meski dokter mengatakan dia akan dapat melihat setelah mendapatkan pendonor, namun tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi dimasa depan.

Wijaya melirik seseorang yang tengah berdiri di depan pintu, pria tampan itu menatapnya tajam seolah ia dapat mencabut nyawanya kapan pun ia mau.

"Dia bersedia, kamu sangat cantik.. bahkan jika kamu cacat kamu masih yang paling cantik" ujarnya sedih.

Keduanya berpelukan dengan erat, membuat hati orang yang melihat ikut merasakan sakit dalam keheningan, namun tidak pada Aezar, pria itu bahkan tersenyum mengejek wijaya.

Aezar berbalik tanpa mengungkapkan keberadaannya pada Zevanya yang masih terisak di pelukan ayahnya, sementara pria berpakaian hitam yang menjemput Zevanya tempo hari, menunduk dengan sopan mengikutinya ke dalam suite di seberang.

"Bagaimana menurutmu, bukankah tua bangka itu layak menjadi aktor terbaik?" gumamnya sambil menyesap kopi yang sudah berhenti mengepul.

Matanya menerawang ke arah jendela prancis besar di samping kanan ruangan, sementara berkali-kali alisnya mengerut menahan jengkel.

"Saya yakin suatu hari nanti, Nona akan mengerti" pria bernama Antoni itu masih setia berdiri tegap di samping tuannya, dia adalah pengawal sekaligus asisten khusus Aezar.

"Kau harus belajar memanggilnya Nyonya" sahut Aezar datar.

"Dimengerti"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sudah pukul 15.30 sore ketika penata rias selesai merias wajah Zevanya, membenarkan letak wedding veil yang menjuntai ke bawah, membuat gadis itu tampak seperti peri.

"Lihatlah pengantin kita tampak sangat cantik" pujinya, ia sangat puas pada karyanya yang terlihat tanpa celah ini, meski mata Zevanya tampak sembab namun itu tidak membuat make up nya berantakan, hanya terlihat sedikit rapuh.

"Apa aku cantik?" Zevanya berusaha tersenyum, sepanjang sore ia sudah memikirkan hal ini, ia percaya apa yang ayahnya katakan, suaminya pasti orang baik. bukankah semua orang tua ingin anaknya mendapat yang terbaik? maka jika ini adalah takdirnya Zevanya ikhlas menikah dengan seseorang tak ia kenal sekalipun.

Penata rias itu mengangguk bangga, "tentu saja, Aezar pasti bangga memilikimu sebagai istri"

"Kau mengenalnya?"

"Yahh.. orang tua kami kenal satu sama lain meski tidak akrab" ujarnya lagi.

"Bisa kau ceritakan tentang dia?" Zevanya merasa lucu karena menanyakan perihal calon suaminya kepada orang lain, tapi ia benar-benar ingin tahu tentang pria itu.

"Maksudmu tampangnya? atau sifatnya?" tanya penata rias itu menggoda.

"Semuanya.. sejujurnya aku tidak yakin kenapa dia bahkan tidak menemuiku sejak kemarin" Zevanya merasa gelisah karena ini, bukankah mereka harus saling bertukar sapa sebelum menikah?

Penata rias itu serba salah, matanya melirik ke arah pintu dengan gugup, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka, bahkan membayangkan mata itu menatap mereka tajam. Kenapa dia tidak masuk saja sih? rutuknya di dalam hati.

"Mungkin dia sibuk, tapi tenang saja dia cukup tampan, dia hanya jarang tersenyum" ujar gadis itu menenangkan Zevanya.

Zevanya mengangguk, dia tahu orang seperti Aezar pasti terlalu sibuk meski di hari pernikahan, yang tidak ia tahu adalah Aezar telah menemani nya kemarin dalam diam, sepanjang malam tanpa tidur.

"Kau harus bersiap.. ayo, ayo aku akan membantu mu kebawah"

Dua gadis itu turun ke ballroom, satunya secantik ratu dengan gaun indah bergelombang sedangkan disisinya seorang wanita yang sederhana namun elegan, para tamu yang sedang menikmati perjamuan mendadak terpaku saat pemberitahuan mempelai memasuki ruangan.

Zevanya tidak bisa melihat apapun, namun meski mata itu memandang kosong lurus kedepan siapapun akan setuju bahwa pengantin ini nyaris sempurna.

Langkah kakinya canggung, mungkin karena gugup Zevanya tidak bisa memikirkan apapun selain mengikuti gadis di sampingnya,

Sementara dekorasi ruangan itu sangat sederhana, Aezar telah meminta untuk menghilangkan hiasan apapun yang menghalangi jalan Zevanya, sebenarnya ia ingin suatu saat nanti dapat memberikan pesta kedua setelah Zevanya sembuh, pesta hari ini hanya sebuah tanda agar semua orang tahu bahwa gadis ini adalah miliknya

Pak Wijaya mengenggam tangan Zevanya membawanya ke depan para tamu, Aezar masih menyapa beberapa kolega nya, melihat gadis itu berjalan ke arahnya membuat Aezar tersenyum puas.

"Calon istri mu sangat cantik, Pak"

"Tentu saja" Aezar mengundurkan diri dengan sopan, menghampiri mereka berdua.

"Nak Aezar, bapak titip Zevanya jaga dia baik-baik" Wijaya menyerahkan tangan Zevanya pada pria didepannya

Pria tinggi itu tentu saja adalah calon menantu idaman semua orang, dia kaya, sukses, dan sangat tampan, tapi entah mengapa Wijaya terlihat tidak rela melepas putrinya menikahi Aezar, hanya dia dan calon menantunya yang tahu apa alasannya.

"Aku akan menjaganya seribu kali lebih baik daripada ayahnya" ucap Aezar dingin, namun dibalik suara dingin yang Zevanya dengar sebaliknya ia merasakan tangan hangat yang menggenggam erat tangannya.

Seluruh tubuhnya merasa gelisah, sebentar lagi tangan hangat ini mungkin akan sering menggenggam tangannya, entah kenapa Zevanya merasa hatinya memanas.

.

.

Minta vote nya dong.. maaciww

bab 3

Pernikahan itu berjalan dengan Khidmat, Zevanya baru menyadari bahwa kedua orang tua Aezar tidak dapat hadir karena sedang diluar negeri, namun Aezar berkata untuk tidak mengkhawatirkan apapun.

Sepanjang acara ia terus membayangkan bagaimana sosok suaminya ini, meski suaranya terdengar dingin dan jauh namun pria itu tidak pernah melepaskan genggaman tangannya membuatnya merasa aman.

"Jangan pergi kemanapun, tetap disini.. aku akan menelfon sebentar" bisik pria itu lembut, Zevanya menggigit bibirnya kemudian mengganguk pelan.

Tangan pria itu melepas Zevanya dengan enggan, pergi ke sudut ruangan yang sepi sebelum mengangkat telfonnya yang bergetar tiada henti.

"Bu," jawabnya serak, alisnya mengerut saat teriakan dari ujung sana terdengar.

"Kamu membohongi orang tua mu sendiri?" suara wanita paruh baya bernada tinggi itu terdengar.

"Aku akan menjelaskan setelah kalian pulang" Aezar tetap mempertahankan sikapnya yang tenang dan anggun.

"Aezar Wiguna!! apa kau ingin ibumu kena serangan jantung disini, kau menikah diam-diam tanpa memberitahu kami, kau bahkan sengaja mengirim kami liburan ke luar negeri" wanita itu menjerit histeris, dibelakangnya ada suara pria yang mencoba menenangkannya.

"Kau bersekongkol dengan putramu, kan?" kali ini omelan itu tidak ditujukan untuk Aezar tapi pada suaminya disana.

"Bu, aku tau kau pasti tidak akan mengizinkanku menikahi gadis selain Dara, tapi percayalah Zevanya adalah istri yang terbaik untukku" Aezar sedikit menahan suaranya, dia tahu ibunya bukan orang jahat, hanya saja ia terobsesi menjodohkannya dengan Dara.

"Terbaik apa yang kamu maksud? dia hanya gadis buta dari keluarga yang berantakan"

Aezar menggenggam ponselnya dengan erat, mendengar hinaan ibunya membuatnya merasa marah.

"Aku akan menelfon lagi, selamat menikmati liburanmu bu" dia mematikan ponselnya, lalu berbalik melihat gadis yang masih duduk dengan tenang di kursi, semua orang tampak ingin mendekatinya namun tidak ada yang berani melangkah.

Aezar berjalan menghampiri gadis itu lagi, ia meraih tangan Zevanya sebelum berbicara dengan serius.

"Aku akan pergi beberapa hari karena bisnis, aku harap kamu patuh menunggu ku di rumah baru kita" ucapnya ragu, tidak ia tidak ingin meninggalkan gadis ini tapi ada kekacauan besar yang harus ia selesaikan.

Zevanya mendengarkan dengan tenang, sebelum akhirnya mengangguk dengan patuh.

"Kalau begitu, ayo istirahat. aku tau kamu lelah seharian ini" Aezar mengirimkan kode pada Antoni yang kemudian menginstruksikan para tamu untuk meninggalkan acara, berjalan mengawal tuannya menuju lift ke suite atas.

Zevanya lagi-lagi merasa gelisah, tangan yang digenggam Aezar dari tadi pun sudah banyak mengeluarkan keringat karena gugup, bagaimanapun juga ia hanyalah gadis polos yang belum memikirkan tentang pernikahan

"Tidak usah takut, aku tidak makan manusia" pria itu berbisik pelan membuat wajah Zevanya semakin panas.

"Aku punya penyakit, tanganku selalu berkeringat banyak" gadis itu tersenyum canggung, ia tidak tahu bahwa suaminya ternyum lebar setelah menggodanya.

Beberapa detik kemudian pintu lift terbuka dan Aezar menuntunnya keluar, berjalan beberapa langkah hingga tiba di suite yang Zevanya gunakan berberapa hari ini.

Mengeluarkan kartu akses ia membuka pintu untuk istrinya,

"Terimakasih"

"Aku akan menyiapkan air hangat untukmu, tolong jangan bergerak sampai aku kembali" Aezar hendak ke kamar mandi saat gadis itu memegang lengannya dengan erat.

"Kenapa?" Zevanya bertanya dengan linglung, "Kau takut aku cukup bodoh dan jatuh karena aku buta?"

"Apa maksudmu?"

"Kau bersikap seolah aku bisa menghancurkan apa saja jika aku bergerak" protes Zevanya, Aezar menatapnya heran yang ia takutkan adalah sebaliknya, Zevanya akan terluka jika menabrak sesuatu, ada apa dengan cara berfikir istrinya ini?

"Ya, kau mungkin menghancurkan sesuatu yang berharga" ujar Aezar,

"Ka**ki cantikmu, misalnya" tambahnya dalam hati.

"Maaf jika merepotkanmu, aku akan diam kalau begitu" Zevanya menggaruk tengkuknya, apa aku benar-benar tidak berguna? desahnya.

"Hmm.. kau harus diam dan jangan bergerak jika tidak ada orang disampingmu, mengerti?" Aezar mengetuk kening istrinya, sebelum berbalik dengan senyum tipis.

Aezar menyiapkan piyama Zevanya sebelum pergi keluar sementara Zevanya langsung tidur nyenyak setelah mandi, ia bahkan lupa bahwa malam itu adalah malam pertama pernikahannya, Aezar tidak terlihat diruangan, entah kemana lelaki misterius itu pergi kali ini, karena ia baru kembali pukul 3 pagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Zevanya diantar ke sebuah villa mewah di pinggiran kota, sementara Aezar akan pergi sore hari setelah membereskan beberapa dokumen.

Sepanjang perjalanan mereka hanya sibuk dengan fikiran masing-masing, Aezar bergulat dengan ipadnya sedangkan Zevanya memilih mendengarkan lagu di radio dengan earphonenya, semenjak kecelakaan itu ia punya hobi mendengarkan radio.

Kehilangan penglihatan membuatnya lebih banyak menggunakan telinganya untuk memahami sesuatu, Aezar melirik gadis yang duduk dengan tenang di sebelahnya, matanya yang kosong, bibirnya yang tipis dan poni rambutnya yang sedikit berantakan menjadi sebuah pemandangan indah.

Bagaimana ia bisa seberuntung ini memiliki Zevanya disisinya.

"Baiklah kau harus menyimpan ini, karena kita sudah sampai" Aezar mencopot earphone Zevanya kemudian meletakannya di tas.

Antoni membuka pintu mobil dengan segera, sementara Aezar membantu Zevanya turun.

"Atas perintah Pak Aezar kami telah merenovasi kamar bawah" suara wanita sopan terdengar, Aezar mengangguk dan membawa Zevanya ke sebuah kamar di sebelah kanan ruang tv.

"Kamar utama ada di atas, tapi karena terlalu bahaya kita akan pakai kamar tamu sementara, kau tidak keberatan kan?" tanya Aezar.

Zevanya meraba dinding dingin dan tiba di sebuah ranjang besar "Aku bisa menjaga diriku sendiri, kau tidak perlu khawatir" katanya kemudian.

"Nyonya terlihat sangat cantik, dimasa depan aku akan melayani nyonya dengan baik" suara wanita itu terdengar lagi, Zevanya hanya tersenyum ramah.

"Aku harap tidak merepotkanmu"

"Tentu tidak, aku akan kedapur menyiapkan makan siang" ujarnya sebelum akhirnya berbalik meninggalkan mereka berdua.

Aezar duduk di sofa sambil memperhatikan Zevanya yang asyik demgan ranjang barunya "kau boleh berlarian disini" katanya, melihat Zevanya mulai terbiasa di sampingnya membuat suasana hati Aezar membaik.

Zevanya terkekeh, pria itu pasti sedang berusaha meledeknya "Aku bukan anak kecil"

"Disini tidak ada barang mahal, ada pegangan di setiap sisi dinding.. kamu bisa berjalan-jalan, tapi jangan naik tangga" tambah pria itu, ia memang susah mempersiapkan segala yang dibutuhkan Zevanya disini.

"Kenapa kau baik sekali?" tanya Zevanya penasaran, sejujurnya ia tidak mengharapkan suaminya begitu baik, bagaimanapun pernikahan ini hanyalah kesepakatan bisnis.

"Karena kau istriku" jawab pria itu santai.

Zevanya tidak tahu alasan mengapa ia merasa pipinya memanas, apakah karena pria itu memanggilnya istri dengan begitu akrab, apakah mereka sebenarnya saling kenal? tapi ia sama sekali tidak ingat punya teman bernama aezar.

"Apa kau mengenalku sebelumnya?" tanyanya lagi.

"Hmm.. kau cukup terkenal" Aezar menyeringai, kalau saja wanita itu bisa melihatnya sekarang, apakah dia masih mengingat atau melupakannya.

.

.

.

Minta vote nya dong.. maaciww

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!