Jakarta, 2 Desember 2019.
Akhir tahun yang menjadi awal. Hari senin dengan hem putih dan celana kulot hitam.
"Hallo, Desi!!" teriak Mirna dengan kencang ke luar pintu.
"Kok, Desi? Aku Nila, Mir," Nila berdiri di depan pintu, menyahut dengan ekspresi menyungut sambil tengok kanan-kiri yang memang hanya ada dirinya saja.
"Ya, Desi..si bulan Desember...Uhuyyyy...!! Akhirnya kita dapat kerjaan baru dengan circle yang baru," kata Mirna dengan gembira.
"Ya, ampun woyyy, Mirnos...aku kira apaan. Pokoknya first day ini harus jd hari yg berkesan buat kita berdua! Yeah...cihuyyy!!" teriak Nila.
Keduanya bagai terlahir kembali setelah 2 tahun suntuk bekerja pada sebuah perusahaan yang tidak pernah berpihak kepada kemakmuran karyawannya.
Kali ini mereka diterima di sebuah perusahaan elektronik di Jakarta di bagian PPIC.
Hari pertama adalah training di meeting room . Di sanalah semua trainee mendapatkan sosialisasi & pengenalan tentang perusahaan itu sendiri, barang produksi, SOP, & masih banyak lagi. Di situ hanya ada 10 orang saja. Bagian PPIC dan beberapa admin produksi yang akan di tempatkan di 3 lantai.
"Setelah istirahat nanti akan saya tunjukkan tempat kerja kalian. Bagian PPIC bisa mengikuti saya, sedangkan untuk admin nanti akan dipandu oleh leader-leader produksi," kata Pak Barata.
Pak Barata sendiri adalah HR bagian rekrutment. Orangnya masih muda sekitar 35 tahunan , cakap & sangat ramah.
"Aku mencari kandidat calon bapak untuk anak-anakku seperti beliau," bisik Nila kepada Mirna.
"Eaaakkk...ide bagus!" jawab Mirna.
"Cauuuu.. aku lapar banget," kata Nila.
"Iya,nih.." sahut Mirna.
Kemudian para trainee pergi ke kantin pada break jam pertama. Antrian katering belum panjang.
Dari pintu selatan datang gerombolan cowok yang tinggi dan tampan.
"So charming," gumam Mirna dalam hati.
Tumhiho..ab tumhiho zindeghi ab tum hihooo...
Sebuah lagu India mengalun pada situasi yang tepat. Romantis dan membuat hati Mirna tersentuh. Musiknya bikin baper.
Mirna terus memperhatikan salah seorang pria tersebut sambil terbawa suasana romantis di kantin.
"Surya Aji Wijaya." Mirna membaca ID Card pria tersebut.
"Pak Surya mau menu apa?" Tanya salah seorang temannya.
"Aku mau rumput ilalang itu bro." Suara itu mengalun lembut sampai ke telinga Mirna.
"Suaranya seksi, subhannallah..astaghfirullah," gumam Mirna.
"Oaalaah kangkung itu pak, kok ya jadi rumput ilalang," sahut temannya dengan begitu polos.
"Oh, My Godness.." Mirna dan Nila menahan tawa.
Mereka terperanjat ketika tahu bahwa yang dimaksud adalah oseng kangkung.
Hiperbola sekali untuk sebuah kangkung.
"Apakah di dunia engineering kangkung berganti nama menjadi rumput ilalang? Aku bisa menangis tujuh turunan."
Seorang wanita menyahut dengan logat Bataknya sehingga semua yang mendengarnya tertawa.
Setelah mengambil menu kemudian Mirna dan segerombolan teman-teman barunya mencari bangku kosong.
"Cool...Kamu lihat wajah mereka, Mir... glowing, splendid, shinning, & shimmering. Whoaaaaa.." bisik Nila.
"Aku setuju samamu..!" sahut Mirna.
"Rumput ilalang.." bisik Mirna dengan lirih, sepertinya keceplosan.
"Apa?" sontak tanya Nila keheranan.
"Engga, ayo makan!" Mirna mengalihkan.
Dipandanginya dari kejauhan, namun masih tetap menawan dan membuat Mirna tertarik.
Ia berharap bahwa lelaki itu masih single.
"Kakak dengar tadi Pak Surya menyebut ini apa? Rumput ilalang. Bisa rusak generasi Hutagalung, kakaaa..!" masih ada beberapa kalangan membahas kata-kata Pak Surya.
Ini bisa trending topik. Sontak beberapa cewe yang mendengarnya ikut tertawa kecil.
Sebenarnya, akulah si rumput ilalang itu. Tidak terlihat sebagai bunga yang mampu menawan kedua matamu.
Hari ke 2 di back line pukul 07.00 WIB. Briefing pagi bersama team produksi departemen Lighting dan perkenalan.
Semua membentuk lingkaran dengan leader sebagai pusat. Semua mendengarkan apa yang disampaikan leadernya. Arumy sebagai leader berusia 33 tahun namun masih berstatus single.
Karakter kepemimpinannya dapat dilihat dari cara ia berkomunikasi dengan orang-orang.
Saat briefing berlangsung, terlihat dari pintu masuk seorang pria gagah rupawan membuka pintu.
Beberapa pasang mata tersita oleh kehadirannya, termasuk Mirna.
"Rumput ilalang.." bisik Mirna dalam hati. Kedua pipinya menjadi pink seketika.
Diam-diam Nila memperhatikan ekspresi Mirna yang tersipu malu.
"Dasar, betina..!" gumam Nila matanya tersorot kepada Mirna yang masih baper keasikan melihat Pak Surya.
Beberapa saat kemudian Arumi mengakhiri briefing pagi itu, lalu menahan Mirna, Nila dan Ayana anak yang akan menjadi Adm baru.
"Mas Robin!" Arumi memanggil seseorang.
"Kenapa kak Ar?" Tanya Robin.
"Mereka berdua anak PPIC, mulai sekarang traininglah mereka. Aku serahkan padamu mas Robin! Tadi kutahan dulu mereka di sini biar sekaliannya pas Mas Robin lewat. Makasih,ya!" kata Arumi.
"Woke siap....!" Kata Robin.
"Ikuti saya, ya!" kata Robin.
"Iya, Pak." jawab Mirna & Nila. "Panggil saja "mas" , guys. Dengan begitu tidak akan membuat saya terlihat tua," kata Robin.
Kemudian mereka sampai di Departemen PPIC yang agak sempit. Oh tidak. Itu terlalu luas.
"Ini ruangan kita. Perkenalkan, nama saya Robin.
" Saya yang akan mentraining kalian. Untuk sementara ini kalian akan berada di shift pagi. Setelah ujian sertifikasi , kalian baru bisa mengikuti shift." tutur Robin.
"Ikuti saya ke ruang meeting guys," kata Robin.
Lalu keduanya mengikuti. Di atas meja sudah ada laptop dan proyektor.
"Tolong perhatikan layar ya! Di sana ada struktur organisasi Departemen PPIC. Oiya kalian tidak perlu mencatat. Saya sudah menyiapkan hand out untuk kalian." kata Robin.
"Terima kasih," kata Nila.
"Sama-sama," kata Robin.
"Terima kasih," kata Mirna.
"Sama-sama," kata Robin.
"Jadi guys siapa yang sudah pernah bekerja di bagian PPIC?" tanya Robin.
"Belum pernah," kata Mirna.
"Belum pernah juga," kata Nila.
"Kalian beruntung... Tuhan memberikan kesempatan kepada kalian untuk bisa bertemu dengan saya. Jangan pusing ya." kata Robin.
"😁😁." Mirna dan Nila.
"Adakah yang bisa menjawab apa singkatan dari PPIC?" tanya Robin.
"Production Planning & Inventory Control," jawab Mirna.
"Aha...yups! Tapi kadang orang-orang mengartikan departemen ini cukup menyebalkan yaitu Pura-Pura Ingin Curhat." kata Robin.
AHAHHAHHAHH. Anak-anak tertawa.
"Kalian tahu mengapa? Kami selalu bisa membujuk orang untuk curhat 😆😉," kata Robin.
"Pertama-tama nih, kita kasih umpan. Kemakan kan, habis itu pasti deh mereka pada curhat. Eh, bercanda ya. Tapi tips ini bisa dipakai loh kalau kalian lagi kepo sama seseorang," kata Robin.
"Beda ya sama orang HR yang lebih ingin menjadi pendengar yang baik dan memberi solusi yang tepat😅," kata Nila.
"Wah, bencana kalau ketemu manusia semacam ini ya," kata Mirna.
"Bener banget 😅," sahut Nila.
"Dan menurut penelitian membuktikan bahwa, hasil kepo bisa digunakan untuk survive atau bertahan hidup dimanapun. Khususnya jika kalian mau permanen😂," kata Robin.
Wiiiiinkkk😉.
???🙄🙄😏😑 ( ekspresi Nila dan Mirna).
😂😂😂😂😂 (Jurus Permanen)
"Okay kembali ke laptop. Jadi PPIC adalah merencanakan produksi dan mengontrol kebutuhan bahan bakunya," jelas Robin.
"Production Planning ga cuma sekedar merencanakan. TAPI!! Harus mengetahui kebutuhan bahan yang akan diproduksi yang mana departemen kita telah mengetahuinya berdasarkan informasi dari Dept.R&D yaitu formulasi product," lanjut Robin.
"Nah, dari sini kita dapat menghitung kebutuhan bahan baku yang harus disediakan sesuai dengan berapa banyak yang akan diproduksi," Jelas Robin.
"Kita juga harus bisa meminimalkan persedian bahan baku yang ada di Dept.Warehouse," Kata Robin.
"So.. so..., penempatan di gudang jadi lebih efektif dan dapat menekan biaya penyimpanan dan pembelian bahan baku. Itulah bagian dari inventory control," Robin menjelaskan.
"Cute banget pas bilang so..so.." bisik Nila sampai melongo.
"Iya..hihii😂," sahut Mirna.
"Sampai sini jelas ya Nila & Mirna?" tanya Robin.
"Jelas mas!" jawab mereka.
"Agar pekerjaan PPIC dapat berjalan lebih efektif dan efisien kita harus mempelajari ini..silahkan dibaca dulu nanti saya jelaskan. saya kasih waktu 5 minutes ya. Ingat bukan grup band ya. Vokalisnya Richie ya." kata Robin
"Aku takut kehilanganmu bila aku jujur padamu ..🎶." Robin menyanyi.
"Aku benci bila harus jalani hidup tanpa dirimu..🎶🎤🎤." Lalu mereka bertiga menyanyi bersama. (Nice banget😉)
A few momment later...
"Aku takut kau meninggalkankuuuuuuuuu...U..u..u..u..u..🎶." Seorang leader produksi membuka pintu lalu masuk ikut menyanyi. Lalu mereka bertepuk tangan.
"Ya bagus guys apresiasi untuk diri sendiri..it's ok to be not ok!😉" kata Robin.
"Sebentar guys ya saya mau bicara sama Kak Emma. Emmanuela Florita Sinaga." kata Robin.
Mirna dan Nila mengangguk.
"Seru banget ya sumpah!" kata Mirna.
"Iya loh, sumpah. Ini keren banget sampe nyanyi-nyanyi. Enjoy kita jadi ga spaneng kan," kata Nila.
"Bener banget!" kata Mirna
"Kembali ke laptop guys!!" Robin masuk ke dalam ruangan.
Robin mulai menjelaskan menggunakan konsep-konsep dasar. Ia cukup cakap, ramah dan humoris.
Ia menjelaskan dengan sangat detail mengenai pekerjaan-pekerjaan di PPIC yang wajib mereka ketahui.
Oiya di sini masih ada lagi senior kalian, yaitu Welfran, Azim, dan Kayna. Mereka lawan shift kita. Mereka shift 2nd. Nanti kalian pasti akan kenal," kata Robin.
Lanjut lagi ke SOP. Kemudian Robin membacakan SOP , ia membagikan kertas kecil berisi SOP.
"Simpan baik-baik , saat ujian sertifikasi nanti akan ada beberapa pertanyaan muncul mengenai itu," kata Robin.
Ia juga mengajari bagaimana melakukan inventory, input data & cara mentransfer barang ke line produksi.
Saya akan membawa kalian ke Gudang barang.
"Woooooow..." Mirna dan Nila terpana dengan gudang yang cukup luas , rapi & bersih sekali.
"Kenapa? Kalian takjub ya? Anak gudang harus rapi dan bersih," kata Robin.
"Tentu tak luput dari kerja sama dengan CS kan?" sahut Nila.
"Tepat sekali!" sahut Robin. (senyumnya manis)
"Ouwooohhh..." Nila dan Mirna terhipnotis oleh senyumnya.
"Hey, hentikan senyuman mautmu itu. Kau membuat mereka terperdaya!" seseorang berada di pintu masuk gudang sambil menenteng tangan.
"Ouhohhh... Pak, anda menghalangi jalan masuk troli. Jangan fitnah,Pak. Resiko menawan dari lahir dan keren sejak USG," kata Robin menyombong.
"Wah, sepertinya kamu sedang menyombong. Aihhh ckck," kata Pak Jay. Supervisor yang berusia 40 tahun itu.
"Guys, kita abaikan keramah-tamahan supervisor Jay dulu ya. C'mmon!" Robin mengajak anak-anak keliling gudang.
Pak Jay hanya tersenyum mlengeh melihat ke arah Robin.
Ia menunjukkan bagaimana cara yang benar mengambil barang dari gudang, yaitu dengan menulis ke lembar order ,setelah diisi baru diberikan kepada bagian gudang. Mereka yang akan menyiapkannya sendiri.
"Sebelum dibawa, barang harus dicek quantity & qualitynya. Meskipun sudah dicek QC, tapi kita perlu mengecek kembali. Jika ada yang kurang atau reject kita bisa langsung meminta atau menukarnya. Kalau kalian kebingungan atau ada masalah mengenai barang-barang, kalian bisa menanyakannya dengan saya. Mengerti?" tutur Robin menjelaskan, kedua matanya yang bening menatap Mirna & Nila dengan senyuman sebagai sentuhan akhir.
Nila menginjak kaki Mirna. Ia merasa gemas dengan ekspresi muka Robin yang begitu hidup.
"Woahhhhhhh, kacau, kacau. Kenapa aku jadi deg-degan gini," gumam Nila dalam hati.
"Apa aku bisa menjadi tokoh utama dalam sebuah novel?" ucapnya dalam hati.
Ia meleleh dengan pesona Robin.
"Tunggu, saya ambilkan troli," kata Robin menuju ke sebuah sudut menarik trolly.
Senyuman Nila seakan telah menjawabnya. Kalau ia naksir dengan Robin.
"Kalau dalam cerita manga, maka karakter Robin seperti seorang peri tampan dengan sejuta pesonanya. Mmmm...tapi aku tidak yakin dia akan menjadi tokoh utama. Melainkan hanya sebatas figuran," kata Mirna.
"Jika aku authornya , maka kamilah tokoh utamanya. Yang lain hanya figuran! Putri Cantik dan Peri Tampan," sahut Nila dengan ekspresi penuh percaya diri.
"Sssstt...dia kesini," kata Mirna.
"Jadi, kita sedang membutuhkan stok barang ini. Ini tugas pertama kalian. Lakukanlah dengan baik. Aku akan mengawasi dari jauh," kata Robin.
Kemudian mereka bertiga menuju ke meja admin.
" Mala, tolong bantu anggota saya ya," kata Robin kepada gadis itu.
"Aman!" jawabnya.
"Oke, ini barang kalian, sis. Silahkan dicek terlebih dahulu ," kata Mala mengingatkan. Ia tersenyum ramah.
"Wah... ini seperti tokoh di webtoon. Cantik-cantik dan tampan," bisik Mirna.
"Secara tidak langsung kamu juga mengakui bahwa kamu cantik juga?" sahut Nila mendekati Mirna.
"Ahah, kmu mengagetkanku. Ssssttttttt.....!" kata Mirna.
Kemudian keduanya mengecek ulang barangnya, sudah sesuai daftar atau tidak.
"Bagus semua barangnya. Lanjut!" kata Mirna.
"Sepertinya kita harus mengganti plastik item ini deh. Bolong .." kata Nila.
"Oke, baiklah. Tunggu sebentar," kata Mirna menuju ke sebuah rak tinggi.
Di sana terdapat plastik-plastik yang dibutuhkan mulai dari yang kecil hingga yang besar.
"Ruangan ini cukup terang sekali.. Wahhh lengang dan sepi," kata Mirna.
Mirna mencoba meraihnya , akan tetapi lengannya yang tak sampai , membuat ia harus berjinjit kesulitan.
"Aku sudah berusaha keras untuk berenang, lari dan minum susu pertumbuhan yang berkalsium tinggi tapi tumbuhku ke samping, bukan ke atas," kata Mirna sambil meloncat-loncat.
Robin tersenyum dari kejauhan. Ia mengambil kursi lalu menghampiri Mirna.
"Setidaknya kursi ini akan membantumu. Tapi sepertinya tanganku bisa menggapainya tanpa kursi ini. Nih.." kata Robin dengan lembut dan tersenyum.
"Terima kasih, mas," kata Mirna.
"Sama-sama.." jawab Robin tersenyum.
"Manisnya," gumam Mirna.
Lalu Mirna berjalan menghampiri Nila. "Wah, yaaa... peri tampan itu. Dia yang paling banyak tersenyum di antara kita semua," kata Mirna.
"Siapa yang kamu maksud, sis? Robin?" tanya Nila.
"Siapa lagi kalau bukan dia. Wahhh..wahhh.. Dia membantuku mengambil plastik ini di rak yang tinggi. Andai aku punya tubuh yang tinggi juga," kata Mirna.
"Awas, jatuh cinta!" kata Nila menyenggol-nyenggol Mirna.
"Apa sih, kaya orang cacingan," kata Mirna menatap Nila dengan heran.
"Aku cuma kagum sama satu orang," kata Mirna membayangkan wajah Surya.
Ia mengedip-ngedipkan matanya kepada Nila.
"Oh, wooo...kurasa reaksimu berlebihan. Lihatlah semua orang memperhatikan kita." kata Nila.
Mirna menengok ke arah orang-orang yang terdiam memperhatikannya.
"Aduh, aduh, kelilipan," kata Mirna mengambil peran.
"Sini kemarikan biji matamu, biar kutiup!" kata Nila.
"Oh, sarkas sekali biji mata," kata Mirna tertawa.
"Itu sudah paling sopan kata orang Medan," sahut Nila.
Keduanya tertawa. Mala dari kejauhan ikut tertawa.
"Apa kalian sudah selesai?" tanya Robin mendekati mereka.
"Sudah, mas.." jawab keduanya.
"Mari kita kembali," ajak Robin.
"Sebenarnya itu tadi hanya pemanasan saja guys. Kali ini kita akan belajar tentang beberapa formulir," kata Robin.
"Jadi dari tadi cuma pemanasan?" kata Nila.
"Woahh.." bisik Mirna.
"Eh... lihat deh," tunjuk Nila ke arah mading di lorong.
"Apa, Nil?" tanya Mirna.
"Aku jadi ngerasa kudanil deh..saat kamu memanggilku," sahut Nila.
"Habisnya, aku mau manggil kamu bagaimana lagi?" kata Mirna.
"Your Highness.." jawab Nila.
Ekspresi manja yang menyebalkan.
"Sepertinya kamu perlu diruqyah," Mirna menatap dengan terheran-heran.
"Jangan dong, paku emas gue ga nancep lagi dong..?" sahut Nila.
"Emangnya kuntilanak?" sahut Mirna.
Mereka tertawa.
"Eh, lihat-lihat!" kata Nila.
"Wahh.. ada komunitas penulis webtoon, noveltoon.. ikut yuk!" ajak Mirna.
"Hayuukk!! Pasti kita bisa bertemu dengan penulis-penulis hebat," kata Nila.
"Tapi ini level circlenya ga sebesar yang kamu bayangkan deh, Nil." Kata Mirna.
"Lihat saja nanti," kata Nila.
"Wah, kalian tertarik mengikutinya?" Robin mengagetkan mereka.
"Iya, mas. Mas Robin mau ikut juga kah?" tanya Nila.
"Boleh juga," kata Robin.
"Kamu dengar itu, Mir!! Mas Robin mau kita datang," ucapnya girang.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba," kata Mirna.
Pulang kerja bantu aku menyiapkan outfit ya," pinta Nila.
"Wah,yaaa...acaranya kan malam Minggu. Masih besok sore. Masih ada waktu 29 jam dari sekarang," kata Mirna.
"Tidak masalah, akan aku lakukan demi si Peri Tampan itu," kata Nila.
"Oke, baiklah..." Jawab Mirna.
"By the way, jangan pernah mengatakan demi kepada manusia," kata Mirna mengingatkan.
"Ah, yaaaa...kamu benar. Astaga, bucin." kata Nila.
Mirna tersenyum kepadanya. Saat hendak menuju tangga tiba-tiba muncul Surya membuka pintu.
Ngeeeeek...
"Waow.....," gumam Mirna terkejut.
Lalu ia berjalan di belakang bersama temannya yang kemarin, namanya Rifat.
"Kamu ikut acara lingkar penulis itu kah , Rif?" tanya Surya kepada Rifat sambil terus berjalan dan Mirna terus memasang kuping ke obrolan mereka.
"Iya, Mas. Ikut yuk! Sepertinya seru," kata Rifat.
"Enggak, ah," jawab Surya.
Padahal Mirna berharap Surya bakal bersedia datang.
"Hhhhhhh..." Mirna menghela napas.
"Kamu kenapa?" tanya Nila.
"Enggak papa," jawab Mirna.
Akhirnya mereka sampai di lorong bawah. Ada 2 pintu antrian. Robin sudah berdiri di barisan terdepan. Ia sedang mengambil lauk.
"Apa judul novel kamu Rif?" tanya Surya. Ternyata Rifat juga sudah menulis novel.
"Tabiat Perempuan Jalang. jangan lupa baca di noveltoon ya!!" jawab Rifat.
Jadi sekian banyak topik, mengapa harus mengulik tentang itu. Surya penasaran apa yang tertuang dari otak Rifat.
Mirna sampai mengernyitkan dahi mendengar judulnya.
Nila tertawa lirih.
"Ssssttt..!" Mirna mencubitnya.
"Sakit ,sis!" bisik Nila.
"Kisah hidup kupu-kupu malam ?" tanya Surya.
"Ah, tepat sekali," kata Rifat.
"Apa Pak Rifat penulis noveltoon juga?" seorang gadis gemuk ikut menyambung obrolan mereka.
"Eh, Mon. Iya ni. Mmm, kamu pasti berkarya di situ juga ya?" kata Rifat.
"Enggak," jawab gadis itu.
"Ehe," Surya menertawakan kesoktahuannya.
"Aku hanya pembaca saja. Nanti aku mau belajar jadi penulis juga rencananya. Aku mau ikut acara besok sore," kata perempuan itu.
"Nah kan..bagus. See you ya Mon!" kata Rifat kepada perempuan itu.
"Mas Surya juga harus ikut," kata Rifat membujuk.
"Di situ tidak diwajibkan datang," kata Surya.
"Tapi ini recommended banget!" ucapnya mencoba meyakinkan.
"Hmmm. Lihat nanti. Tadi itu siapa? Sepertinya kamu mengenalnya," kata Surya.
"Dia Monica, teman SMA-ku di kelas X. Ia suka baca novel dan jago debat. Pantas dia jadi leader, " bisiknya.
Surya mengangguk-angguk.
"Mas Surya tahukah apa makanan favoritnya?" tanya Rifat kepadanya.
Surya menggeleng.
"B2 !" bisik Rifat.
"Hiiiih, cacing pita," kata Surya.
"Brrrrr," mata Rifat merem-melek membayangkan daging babi itu dan badannya berputar-putar.
"Saha eta?" kata Surya.
"Asep, kang.. abdi mah Asep, kang," kata Rifat melawak.
Beberapa orang tertawa melihat kelakuan Rifat.
"Hush..diliatin orang! Jangan seperti orang epilepsi begitu, Rif! Malu..malu.." kata Surya.
Rifat memegangi lehernya. Kemudian ia meraba-raba.
"Kenapa?" tanya Surya.
"Urat malu saya sudah putus, Pak," kata Rifat.
Surya dan beberapa orang yang melihat kekonyolan Rifat tertawa terpingkal-pingkal.
"Ah, gila lu," kata Surya.
"Rifat, saya ada lem fox buat menyambung urat malu kamu ya! Sini, mana lehermu?!" kata Pak Barata keras sekali.
Semua orang tertawa😂.
"Ga jadi, Pak udah sambung lagi berkat bapak barusan," jawab Rifat spontan. 😂
"Kali ini gue malu beneran deh, Sur. Gile bapak lu," bisik Rifat ke Surya.
Nila dan Mirna menahan tawa, mau ngekek takut dosa.😂
"Kalau gue jadi demon udah habis gue santap orang itu," kata Rifat kepada Surya.
"Atau kalo gue Sadako, udah gue seret hidup-hidup ke dalam sumur Jepang," kata Rifat.
"Hushhh, dia lebih tua dari kita. Sopanlah sedikit," kata Surya.
"Ehe.." Rifat merenges.
Ekspresi datar muka sebelnya menggemaskan ditambah lagi struktur giginya yang cadik menambah kesan manis.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!