NovelToon NovelToon

ARROGANT WIFE

1 KEMBALI

Orang-orang memandang sosok gadis cantik yang sedang berjalan sambil menarik kopernya. Gadis itu tinggi dan putih. Rambutnya panjang sedikit bergelombang. Hidungnya mancung dan bibirnya terlihat seksi. Matanya bulat dan terlihat bening. Mengundang decakan kagum bagi siapa saja yang melihatnya.

Lexa menarik kopernya dengan pelan, helaan nafas berkali-kali dia keluarkan. Sudah lima tahun dia pergi meninggalkan negara ini. Tidak ada niat darinya untuk kembali tetapi keinginan orang tua yang ingin dia segera pulang harus dia turuti.

Hanya satu koper kecil yang dia bawa karena dia tidak ingin berlama-lama ada di negara ini.

Seorang sopir yang sudah cukup tua menghampirinya dan membawakan koper miliknya.

"Ini saja, Non Lexa?"

"Iya Pak Dirman."

Pak Dirman segera melajukan mobilnya. Lexa memandang ke luar jendela, tidak lama kemudian ponselnya berbunyi.

"Kamu sudah sampai?" tanya David.

"Iya, sekarang sudah menuju rumah."

"Baiklah kalau begitu, nanti malam aku akan menghubungi kamu lagi."

"Oke, bye."

Satu setengah jam kemudian Lexa tiba di rumahnya.

"Sayang, akhirnya kamu pulang juga. Bunda kangen sekali sama kamu."

"Lexa juga kangen sama ayah dan bunda. Dimana ayah?"

"Ayah lagi pergi sebentar lagi juga pulang."

Asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja di rumah itu segera membuatkan minuman dingin untuk nona mudanya.

"Terima kasih, Bi Nung."

"Ada apa sih Bun, kenapa menyuruh aku pulang? Ayah dan bunda kan tahu, aku tidak ingin kembali ke Indonesia."

Sang bunda hanya mengusap dengan lembut kepala anak gadisnya dan tidak mengatakan apa-apa.

"Lexa, kamu sudah sampai, Nak?"

"Ayah, Lexa kangen."

Ayah dan anak itu berpelukan saling melepas rindu.

"Ayo kita makan siang dulu. Bunda sudah menyiapkan makanan kesukaan kamu."

Suara dentingan sendok dan piring mengiringi makan siang mereka.

"Ayah, Bunda, Lexa mau istirahat dulu ya," ucap Lexa setelah mereka menyelesaikan makan siang itu.

"Iya, istirahat lah!"

Lexa langsung menuju kamarnya. Suasana kamar itu masih nampak sama. Foto-foto, boneka juga buku-buku masih tertata rapih di tempatnya. Dia segera membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk itu, dan tidak lama dia pun tertidur.

☆☆☆

Jam empat sore Lexa terbangun. Dia melihat ke sekelilingnya dan baru menyadari dimana kini dia berada. Dia melihat ponselnya dan ada pesan masuk dari Hanie, sahabatnya.

[Kapan kembali ke Jepang?]

Lexa segera membalas pesan tersebut.

[Secepatnya, aku juga tidak betah di sini.]

Lexa meletakan ponsel itu dan segera ke kamar mandi. Dia berendam dalam bathub. Merilekskan badannya dengan air hangat dan sabun aroma terapi. Tiga puluh menit kemudian dia selesai dan menggunakan dress berwarna abu-abu selutut.

Dia turun menuju ruang keluarga, disana sudah ada ayah dan bundanya.

"Lexa, besok kamu ikut ayah ke perusahaan. Ayah mau mulai besok kamu membantu ayah di perusahaan."

"Aku kan sudah membantu perusahaan ayah di Jepang. Lagi pula aku tidak akan lama di sini."

Ayah dan bundanya saling melirik.

"Biar orang lain saja yang mengurus di Jepang. Kamu bantu ayah di sini!"

"Tapi ayah ... "

"Tidak ada tapi-tapian!"

Lexa hanya menahan kekesalannya.

"Lexa mau jalan-jalan dulu."

Sebenarnya dia tidak ingin jalan-jalan, namun dia juga tidak ingin di rumah. Lexa melajukan mobilnya menuju sebuah mall.

Teringat kalau dia tidak membawa banyak baju, akhirnya dia membeli kebutuhannya di mall itu. Sepatu, tas, baju dan jam tangan untuk dia pakai bergantian dengan yang sudah ada. Akhirnya dia belanja dengan kalap.

Dimanapun dia berada, selalu mengundang banyak perhatian. Wanita cantik yang menenteng banyak paper bag bermerekan barang-barang branded. Sudah bisa dipastikan kalau dia bukanlah gadis biasa.

Lexa tidak peduli dengan tatapan itu, baginya itu sudah biasa.

Brugh!

Seseorang menabrak Lexa dan membuat dirinya terjatuh.

"Kalau jalan hati-hati, bodoh!" Lexa segera bangun dan mengambil barang-barangnya yang berantakan.

"Hei, kamu yang ... " Lexa tidak mempedulikan ucapan orang itu dan segera pergi sambil mendengus kesal.

Dia memasuki sebuah restoran yang ada di dalam mall itu. Setelah memesan makanan, Lexa kemudian mengirim pesan pada David dan Hanie.

Lexa

[Sepertinya aku akan lama di sini. Ayah menyuruhku untuk membantunya di perusahaan.]

Hanie

[Sampai kapan?]

Lexa

[Entahlah.]

David

[Lalu bagaimana pekerjaanmu di Jepang?]

Lexa

[Orang lain yang akan mengurusnya.]

Hanie

[Kenapa tiba-tiba?]

Lexa

[Aku juga tidak tahu.]

David

[Ya sudah, kalau ada apa-apa langsung kabari aku.]

Lexa

[Tentu saja.]

Hanie

[Jaga dirimu!]

Makanan datang, Lexa pun mengakhiri percakapan tersebut.

Seorang pria memandang Lexa dari jarak yang sedikit jauh. Pria itu nampak berpikir hingga suara ponselnya membuyarkan pikirannya.

Daddy

[Segera pulang!]

Pria itu segera menghabiskan kopinya dan beranjak pergi, namun sebelum itu dia menyempatkan diri untuk melirik Lexa.

☆☆☆

Mobil sport memasuki sebuah mansion mewah. Seorang pria tampan berbadan tegap dan berkaca mata hitam turun dari mobil tersebut.

"Ada apa Daddy?"

"Duduklah dulu!"

"Besok ikut Daddy rapat di perusahaan AW Group."

"Baiklah!"

Pria itu lalu menuju kamarnya dan duduk di sofa. Pikirannya kembali pada sosok gadis cantik yang tadi dia lihat di mall. Senyum merekah di wajahnya, dan lagi-lagi suara ponsel membuyarkan pikirannya. Dia berdecak kesal namun segera membaca pesan tersebut.

Ellina

[Sayang, kamu dimana? Nanti malam ke apartemen aku ya. Aku kangen!]

Zion

[Lihat nanti saja, aku sibuk.]

Setelah itu Zion langsung mematikan ponselnya, melanjutkan pikiran tentang gadis di mall tadi.

☆☆☆

Setelah makan malam, Zion menyalakan lagi ponselnya. Puluhan pesan masuk langsung memenuhi notifikasi.

Ellina

Susan

Putri

Anggita

Dara

Alisa

Sandra

Anggun

Sinta

Aurel

Aruna

Sinta

Naumi

Maudy

Masih banyak lagi. Tidak perlu dibaca satu persatu karena itu akan membuang-buang waktu saja. Dia sendiri lupa yang mana itu Sandra, Alisa, Dara dan yang lainnya. Dia langsung menghapus semua pesan dari wanita-wanita itu tanpa ada niat untuk membacanya. Sebagai gantinya, dia mengambil laptop dan membaca laporan perusahaan yang dikirimkan oleh Aron, asistennya.

☆☆☆

Lexa meletakkan barang-barang belanjaannya di atas kasur. Rasanya dia tidak sanggup untuk merapihkan barang-barangnya saat ini karena sudah kelelahan. Dia membuka lemari bajunya, di dalamnya masih ada baju-bajunya sejak lima tahun yang lalu. Tentu saja baju itu sudah kekecilan karena dia meninggalkannya sejak lima tahun yang lalu ketika lulus SMA.

"Bibi!" teriak Lexa, tidak lama kemudian asisten rumah tangga tersebut datang.

"Tolong rapihkan barang-barang Lexa di lemari ya, Bi. Baju-bajunya sudah tidak muat lagi kayaknya."

"Baik Non."

"Lexa, besok malam kita akan makan malam bersama di restoran. Bunda sudah siapkan gaun untuk kamu." Bunda memberikan paper bag kepada Lexa.

"Ada acara apa, Bun?"

"Makan malam dengan rekan bisnis ayah."

Lexa mengangguk mengerti. Sang bunda hanya tersenyum memandang anak gadisnya itu.

.

.

.

.

.

Semoga kalian suka ya sama cerita ini. Silahkah tinggalkan jejak.

2 PERTEMUAN

Pagi-pagi sekali Lexa sudah siap dengan pakaian kerjanya. Dress selutut ditambah dengan blezer semi formal. Rambutnya diikat. Setela merasa penampilannya sempurna, Lexa turun menuju ruang makan.

"Wah anak bunda cantik sekali."

"Pagi Yah, pagi Bun!"

"Ayo kita sarapan dulu, setelah itu kita ke kantor bersama."

Lexa mengambil selembar roti bakar dan mengoleskan madu di atasnya. Minumannya air jeruk hangat ditambah sedikit madu.

Setelah menghabiskan dua lembar roti dan segelas jeruk hangat, Lexa mengelap mulutnya.

"Ayo kita berangkat!"

Lexa mengecup pipi bundanya dan segera menyusul sang ayah. Pak Dirman mulai menjalankan mobilnya.

"Jam sembilan nanti kita akan rapat dengan Wilson Group."

"Sampai kapan aku akan di Jakarta?"

"Kamu ini, baru kemarin kamu tiba di Jakarta. Sekarang sudah mulai bosan."

Alex tahu kalau putri semata wayangnya itu tidak betah di Jakarta. Sudah sering dia dan istrinya menyuruh Lexa pulang ke Jakarta, namun putrinya itu bersikeras untuk tetap di Jepang.

Inipun Lexa mau pulang karena bundanya menangis dan sering sakit karena merindukan Lexa.

Setelah melalui jalanan yang cukup padat, mereka akhirnya tiba di perusahaan. Pak Dirman menghentikan mobilnya tepat di depan loby kantor, lalu membukakan pintu untuk tuan Alex dan Lexa.

Saat memasuki loby, semua pandangan langsung terarah pada gadis cantik itu. Entah itu sekuriti, cleaning service, resepsionis, karyawan biasa, hingga manager dan direktur yang sedang berdiri di depan lift memandang kagum akan pesona Lexa.

Lagi-lagi Lexa nampak tidak peduli.

"Selamat pagi Pak!"

"Selamat pagi Pak William."

"Selamat pagi Pak!"

Sapaan di berikan oleh karyawan kepada Alex yang di kantornya dipanggil William.

"Selamat pagi semuanya," balas Alex kepada semuanya dengan tersenyum. Lexa masih nampak tak bergeming. Melirik kanan kirinya saja tidak.

"Dony, perintahkan kepada seluruh dewan direksi untuk berkumpul jam delapan nanti!" perintah Alex kepada Dony, asistennya.

"Baik Pak!"

"Oya Siska, apa semuanya sudah siap?"

"Sudah Pak." Siska adalah sekretaris Alex yang juga sudah lama bekerja disana.

Lift berhenti di lantai sepuluh. Lexa dan Alex menuju ruangan yang terlihat elegan dengan suasana silver. Sedangkan Siska dan Dony mulai mengerjakan pekerjaan mereka.

"Anda mau minum apa, Nona?"

"Teh hangat tanpa gula, tapi dikasih madu. Oya, aku juga mau sedikit salad buah."

"Baik."

"Bagaimana ruangan ini, apa kamu suka?" tanya Alex kepada putrinya setelah Siska keluar.

"Iya aku suka."

"Baguslah, ruangan ini akan menjadi ruanganmu. Kamu juga bisa mengubahnya sesuai selera kamu."

"Lalu ayah?"

"Tentu saja ayah akan pensiun. Ayah sudah tua Lexa, ayah ingin menikmati masa tua ayah bersama bundamu."

"Tua dari mana sih, Yah? Ayah bahkan belum lima puluh tahun. Masih gagah dan tampan."

Orang tua Lexa memang menikah muda, mereka juga cepat memiliki anak. Jadi tidak heran kalau mereka masih muda.

"Kamu ini pintar sekali memuji!"

"Memang kenyataannya seperti itu. Ayah dan bunda kan, menikah muda."

Alex mengangguk.

"Benar. Ayah menikah di umur dua puluh, sedangkan bundamu di umur delapan belas tahun. Lalu bagaimana denganmu?"

"Kenapa aku?"

"Saat umur bundamu dua puluh tiga tahun, kami sudah memiliki gadis cilik berusia empat tahun dan saat ini umurmu sudah dua puluh tiga tahun."

Lexa mengernyitkan keningnya, mencoba menelaah arah pembicaraan sang ayah.

"Maksud ayah ... "

Prmbicaraan terhenti karena pintu diketuk oleh Dony.

"Maaf Pak, sudah jam delapan. Seluruh dewan direksi sudah menunggu di ruang meeting."

"Baiklah. Ayo Lexa!"

Mereka menuju ruang meeting nomor satu. Ruang meeting yang paling besar, yang terletak di lantai sembilan."

Dony dan Siska berjalan di belakang Alex dan Lexa. Dony segera membukakan pintu setibanya mereka di depan ruangan.

Semua orang langsung berdiri dan memberi hormat kepada Alex. Setelah Alex dan Lexa duduk, mereka lalu duduk.

"Selamat pagi semuanya!"

"Pagi Pak!" jawab mereka serempak.

"Perkenalkan, ini Alexa Elora William, putri semata wayang saya."

Mereka melihat Lexa dan tersenyum. Tapi tidak ada senyuman pada wajah Lexa.

"Mulai hari ini dia akan membantu saya di perusahaan. Sebelumnya dia mengurus perusahaan yang ada di Jepang dan bergantian dengan di Turkey juga Belanda."

Suasana nampak hening beberapa detik. Yang ada dalam pikiran orang-orang itu hanyalah betapa beruntung yang menjadi suaminya. Cantik, seksi, pintar dan kaya. Apalagi yang kurang?

"Dia akan memiliki wewenang yang sama dengan saya. Jadi kalau saya sedang tidak ada, kalian bisa meminta persetujuannya dalam mengambil keputusan. Rapat, tanda tangan, lakukan lah dengannya."

Suasana masih tetap hening.

"Ada yang ingin kamu sampaikan, Sayang?" tanya Alex. Lexa hanya menggeleng.

"Baiklah, hanya itu yang ingin saya sampaikan."

Mereka berempat lalu meninggalkan ruangan itu.

"Kenapa kamu diam saja?"

"Memangnya apa yang harus aku bicarakan? Memberikan biodataku? Mengajak mereka berkenalan?"

Alex hanya menghela nafas pelan. Gemas dengan sikap putrinya itu.

Saat memasuki ruangan, segelas teh dan semangkuk salad sudah tersaji di atas meja. Lexa langsung menikmati hidangan itu. Alex tersenyum melihat putrinya, dia sendiri duduk di meja kerjanya dan mulai sibuk dengan pekerjaannya.

Tok tok tok

Pintu di ketuk oleh Siska.

"Maaf Pak, Pak Wilson sudah datang."

"Suruh mereka masuk!"

Ronald Wilson dan putranya memasuki ruangan itu. Pandangan mereka terarah pada Lexa yang masih sibuk menikmati salad buahnya dan sama sekali tidak menyadari kehadiran mereka.

Alex yang menyadari arah pandangan itu langsung berdeham.

"Lexa! Pak Ronald dan putranya sudah datang."

Lexa langsung melihat ke arah Ronald dan putranya, lalu menyuap suapan terakhir salad buahnya.

"Selamat pagi Pak Wilson."

"Halo Lexa, kamu sudah besar dan semakin cantik saja ya. Tidak usah formal, dulu kamu kan memanggil saya, Om. Oya, ini Zion. Kamu masih ingat, kan?"

Lexa melihat Zion, nampak berpikir tapi dia diam saja. Sedangkan Zion? Dia merasa dicuekin.

"Ayo kita mulai saja."

Mereka memulai rapat di ruangan itu. Rapat ini membahas tentang kerja sama mereka di bidang perhotelan dan apartemen yang akan dibangun di beberapa kota besar di luar jakarta. Mereka juga ingin membuat mall dan tempat wisata. Tentu saja ini proyek besar.

"Kamu ingat kan saat kita muda dulu."

"Kamu dan Diana ... "

"Saat kita kuliah ... "

Rara mengeryitkan keningnya.

Mau rapat atau nostalgia, sih?

Rara mengambil ponselnya dan mulai berkirim pesan dengan David. Senyum mengembang di bibirnya yang seksi itu, membuat Zion semakin betah memandangnya. Zion sendiri juga sibuk dengan ponselnya.

Sandra

[Sayang, aku kangen.]

Sinta

[Beb, kita makan siang sama-sama ya.]

Ellena

[Miss you.]

Maudy

[Nanti siang temani aku shopping.]

Ayu

[Menurut kamu aku pakai baju warna biru atau kuning?]

Tiara

[Aku kesel deh, tas yang mau aku beli sudah habis.]

Zion mendengus kesal.

Apa urusanku? Mereka membosankan sekali.

Zion melirik Lexa yang sepertinya tidak punya selera untuk menatap Zion penuh dengan kekaguman seperti wanita lain.

Ck, gadis sombong! Apa pesonaku sudah luntur? Tidak mungkin.

.

.

.

.

.

.

.

.

Semoga menghibur. Jangan lupa like dan komen ya. Terima kasih atas dukungan kalian.

3 MAKAN BERSAMA

Pembicaraan diluar pekerjaan terus berlanjut diantara dua pria yang sudah lanjut usia itu, mereka sesekali melihat putra putri mereka yang nampak acuh satu sama lain.

"Ayo kita makan siang bersama." Alex berdiri disusul oleh Ronald.

"Ayo Zion, kamu juga Lexa!"

Lexa mengambil tasnya dan mulai melangkah mengikuti mereka. Alex dan Ronald masih terus berbincang diselingi tawa hingga mereka tiba di depan loby.

"Lexa, kamu sama Zion saja ya. Ayah akan bersama dengan Om Ronald."

Zion membawa sendiri mobilnya, sedangkan Alex dan Ronald disopiri oleh Pak Dirman.

Mereka tiba di restoran dan segera memasuki ruang VIP.

"Bagaimana pekerjaanmu selama di Jepang, Lexa?"

"Lancar, Om!"

"Kamu memang berbakat ya, sama seperti orang tuamu. Beruntung sekali pria yang menjadi suamimu." Ronald melirik Zion sambil tersenyum tipis.

Sajian mulai di hidangkan di atas meja.

"Kamu ingat tidak, saat masih kecil kamu dan Zion sering main bersama?"

"Enggak!"

Jawab yang telak. Singkat padat dan jelas. Tanpa basa-basi. Ronald terkekeh pelan. Zion sendiri biasa-biasa saja mendengar jawaban Lexa.

"Dulu kamu sering banget loh minta gendong sama Zion."

"Iya Ron, bahkan dulu waktu masih kecil mereka sering mandi dan tidur bersama."

Zion langsung tersedak makanannya.

"Hahaha, iya Lex. Lexa juga sering main dedek bayi dan memanggil Zion papa sambil menggendong dan memberikan dot susu pada boneka perempuannya."

"Hahaha .... "Suara tawa semakin nyaring memekakkan telinga.

Wajah Zion semakin merah dan panas. Begitu juga dengan telinga dan tengkuknya. Sadangkan si lawan jenis seperti tidak mendengar apa-apa. Anteng, cold, cuek ... atau budek? Entahlah!

"Mereka lupa kali, Ron."

"Sudah lama juga sih. Yang penting kita sebagai orang tua ingat betapa lucunya mereka saat masih kecil."

Selesai makan, kedua orang tua yang sibuk menggoda anak mereka itu akhirnya menyelesaikan obrolan mereka yang dianggap tidak bermutu oleh muda-mudi itu.

"Lexa, kamu tidak usah kembali ke kantor. Kamu pulang atau jalan-jalan saja diantar oleh Zion, ya!"

"Iya Zion, kamu antar Lexa. Temani dia kemanapun dia mau, lalu antar dia pulang dengan selamat. Daddy masih ada urusan dengan Om Alex."

Mereka akhirnya berpisah di parkiran.

"Kamu mau kemana?"

"Ke mall. Kamu antar saja sampai sana, setelah itu kamu boleh pergi."

"Aku temani kamu."

Lexa tidak berkata apa-apa lagi.

Sesampainya di mall, mereka hanya melihat-lihat tanpa tujuan yang jelas.

"Kamu mau beli apa?"

"Tidak ada."

"Terus untuk apa ke sini?"

"Hanya jalan-jalan saja. Kemarin aku sudah ke mall dan membeli kebutuhan aku."

Akhirnya mereka menuju cafe. Lexa memesan es krim sedangkan Zion memesan kopi.

"Zion!" panggil seorang wanita berpakaian seksi.

"Kamu katanya sibuk, kenapa sekarang ada di sini?"

Zion berpikir sejenak.

"Aku memang sibuk Sinta!"

"Sinta? Siapa Sinta? Aku Sandra!"

"Owh!"

Lexa tertawa. Zion dan wanita yang bernama Sandra itu menatapnya.

"Kamu menertawakan aku? Kamu siapa? Selingkuhan Zion?" tanya Sandra pada Lexa. Lexa masih nampak acuh.

Merasa di acuhkan, Sandra lalu mendobrak meja. Membuat Lexa terkejut.

"Hei dasar cewek sialan. Kamu jangan coba-coba godain Zion!"

"Aku? Godain dia? Coba lihat dirimu sendiri. Pakaianmu yang kekurangan bahan, mending bermerek. Semua yang kamu pakai hanya barang KW. Riasan seperti ondel-ondel. Cantikan juga aku. Tidak perlu pakaian seksi juga sudah terlihat seksi dan berkelas. Kamu hanya sebutir debu yang dengan tidak tahu malu ingin disejajarkan dengan berlian."

"Apa kamu bilang?"

"Kamu debu, aku berlian!"

"Apa kamu bilang?"

"Cih, sok cantik tapi budek!"

Lexa langsung mengambil tasnya.

"Minggir, kamu menghalangi jalanku."

Lexa langsung meninggalkan mall itu dan pulang dengan menggunakan taksi.

Sedangkan Zion sedari tadi tidak berusaha melerai percecokan itu. Prinsipnya jangan ikut campur pertengkaran dua wanita atau lebih. Toh dua orang itu juga bukan siapa-siapanya. Bukan mommy, pacar ataupun istrinya. Dia tidak sadar kalau kejadian tersebut terjadi karena dirinya.

☆☆☆

"Jangan lupa nanti malam kita akan malam bersama." Bunda mengingatkan Lexa yang sedang menikmati lemon teanya sore ini.

"Iya, Bun."

"Gimana hari pertama kamu bekerja?"

"Biasa saja. Belum terlalu sibuk."

Tidak lama kemudian Alex pulang. Sang istri menyambut kepulangannya.

Jam setengah tujuh Lexa bersiap-siap. Dia menggunakan gaun hitam yang sudah disiapkan oleh bunda.

Setelah semuanya siap, mereka menuju restoran yang ada di sebuah hotel.

Mereka lagi? Bosan, aku.

Lexa melihat Ronald, Zion dan seorang wanita yang sepertinya istri dari Ronald.

Mereka bertiga menyambut kedatangan Alex dan keluarga.

"Maaf kami terlambat."

"Ah tidak Lex. Kami juga baru saja tiba. Ayo silahkan duduk."

Bunda dan Mommy Zion langsung cipika cipiki.

"Wah, Lexa. Astaga kamu cantik sekali, sayang. Mommy sampai pangling. Bagaimana kabar kamu?"

"Baik tante."

"Panggil mommy dan daddy saja, ya!"

Lexa mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan.

Mereka mulai menikmati makan malam itu. Zion melirik Lexa, mengingat kejadian tadi siang saat di mall.

"Oya Lexa, Zion. Maksud diadakannya makan malam ini adalah kami sebagai orang tua kalian ingin mempererat hubungan persahabatan diantara dua keluarga ini. Saling kerja sama antara perusahaan sudah, tapi sepertinya masih kurang."

Terdengar serakah!

"Jika hubungan kedua perusahaan ini kuat, maka kita akan menjadi raja bisnis yang disegani oleh pengusaha-pengusaha lain."

Zion dan Lexa terdiam.

"Kami mau kalian menikah!"

"APA?" Zion dan Lexa sama-sama terkejut.

"Aku tidak mau!" Lexa menolak mentah-mentah perjodohan itu.

"Aku sudah punya pacar dan kami saling mencintai."

"Lexa, dengar ... "

"Pokoknya aku tidak mau!"

"Kalian akan menikah secepatnya!"

Tidak ada yang mau mengalah antara ayah dan anak perempuan itu.

"Serakah sekali kalian, hanya untuk mengembangkan bisnis mengorbankan kebahagiaanku!"

"Lexa!"

"Memang benar. Kalian sudah tua, seharusnya memikirkan kebahagiaan anak, bukan memperbanyak harta!"

"Lexa cukup!"

"Kalau mau mempererat hubungan, kalian kawin silang saja!"

Lexa langsung meninggalkan kelima orang itu yang sedang mencerna kata *kawin silang!

Bertukar pasangan?

Gagasan gila*!

"Maaflan Lexa, mungkin dia hanya terkejut."

"Saya juga permisi dulu!" Zion berdiri dan meninggalkan keempat orang tua itu.

"Jadi bagaimana?" tanya mommy Zion.

"Tentu saja mereka akan tetap menikah," jawab bunda Lexa.

"Tapi apa Lexa akan setuju?"

"Biar kami yang mengurusnya."

Mereka melanjutkan obrol tentang acara pertunangan dan pernikahan anak mereka. Tidak peduli apakah anak-anak mereka setuju atau tidak. Rencana tetap harus dijalankan. Bahkan tanggal pertunangan dan pernikahan juga sudah ditetapkan dari jauh-jauh hari.

Lexa menghentakkan kakinya dengan kesal.

Sembarangan saja mau menikahkan aku dengan cowok brengseng dan playboy seperti itu. Dia pikir aku sama seperti para wanitanya yang akan klepek-klepek dengan pesonanya! Mimpi saja kau.

.

.

.

.

.

.

.

.

Gimana ceritanya, seru enggak? Tinggalkan jejak ya. Terima kasih sudah membaca dan dukungannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!