NovelToon NovelToon

Soulverse Beast

Undangan yg dinanti!

...----------------...

Sebuah pesawat ringan lepas landas, terbang bebas di langit biru yg sepi. Di dalam pesawat, dua gadis tengah menikmati perjalanannya "Kak, kita beneran ikut?" tanya salah satunya.

"Iya, aku tertarik pada seseorang, dan kurasa salah satu dari kita akan mendapatkannya," jawab si kakak sembari menunjukan layar laptopnya "ini, dialah yg paling menjajikan dari periode saat ini... mulai dari level serta durasi."

"Hm... okedeh, aku ikutin kakak aja." senyum kecil terlihat dari ujung bibirnya.

...----------------...

...[3 Jam lalu]...

...----------------...

Suara kipas angin berdengung. Di depan layar PC, seorang pemuda (Wazeng) dengan rambut sedikit acak acakan, menggunakan headphone dengan ekspresi ngantuk tengah duduk bersandar. Tangan kirinya menopang dagu, sementara tangan kanan mengeser geser mouse. Di layar, game favoritnya, Soul-verse Beast, ia bermain online bersama sahabatnya (Vogaz)

Wazeng mendekatkan micnya ke mulut "Tes tes, hallo?"

"Masuk." Suara kalem Vogaz terdengar dari balik headphone

"Grinding?" tanya Wazeng.

"Yok!" Jawab Vogaz dengan cepat.

...Sungguh hari yang sangat biasa bagi manusia biasa......

...----------------...

...----------------...

...(Setelah 2 jam grinding)...

Wazeng menguap, bersandar di kursi sambil berputar putar "Entah kenapa, kek bosan banget..." suaranya terdengar mengantuk.

Vogaz menjawab dengan suara malas "haa~ tauk ah... coba aja kalo kita dapat undangan dari gamenya, pasti bakal seru." hanya beberapa detik setelah mengeluhkan itu, suara notifikasi pun langsung terdengar.

...*CLING*...

Wazeng mendekat dengan menarik kursinya lalu membuka mail in-game. Sebuah pesan baru muncul dengan latar belakang emas, dengan animasi kelap kelip seperti sebuah pesan mewah...

..."SELAMAT! KAU TERPILIH UNTUK MEMAINKAN GAME SOUL-VERSE BEAST SECARA REALTIME! LAKUKAN SELFIE DENGAN LATAR PESAN INI DAN DATANGLAH DI KANTOR PALEKOKEN - SOULVERSE BEAST! SETELAH TIBA SERAHKAN FOTO SEBAGAI BUKTI DAN MASUKLAH, KAMI AKAN MENYIAPKAN SEMUANYA!"...

Mata Wazeng melebar, mulutnya menganga. Dia spontan menarik mic ke bibirnya dan berteriak "COKKKKK!!! GUA DAPET UNDANGAN DARI GAMENYAAA!!"

....

....

....

Hening, tak ada jawaban dari Vogaz, namun tiba tiba...

*Cekrek*

"Hah? Eh?" Wazeng yg masih membatu bingung dengan suara itu, dia segera melihat kebawah meja untuk memastikan suara tadi bukanlah retakan dari mejanya.

Di sisi lain, Vogaz menarik micnya, mengambil napas panjang dan berteriak seperti menelan mic "GUA DAPAT UNDANGAAAANNNN... WOOUGHHH UUUUUUUUUUUOOOGHHHHH..."

Terkejut, Wazeng loncat langsung melepas headphonenya sampai kabel terlepas "BUDEG WOI!! LU DAPET?! GUA JUGA DAPAT!"

"SERIUS LU?! GAS FOTO KITA OTW!" Kata Vogaz bersemangat, suaranya terdengar dari speaker yg menggema di ruangan.

Wazeng langsung ngacir ke kasur, ambil HP, dan selfie dengan latar belakang mail game keemasannya.

*Cekrek*

...----------------...

"Dah... gw otw ke halte!" Wazeng mengirim chat singkat pada Vogaz.

...----------------...

Wazeng mematikan PCnya, mengambil botol minum dan berlari keluar dari kamar kost menuju penjaga— ia memberikan kunci kamar, kemudian berlari menuju halte bus. Melewati para pejalan kaki dan ramainya kendaraan yg terjebak macet dengan banyaknya suara bising, serta banyaknya debu polusi.

5 menit berlari dia akhirnya tiba di halte bus, disana sudah ada Vogaz yang bersandar diam pada tiang sambil liatin HPnya. Vogaz menoleh sedikit "Lama bener..."

Wazeng yg masih terengah engah langsung duduk di lantai "Aelah... gak sejam juga. Haaaa..." ia mengelap keringat di dahi kemudian minum dari botol airnya untuk menenangkan diri.

...----------------...

Beberapa saat menunggu, akhirnya ada bus yg tak biasa tiba. Bodinya mengilap hitam metalik, dan pintunya terbuka otomatis dengan suara pelan— sang sopir turun dengan setelan seragamnya rapi, juga menggunakan kacamata hitam, ia menyapa pelan Wazeng dan Vogaz.

"Soul-verse?" Sang sopir hanya mengatakan satu kata yang pasti dengan suara dan ekspresi yang datar.

Wazeng dan Vogaz saling menatap sesaat dan dengan tegas kedunya menjawab... "YA!"

Sopir mengangguk cepat "Baiklah, masuklah... ini adalah bus khusus yang menerima undangan."

Sopir masuk diikuti Wazeng dan Vogaz dari belakang... Di dalam bus, ada puluhan orang lain, semuanya tampak muda— ada cewe, ada cowo juga ada wibu. Sebagian besar menatap layar HP dengan ekspresi campur aduk— ada yang gugup dan ada juga yang bersemangat... Wazeng dan Vogaz duduk di belakang samping jendela dan mereka berangkat.

Di tengah perjalanan, jendela bus tiba tiba di gelapkan. Getaran hebat serta suara gear aneh terdengar dari luar membuat beberapa penumpang panik. Sementara Wazeng dan Vogaz hanya saling menukar tatapan geli seperti sudah paham dengan situasi "...mirip kayak anime yg gua tonton..." pikir keduanya.

Bus melewati jalanan khusus di balik tembok terowongan yg bahkan tak pernah disadari oleh siapapun.

...----------------...

...----------------...

Satu jam perjalanan, bus pun berhenti di depan gedung besar yg menjulang tinggi, di atasnya terdapat logo game Soulverse Beast— serigala putih mengaum dengan taring tajamnya.

Semua penumpang turun, walau masih merasa panik mereka tetap tertib mengantri masuk gedung yg pintunya terbuka otomatis. Mata Wazeng menyapu sekeliling ketika masuk, tempat itu sangat putih, bahkan lantainya memantulkan bayangan. Namun juga sunyi, hanya suara lift naik-turun dan suara langkah kaki yang terdengar.

Masing-masing menunjukkan foto selfie undangan mereka. Di depan Wazeng dan Vogaz, seorang player gagal saat proses scan. Para penjaga pun langsung mengusirnya dengan cepat, diam tak bersuara.

Giliran Wazeng dan Vogaz, mereka sedikit bergetar takut setelah melihat yang terjadi di depan mereka. Tapi saat giliran mereka tiba... Beep. Scan lolos.

"Silakan masuk." ucap penjaga dengan datar.

Mereka diantar oleh staf perempuan berseragam rapi menuju lift —dari sudut pintu lainnya, ada seorang gadis berambut biru tua pendek diam-diam melihat Wazeng dan Vogaz untuk sesaat.

Merasa ada yg aneh, Wazeng segera menegok ke arah luar namun pintu lift sudah tertutup "Kenapa lu?" tanya Vogaz.

"Tadi, seperti ada yg memperhatikan kita..." gumam Wazeng.

Vogaz sedikit menahan tawa "...sok keren bet lu, belum juga masuk ke gamenya."

Mereka akhirnya tiba di lantai 20 tanpa disadari, tempat yang sama sunyinya— total ada enam pintu, tiga dikiri dan tiga di kanan. Staf menuntun mereka melewati koridor sunyi sampai ke ruangan paling ujung sebelah kiri, staf menempelkan access card-nya dan pintu pun terbuka otomatis. Di dalamnya, hanya ada dua kapsul besar berwarna putih menghadap pintu dengan kabel-kabel halus terhubung ke komputer. Di tengahnya ada monitor kecil yg tertempel di dinding juga meja kecil dengan dua brosur tertata rapi di depannya.

Wazeng terlihat bingung, namun sebelum dia bertanya, staf langsung berkata kata dengan suara lembut. "Kalian aman, Kalian hanya perlu tiduran dalam kapsul. Kalian akan dipindahkan ke dunia Soul-verse Beast. Level, item dan data kalian akan terbawa. Sesuai progress kalian dalam permainan Online. Kalian bisa bertarung, menjelajah, merasakan dunia itu seperti nyata... bahkan lebih nyata dari yang kalian bayangkan."

Wazeng dan Vogaz hanya mengangguk mengerti sembari mendengarkan.

Staf mengambil dua brosur dan menyerahkannya dengan sedikit membungkuk "Baca ini baik-baik. Semua peraturan dan informasi penting ada di dalam."

Mereka menerimanya dan membacanya dengan teliti. Sang staf hanya berdiri tegak, memegang kedua tangannya di depan perut.

Setelah beberapa saat membaca, Vogaz mengangkat setengah tangannya dengan telapak terbuka "Disini tertulis... kalau mati, kita bakal respawn ke penginapan? Atau ke luar dungeon kalau matinya di dalam?"

Staf mengangguk pelan, menjawab dengan profesional "Betul. Sistem akan otomatis mengembalikan kalian ke titik aman terakhir."

Vogaz melanjutkan "Nah, terus… ada batas kematian,gak? Maksudnya, kita bisa mati berkali-kali, atau...?"

Staf tersenyum hangat "Secara teknis, kalian bisa mati berapa kali pun. Tapi rasa sakitnya tetap terasa seperti nyata. Jadi, hindari mati konyol. Banyak pemain yang trauma karena terlalu sering nyoba nyoba."

Wazeng menimpali "Kalau kita mati terus... apa yang akan terjadi pada tubuh asli kita?"

"Gak akan kenapa napa. Kapsul ini dilengkapi sistem pemeliharaan tubuh otomatis. Kalian tetap diberi nutrisi, cairan, sirkulasi udara, semuanya diawasi. Bahkan denyut nadi dan gelombang otak kalian dimonitori setiap detik. Kalau ada gangguan sistem ekstrim atau bug pada karakter, kalian langsung di log out paksa. Tapi itu belum pernah terjadi sampai sekarang."

Wazeng berpikir sebentar, lalu bertanya lagi "Kalau kita terluka dalam game atau kehabisan stamina... apa kita bisa pingsan atau kayak koma dalam dunia itu?"

"Bisa. Karakter kalian bisa kehilangan kesadaran kalau terlalu lelah atau kehabisan stamina." jawab staf dengan lembut, menjaga ke-profesional-annya

Wazeng bertanya lagi "Kalau soal lingkungan dalam game... semuanya hidup? Seperti NPC, cuaca, bahkan tumbuhan itu kayak dunia nyata juga?"

Staf tersenyum sambil mengangguk pelan "Ya. NPC punya reaksi alami. Mereka bisa ngobrol panjang, berubah sikap sesuai perlakuan pemain, bahkan menyimpan memori interaksi sebelumnya. Cuaca berubah-ubah secara dinamis, dan dunia di dalamnya terus berjalan walau kalian sedang offline, tumbuhan juga ada yang bisa menaikkan status dan untuk menyembuhkan."

Wazeng bertanya lagi "Dan... tentang interaksi dengan pemain lain, ini bebas sepenuhnya? Bisa serang sembarang orang?"

Staf menggeleng pelan ekpresinya jadi sedikit murung "Untuk saat ini fitur PvP belum tersedia jadi tidak bisa menyerang pemain lain, juga tidak bisa mengambil barang player lain secara paksa," Staf kemudian melanjutkan dengan semangat "...tapi untuk interaksi dengan pemain lain kalian bebas. Suara, gerakan tubuh, ekspresi wajah, semuanya disimulasikan seperti di dunia nyata. Jadi obrolan kalian benar-benar terasa alami."

Wazeng bertanya lagi "Kalau begitu, apa kita yang tidak mengerti soal gerakan gerakan akan kesusahan saat bertarung...?"

"Ah, soal fleksibilitas ya..." staf kembali bersemangat "tak perlu khawatir karena tubuh kalian akan terasa ringan dan gerakan gerakan rumit bisa kalian lakukan seperti karakter kalian dalam online. Juga berbagai gerakan itu bisa kalian lakukan lewat membayangkannya saja, tapi tetap saja ada batas yg membedakan antara level dan pengalaman."

Wazeng mulai excited lalu bertanya lagi "Di dalam game... kita bisa makan? Kek beneran ngerasain rasa makanan?"

"Ya," Staf tersenyum lembut "Sistem kami sudah mensimulasikan rasa dengan sangat akurat. Kalian akan bisa mencicipi makanan, merasakan teksturnya, bahkan kenyang. Tapi tentu saja itu hanya sensasi, karena tubuh kalian di dunia nyata tetap dipasok nutrisi lewat kapsul."

Wazeng mulai kegirangan, pandangannya berganti antara staf dan sahabatnya di samping "Gila... Ini lebih dari yang gua bayangin. Terus apa kita bisa melakukan hal nak—!"

"BLOK! Kebanyakan nanya lu!" Vogaz menyikutnya kuat cukup sampai membuatnya lemas.

Staf hanya tertawa canggung tak bisa menanggapi.

Vogaz kembali melihat brosur di tangannya "Apakah kita bisa log out?" tanya Vogaz. "Melihat kapsul yg di sediakan membuatku berpikir ini pasti akan sangat lama." gumamnya kemudian.

Ekspresi dan suara Staf menjadi sedikit serius, tatapannya mulai menajam "Nah, ini bagian penting. Untuk sekarang... tidak. Kalian tidak bisa log out."

Seketika Wazeng dan Vogaz menatap staf dengan tatapan kaget, napas mereka seketika tercekat dengan mata terbelalak. Namun sebelum mereka menepis perkataan staf, dia segera melanjukan penjelasan.

"Menurut salah satu pendiri game kami 'untuk apa disediakan fitur log out kalau kita mengundang player secara gratis' 🤓" staf tersebut sedikit mengubah suaranya menjadi berat seperti meniru seseorang.

Sang staf kemudian batuk kecil untuk membenarkan suaranya kembali "Intinya, di dalam nanti kalian akan menerima sebuah quest utama yang akan membawa kalian menuju ‘akhir game’. Begitu quest itu selesai, game akan di anggap tamat. Dan kalian bebas, mau lanjut main? Boleh. Mau log out dan berhenti? Itu juga bisa." Ia berhenti sejenak, membiarkan ucapan itu meresap. "Keputusan ada di kalian. Kalau merasa ini terlalu berat, kalian bisa menolak. Juga Quest utama tersebut tidak bersifat wajib, kalian bisa mengejar misi itu, juga bisa mengabaikannya dan hanya menikmati damainya dunia Soulverse Beast."

Wazeng dan Vogaz saling menatap dalam diam, tatapan mereka seperti kode saling bertanya. Pikiran mereka menuju pada satu pertanyaan 'apakah mereka rela membiarkan kehidupan mereka dan beralih pada dunia game?' "Toh, kehidupan sekarang juga B aja..." pikir Wazeng

Detik demi detik yg terasa canggung pun berlalu dan dengan bertukar anggukan saling mengerti mereka berkata dengan tegas... "Kami terima!"

Staf tersenyum hangat, mendekat pada kapsul dan membuka dua penutup kaca kapsul "Kalau kalian sudah siap, silakan masuk ke dalam kapsul masing masing. Gunakan perangkat kepala, lalu berikan kode kedipan 3 kali untuk melakukan aktivasi."

Wazeng dan Vogaz berjalan menuju kapsul dan berbaring di dalamnya, Staf menutup kacanya— dalam kapsul terasa dingin seperti baru.

Di atas kapsul terdapat perangkat untuk kepala yang dipenuhi kabel pada permukaan luarnya, tanpa menunggu, mereka langsung memakainya. Saat semua terasa siap, mereka berkedip tiga kali untuk melakukan aktivasi. - - -

Melihat itu, Staf pun menempelkan access card-nya pada monitor lalu... Tarikan dasyat terjadi pada Wazeng dan Vogaz— tak terduga, jiwa mereka terhenti sejenak di ruangan kosong. Disana ada Tab Hologram dengan sinar biru yang seperti menanyakan username

...[SYSTEM]...

...Changed name? The current name is... Wazeng_fr ...

...Changed name? The current name is... Vogazzzz...

Wazeng segera mengganti namanya menjadi 'Wazeng' juga Vogaz menjadi 'Vogaz' "Kebanyakan z, kayak lebay."

Setelah memasuki nama masing masing jiwa mereka pun terdorong hingga tiba di dunia Soulverse Beast.

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Kage no Hikari (3/4)

...----------------...

...----------------...

Langit sore menyelimuti kota awal dunia game itu. Para player baru berlarian, beberapa masuk ke guild, lainnya ramai cari tim— Bangunan-bangunan kayu dengan tag menggantung, seperti penginapan, bar dan berbagai toko senjata serta toko perlengkapan armor dan toko ramuan berjejeran di kiri dan kanan— Di tengah kota satu jiwa baru, sekaligus player yang akan menghadapi kekejaman serta kesenangan dunia game ini baru saja terlahir...

Wazeng perlahan membuka matanya. Dunia yang ia lihat setelah membuka mata adalah dunia game yang selama ini hanya ia lihat lewat layar monitor.

Matanya melirik langit di atas kemudian ke kiri dan kanan "Kota awal, Ravathen." gumamnya

Ia menunduk melihat tangannya— permukaan cincinnya bersinar biru halus terkena matahari, ia mengusap wajahnya, lalu meraba tubuhnya, kemudian menggerakkan kakinya, di lanjutkan merenggangkan kaki, melompat serta berlari di tempat. Semua terasa nyata, jemarinya mengetuk udara lalu terbukalah Tab Hologram dengan sinar biru yang menyilaukan dirinya.

...[TAB HOLOGRAM]...

...Wazeng (Assasin)...

...LEVEL 47...

...HP 100%...

...MP 100%...

...(Not in Party)...

"Ternyata beneran lanjut ke akun game,ya..." Wazeng berkata dalam hati

Ia kemudian mengambil belati dari inventory dan mengayunkannya seperti memotong, suara lembut gesekan besi dengan udara terdengar halus.

Saat Wazeng tengah mencoba beradaptasi dia mendengar suara logam dari belakang yang menuju padanya, dengan reflek Wazeng pun berbalik badan hendak untuk menangkisnya menggunakan belati— namun karna baru pertama kali ia tak berhasil menahannya. Serangan belati itu menembus kepalanya dan memantul di tanah.

Seorang pemuda bersiul, mendekat dan memungut belatinya di tanah "Ternyata beneran gak bisa nyerang player lain. Kalo ada PVP udah mati lu... Btw movementnya enak."

Wazeng melihat Vogaz dan merasa lega kalau itu bukan musuh. Ia menatap Vogaz dalam diam "Hm? Ternyata bisa liat status pemain lain juga ya..."

...[TAB HOLOGRAM]...

...Vogaz (Assasin)...

...LEVEL 45...

...HP 100%...

...MP 100%...

...(Not in Party)...

"Bisa ngintip?" tanya Vogaz memasukan belatinya ke tali pinggangnya sambil tertawa kecil. Namun Wazeng hanya diam, tak menjawab.

Vogaz kemudian menunduk untuk membuka tab hologram— dan melakukan Invite tim pada Wazeng "Akun kita emang bener tapi tim ke reset, mau gak?" Vogaz menatapnya dengan wajah penuh percaya diri.

...[Invited team From Vogaz]...

...[Accept/Reject]...

Wazeng menyeringai lalu menekan Reject Tatapan Vogaz menjadi bingung, suaranya meninggi "Hah?—"

Sebelum Vogaz berkata kata, Wazeng langsung mengiriminya invite team "Gue leadernya." kata Wazeng dengan sedikit sombong sambil menunjuk dirinya sendiri.

"nye nye nye..." Vogaz tetap menerima undangan itu walau sedikit menggerutu.

...[Tab Hologram]...

...Team Kage no Hikari...

...2/4...

...Wazeng...

...Vogaz...

...+...

...+...

...----------------...

...----------------...

...*CLING* (suara notifikasi)...

Mereka saling menatap bingung lalu membuka Tab hologram secara bersamaan untuk melihat notifikasi

...[ANNOUNCEMENT]...

..."𝙼𝚒𝚜𝚒 𝚂𝚙𝚎𝚜𝚒𝚊𝚕! 𝙺𝚞𝚖𝚙𝚞𝚕𝚔𝚊𝚗 12 𝙵𝚛𝚊𝚐𝚖𝚎𝚗𝚝 𝚋𝚎𝚊𝚜𝚝 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚊𝚛 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚔𝚊 𝚙𝚒𝚗𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚖𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗!"...

...(𝚆𝚊𝚓𝚒𝚋 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚃𝚒𝚖 𝙻𝚎𝚗𝚐𝚔𝚊𝚙 4/4)...

...𝚃𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑𝚊𝚗 : 𝙿𝚎𝚜𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚒𝚔𝚒𝚛𝚒𝚖 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚖𝚞𝚊 𝚙𝚕𝚊𝚢𝚎𝚛 𝚋𝚊𝚛𝚞...

Setelah membaca, Wazeng lanjut menutup Tab Hologram "Oh, jadi ini misi utama yang di bilang staf tadi."

Vogaz terkekeh "Kumpulin fragment doang."

"Baiklah... ayo kita mencari tim dan grinding... tujuan kita saat ini adalah mengumpulkan FRAGMENT BEAST!" ucap Wazeng dengan tegas, menatap gerbang di kejauhan.

...----------------...

Mereka terus berjalan menuju gerbang timur diiringi angin sepoy sepoy sore. Mereka berniat keluar kota dan cari tempat leveling. Tapi saat itu...

"...ugh... apa semua orang udah punya tim?" Suara lembut terdengar dari arah tembok gerbang. Seorang gadis berdiri sendiri, bersandar di tembok gerbang, ia mengenakan jubah sihir ungu pucat dengan tudung yang menutupi wajahnya. Di tangannya ada tongkat sihir kayu bercahaya tipis. Matanya yang berwarna coklat menatap setiap player lain yang lewat, tapi tak satu pun mengajaknya bicara.

"...Seharusnya aku tidak usah setuju untuk ikut bermain, rekan pertamaku malah pergi sendiri..." gumam gadis itu, dia membuka tab hologram biru hendak untuk melakukan sesuatu.

Vogaz berhenti melangkah, juga menahan pundak Wazeng. Matanya menatap si gadis "Zeng, cewek itu…"

Wazeng menatap tajam gadis itu dan tab hologram pun terpampang di atas kepalanya

...[Tab hologram]...

...???...

...LEVEL ??...

...HP ???%...

...MP ???%...

...(Party ???)...

"Jadi kalau player belum di kenal tak bisa mengintip tab hologramnya ya... Mantep juga" kata Wazeng dalam hati

"Kayaknya dia gak punya tim..." bisik Vogaz sambil menepuk bahu Wazeng

Wazeng senyum sedikit "Kita emang tipe solo. Tapi, untuk menyelesaikan misi 12 Fragment Beast, kita diwajibkan memiliki tim lengkap."

"Sip."

Vogaz berjalan pelan ke arah gadis itu "Hey. Kamu... Kayaknya belum punya tim. Mau gabung gak?"

Gadis itu kaget sedikit, tangannya langsung terhenti tapi juga dia langsung nyengir "Eh~? Kamu ngajak aku masuk party? Gak takut aku malah bikin ribet?" suaranya agak main main.

Wazeng ikut mendekat. Matanya menatap lurus pada gadis itu "Kalau kamu bisa jaga jarak, dan gak ngebebanin... kamu masuk, juga untuk menyelesaikan misi spesial kita butuh tim yang lengkap. Jadi kurasa kita bisa saling menguntungkan."

Gadis itu melotot kecil melihat mata biru dan rambut putih Wazeng, seakan mengingat sesuatu "Secepat ini?!' Ia kemudian menggeleng cepat untuk mengusir pikiran itu, gadis itu pun langsung membuka tudungnya dan tersenyum manis. Pemberitahuan undangan tim terpampang di depannya.

...[Invited team From Wazeng]...

...[Accept/Reject]...

"Hoo~ dingin banget... tapi aku suka~" gadis itu lanjut menerima undangan dari Wazeng "Nama kalian siapa?" tanyanya ceria

"Vogaz. Dan ini Wazeng," Vogaz merangkul bahu Wazeng "Kami berdua adalah tipe Assasin, kita bukan tim gede. Tapi kita gak akan biarin member kita jatuh."

Gadis itu sedikit tersenyum kemudian memperkenalkam dirinya "Namaku Eimi. Mage, sekaligus 'support manis dari balik layar' salam kenal yaa, duo ninja~" Eimi memberi wink dan peace sign.

"Ya, salam kenal." Vogaz mengangguk pelan.

"Mhm..." jawab Wazeng singkat dengan ekpresi datar.

Wazeng dalam hati "IMUT BANGET ANJIR🥰"

Vogaz mengeratkan lengannya sampai sedikit mencekik leher Wazeng "wat da hel..."

...----------------...

...----------------...

...Wazeng (Assasin) LEVEL 47...

...Pendiam tapi tegas...

...----------------...

...Vogaz (Assasin) LEVEL 45...

...Pendiam tapi aktif...

...----------------...

...Eimi (Mage) LEVEL 15...

...Ceria dan peduli...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...[TAB HOLOGRAM]...

...Tim Kage no Hikari 3/4...

...Wazeng...

...Vogaz...

...Eimi...

...+...

...----------------...

...----------------...

Perburuan Pertama (?)

...----------------...

...----------------...

Langit masih gelap kebiruan. Embun turun pelan. Suara api unggun yang nyaris padam jadi satu-satunya pengisi sunyi.

Wazeng terbangun lebih dulu. Matanya terbuka perlahan, dan yang pertama dia lihat adalah langit gelap yang sebentar lagi akan berubah menjadi pagi.

Vogaz sudah duduk bersila tak jauh, belati di tangannya diputar pelan. Matanya tidak menatap Wazeng, tapi ia tahu, sahabatnya juga belum tidur nyenyak. "Lu kebangun juga ya."

"Lu juga." Wazeng menghela napas, mengeluarkan sedikit uap akibat suhu dingin.

Sunyi sebentar. Lalu Eimi menggeliat kecil dari dalam jubah yg menyelimuti dirinya, ia perlahan terduduk dengan rambutnya yang berantakan, tapi wajahnya tetap menggemaskan "Hoooaammm... udah pagi...? ....5 jam lagi ya..." suaranya pelan sambil menguap

Eimi kemudian jatuh ke bawah jubah dan nyender ke pangkuan Wazeng tanpa sadar

"Sepertinya hanya dia tertidur nyenyak." gumam Wazeng sambil membelai lembut rambut Eimi.

Vogaz menatap Wazeng dengan ekpresi jijik "Hah? Lu ngesimp? Gimana kalo sebenarnya itu cuma karakter dia, dan player aslinya om om ugly bastard..."

Wazeng menggeleng masih mengelus rambut Eimi "Ayolah bro... Di dunia nyata gue gak bisa ginian..."

"Lagian, di brosur panduan tertulis; player akan dikirim sesuai dengan gender dan tinggi badan dari dunia nyata, apabila player memilih gender yang berlawanan saat bermain online, maka item item yang bersangkutan akan di ubah sesuai gender." Wazeng berkata pelan agar Eimi tak terbangun

"Tch, Terserahlah, yang penting jangan ngesimp dalam party itu terlihat aneh... apalagi dia baru."

Vogaz mendekat lalu berjongkok di depan Eimi, membelakangi api unggun yang telah padam.

Vogaz mencoba membangunkan Eimi dengan menggoyangkan bahunya "kita akan melakukan perburuan dungeon untuk leveling di dungeon Level 35 jadi kau harus bersiap, karena level dungeon ini lebih tinggi daripada levelmu."

Eimi masih setengah sadar, tapi mulai duduk dan membuka matanya yang terasa sangat berat. Eimi senyum lembut ke arah Wazeng, sambil mengelus pipinya dengan matanya yg masih tertutup "Kalau kamu kenapa kenapa di dungeon nanti, bakal aku ciumin sampe sadar lagi ya~?, hehee~" dia perlahan jatuh lagi ke pangkuannya dan lanjut tidur sebentar

Vogaz menatap Wazeng yang cengar cengir "Apalah ni orang..."

Vogaz berdiri, melupakan pengakuan kecil Eimi "Zeng... lu tau kan? Level boss kali ini emang cuma level 35. Tapi kita harus tetap serius... ini juga adalah pertama kalinya kita bertarung secara realtime..." Ia kemudian duduk bersila di bawa pohon dengan tangan menyilang di dada "yang kemarin gak usah di hitung." gumamnya kemudian.

Wazeng masih membelai rambut Eimi, tatapannya lembut menikmati keimutan gadis di pangkuannya "Aman, kalau kita kerja sama kayak main game online, kita pasti bisa."

"Yah, tapi untuk sekarang bangunkan dulu si kebo itu."

...----------------...

...----------------...

...[Kemarin]...

Pada sore hari dengan langit memerah— setelah Eimi masuk tim, mereka bertiga pun memulai perjalanan ke arah hutan untuk menaikan level, juga untuk beradaptasi. Di sana mereka menemui sarang tenda goblin.

Wazeng mengangkat setengah kepalan tangannya "Musuh," Semua pun berhenti dan bersembunyi di balik semak "Bagaimana, mau lawan?"

ketiganya menatap satu sama lain lalu memberikan anggukan setuju. "Sip, Gaz lu yg kiri, gw kanan. Eimi berikan buff pada kami. Dan jangan hancurkan tendanya, kita akan bermalam disini."

Dengan percaya diri Vogaz melangkah keluar— menampakan diri pada goblin secara terang terangan. Wazeng dan Eimi menoleh Vogaz dengan bingung. "Hah?!"

Sebelum beraksi lebih jauh, beberapa goblin mulai berlari menyerang Vogaz dengan gada mereka. Vogaz segera menarik belatinya namun, setelah dia mencoba meluncur dia malah kepleset dan menimpa satu goblin di depan— menyundul, goblin itu pun mati. "Lah?" heran Eimi.

...[Enemy Defeated]...

"Sepertinya mereka bukan tipe musuh yg sulit di kalahkan." gumam Wazeng sambil sedikit tertawa. Ia kemudian ikut keluar dari persembunyian lalu melempar dua belatinya dengan lemparan loyo ke arah goblin yg tersisa dan langsung mengalahkan mereka.

...[Enemy Defeated]...

...[Enemy Defeated]...

Mereka pun menghabiskan malam di hutan pada tenda goblin itu.

...----------------...

...----------------...

1 jam kemudian. Waktu berlalu dengan cepat, matahari telah menampakkan diri sepenuhnya.

"Kita seharusnya jalan satu jam lalu. Dungeon akan dihabisi oleh player lain." Vogaz mengeluh.

"Dungeon bisa nanti. Tapi ini..." Wazeng membelai lembut pipi Eimi sekali lagi, lalu tersenyum "...tak selalu datang dua kali"

Kepala Eimi sedikit bergerak. Alisnya berkerut pelan. Matanya mulai terbuka perlahan, refleks menahan cahaya pagi. Eimi kemudian membeku sesaat melihat wajah Wazeng "...k-kau..."

Wazeng tersenyum hangat "Selamat pagi."

Wajah Eimi memerah, ia pun terduduk cepat "A...aku ketiduran!? Kenapa nggak bangunin aku!?"

Wazeng hanya tertawa kecil, namun sebelum ia berkata kata— Vogaz berdiri dan menepuk tangan untuk mengalihkan perhatian mereka "Baiklah, saatnya melakukan perburuan pertama..."

Eimi perlahan berdiri, merenggangkan badan dan menuju tenda kecil mereka untuk mengambil perlengkapannya di ikuti oleh Wazeng.

...----------------...

Mereka berjalan keluar hutan menuju Utara Ravathen, mencari Dungeon kosong yang belum di taklukan player lain.

Langkah kaki menyusuri tanah lembap. Suara ranting kecil patah, daun basah tergeser. Kabut sudah mulai meredah, menyisakan cahaya matahari yang menari di sela pepohonan.

Eimi berjalan setengah langkah di belakang Wazeng dan Vogaz. Wajahnya masih merah muda sejak insiden 'pangkuan pagi' tadi, dia belum bicara banyak. Tangannya sibuk dengan tongkat sihirnya, seperti mengalihkan pikiran.

...----------------...

Akhirnya mereka tiba pada satu dungeon dengan ukiran level 35 pada tembok batu gerbang dungeon tersebut. Tak ada kata, tak ada suara... Mereka hanya menatap satu sama lain dan mengangguk tanda bahwa mereka siap.

...----------------...

Eimi memegang tongkat sihirnya dengan gemetar dan mereka berjalan masuk. Eimi di tengah, Wazeng di kiri dan Vogaz di kanan. Mereka berjalan makin dalam, makin gelap, dan semakin terasa aura tak wajar.

Dungeon itu sunyi, terlalu sunyi langit langit dungeon meneteskan air sedikit demi sedikit. Di dinding batu terdapat goresan cakar monster atau mungkin goresan dari senjata seseorang. Terdapat juga banyak bangkai monster yang terbunuh dengan brutal. Tidak ada drop item, tidak ada player lain.

"Monster segini dibantai. Pasti sudah ada yang masuk duluan..." gumam Vogaz

Eimi berdiri di tengah lorong, merasa takut dengan hawa mengerikan "kalau sudah ada yang masuk, kenapa kita juga ikut MASUK!? Harusnya kita mencari dungeon lain...Bukankah reward dan lootingan nya sudah diambil duluan?!" suaranya meninggi sedikit kesal, padahal alasan mereka seperti ini marena ulahnya sendiri.

"Hm?" Vogaz menoleh sedikit dengan tatapan aneh "Itu karena kau bangun kesiangan...jadinya kita tel—!"

"A—AAAAHHHHHH!!!"

Tiba-tiba, terdengar suara teriakan dari kedalaman dungeon dan itu suara perempuan.

Tanpa aba-aba, Wazeng langsung lari duluan menuju arah suara. Vogaz menyusul, Eimi pun ikut berlari menyusul dari belakang sambil menyiapkan sihir pelindung. Lorong semakin sempit. Aura musuh terasa berat dan saat mereka sampai di ujung ruangan itu...

Seorang gadis duduk bersimpuh lemah. Armor-nya sobek sebagian. Di sekelilingnya, tiga tubuh player lain membeku oleh kekuatan sihir yang luar biasa.

"...aku bilang jangan masuk... aku bilang jangan nyerang dulu..." Gadis itu berbisik pada dirinya sendiri, suaranya nyaris hilang

Gadis itu perlahan melirik pada Wazeng, Vogaz dan Eimi di tengah gerbang, sebagian helai rambut merahnya menempel pada wajahnya. Matanya kosong, nafasnya terengah engah, ekspresinya hancur. Seakan dunianya berhenti berputar, tangannya berdarah, tapi dia tidak menangis.

Wazeng mendekat perlahan. Matanya mengamati gadis itu dan 3 player yang tersungkur. Tab hologram ketiga player di samping gadis itu di tersensor, bukan tanda tanya.

Mata Wazeng menyapu ruangan boss yang luas menyadari boss itu belum muncul kembali. Tapi ruangan ini... adalah neraka.

Eimi berlari dan berlutut dekat gadis itu sambil memberikan efek healing "Hey, kami akan membantumu. Tenanglah."

Vogaz menatap tubuh-tubuh di sekitar dengan ekpresi terkejut untuk pertama kalinya "Mereka kena AoE serangan si boss, ya?"

Gadis itu tidak menjawab. Tapi matanya naik, dan menatap langsung ke Wazeng. Wajahnya tak sanggup lagi berekspresi. Tapi dalam matanya, ada rasa hancur "Kalian bukan mereka. Jangan ikut ikut aku. Pergi!" suaranya serak.

Wazeng berdiri tegak, membelakangi gadis itu untuk melindunginya "...nggak." bantah Wazeng dengan tegas.

Dia menoleh ke belakang, tatapannya tajam. Tapi tidak menghakimi "Kamu masih hidup. Itu sudah cukup bagi kami untuk bertarung."

Gadis itu terdiam lalu perlahan berdiri, meski tubuhnya gemetar. Namun Eimi menahannya untuk tetap duduk "Aku..." Suaranya mulai meninggi, tersedu sedu "aku bisa lawan boss itu kalau mereka dengerin aku! Aku bilang tunggu sinyal! Tapi mereka... mereka—!"

Dia menarik napas panjang, lalu menunduk "...jadi, jangan bilang kalian akan selamat. Karena aku... gak bisa jamin."

Eimi perlahan menggeser rambut gadis itu dari wajahnya "Kami gak butuh jaminan. Kami cuma perlu partner yang mau bertarung bareng."

Vogaz berdiri di sebelah Wazeng, membelakangi Eimi dan gadis ketakutan itu "Kalau kamu masih bisa bernafas itu berarti kita bisa keluar dari tempat ini bareng."

Gadis itu menatap ketiganya... diam... lalu akhirnya menerima tawaran "Nama ku... Hazuki..." suaranya pelan, seperti bisikan.

Dia menatap langsung ke punggung Wazeng "Kalau kalian mati, itu bukan salahku. Tapi kalau kalian selamat... aku akan bertahan di samping kalian, setidaknya sampai keluar tempat ini..."

Wazeng menoleh pada gadis itu untuk melihat tab hologramnya.

...[TAB HOLOGRAM]...

...Hazuki (Fighter)...

...Level 38...

...HP 15%...

...MP 9%...

...Member party Enryu...

Terlihat senyum tipis dari ujung bibir Wazeng.

...----------------...

Dan di saat itulah boss dungeon muncul kembali dari balik kegelapan. Suaranya menggetarkan lantai, aura dingin mengalir dari celah-celah dinding.

Wazeng menyiapkan belatinya, menekuk lutut posisi siap tempur "Kalau begitu... Bertarunglah di belakangku!"

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!