NovelToon NovelToon

Dosenku Suamiku

Bab 1: Sakit dan terluka dalam Cinta

************

Orang bilang jatuh cinta itu adalah hal yang menyenangkan. Akan terasa membahagiakan jika orang yang kita cinta ternyata juga membalas cinta kita. Namun, akan terasa menyakitkan jika cinta kita bertepuk sebelah tangan. Atau mungkin, akan lebih menyakitkan jika orang yang kamu cinta dia juga mencintaimu namun kalian tidak bisa saling memiliki. Lalu bagaimana?

Semua itu harus di rahaskan oleh wanita muda bernama Zahra Khadijah Abdullah. Seorang mahasiswi jurusan Manajeman di usianya yang menginjak 22 tahun. Bersamaan dengan kesibukan kuliahnya tapi dia justru terjebak dalam sebuah rasa yang bernama CINTA.

Dia mencintai seorang pria yang dia anggap pria yang baik. Selama 6 bulan dia memendam cinta pada pria bernama Riswan Alfarisi. Pria yang tinggal tak jauh dari rumahnya itu telah mencuri hatinya.

Setiap hari Zahra akan memandangi Riswan dalam diam di saat mereka bertemu ataupun berpapasan. Cinta yang di simpannya terasa menyakitkan hingga akhirnya dia memutuskan untuk mengungkapkan isi hatinya pada Riswan.

Dia berpikir bahwa sebuah perasaan itu harus di ungkapkan. Hari sebelumnya dia telah membuat janji dengan Riswan agar bertemu dengannya di masjid setelah sholat Zuhur. Dia berniat mengatakan perasaannya pada Riswan secara langsung sebelum dia pergi bekerja.

Dan di sinilah mereka, duduk sedikit berjauhan dan terhalang tiang penyangga teras masjid.

“Ekhmmm...” Riswan berdehem karena Zahra tak kunjung bicara. Sedang dia juga ingin mengatakan sesuatu pada Zahra.

Riswan mengintip dari balik tiang penyangga. Zahra sedang meremas gugup gamisnya melihat Zahra tak meresponnya diapun kembali memanggil Zahra.

“Zahra?!”tegurnya

Membuat Zahra terbangun dari lamunanya. Dia bingung harus mengatakan bagaimana kepada Riswan.

“Ada hal apa?”tanya Riswan. Pria dengan kulit putih dan hidung mancungnya itu merasa heran dengan sikap Zahra yang terlihat gugup bertemu dengannya.

Zahra diam, hingga dia hanya mengatakan satu kalimat yang membuat Riwan tertegun dan diam membatu. “Aku ingin kamu jadi imamku.”

Deg,,,

Riswan tahu apa maksud dari perkataan Zahra, dia mengerti dengan jelas bahwa saat ini Zahra sedang mengutarakan perasaannya.

Detak jantung Riswan maupun Zahra berkali lipat cepatnya. Debaran jantung yang mendominasi situasi mereka yang terasa cangung dan kikuk.

Zahra menunduk dengan pipinya yang bersemu merah. Dia akui jika dia merasa malu, tapi dia juga merasa lega dalam hatinya. Paling tidak Riswan sudah tahu perasaannya.

“Zahra,”panggil Riswan terdengar lirih. Zahra menunggu kalimat lanjutan Riswan dengan perasaan gelisah dan harap-harap cemas. “Aku juga ingin kamu jadi makmumku. Tapi, mungkin kita tidak di takdirkan untuk bersama.”

Zahra tertegun mendengar ucapan Riswan. Dia senang karena Riswan juga mengingikan Zahra menjadi makmumnya itu artinya Riswan juga menyukainya. Tapi, apa maksdunya mereka tidak bisa bersama. Pikir Zahra.

“Apa maksudnya, kak?” dia bertanya, dengan perasaan tak karuan Zahra menoleh menatap Riswan yang ternyata sudah berdiri dan berjalan ke arahnya. Riswan berhenti tepat di hadapan Zahra.

“Maaf, Zahra. Dua hari lagi aku akan menikah.”

Oksigen Zahra seketika terampas begitu saja, hatinya terasa begitu sesak. Detik itu juga hati Zahra di hancurkan berkeping-keping oleh Riswan cinta pertamanya. Pria yang dia harapkan menjadi imam dalam hidupnya. Sekarang yang dia lihat pria itu menyodorkan sebuah kartu undangan di hadapannya.

“Kak Riswan bercanda? Ini tidak lucu kak.”sela Zahra dengan suara bergetar menahan tangis.

Riswan menatap Zahra pilu. “Zahra, aku juga ingin kamu yang menjadi makmumku. Tapi maaf, dua hari lagi aku harus menikah. Kita tak akan bisa bersama.”wajah Zahra berubah pias. Dengan setitik air mata yang tergenang di sudut matanya.

“Aku harap kamu bisa datang di acara pernikahanku. Maafkan aku!”Riswan meletakan undangan pernikahnya di pangkuan Zahra dan pergi meninggalkan Zahra yang masih terdiam tanpa ekspresi.

Riswan pergi, pria itu juga menangis. Hatinya juga ikut terluka karena dia harus menyakiti perasaan wanita yang juga dia cintai.

Tapi, dia bisa apa? Pernikahan ini juga bukan keinginannya. Bukan kehendaknya melainkan titah dari keluarga dan orang tuanya.

Perjodohan yang telah di atur oleh keluarga besar Riswan. Keluarga kaya dan terpandang. Apa kalian kira keluarga kaya itu 100% akan hidup bahagia? Tak akan bisa di jamin.

Karena sebagian besar dari mereka lebih mementingkan kehormatan, tradisi, pandangan orang juga status dan harta.

Mereka sama sekali tak peduli pada kebahagiaan anak-anak mereka. Mereka yang berpikir bahwa harta bisa membahagiakan anak. Belum tentu seperti itu, harta memang penting.

Tapi, kasih sayang dan keberadaan orang tua yang merestui perjalanan anaknya juga sangat mereka butuhkan. Bukan hanya harta, tapi juga kasih sayang.

Riswan mencintai Zahra, itu memang benar. Tapi, apa yang bisa dia lakukan. Dia juga tidak ingin membantah orang tuanya hanya untuk kebahagiaanya. Dia bisa melawan, tapi dia tidak bisa membuat orang tuanya jatuh sakit karena ulahnya.

Dia sudah di jodohkan dengan perjanjian bisnis antara keluarga. Dia akan menikahi wanita yang tidak dia kenal dan juga tidak dia cintai. Apa yang bisa dia lakukan selain menerima?

Ya, mungkin memang benar. Cinta tak harus memiliki karena mungkin saja suatu saat kita akan menemukan cinta yang tak pernah kita sangka. Yang tak terduga, sekarang selain pasrah dan mengikhlaskan kita tak bisa berbuat apapun.

************

Wanita itu adalah mahkluk yang teralu mudah untuk menyenangkannya tetapi juga sangat mudah untuk menyakiti hatinya. Mudah membuat mereka tersenyum namun juga mudah membuat mereka menangis.

Hati mereka akan terlalu rapuh ketika di hadapkan oleh perasaan cinta, kekecewaan, yang teramat dalam.

Wahai wanita mengapa kamu begitu sakit saat kamu tidak memiliki dia yang kamu cintai?

Mengapa kamu menangis saat cintamu tak terbalas?

Apa karena kamu terlalu lemah?

Atau karena kamu terlalu bodoh?

Tentu saja tidak!

Jawabannya adalah....

Karena kamu....

Terlalu TULUS dalam MENCINTAI

Padahal apa yang kamu anggap baik belum tentu dialah pilihan terbaik Allah untukmu.

Namun kamu terus memaksakan diri mencintainya. Bukan salah kamu, karena cinta datang tanpa di undang dan membuatmu lupa bahwa cinta juga bisa mengelabuimu.

Kamu yang memilih namun akhirnya kamu juga yang tersakiti.

Mengapa tidak kamu serahkan kepada dia (Allah) yang memiliki hati semua hambanya?

Jika memang doa dalam sujudmu tidak juga dapat membuka hatinya, maka ikhlaskanlah.

Lepaskanlah yang baik demi mendapatkan yang lebih baik sesuai dengan apa yang kamu butuhkan bukan sesuatu yang hanya kamu inginkan.

Kesedihan meliputi hati dan pikiran Zahra hingga dia memilih mengambil cuti kerjannya. Dia memilih beristirahat di rumah, menangis hingga malam.

Dia merutuki dirinya yang begitu bodoh telah jatuh cinta. Apalagi dia merasa dia telah mencintai orang yang salah.

Bagaimana bisa Riswan memintanya untuk datang ke acara pernikahanya. Apa pria itu sama sekali tidak memikirkan hati Zahra.

Hingga akhirnya Zahra terlelap dalam tidurnya dengan posisi duduk bersandar di kepala ranjangnya dengan masih menyisakan jejak air mata yang sudah mulai mengering serta mata sembabnya.

Subuhnya zahra terbangun saat mendengar kumandang azan. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya lampu, tangannya berusaha menutup cahaya lampu yang bersinar tepat diatasnya.

Setelah beberapa menit Zahra akhirnya bisa menurunkan tangan kirinya yang sedari tadi berada di depan mata nya menghalau cahaya.

"Awwwsss!" ringis Zahra saat mencoba bangun dan merasakan nyeri di pinggang dan juga lehernya karena tidur dalam posisi duduk bersandar.

"Astagfirullah.... pegel banget badan aku!" keluhnya.

Kemudian berusaha merenggakan otot lehernya mencoba memiringkan ke kanan dan ke kiri, perlahan nyeri itu hilang. Dan dengan perlahan Zahra bangun dari ranjang segera bergegas ke kamar mandi mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh.

Pagi harinya jam 07.30 Zahra bersiap-siap pergi ke kampus. Setelah mandi dan berpakaian rapih Zahra duduk di depan meja riasnya untuk berdandan. Zahra tersenyum miris menyaksikan pantulan wajahnya di cermin.

"Menyedihkan kamu Zahra!" gumam Zahra lirih pada dirinya sendiri.

Mata sembab dan wajahnya yang pucat menunjukan betapa menyedihkannya Zahra kali ini.

Bagaimana tidak? Dia baru pertama kali mencintai dan cintai itu juga yang membuatnya tersakiti.

Zahra terkekeh bukan karena bahagia, tapi karena dia berusaha menutupi kesediahannya, " Bukan begini caranya Zahra! Kamu percaya Allah dan inilah ujian yang harus kamu hadapi. Selalu ada hikmah di setiap pristiwa." Ingatkan Zahra pada dirinya sendiri dan kembali berusaha tersenyum.

Setelah mengoles bedak tipis di wajahnya dan memakai Hijabnya Zahra berdiri tegak di depan cermin itu. Kemudian dia memakai tas selempangnya, dan tersenyum cerah di depan cermin.

"Bismillah, waktunya menunjukan pada dunia bahwa aku sudah baik-baik saja.”tutur Zahra kembali bersemangat seolah berusaha melupakan rasa sakit yang di terimanya kemarin sore. Kenyataan yang sangat buruk.

Zahra tersenyum cerah saat keluar dari kamarnya dia melihat Ummi dan Adiknya sedang menyiapkan sarapan. Dia berjalan mendekat ke arah Umminya

Cup

Satu kecupan sayang mendarat di pipi Umminya yang sedang menata piring di meja makan yang berada tepat di depan kamarnya.

Rumah yang tak terlalu besar itu bergabung dengan ruang tamu dan juga meja makan yang hanya terhalangi oleh sofa tamu saja.

"Pagi Ummi ku tersayang, bidadari syurgaku." Sapa Zahra pada Umminya yang di balas kecupan hangat di pipi kiri Zahra. "Pagi Malaikat Syurga Ummi!" ucap Ummi dengan senyum yang menenagkan.

"Dih, Haikal dicuekin mentang-mentang udah ada kak Zahra!" protes suara itu yang tidak lain adalah Haikal (adiknya) yang sibuk menuangkan Nasi Goreng ke piring.

Zahra terkekeh, "Ulu...ulu... ada yang cemburu nih? Malu sama umur pak!" goda Zahra dengan mengedipkan matanya pada Haikal.

Haikal mendelik kesal ke Zahra, "Enak aja! Haikal tuh masih muda tahu! Masih di deminin sama dedek-dedek gemes lagi... wleekkk" balas Haikal yang tak mau kalah.

"Bodo amat!" kata Zahra yang sudah memberengut membuat Ummi dan adiknya tertawa melihat wajah Zahra yang menggemaskan saat kesal.

Setelah sarapan Zahra dan Haikal pergi ke sekolah mereka masing-masing. Sekolah mereka berbeda arah, Haikal yang masih menduduki bangku SMA kelas 2 harus pergi dengan menggunakan angkot. Sedang Zahra harus ke kampus dengan menggunakan motor matic nya.

Dalam perjalanan raut wajah Zahra berubah menjadi murung kembali. Tak ada senyum yang cerah seperti tadi pagi, perlahan air matanya kembali turun. Dia tidak lagi menghapus air mata itu toh wjaahnya kini tertutup helm.

Wanita sangat suka membohongi perasaanya . ketika bibirnya berkata bahwa dia baik-baik saja padahal nyatanya dia sedang tidak baik.

Wanita itu penipu ulung yang cukup buruk, tapi sebagian dari mereka banyak yang sudah handal. Diam diam menyimpan rasa sendirinya lalu berujung mengakhiri hidup karena selalu berpikir bahwa mampu menahan beban hati sendiiri.

Nyatanya lebih baik kita menangis dan melampiaskan kemarahan kita dari pada memendam rasa sakit itu.

Seperti Zahra, dia memilih untuk melampiaskan semuanya dalam bentuk air mata. Namun, satu hal yang harus Zahra tahu. Bahwa habis gelap terbitlah terang, setelah semua air matanya pasti Tuhan telah persiapkan kebahagian untuknya suatu saaat nanti.....

Xxxxxxxxxxxxxxxxx

#Bersambung....

Terima kasih sudah mampir...

jangan lupa tekan love nya yakk... like juga... bantu share ya teman2....

See youuuu....

Bab 2: Menguatkan Hati

BAB 2

************

Malam harinya, seperti biasa Zahra pulang jam sepuluh malam usai kerja di sebuah cafe. Setelah bersih-bersih Zahra menghampiri Haikal yang tengah duduk di teras rumah sambil bermain hp.

"Dek!" panggil Zahra saat dia sudah mendudukan diri di samping Haikal. Mereka berdua duduk di lantai teras yang agak tinggi. Dinginnya angin malam membuat suasana lebih sejuk.

"Dek!"panggil Zahra sekali lagi karena tak mendapatkan jawaban dari Haikal.

"Hmmm..." gumam Haikal tanpa menoleh dan tetap asik dengan hp nya. Zahra mencebik kesal, "Au ah kesel! Kakak pergi nih!" ancam Zahra beranjak bangkit.

"Eitss..." Haikal mencekal tangan Zahra yang hendak pergi, "Gitu aja ngambek! Dasar kakak ambekan." ejek Haikal.

"Bodo amat!" ketus Zahra melepaskan cekalan tangan Haikal.

Haikal terkekeh geli melihat kakaknya yang sedang kesal, "Ada apa sih kak? Serius banget kayaknya?" tanya Haikal. Dia menarik tangan Zahra hingga Zahra duduk kembali di sampingnya.

Haikal menutup hp nya dan menyimpannya di saku celanannya, dia melirik ke arah Zahra. "Ada masalah?" tanyanya. Zahra hanya mengeleng pelan dan hanya menatap fokus ke depan membuat Haikal merasa ada sesuatu yang menjadi kegelisahan kakaknya.

"Hari minggu besok kamu ada waktu enggak?" tanya Zahra pada Haikal.

Haikal mengeryit, "Hmmmm... Ada sih kak, emang kenapa?"

"Bisa temenin kakak gak? Ke acara nikahan temen."

Haikal mengangguk, "Boleh sih! Tapi ada uang jajannya gak?"

Zahra mendecih, "Ck..ck.. Gak jadi deh! Punya adik kok mata duitan! Apa-apa duit. Kerja sana!" kata Zahra sambil menoleh ke arah Haikal dan menatapnya kesal.

Sementara yang di tatapnya hanya bisa tertawa sambil mengaruk tengkuknya. "Eheheheheh.. Iya deh iyaa. Jam berapa emang?"

"Hmmm... Jam satu siang aja kita dateng ke acara resepsinya. Akadnya jam sepuluh pagi." jawab Zahra sambil mendongak ke langit menatap bintang yang indah.

"Oke deh!" seru Haikal sambil mengacungkan jempolnya dan Zahra hanya balas tersenyum sambil mengacak-acak rambut Haikal dengan gemas.

"Kak ih!! Rusak deh rambut seksi aku!" protes Haikal.

"Ck.. Rambut seksi dari Hongkong!" kekeh Zahra. Namun tiba-tiba wajah Zahra berubah mendung dan itu tak luput dari perhatian Haikal.

"Kamu tahu enggak kenapa bintang selalu adanya di malam hari?" tanya Zahra tiba-tiba, membuat Haikal beralih menatap bintang di langit.

"Ntah!" katanya sambil mengedikan bahu ,"Mungkin memang sudah aturan alamnya." sambungnya lagi.

Zahra tersenyum, "Bukan, bintang ada di malam hari karena dia yang menjadi penerang dan hiasan di kegelapan malam. Gelapnya malam akan terasa indah dengan hadirnya bintang maupun bulan. Sama seperti kehidupan! Terkadang hanya kita yang tak mengerti maknanya!"

Haikal menoleh ke arah Zahra ,"Maksudnya?" tanyanya heran.

"Suka dan duka dalam kehidupan, yang kita rasa sabagai derita dan cobaan yang selalu membuat kita menangis, sedih, kecewa, frustasi itu ibaratnya kegelapan malam. Kita mengeluhkan mengapa itu sungguh gelap? Mengapa hidup begitu kejam? Tanpa kita melihat ada bintang- bintang yang indah di sekeliling kita.”

“Ayah,ibu,adik,kakak,keluarga, guru, bahkan diri kita sendiri. Ada kebahagian yang begitu dekat dengan kita tapi itu tidak bisa terlihat dan kita rasakan karena kita terlalu fokus pada rasa sakit_" jeda Zahra menghirup udara malam.

"_Dan satu hal, segelap-gelapnya malam dan seindah-indahnya bintang semua akan sirna saat pagi menjelang. Tergantikan dengan cahaya matahari yang lebih terang!" jelas Zahra panjang lebar.

"Bener banget!" tambah Haikal. Lalu kakak beradik itu saling menatap dan tersenyum, "Dan...." kata mereka berdua kompak.

Mereka kembali menatap langit dan bersuara bersama-sama.

"Malam akan berganti pagi! Tangis akan menjadi tawa! Sedih akan menjadi bahagia! Sebagaimana roda kehidupan. Hidup tak akan lengkap tanpa derita!" seru mereka kompak ditutup dengan tawa yang menyenangkan dari dua bersaudara itu.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sudah menitihkan air matanya menyaksikan mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Umminya yang sedang berdiri bersandar di pintu yang merasa bangga dan bersyukur di karuniai malaikat hidupnya.

"Semoga kalian berdua tetap akur dan selalu bahagia, Nak! Ummi bangga memiliki putra dan putri seperti kalian!" kata Umminya pelan sambil menghapus air matanya dan berlalu masuk kedalam meninggalkan anak-anaknya yang masih menikmati keheningan malam.

**********

Malam itu seorang pria sedang kerepotan dengan persiapan pernikahannya. Siapa lagi kalau bukan Riswan. Sampai-sampai iya melupakan surat yang sore tadi di berikan anak kecil padanya. Dia hanya menyimpannya di dalam buku catatannya sampai sekarang belum di bacanya. Belum lagi dia menyiapkan diri dari kegugupannya serta harus menghafalkan ijab qobul agar tak salah sebut.

Hingga pukul 2 dini hari, dia memasuki sebuah kamar hotel di mana tempat resepsinya akan di adakan besok siang setelah akad di masjid sekitarnya. Lelah dan kantuk sudah menghantam Riswan hingga seusai mandi dia langsung tepar di atas ranjang empuknya.

"Aku tidak percaya akan menikah dengannya!" kata Riswan sambil menatap langit-langit kamarnya. Kemudian dia menyamankan posisi tidurnya dan menarik selimut hangatnya.

"Baiklah, semoga aku bahagia dengannya." gumam Riswan “Zahra, maafkan aku menyakitimu. Aku juga mencintaimu tapi memang takdir tidak membiarkan kita bersama.” Riwan berkata lirih dan terlelap dengan luka hati yang terpendam.

Pagi menjelang.... Acara akad berjalan dengan lancar kini Riswan telah memiliki pendamiping seorang wanita cantik, model papan atas yang sangat terkenal kini menjadi pendampingnya, 'Kirana Malik Akalanka' itulah pendamping Riswan kini.

Mereka berdua tengah berkumpul dengan para keluarga besar. Menanti siang hari untuk resepsi, para desainer dan wo terkenal juga hadir untuk menata setiap desain dan penampilan mereka. Bagaimana tidak? Kelas mereka adalah konglomerat. Orang-orang kaya dan terkenal.

***********

Zahra dan Haikal sudah berangkat dengan motor mereka dengan Haikal yang membonceng Zahra.

"Dek, kok cuacanya enggak bersahabat ya? Kayaknya mendung gitu?" tanya Zahra setelah menyadari bahwa cuaca sudah mendung dan angin sudah cukup kencang membuat Zahra cukup kedinginan.

Haikal bergumam, sebelum akhirnya berkata, "Ntahlah! Mungkin akan terjadi sesuatu!" kata Haikal dengan santainya.

"Maksudmu?"

"Kita lihat aja nanti. Bagaimana emosi seseorang sedang di permainkan!"

Ntah mengapa perkataan Haikal terasa menusuk relung hati Zahra. "Apa Haikal sudah tahu siapa yang menikah? Tapi aku belum memberitahunya?" batin Zahra bertanya-tanya.

25 menit berlalu akhirnya mereka sampai di sebuah gedung mewah dan tinggi menjulang. Mobil-mobil mewah berbaris dengan rapih dan tertib. Berbagai karangan bunga sebagai ucapan mengelilingi gedung itu.

"Masyaallah! Mewah banget!" kagum Zahra, matanya berkeliling menatap gedung itu.

Hingga Haikal menghentikan gerakan kepala Zahra dengan menangkup kedua pipi Zahra dan mengarahkanya ke sesuatu.

"Berhentilah mengagumi gedung ini! Lihat itu! Dan cobalah untuk tidak menangis dari sekarang!" perintah Haikal dengan nada yang sudah tak bersahabat. Membuat Zahra menatap apa yang di arahkan Haikal.

Tiba-tiba saja matanya sudah berkaca-kaca, di sana dan di mana-mana dia melihat nama Riswan orang yang di cintainya terukir dan berdampingan indah dengan nama wanita lain yang kini sudah menjadi istrinya.

Haikal kesal bukan main saat melihat Zahra mulai berkaca-kaca, "Dasar cengeng!" umpatnya kesal. Haikal benar-benar tidak suka jika Zahra menangis apalagi karena orang lain dan ini karena seorang pria asing! Membuat ubun-ubunnya terasa panas ingin marah dan memukili Riswan.

"Ba-bagaimana kau tahu?" tanya Zahra berusaha tegar agar tak menangis.

Haikal memalingkan wajahnya, "Itu tak penting!" ketusnya.

Kemudian Haikal menarik Zahra masuk ke dalam gedung itu. Lagi-lagi hati Zahra tertohok dan teriris ketika dia melihat foto Riswan dan Istrinya terpampang sepanjang jalan.

Zahra tersenyum miris, "Wanita itu begitu cantik dan seksi. Bahkan di bandingkan aku hanya gadis biasa yang menutup diri dalam balutan gamis dan pakaian muslimahku. Berbeda dengan dia dengan bangganya mengenakan gaun yang seksi itu. Huhh.. Baiklah, aku benar-benar sudah menyerah!" batin Zahra sudah menangis pilu. Walau senyum paksa masih terukir di bibirnya.

Dengan menarik napas perlahan Zahra dan Haikal naik ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada mempelai. Lagi-lagi Zahra terpukau dengan ke tampanan Riswan dengan balutan Jas pengantin yang terkesan simpel namun mewah itu, kemudian wanita di sampingnya dengan balutan baju pengantin putih dengan bahu serta leher yang putih terekspos hanya lengan gaun berada di pundak saja, wanita itu terlihat sangat cantik dan anggun.

Dengan rambut yang tergerai serta sebuah mahkota menghiasi kepalanya.

Haikal tahu kalau kakaknya itu terlihat minder, dengan sigap Haikal mengenggam tangan Zahra erat. Dan berjalan dengan santainya ke arah Riswan.

"Selamat untukmu!" kata Haikal mengulurkan tangannya di hadapan Riswan.

Riswan terkejut melihat Haikal ternyata datang dengan Zahra, "Haikal,kau?" ucapnya.

"Iya aku. Kenapa kau terkejut?"sinis Haikal menatap Riswan dengan tajam.

"Maafkan aku."lirih Riswan. Dia tahu kenapa sikap Haikal begitu sinis padanya. Dia tahu Haikal adik Zahra, dan mereka sudah kenal sangat dekat. Haikal tahu jika kakaknya menyukai Riswan tapi dari awal dia hanya diam saja tak menanggapi karena dia memang tidak suka dengan Riswan.

Dia mengakui jika sekilas Riswan seperti pria yang sholeh tapi dia merasa sangat jelas bahwa pria itu tidak pantas untuk kakaknya. Dia juga sudah memperingatkan Riswan agar tak menyakiti hati kakaknya. Tapi, saat ini yang dia lihat adalah kakaknya harus menangisi pria brengsek seperti Riswan.

Itu benar-benar membuat Haikal kesal dan marah. Riswan merasakan Haikal agak meremas tangannya. Haikal mencondongkan kepalanya ke samping telinga Riswan lalu berbisik. “Ku dengar pria itu yang di pegang adalah janjinya. Tapi mungkin itu tak berlaku untuk pria brengsek sepertimu!” bisiknya tajam membuat Riswan tertodong dengan rasa bersalah.

Hingga tiba giliran Zahra, Zahra berjalan dengan pandangan menunduk dan hanya mengatupkan tanganya di hadapan Riswan begitu juga pria itu. Dan untuk kali ini Zahra memberanikan diri mendongak menatap Riswan terakhir kalinya.

Pandangan mata mereka sesaat bertemu, namun segera Zahra menutup dalam perasaan itu, ia tak mau dosa karena mencintai suami orang dan detik ini dia harus bisa melupakan cintanya pada Riswan, walaupun sulit tapi dia yakin bahwa rasa itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Dan dia harus mengikhlaskan yang sudah bukan milik dan takdirnya.

Riswan ingin mengatakan sesuatu, tapi terlambat karena Zahra sudah pergi menjauh dari hadapannya. Menghilang dan tak lagi terlihat, “Bukan ini yang aku inginkan, Zahra. Aku juga mencintaimu tapi aku tidak bisa menolak perjodohan ini.”lirih nya dalam hati.

“Maafkan aku...,”

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Bab 3: Pertemuan dengan Takdir

BAB 3: PERTEMUAN DENGAN TAKDIR?

************

Zahra tengah terburu-buru berlari di sepanjang koridor kampusnya karena dia datang terlambat dia panik apalagi akan ada dosen baru yang masuk di kelasnya. Dan tentu saja Zahra murid nomor satu yang tidak mau di cap sebagai murid tidak disiplin dan akan mendapat nilai rendah. Karena semua biaya kuliah dia sendiri yang mencarinya jadi Zahra tak ingin semua terbuang sia-sia.

“Telat...telat... akkhhh....,ini semua karena Haikal!” gerutu Zahra sambil berlari dan dia semakin panik saat teras kelasnya sudah sepi.

“Kalau sampai aku kena hukum sama dosen baru, uang jajan Haikal kupotong 1 minggu!”omel Zahra kesal karena adiknya yang mengajaknya bertengkar pagi-pagi dan menyebabkan dia telat ke kampus.

“Telat...telat...,aduh!” Zahra memekik saat tak sengaja tubuhnya bertabrakan dengan seseorang di depan pintu kelasnya.

“Terlambat? Sungguh tidak disiplin.”suara yang terdengar sinis itu membuat Zahra mendongak sambil mengelus keningnya yang membentur dada seorang pria.

Pria itu terdiam membatu saat dia melihat wajah Zahra. “Apaan sih Anda! Ngalangin orang jalan aja?!” ketusnya lalu nyelonong masuk tanpa meminta maaf.

Pria itu masih tertegun di depan pintu lalu tersadar dari lamunannya dan menggeleng cepat. “Apa mungkin, itu dia?”gumam pria itu dengan senyum mengembang. Lalu ikut masuk ke dalam kelas Zahra.

Zahra sudah duduk di kursinya, saat dia meletakan tasnya di atas mejanya. Mata Zahra melirik pria yang tadi dia tabrak tanpa sengaja justru juga ikut masuk.

Zahra mengerutkan dahi bingung. “Siapa dia?” batin Zahra bertanya-tanya.

Berusaha acuh dan tak peduli, Zahra duduk dengan tenang di kursinya.

Namun seketika tubuhnya menegang saat para mahasiswa yang lain menyapa pria itu dengan serempak.

“SELAMAT PAGI, PAK!” mata Zahra melotot dengan mulut yang menganga lebar. “Dia dosen barunya? Mati aku!”rutuk batin Zahra.

Tapi Zahra berdehem dengan tenang berusaha stay cool berpura-pura tidak terjadi apapun padahal kejadian itu baru saja terjadi.

“Pagi semua, saya dosen baru kalian. Semoga lain kali kalian lebih D I S I P L I N lagi. Saya tidak suka ada yang terlambat di kelas saya. Kalian paham?” katanya penuh penekanan.

“Paham, pak!” sahut mahasiswa lain namun Zahra mendelik kesal kepada dosen baru yang tersenyum sinis padanya.

Pria itu duduk di kursi dosen yang persis berada di depan Zahra, sesaat pandangan mereka bertemu. Lagi dan lagi pria itu selalu terdiam saat memandang Zahra.

Sedangkan Zahra hanya memasang wajah datar tanpa ekspresinya.

Saat pandangan mereka terputus pria itu mulai membuka buku absen dan mulai memanggil nama para mahasiswa.

“Ehh... pak dosen tampan! Bapak kan belum kenalan sama kita? Nama bapak siapa?” seru salah seorang play girl kampus mulai tebar pesona.

“Tampan? Tampan dari ma_” Zahra ingin berkilah namun dia terdiam saat menatap dosen itu sekali lagi dengan saksama. “Memang tampan sih, tapi sayang orangnya menyebalkan!” gerutu Zahra memuji lalu menghina.

“Hey, kamu! Apa mengatakan sesuatu?”

Zahra merutuki dirinya yang bodoh mengapa tak mengumpat dalam hati saja agar pria itu tak mendengarnya.

“Tidak ada,Pak!” kata Zahra mengedikan bahu acuh.

Pria itu mendengus kesal. “Baiklah, saya memperkenalkan diri dulu. Nama saya Arsyad Malik Al-Mubarak. Usia 26 tahun dan pekerjaan sementara sebagai dosen kalian.”

“Wow... namanya se-keren orangnya. Minta wa nya dong, pak?”

“Intagram, twiter, alamat rumahnya sekalian pak! Mau daftar jadi istrinya ni!” semua mahasiswi bersorak heboh sedang pria itu hanya tersenyum tipis.

Para mahasiswa mulai panas karena mulai merasa tersingkirkan dengan adanya dosen tampan di kelas mereka.

“Norak kalian semua, woy! Mana mau pak Arsyad sama cewek dekil, kecentilan kayak kalian!” sorak ketua geng pria yang paling eksis.

Susasana mulai riuh sedang Zahra hanya acuh dan memlilih sibuk dengan buku catatannya. Semua itu tak luput dari perhatian Arsyad yang sedari tadi memandang Zahra.

Arsyad mulai meng-absen setiap orang. Namun dia terhenti saat membaca sebuah nama yang sangat di kenalnya. “Zahra?” tanpa sadar dia mengucap nama itu.

“Iya,” Zahra mengangkat satu tanganya. Arsyad menatap Zahra dengan tatapan yang sulit di artikan namun matanya berbinar, ada pancaran kebahagiaan di matanya.

“Zahra Khadijah Abdullah?”panggilnya sekali lagi.

“Itu saya, pak Arsyad!” Arsyad mengatup bibirnya menahan sebuah senyuman yang mengembang. “Oh, Tuhan! Benar dia?!”batinnya bersorak gembira.

Seperti ada kupu-kupu dan bunga yang bermekaran di hatinya.

Zahra bergidik ngeri melihat Arsyad yang terus menatapnya. “Dasar dosen mata elang, tajamnya bikin orang kesel!” gerutunya lalu kembali fokus membaca buku catatannya.

“Ekhmmm.... baiklah kita lanjutkan pelajaran!” titah Arsyad berusaha tetap cool di tengah rasa hati yang sedang berbunga. Namun tetap memperhatikan setiap gerak-gerik Zahra dalam diam.

“Sudah selama itu dan kamu selalu terlihat cantik dan mempesona.”batin Arsyad dan dia melanjutkan tugasnya dengan wajah ceria. Walau dengan senyum yang tertahan setiap kali dia menatap Zahra.

*********&************

Kelas Arsyad akhirnya telah selesai. Resiko kuliah jurusan Manajeman maka akan ada tugas yang selalu di kumpulkan di setiap akhir kelas. Menyebalkan!

Terlebih dosen baru yang 1000% lebih menyebalkan dari dosen sebelumnya. Dosen yang sekarang memberikan 3 kali lipat tugas saat pelajarannya dan harus di kumpulkan saat kelas usai apalagi di berikan tugas tambahan untuk di rumah. Doubel menyebalkan!

Zahra sedang menyusun buku catatannya sedang para mahasiswa lain satu persatu mulai keluar. Hanya tinggal dia sendiri.

Ya, mungkin?

“Lambat sekali, seperti siput!”

Zahra terlonjak kaget. “Astagfirullah!” pekiknya, bahkan buku-bukunya berserakan di lantai.

“Anda!” tunjuknya sengit pada Arsyad. Namun pria itu malah mengedikan bahunya acuh melihat buku Zahra yang berserakan karena ulahnya.

“Apa?”

“Menyebalkan!” dengus Zahra kesal.

“Kamu mengatakan sesuatu?”

“....” Zahra hanya diam enggan untuk menjawab. Mood nya benar-benar hancur karena dosen baru itu.

Dia lebih memilih untuk memungguti buku-bukunya di lantai. Lalu kembali memasukannya kedalam tas.

Saat Zahra ingin keluar dari barisan kursinya, namun Arsyad justru menghalangi jalan Zahra dengan tubuh tegapnya.

Zahra mencoba mengambil celah dari kiri tapi Arsyad malah ikut bergeser ke kiri. Jika Zahra bergeser ke kanan Arsyad juga mengikutinya.

Zahra memejamkan matanya berusaha mengatur emosi yang ingin meledak. Giginya sudah bergemeletuk dengan satu tangannya mengepal di samping gamisnya.

“Minggir!” serunya dengan nada amarah yang tertahan.

Arsyad menggeleng dengan menampilkan senyum polosnya membuat Zahra harus banyak-banyak beristigfar. Mereka berdiri saling berhadapan, Arsyad yang lebih tinggi dari Zahra membuat Zahra harus sedikit mendongak untuk menatap wajah Arsyad yang tersenyum polos di hadapannya.

“Bisa Anda minggir, pak?” tanyanya berusaha untuk tetap sopan.

“Kalau aku tidak mau, bagaimana?” tantangnya dengan senyum jahil.

Zahra mengangguk dengan senyum sinis. Lalu dengan keberaniannya Zahra menginjak kaki Arsyad dengan sepatu nya sekuat tenaga membuat Arsyad menjerit kesakitan dan akhirnya menyingkir dari hadapan Zahra.

“Awww... Sakit!” jeritnya sambil mengangkat sebelah kaki kananya yang terinjak oleh kaki Zahra. Tawa keras mengema dari Zahra saat dia sudah berada di depan pintu, lalu setengah berteriak dia berkata.

“Makanya jadi dosen jangan genit?! Rasain!” ejeknya dengan tawa nyaring sambil berlari keluar meninggalkan Arsyad yang meringis kesakitan sambil menggeleng kepala tak percaya.

“Wanita itu benar-benar menyebalkan!” bukan marah namun dia malah terkekeh dengan senyum merekah. Ya, mungkin Arsyad jenis pria yang mengidap kelainan jiwa karena tertawa saat dirinya di hina seperti itu.

Masih dengan senyum tampan di wajahnya Arsyad mengambil ponsel dari saku celananya dan men-dial seseorang. “Assalamualaikum, pa!” sapanya dengan suara riang gembira.

“Waalaikumsalam, nak. Bagaimana? Kamu suka kejutannya?” tanya sang papa dari sebrang telepon membuat Arsyad tersipu dengan senyum malunya. Walau papanya tak melihat.

Arsyad tak bisa menyembunyikan senyumnya, beruntung kelas sudah kosong jadi tak akan ada yang mengira dia gila karena tersenyum sendirian. “Su-suka, pa! Arsyad sangat menyukainya, bahkan lebih dari apapun.”

“Syukurlah! Lalu, bagaimana?”

Arsyad terdiam sejenak, senyumnya sedikit memudar. “Yah, mungkin harus bertahan sedikit lagi.”terdengar hembusan nafas panjang dari sang papa. “Bersabarlah, nak! Tak akan ada penantian yang tak berakhir!”

“Iya, pa. Terima kasih, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, nak. Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa kamu masih punya tanggung jawab lain yang harus kamu kerjakan.”

“Iya, pa!” panggilan terputus, Arsyad kembali menegakan tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan itu.

Hanya satu kata yang terpikirkan serta yang di rasakan hatinya. ‘Penantian?’ kapan penantian itu akan berakhir? Ya, akan ada saatnya. Karena semua ini baru saja di mulai.

*******************8*****************

#Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!